Parenting

ERA TELECOMMUTING DAN MASA DEPAN ANAK KITA

Telecommuting adalah pekerjaan yang tidak mementingkan kehadiran di tempat kerja dan banyak dilakukan Gen-Z. Saya salah satu yang melakukannya. Lalu, saya Gen-Y atau Gen-X? Ng… secara umur, saya terperangkap dalam tubuh Gen-Y, tapi kinerja dan kreasi lebih masuk ke performa Gen-Z. #ecieecieee. Alhamdulillah, kini masuk tahun kesekian bekerja sama dengan dua perusahaan yang berlokasi di luar Indonesia untuk menjadi penulis media dan produk mereka – plus beberapa proyek lepasan. So yes, I am a telecommuter.

MEMILIH CARA BEKERJA

Haaaa? Gen-Z??? Umuuurrr Buuu… Umuuuurr… wkwkwk. Etapi beneeer, saya diduga Gen-Z oleh beberapa HRD yang menyaring saya hahaha. Hmmm… mungkin karena dilihat juga dari mentalnya saya pada perusahaan yang menawarkan skema Gen-X yang kuno dengan segala bonus kinerja dan fasilitas untuk berjam-jam masuk kerja. Seperti telecommuter lainnya, kami memilih bagaimana cara kami bekerja. Untuk model saya yang emak-emak begini… Kadang saya kejar target, kadang jauuuh dari target. But I ensure ONE thing: QUALITY.
Jadi, ya tahu sama tahu ajah situ butuh apah, sinih butuh gimana. Daaan.. kayaknya semakin banyak juga pekerja2 yang kayak saya, malah lebih banyak yang ga pake ijazah dan jauuuh lebih muda. Penghasilan mereka jelaaas sebanding dengan kuantitas yang sulit saya kejar. Kalau saya kejar, penghasilannya sama bahkan bisa lebih dari kerja pagi-sampe malam saya jaman dulu… cuma ini di rumah, dasteran, ngupi2… Alhamdulillahilladzi bini’mati tatimushshalihaat.
Jadi, yakin masih perlu ijazah? Haha.. bukan itu sih poinnya. Poinnya adalah…

APAKAH ORANG TUA MENYADARI TREN INI?

Bahwa bisa jadi, perusahaan sudah tidak lagi membayar tinggi untuk pekerjaan yang membayar jumlah jam. Bukan lagi kuantitas tapi kualitas. Bukan lagi kehadiran tapi selesainya tuntutan. Bukan lagi jobdesc tapi job expectation.

Oh noooo.. Jadi Gimana Dong?

Tenaaang… ada beberapa kecakapan hidup yang bisa kita ajarkan kepada anak-anak sejak mereka masih kecil. Kecakapan hidup ini insyaAllah akan memudahkan mereka meraih (bukan mengejar) dunia.

Apa Saja Kecakapan Hidup Itu?

1. Cinta Baca

Ini bukan baca dalam calistung model baru masuk sekolah yaaa. Membaca disini yaitu mencari ilmu dari bacaan dan tahu bagaimana cara mengenali bacaan bergizi. Jauhkan TV! Saya serius. Membaca buku bergizi akan memberikan stimulasi pada otak anak untuk berpikir kreatif dan kritis dalam menghadapi tantangan. Contohnya? Saya baru masuk dunia telecommuting ini baru-baru ini kok. Tawaran pertama adalah review produk-produk elektronik yang mbuh dulu saya blass ga ngerti apaan artinya. Tapi alhamdulillah Mama rahimahallah mengajari saya pentingnya membaca. Saya cari tahu apa saja yadan melengkapi diri untuk bisa menyesuaikan diri dengan ekspektasi klien.. dan saya bertahan alhamdulillah.

 

2. Komunikasi Lisan dan Tertulis

Jauhkan mereka dari bahasa alay hahaha. Boleh lah kenal bahasa itu asal mereka dikenalkan cara berbahasa ibu secara lisan dan tertulis. Ngobrol banyak-banyak, setelah membaca buku bergizi tentunya, akan membangun banyak kosa kata untuk mereka miliki. Kosa kata ini penting untuk membangun bahasa. Ajarkan pula anak-anak kita untuk berani berbicara di depan orang lain – sesuai tatanan syariat.

 

3. Bilingualisme Setelah Bahasa Ibu

Kalau ini pengalaman pribadi. Saya baru belajar bahasa Inggris pada usia SMP tanpa kursus. Tapiiii, saya dicemplungkan oleh Ibu ke dalam beberapa klub percakapan! Megap-megap gapapalah, katanya. Tapi hasilnya? Masya Allah, I survived the language.

InsyaAllah itulah yang saya terapkan kepada anak-anak. Saya TIDAK mengajarkan bahasa Inggris sejak kecil. Anak-anak saya saya kuatkan dulu bahasa Ibu, serta bahasa Arab untuk mereka pakai sebagai ilmu alat. Tapi untuk komunikasi dalam bahasa lain, insyaAllah akan saya mulai dari usia minimal 10 tahun. Yes, just like what my late mum did. Dan ternyata benar kata pepatah: ‘Bahasa menghaluskan budi.’

Dengan 3 kecakapan hidup dasar ini banyaaak GenY yang menyebrang menjadi GenZ. Menghilangkan ketakutan akan ‘ga bisa makan papan’ eh… ‘hidup mapan’. Lagipula, bukankah dunia ini hanya sementara? Mapan hanya bisa didapatkan dalam kehidupan setelah kematian. ^_^

So, parents… Are you ready?

skip challenge cara mendidik remaja
Parenting

Skip Challenge: Hasil Pengabaian dan Pelabelan Kita

Huwaaaat? Skip challenge yang lagi viral itu? Yang permainannya menekan dada sekeras-kerasnya dan menyebabkan pingsan atau kejang-kejang itu?

Yess… yang itu. Yang ramai-ramai dibagikan para remaja dengan hestek #skipchalllenge yang katanya kekinian itu. Ng.. sebenarnya siiiih ga baru-baru banget.

Huwaaat??? Ga baru-baru bangeeet?

Hedeeeeh… iyeeees. Jaman saya lagi ngehits dulu, nama permainannya Yoko-yokoan (mungkin terinspirasi dari film legenda ular putih hihi) Terus jamannya Paksu lebih lama lagi, namanya surup-surupan.

Saya saat itu gimana? Yaaaa… berasa waw aja gituh: mereka berani. Tapi cuma bisa senyum dan melipir ketika ada yang mengajak wkwkwk.

Yup. I chose NOT to do it. Biarin dah dikata ga keren. Ga gahul. Kenapa harus malu dengan standar yang dibuat orang lain? Begitu pesan Mama saya, rahimahallah, yang berhasil membantu saya mendefinisikan kata keren dalam KBBM: Kamus Besar Bahasa Mierza.

Kalau ada hal ‘keren’ yang dilakukan teman-teman, Mama tanya ‘Kenapa ya harus gitu? Itu tujuannya apa? Kalau buat… kenapa gak…” dst dsb dki dllaj. Beliau selalu bersedia mendengar, meski setelah memarahi sebentar kalau saya ketauan ikutan aneh-aneh hahaha… Tapi selanjutnya ya saya dibantu dalam mencari solusi. Tanpa label. Sampai teman-teman kuliah saya menyebut saya dan Rahimahallah Gilmore Girls saking kompaknya.

 

***PELABELAN DAN PENGABAIAN KITA***

Oke balik lagi ke skip challenge tadi. Akhirnya, sebagai orang yang pernah merasa ‘remaja’, saya sampai pada kesimpulan ini. Anak-anak abegeh itu  ituuu.. yang pada sekip2 chellenj, mereka jarang ditanya ‘KENAPA’ sama orang2 dewasa sekitarnya. Jarang dilibatkan. Jadi, IMO… ya itu murni bukan kesalahan mereka.

Itu hasil dari pelabelan dari KITA. Dari pengabaian kita. Wong kita sebagai orang dewasa  juga belum apa-apa udah berburuk sangka sih.

Huwaaat??? Yu don seeei!

-_-  Masuk ke contoh deh. Misalkan ketika kita melihat remaja (yang kita kenal) gayanya agak ajaib, apa yang kita lakukan? Kalau kita ujug-ujug memarahi, nyindir, melototin, atau malah menjaut sambil bilang pait pait pait.. yaaa kita termasuk orang dewasa yang doyan melabel atau mengabaikan.

Akibatnya? Yaaaa kayak cermin deh. Anak-anak itu bisa jadi akan mengiyakan label dari kita. Bisa jadi mereka akan menyukai pengabaian yang kita lakukan. “Ok fine, gue beli! Gitu kasarnya”

Lalu, mungkin kita bertanya: “Tapi kaan.. adabnya gimanaaa? Masa depannya gimana kok yo kayak gituuuu modelnya? Dimana ilmu agamanya?? Orang tuanya pasti didiknya ga bener. Anak jaman sekarang. Generasi alay tuh. Pasti kena harta haram.” Nah kaan.. nah kaaan. Well, that’s labelling.

Okeee.. okee.. saya ga bilang mereka ga salah loooh. Saya fokus pada KITA. Iyes, KITAAAA. Kita yang (ga semuanya memang) telah melabel dan mengabaikan anak remaja itu. What have we done about it? Cuma heboh share2 aja mah malah bikin mereka pada semangat melakukan yang lebih ajaib lagi. Trust me, been there done that. Adrenalin, meeeen…. yang begituh aja viral, apalagi yaang…. silahkan isi titik-titiknya.

Mulai ga setuju soal pelabelan dan pengabaian? Hehe.. bagaimana jika saya katakan bahwa kita memperlakukan pemuda-pemudi itu (ganti kata remaja yah) TIDAK  seperti Rasulullah memperlakukan mereka?

Hmmm.. coba renungkan kembali deh, jika ada seorang pemuda (yang kita kenal yaaa… anggap aja tetangga) datang pada kita bertanya.. hanya bertanya loh ya… “Bu, di komplek ini saya boleh berzina?”

Apa jawaban Anda?

A. Langsung menegur “Ga boleh, dosa!”

B. Membiarkan, ga enak soalnya sama tetangga.

C. Ngamuk, marah-marah.

D. Menantang akalnya untuk berpikir.

Jika Anda memilih D dengan mengarahkannya pada dalil, makaaa.. masyaAllah… Anda mengambil cara yang dilakukan Rasulullah dalam menghadapi pemuda-pemuda yang ajaib pola pikirnya ini. Serius.

Inget ga kisah seorang pemuda yang datang kepada Rasulullah dan berkata, “Wahai Rasulullah, izinkan aku berzina!” dalam hadits shahih riwayat Ahmad? Orang-orang sekitarnya pada menghardik kan? Tapi, apa yang Rasulullah lakukan?

Rasulullah bilang ga, “Heleh, mikirnya ke situ mulu” atau.. “pasti deh anak muda jaman sekarang”  (inga2.. tetep ada yg ga percaya dengan Islam tho saat itu).

Ngga. Rasulullah malah mengajaknya mendekat. Menantang akalnya untuk berpikir melalui pertanyaan-pertanyaan seperti, “Relakah engkau jika ibumu dizinai orang lain? Putrimu? Saudari kandungmu? dan seterusnya… (nash lengkapnya ada di bagian bawah postingan ini di klastulistiwa.com ya)

Abis nasehatin itu, apa yang Rasulullah lakukan? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meletakkan tangannya di dada pemuda tersebut sembari berkata, “Ya Allah, ampunilah kekhilafannya, sucikanlah hatinya, dan jagalah kemaluannya.

Nah kaaaan… Pemuda itu didoakaaan saudara-saudaraaaa… bukannya dinyinyirin, disumpahin, dijauhin, dst, dsb, dki, dllaj.

See? Jadi, sebelum melabel atau membiarkan mereka, sudahkah kita berdialog? Bertanya? Mencari tahu? Mendekati mereka? Atau kita mencukupkan diri dengan pelarangan dari Mendikbud tentang si sekip ini? (Baru dimuat media baru-baru ini, Buibuuuu)

Hedeeeh… kalau cuma larang-larang, yang ada itu akun-akun Instagram digembok deh… Eit… viral teuteup: di kalangan sendiri. Efeknya? Yaaa kita ga bisa tau lagi apa yang mereka lakukan. Lebih bahaya mana???

.

***SO TO WRAP UP***

Kalau ternyata mengubah remaja seluruh Indonesia masih terlalu gegap gempita, yuks kita mulai dululah dari pemuda-pemudi yang terdekat. Mulai dari anak kita, saudara kita, tetangga kita, anak teman kita. Libatkan mereka dalam percakapan. Libatkan diri kita dalam dunia mereka. Tahan semua label negatif. Mereka hanya ingin didengarkan, dipahami, dan diluruskan dengan cara yang baik.

Tapiii… usahakan jangan terlibat lho yaaa. Maksudnya jangan malah ikutan sekip2an wkwkwk. Yakin deh, mereka punya istilah buat orang dewasa seperti ini: sok asik. Mereka ga butuh orang dewasa yang sok asik. Yang mereka butuhkan orang dewasa yang konsisten. Yang bersedia mendengarkan. Yang mengarahkan tanpa melabel.

Yuks, latih cara berkomunikasi dengan para pemuda harapan bangsa ini. Belajar cara komunikasi seperti Rasulullah melalui nash-nash yang shahih agar tuh ilmu ga masuk kuping kiri keluar kanan.

Yang pastiiii… selalu minta bantuan Allah agar kita dianugrahi generasi penerus yang diberkahi. Doakan.. doakan.. doakan… doakan generasi ini tanpa lelah. Bukankah “Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka?” (Ar Ra’d:11)


Catatan:

Berikut hadits yang dimaksud dalam posting ini…

Suatu hari ada seorang pemuda yang mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, izinkan aku berzina!

Orang-orang pun bergegas mendatanginya dan menghardiknya, “Diam kamu! Diam!

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Mendekatlah.

Pemuda itu pun mendekat lalu duduk.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Relakah engkau jika ibumu dizinai orang lain?

Tidak, demi Allah, wahai Rasul!” sahut pemuda itu.

Begitu pula orang lain, tidak rela kalau ibu mereka dizinai.

Lanjut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Relakah engkau jika putrimu dizinai orang?

Tidak, demi Allah, wahai Rasul!” pemuda itu kembali menjawab.

Begitu pula orang lain, tidak rela jika putri mereka dizinai.

Relakah engkau jika saudari kandungmu dizinai?

Tidak, demi Allah, wahai Rasul!

Begitu pula orang lain, tidak rela jika saudara perempuan mereka dizinai.

Relakah engkau jika bibi – dari jalur bapakmu – dizinai?

Tidak, demi Allah, wahai Rasul!

Begitu pula orang lain, tidak rela jika bibi mereka dizinai.

Relakah engkau jika bibi – dari jalur ibumu – dizinai?

Tidak, demi Allah, wahai Rasul!

Begitu pula orang lain, tidak rela jika bibi mereka dizinai.

Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meletakkan tangannya di dada pemuda tersebut sembari berkata, “Ya Allah, ampunilah kekhilafannya, sucikanlah hatinya, dan jagalah kemaluannya.

Setelah kejadian tersebut, pemuda itu tidak pernah lagi tertarik untuk berbuat zina.

*) Lihat hadits riwayat Ahmad, no. 22211; sanadnya dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani.

 

Homeschooling, Homeschooling Communities

[PRINTABLES] Belajar Adab dan Menghias Tas Bersama Komunitas Homeschooling Muslim

Mundur! Hentikan pelajaran dulu jika adab belum berterima. Dan ini yang kami lakukan sebagai orang tua muslim para homeschoolers. Membangun tradisi yang mementingkan adab dalam menuntut ilmu seperti yang dilakukan Rasulullah, sahabat, thabi’in, dan thabi’ut thabi’in.

.

.

Karena itu, dibuatlah majelis nasehat sebagai pembuka kegiatan dalam pertemuan Mosqueschooling Komunitas Homeschooling Muslim ini. Daaan… karena yang ikut kebanyakan adalah krucils, maka saya harus berstrategi agar ilmu adab ini sampai dan diamalkan (aamiin).

whispering-games
Bisik Berantai – Image Courtesy: Kaka Jouce

Akhirnya, saya siapkan printables seperti di bawah ini (bisa diunduh di klastulistiwa.com yaaa) yang bersinggungan dengan pelajaran mengenai alat indera, permainan rantai berbisik di awal majelis,  dan beberapa strategi berbicara dengan anak-anak.

Nah, apakah adab ini hanya bisa diajarkan secara klasikal oleh guru sekolah/ TPA? Apakah orang tua hanya bisa memberi teadan saja? Tentu saja, tidak. Namun tentunya, dalam menyampaikannya, orang tua sebaiknya memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan komunikasi kepada anak ketika menanamkan ilmu kepada anak di rumah.

home-printable

Ini ikhtiar yang bisa kita lakukan sebagai orang tua:

  1. Berdoa memohon kemudaha kepada Allah. Ya karena yang memiliki hati anak-anak kita ya Allah kan yaaa, karena itu mintalah kepada sang pembolak-balik hati.
  2. Untuk anak usia di bawah 7 tahun, gunakan kalimat yang isinya kata-kata pendek, tidak lebih dari 5 kalimat.
  3. Eye-to-eye level jika berduaan saja. Bisa dengan cara kita duduk atau berlutut.
  4. Memanfaatkan gelombang alpha – saat anak bahagia. ^^ Jadi, jangan saat kita marah atau kesel baru ada kejadian huru-hara memberi nasihatnya. Itu sebabnya kalau transfer, ada baiknya level bahagia disamakan dengan fasilitatornya, bisa melalui cerita sirah, permainan, atau diskusi.
  5. Ulang poin sebelumnya sebelum pindah ke poin berikutnya (di bawah ada 6 poin yang diberikan).
  6. Cek pemahaman anak melalui pertanyaan. Hal ini juga bisa menjadi cara mengetahui apakah sudah sampai ilmu yang kita berikan.
  7. Ketika ingin mengingatkan tentang adab, kurangi bicara yang tidak perlu. Fokus pada apa yang ingin disampaikan. Misalkan, ketika anak tampak tidak mendengar, cukup beri isyarat, atau elus pundaknya lalu tanya “Ayo, tadi Umi bilang apa?”, atau mengulangi apa yang kita katakan. Jangan menambah kata, ‘Jangan bandel.” atau kata-kata tambahan yang tidak perlu.
Printable Untuk Diwarnai Di Rumah
Printable Untuk Diwarnai Di Rumah

Setelah majelis ilmu, anak-anak berkegiatan seruuu dengan tante Ayu, mamanya Aliya. Apa kegiatannyaaaa? MEWARNAI TAAAS Yaaaaaay Dari bayi-bayi sampai kakak-kakak semua larut dengan cat air dan tasnya. Makasiii tante Ayuuuuu.

Oh iya, pada saat pertemuan Mosqueschooling tersebut, hal yang paling saya dan anak-anak sukaaaa adalah bagian makan bersamaa hahaha. Terasa guyub, menyenangkan, daaan kenyang. ^___^

Alhamdulillahilladzi bini’mati tatimush shalihaat. Seruuu yaaaa… Tapi, inga.. inga… keseruan kumpul-kumpul tentu harus memiliki tujuan yaaa. Karena nanti kita akan ditanyakan mengenai waktu yang kita gunakan. Insya Allah, dengan majelis nasihat ini, kita akan menjawab pertanyaan itu dengan indah, insya Allah.

memilih homeschooling
Homeschooling, Homeschooling Starter Kit, Landasan Homeschooling Islam

Maka Jelaslah Mengapa (Kami) Memilih Homeschooling

 [Catatan: Resume ini diambil dari potongan tanya-jawab kajian yang, masya Allah, seakan menjelaskan kenapa memilih Homeschooling. Video Youtube (credit to Bali Mengaji) bisa dilihat di bawah posting ini. Namun, klastulistiwa.com telah mengunduh untuk memudahkan jika ada yang ingin menyimpan. Sila klik tautan ini untuk mengarahan ke Google Drive]


Wanita Tiang Penyangga Umat

Ustadz Riyadh bin Badr Bajrey

 

Demi Allah, Allah subhanahu wata’ala jadikan kalian TIANG PENYANGGA UMAT. Terbayang apa yang terjadi dengan bangunan umat ketika tiangnya pergi?

Apa yang terjadi? ROBOH!

Wanita dengan tugas-tugasnya yang ada dalam syariat adalah tiang penyangga. Yaitu apa? Melayani suami, mendidik anak. Mendidik anak yang benar.

Ini yang akan menguntungkannya di akherat, demi Allah. Bukan karirnya di luar rumah, bukan berapa rupiah penghasilannya. ‘La!’ Itu malah melalaikan wanita. Membuat dia melakukan banyak pelanggaran: berikhtilat dengan yang bukan mahram di kantor. Sampai rumah udah capek. Yang ada, akhirnya kewajiban inti melayani suami dan mengasuh anak jadi hanya tinggal sisa tenaga.

,

Wanita Jihadnya Adalah Kembali Ke Tugasnya

Sebagai  apa? Sebagai seorang wanita yang, demi Allah, tidak ada mahluk lain yang sanggup untuk menanggung tugas itu kecuali wanita. Enggak ada. Mau Hercules? Mau Samson yang kuat? Coba suruh bawa drum sembilan bulan kemana-mana dibawa. Kagak kuat dia.

Wanita, justru yang lemah lembut, punya kekuatan itu. Kelembutan dan rahmatnya ini adalah senjatanya. Jihadnya wanita: mendidik anaknya di rumah. Kalau bisa jangan disekolahkan. Istri ini pendidikannya tinggi. Kenapa anak-anak kita diserahkan?

.

Kalau mau ajari anaknya di rumah. HOMESCHOOLING!

Dari dulu umat Islam: Anas Ibnu Malik, siapa yang didik? Ummu Sulaym. Imam Syafii, siapa yang ngarahin? Emaknya. Sufyan ats Tsauri?

mengapa memilih homeshooling
Sumber: fb.me/geraiuma

Bacalah buku tulisan akhuna Sufyan Baswedan, judulnya “Ibunda Para Ulama”. Buku ini akan memperbaiki mindset kita tentang bagaimana menempatkan wanita. Maka itulah jihad wanita yang inti. Yaitu apa? Berjuang melakukan tugasnya. Mempersiapkan generasi-generasi penerus umat.

Ketika wanita meninggalkan barisannya, maka jatuhlah umat Islam. Itulah dimulainya. Sebagaimana ketika para pemanah meninggalkan barisannya di hari Uhud. Itulah ketika para wanita meninggalkan tugasnya sebagai ibu dan lebih memilih untuk menyibukan diri di luar rumah  yang bukan tugas seorang ibu.

Resume oleh Mierza Ummu Abdillah
klastulistiwa.com.
Video credit to Bali Mengaji

https://www.youtube.com/watch?v=pCJIzb_Qi7s

Parenting

[DISKUSI] Balita yang Susah Berteman dan Sibling Rivalry

Di sebuah grup percakapan virtual, terdapat sebuah diskusi yang dimulai dengan pertanyaan sebagai berikut:

“Si sulung yang berusia 4 tahun, perempuan, tidak mudah bersosialisasi di tempat baru, tidak mau masuk PAUD, dan hanya mau menurut dengan ayahnya saja dan jauh dengan saya sebagai ibunya. Ia punya adik berusia 20 bulan. Sepertinya dia merasa iri dengan adiknya. Saya sudah mencoba sabar mendekatinya dan menunjukkan perhatian dan memberikan pengertian padanya. Bahwa ibu sayang, adik juga sayang dengan kakak. tapi dia selalu melawan jika dengan saya. Apa pengalaman bunda dalam mengatasi masalah sanak tersebut?”

(Catatan: pertanyaan ini sudah diijinkan untuk dibagikan oleh penanya)

Ah ya.. Panik. Mungkin itu yang kita alami sebagai ibu-ibu muda yaaa. Kita? Kamu aja kaleee? Iya baiklah.. Cuma saya aja yang ibu muda karena masih muda. #apasih

Tapi pertanyaan ini memang buaaaanyak muncul dari beberapa ibu muda seperti saya (#okecukupmierza!) Terutama, saat lingkungan ‘memvonis’ anak kita yang dibawah 5 tahun itu dianggap balita yang susah bergaul. Rasa baper pun semakin menguat ketika di saat yang sama ada anak yang dibilang ‘berani, mau bergaul’ tepat setelah anak kita disebut balita ngga gahul.

Padahal oh padahal…

Inilah Saat Tepat Memperkuat Ikatan Dengan Orang Tua

Usia emas ini memang saatnya yang tepat untuk menanamkan nilai-nilai aqidah, moral, dan adab. Dengan bonding yang kuat dengan orang tuanya, insya Allah anak akan kuat dan percaya diri menunjukan nilai yang sesuai dengan apa yang diajarkan orang tuanya dalam pergaulan sosial.

Seperti nasihat Lukman yang tidak lekang digerus zaman, yang pertama dilakukan adalah menghadirkan Allah di waktu-waktu mustajab untuk berdoa. Dan tentunya, pada saat mengobrol dengan anak. Jadi, ketika anak tidak bersama kita, kita sandarkan kepada Allah untuk menjaga hatinya.

Dia akan PD bilang ‘Kata Umiiiii…’ ketika dihadapkan pada hal-hal yang tidak sesuai visi misi keluarga dan agama. Dan ini bisa terjadi jika Allah sudah membangun chemistry dengan orang tua. Ada skenario, insyaAllah, kenapa Allah membuatnya menjadi ‘pemalu‘ di hadapan teman-temannya pada usia-usia ini. Karena itulah saat kita menjadi temannya.

Jadi, jangan kuatir jika anak kita dicap sebagai balita yang susah berteman. Karena inilah kesempatan untuk membangun masa-masa ‘muraqabah’ di masa depan. Merasa dilihat Allah.

Tapi Dia Juga Kurang Komunikasi Dengan Ibunya, Malah Deketan Sama Ayahnya. Gimana Dong?

Untuk membangun komunikasi dengan orang tua, tidak bisa seperti Tarzan yang berkata, “Kamu duduk. Saya Tarzan” atau seperti radio yang tidak berhenti siaran. Membangun komunikasi dengan anak membutuhkan ilmu agar apa yang kita ucapkan sesuai dengan tingkat pemahaman anak kita. Agar inti pesan kita sampai.

Agar adil, saya akan memberi contoh dari pengalaman saja. Saya membiasakan diri menggunakan kalimat pendek yang sebisa mungkin tidak lebih dari 5 kata. Berjeda. Sambil berlutut, atau ndeprok di lantai.

Ketika anak enggan atau melawan, saya akan lebih serius mengambil waktu. Menggunakan suara yang lebih datar, dalam, dan tegas. Sebisa mungkin tidak emosi, meski ini syusyah, karena lebih mudah untuk teriak. PR-nya adalah memberikan ‘nasihat’ saat anak moodnya baik.

Mengenai lebih dekat dengan ayah? Oh, itu rejekiiii. Lihatlah betapa banyak bersliweran ibu-ibu galau yang merasa suaminya tidak turut serta dsalam pengasuhan. Sampai ada wacana “Fatherless Country” segala. Maka, mari bersyukur saja, jangan dijauhkan dengan ayahnya. Sambil mempraktikan cara berkomunikasi yang berterima. Jangan lupa peluk dan sampaikan terima kasih kepada sang partner hidup yang bersedia mengambil peran dalam pengasuhan. 😉

Tentang Cemburu Dengan Adik?

Lagi-lagi agar adil, saya akan berbagi pengalaman pribadi. Oh bukaaaan.. saya bukan psikolog apalagi pakaarrr pengasuhan anak. Saya praktisi.. seperti buibu semua.

Baiklah, saya memiliki 3 anak berusia 10, 5, dan 1 tahun. Saya melibatkan sulung dan tengah dalam mengurus si bayi. Mengapresiasi setiap hal kecil yang mereka lakukan. Apresiasi atau pujian menurut saya penting untuk membangun persepsi anak akan hal mana yang baik untuk dilakukan. Di dunia luar nanti, pelukan dan apresiasi Bunda akan selalu dibutuhkan.

Tapi Masa Harus Diingatkan Teruuus?

Ya iyaaa… Ingatkan terus Bun, beribu kali pun tak mengapa… Bukankah Nabi Nuh pun tak lelah mengingatkan anaknya hingga tersapu air bah? Karena anak-anak memang ujian untuk orang tuanya. Semoga Allah memudahkan kita dalam perjalanan pengasuhan ini untuk mendidik generasi muslim masa depan.

Baca Juga:

“Anaknya Anteng, ya.” Tips Membawa Anak ke Tempat Umum

Kenapa Malu Punya Anak Pemalu?

Balita Anda Suka Berteriak? Ini Tipsnya

 
Homeschooling, Parenting

UANG SEBAGAI REWARD? KENAPA TIDAK

Mierza Miranti
klastulistiwa.com

Hadiah adalah cara yang diajarkan dalam pengasuhan Islam. Sistem ini telah terbukti melahirkan generasi2 shalih terdahulu lho. Jangan takut menerapkannya, bahkan jika imbalannya itu berbentuk uang (untuk ukuran saat ini). Jika diajarkan dengan benar, diiringi tauhid, zuhud, dan pemahaman shahih dari Qur’an dan Sunnah berdasarkan salafush shalih, insyaAllah akan jauuuh dari kata ‘suap’ seperti yang digadang2 oleh beberapa ‘ahli’ parenting masa kini.

Sistem imbalan kami, misalnya, dijalankan berdasarkan usia dan tingkat kesulitan. Isma yang 5th akan berbeda penerapanannya dengan Jenna yg 10th. Amplop pada di gambar misalnya. Itu amplop pengumpulan imbalan yang rencananya untuk beli sendal.

image

Haaaaa.. sendaaaal? Kenapa ga dibelikan orang tua? Ya karena yang sudah ada masih cukup dan berguna. Sudah taulaaaah fungsi menabung dan sabar untuk mendapatkan barang incaran bagi anak-anak.

Untuk Isma (5 yo) jatahnya adalah mengumpulkan 5 token. 1 token diberikan setiap hari JIKA ia bisa menyelesaikan 3 pekerjaan rumah (membereskan mainan, membersihkan tempat makan, dan tempat tidur seluruh keluarga). Jika 1 luput/ tidak dilakukan dengan benar, maka tidak ada imbalan. 5 token tersebut lalu ditukar dengan 2 pilihan: jajan sebesar 5 ribu atau menabung sebanyak 10 ribu. Dan, Isma memilih menabung untuk membeli sendal. Kebetulan sandal incaran Isma harganya lumayan, jadi ia harus menunggu beberapa minggu untuk mendapatkannya.

image
Eh akhirnya beli sepatu princess 😂

See… imbalan dalam Islam itu insyaAllah banyak banget kan faidahnya? Jangan lupa iringi terus dengan doa ya… itu sebaik-baik pelindung hati agar semua Allah yang jaga. Bismillah.

Kajian Akhlak, Lectures of Life, My Reflection

[AUDIO DAN RESUME] Kajian Akhlak Bagian Pertama

Berikut adalah resume kajian Ustadz Immanudin di Permata Bintaro pada tanggal 7 Februari 2017 ⏱13.00-15.00. Resume ditulis oleh Ibu Linda Ummu Luthfi. Audio kajian bisa diunduh pada tautan ini.


Bismillah.

Dalam ibadah, yang termasuk masalah hukum adalah bab thaharah, bab shalat, dan bab zakat.

Fikih arti secara bahasa adalah pemahaman

Fikih akhlak artinya pemahaman yang berkaitan dengan masalah akhlak.

Cakupan akhlak adalah karakter, budi pekerti, sopan dan santun, kepribadian.

Tujuan Memahami Akhlak:

  1. Kita dicintai Allah سبحانه وتعالى
  2. Kita dicintai oleh semua makhluk / manusia / alam semesta.
Kita berharap juga dicintai oleh alam semesta termasuk hewan, tumbuhan.
Misalkan semut akan sayang kita karena kita tidak mengganggunya. Sebagaimana semut berbicara kepada Nabi Sulaiman.
Misalkan pohon pohon berbicara kepada kita.
Sebagaimana pohon kurma berbicara kepada Rasulullah ﷺ
Kita berharap batu nanti di akhir jaman berbicara kepada kaum manusia mukminin dengan mengatakan bahwa ini ada seorang yahudi yang bersembunyi di belakang saya.
Jangan kita sampai berlomba lomba untuk hanya dicintai makhluk.
Dan tidak memperhatikan untuk merasa dicintai Allah سبحانه وتعالى

Manfaat yang lainnya tentang akhlak :

  1. Bisa menguasai dunia dengan penuh kelayakannya.
  2. Berada di akhirat dengan memasuki surga.
  3. Hidup bahagia di dunia dengan mendapat balasan yang baik di akhirat sebagai hasil dari amal perbuatannya di dunia.

Kesimpulannya,  akhlak bisa menjadikan hidup bahagia dunia akhirat.

Manusia suka akan pujian.
Sadarkah bahwa kelak di akhirat orang yang ber akhlak baik selama di dunia akan dipuji Allah سبحانه وتعالى
Maka harus benar untuk memahami atau mempelajari soal akhlak ini secara utuh.
QS. 2:201 mengenai do’a sapujagad tentang kebaikan dunia Allah سبحانه وتعالى  menyatakan satu : “Karena kebaikan di dunia tidak lama, maka kebaikan yang di pupuk di dunia akan berbuah kebaikan, sedangkan di akhirat akan sebanding dengan 2 kebaikan.

Orang yang ber-akhlak akan dicintai Allah, malaikat Jibril, dan seluruh penghuni langit. Allah سبحانه وتعالى  akan jadikan kepada mereka kecintaan. Allah سبحانه وتعالى  akan memberika rasa cinta kepada seluruh makhkuk untuk menerima orang yang berakhlak. Dan, akan dikaruniai rejeki.

Jadi jika memiliki kemuliaan akhlak, dan memahaminya, maka Allah سبحانه وتعالى akan menyeru kepada seluruh makhluk untuk mencintai orang yang ber akhlak, termasuk orang yang berusaha memiliki akhlak yang baik.

Allah سبحانه وتعالى Bersumpah Qs. Aℓ Qalam:1-4

Allah سبحانه وتعالى bersumpah dengan makhluk-Nya yaitu Al Qalam, semua yang tertulis di alam semesta ditulis Allah dengan perantara al qalam.

Nabi ﷺ adalah manusia yg paling mulia akhlaknya

Karena dengan penuh kesabaran, walau beliau dikatakan orang yang gila, Nabi  ﷺberdakwah tauhid menyeru kepada kaum Arab pada masa itu untuk meninggalkan berhala-berhala mereka dan hanya menyembah Tuhan yang satu, Tuhan yang tidak nampak yaitu Allah سبحانه وتعالى  .
Namun, Nabi ﷺ tetap sabar dan Allah سبحانه وتعالى memberi balasan yg banyak, yaitu:
  1. Memiliki akhlak yang tinggi lagi mulia
  2. Sebagai panutan akhlak bagi manusia
  3. Dipuji dan disanjung dengan sanjungan yang tinggi. Seperti dalam QS. Al Imran:159, yaitu jaminan bahwa ketinggian akhlak yang mulia ditandai dengan kelembutan sikap, santun dalam berbicara, rahmat Allah سبحانه وتعالى,   maka Nabi ﷺ memiliki sifat sangat lembut.

Catatan Lainnya:

  • Nabi ﷺ tetap lembut walaupun kaumnya berlaku kasar kepadanya.
  • Allah سبحانه وتعالى  menyanjung kelembutan Rasulullah ﷺ
  • Para Sahabat berusaha mengikuti akhlak Rasulullah ﷺ yang lembut.
  • QS At. Taubah:128 menyebutkan bahwa Allah سبحانه وتعالى   mengabarkan akan kedatangan Rasul.
  • Rasulullah ﷺ selalu ingin memberikan kebaikan kepada sesama muslimin dengan salah satunya selalu melebihkan dalam menjawab salam.
  • QS. Al Fath:29 > Rasulullah ﷺ sangat berbeda dengan nabi-nabi yang lainnya.
  • Rasulullah ﷺ berlaku baik dan tegas kepada orang-orang kafir.
  • Rasulullah ﷺ membagi orang-orang kafir dengan 3 tingakatan : 1. Kaum kafir jinnney (mereka tinggal dan mengikuti aturan Rasulullah ﷺ, mereka membayar pajak inilah salah satu aturannya). 2. Kaum kafir mu’ahad (mereka tinggal di luar wilayah Rasulullah ﷺ tapi minta jaminan kepada Rasulullah ﷺ, dan mereka wajib bayar pajak/upeti sebagai jaminan keamanan bagi dirinya). 3. Kafir harbey (mereka memusuhi, memerangi Rasulullah ﷺ).
  • Terhadap kaum harbey wajib diperangi tapi setelah di dakwahi. Diperangi sampai mau menjadi kafir jinney atau kafir mu’ahad atau menjadi muslim.
  • Sesama kaum muslimin harus saling sayang dan berlaku lemah lembut
  • Kepada orang kafir, kita harus tegas
  • QS. Al Shuara:215 > Allah سبحانه وتعالى   memerintahkan kepada Rasulullah ﷺ untuk tetap tawadhu kepada kaum mukmin yang mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
  • Berbagai macam karakter kebaikan terkumpul pada diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana terbukti ada di dalam Aℓ-Quran.
  • Aisyah radhiallahu ‘anha mengatakan bahwa akhlaknya Rasulullah ﷺ adalah akhlaknya Aℓ-Quran (sebagaimana hadits yang diriwayatkan Imam Muslim).

Sekarang banyak manusia yang menjauh dari akhlak Aℓ-Quran. Padahal akhlak Aℓ-Quran yang dapat membimbing manusia menjadi baik. QS. Isra:9  menyebutkan bahwa Al Quran memberikan petunjuk ke jalan yang lurus, sebagaimana Aℓ-Quran adalah akhlaknya Rasulullah ﷺ

Aℓ-Quran menghimpun seluruh kemuliaan akhlak.

Parenting

4 Nutrisi Untuk Memotivasi Diri Menjadi Orang Tua yang Lebih Baik

Pengasuhan yang sukses jarang mengambil jalan pintas. Orang tua yang sukses cenderung memilih jalan yang panjang dan membutuhkan motivasi yang kuat. Orangtua yang memiliki keteguhan tidak hanya mengambil kumpulan kutipan motivasi dari internet  saja.  Orang tua yang termotivasi mengambil jalan panjang dan berliku dalam mempraktekan sambil belajar – sambil menikmati keberhasilan-keberhasilan kecil dalam perjalanan pengasuhannya.

Bagaimana Caranya?

Menumbuhkan motivasi yang kuat memerlukan empat nutrisi utama ini: Doa (bantuan yang selalu ada), Kompetensi (merasa efektif dan percaya diri), Otonomi (memiliki pilihan dan kemauan) dan Memiliki Keterikatan (perasaan dirawat dan merawat orang lain). Keempat hal ini akan meningkatkan ketekunan belajar, menumbuhkan minat mendidik anak, meningkatkan kualitas hubungan pribadi, menjaga kesehatan fisik, dan mengatur emosi. Doa, Kompetensi, Otonomi dan Keterikatan tidak hanya memberikan dorongan, tetapi memungkinkan kita untuk tetap termotivasi pada saat-saat menantang.

Inilah Keempat Nutrisi yang Kita Butuhkan

***Mierza Miranti – klastulistiwa.com***

1. Doa

watches-1204696_640

Pilih waktu-waktu mustajab untuk melakukannya. Kita memerlukan kekuatan yang lebih besar dari sekedar seminar pengasuhan buatan manusia. Percayalah, kekuatan tidak nampak ini akan menampakkan kekuatannya di saat yang tepat. Taruh surga firdaus sebagai tujuan utama motivasi pengasuhan kita melalui doa. Pilih ‘coach’ tersempurna yang menciptakan kita. Pilih ‘role model’ terbaik yang menuntun kita.

2. Kompetensi

nasihat orang tua

Bagi orang tua yang sering menghadiri seminar atau workshop pengasuhan pasti hafal dengan pola para trainer. Ya, kita akan diminta membahas berbagai keinginan dan harapan untuk bisa mengelola masalah perilaku, seperti amarah, untuk tujuan tertentu. Tidak peduli apa tujuannya, kuncinya adalah mendapatkan langkah-langkah tindakan yang spesifik dan rencana pengasuhan di masa depan, bukan?

That’s it! Cari motivasi pengasuhan kita.  Jangan hanya menyebutkan, ‘Agar anak nurut’, misalnya. Uraikan tujuan yang lebih spesifik, penting, dan terukur.

Setelah tujuan terwujud, pajang gambar, kutipan, atau karya seni di dinding yang mengingatkan kita tentang tujuan yang telah ditetapkan. Ini akan menjadi bukti pencapaian tujuan pengasuhan kita dan insyaAllah dapat meningkatkan kepercayaan diri dan kompetensi. Rayakan keberhasilan dengan menulisnya, sampaikan kepada teman yang peduli, atau bahkan dalam update status kita.

Ingatlah bahwa peningkatan kompetensi adalah seperangkat keterampilan yang diperoleh dari waktu ke waktu melalui usaha dan pengalaman. Kita harus berlatih dan belajar dari kegagalan serta pengalaman untuk menjadi orang tua yang lebih kompeten.

3. Otonomi

Berapa banyak dari kita yang benar-benar memilih dan mau menjadi orang tua? Berapa banyak pikiran sadar dan ilmu yang kita terapkan ke dalam pengasuhan kita? Mari tanyakan pada diri sendiri apa yang ingin kita perjuangkan sebagai orangtua.\

Kita memiliki pilihan dalam hal ini.

Sumber: Pixabay

Membangun otonomi dimulai dengan memilih apa yang paling penting bagi kita. Memilih nilai-nilai untuk kita yakini dan tanamkan, lalu secara sukarela bertindak sesuai dengan nilai-nilai yang diyakini (Nilai bagi saya sebagai muslim adalah nilai yang sesuai dengan Qur’an dan sunnah, berdasarkan pemahaman sahabat Rasulullah dan orang-orang shalih terdahulu).

Mari berefleksi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti:

  • Bagaimana saya ingin berperilaku  sebagai panutan?
  • Saya ingin menjadi orang tua yang seperti apa?
  • Nilai-nilai apa yang paling penting bagi saya untuk ditanamkan dalam pengasuhan keluarga saya?
  • 25 tahun dari hari ini, atau saat hari persaksian, apa yang saya ingin anak-anak saya katakan tentang saya?

4. Membangun Keterikatan

Sumber: Pixabay

Untuk meningkatkan keterikatan, buatlah hubungan dengan orang lain melalui kelompok orangtua, komunitas pengasuhan, organisasi masyarakat, tempat bermain, jalan-jalan pagi, forum online, atau bahkan komite sekolah (atau komunitas homeschooling). Bangun energi untuk diri kita agar dapat mengurus orang lain. Energi ini secara tidak langsung akan membantu kita merawat diri kita sendiri.

Ingat, peran sebagai orang tua tidak mengenal garis finish selama kita masih hidup.

Sepanjang jalan, ibu kita, ayah, kakek-nenek, dan teman-teman memberi kita dorongan dan pengakuan yang membangkitkan keterikatan dan perasaan kekeluargaan. Kita semua telah mengambil jalan panjang tanpa jalan pintas ini.

Maka, jika kita merasa motivasi pengasuhan positif berangsur memudar, mari periksa keempat bahan bakar ini. Iringi langkah dan berikan diri motivasi melalui doa, kompetensi, otonomi dan keterkaitan setiap harinya. Semangat. Parents!

clodi
Product Review

[REVIEW] Clodi Lokal Murah Berkualitas Little Hippo

Wiiiii…. Alyasa mau disapih sebentar lagi dan itu berarti: TOILET TRAINING TIME. (Yaaayaaayaaa, Al belum lepas popok. Nape? *galak kayak valak*) Ehem… fokus. Berarti saatnya cari pull-up pants niiiih.

p_20170131_093937.jpgTapiiii… jreng jreng… alhamdulillah emang rejeki emak shalihah eh anak shalih. Pas banget dapet kesempatan review clodi murah berkualitasLittle Hippo. Dalam paket, saya mendapat Easy Fit Set (untuk bayi 3-16 kg) yang terdiri dari 1 clodi cover dan microfiber insert. Dan ternyataaa sondara-sondara.. clodi ini bisa jadi pull-up pants! Woohooo. Okeh.. mari kita kuliti.

KEMASAN

p_20170126_170622.jpg

Al langsung jatuh cinta sama bungkusnya! Hahahaha. Ng, emaknya juga sih. Soalnya kita bisa intip gambar clodi dari lubang siluet kepala hippo yang transparan itu dari kemasannya. Keseluruhan packaging yang berwarna hijau cerah juga kok ya pas banget juga sebagai warna favorit Al.

Ng.. ga tau itu warna favorit atau dia memang baru bisa jawab setiap pertanyaan, “Al, itu warna apa?” dengan kata “Ijoooo.” Hihihi.

p_20170131_093213.jpgTagline yang tertulis di kemasan depan juga sangat dicintai emak-emak pastinya. Terutama bagian yang ditebalkan:

“Our revolutionary diaper system is better for the environment, easier for you, comfy for baby, and easy for your wallet.”

Nah kaaaan.

p_20170131_093253.jpgOh iya. Di bagian belakang juga terdapat panduan cara merawat clodi. Jadi ga usah browsing-brosing lagi dengan kata kunci ‘bagaimana cara merawat clodi’ dong yaaa. 😛 Kayaknya sang produsen tau banget yaaaa cara memanjakan emak-emak kayak kitaaa (Kita? Saya aja kaliiii?).

Nah, sekarang kita bahas yang daleman-dalemannya ya.

OUTER COVER

p_20170131_093352.jpgWaktu lihat warnanya yang merah gonjreng dengan tema ruang angkasa plus reaksi Al yang berbinar-binar sampai, sepertinya ini clodi bakal jadi kesayangan. Materialnya terbuat dari Polyester PUL Polyurethanelaminale yang waterproof ternyata mudah dicuci dan daaaan CEPAT KERING! (Iyes ini adalah fitur penting buat mencuci di musim hujan sondara-sondara)

p_20170131_093426.jpgThe snaps are truly adjustable. Itu kancing-kancing yang di bagian depan kan memang berfungsi menyesuaikan dengan pertumbuhan bayi yaaaa. Jadiii, yang harus kita lakukan agar ga bocor adalah memastikan untuk mengunci pada kancing yang benar,. Lalu, rekatkan velcro (lihat gambar – velcro itu bagian perekat di pinggang) untuk memastikan si clodi pas dengan tubuh si kecil.

Daaaan yang paling saya suka adalah : LITTLE HIPPO INI BISA JADI PULL-UP PANTS dengan karet di bagian belakang cover-nya. Jadi kan ga harus beli lagi kalau mau mulai toilet training.  *sindrom emak irit*

INNER COVER & INSERT

p_20170131_093937.jpgBerikutnya, mari kita gali lebih dalam lagi. Bagian yang menyentuh kulit yang berwarna putih ini lembuut banget. Jelas ga bakal buat iritasi yah (kecuali emang tega ga dibuka-buka sehari semalam heuheu). Fiturnya yang terpisah dengan insert membuatnya mudah dicuci yaaa.. kan perlakukannya beda. Saya sih lebih suka yang terpisah gini biar kalau dikucek ga tebel dan cepet keringnya.

p_20170131_093618.jpgUntuk insertnya sendiri, saya mendapat yang berbahan microfiber. Insert berbahan ini dapat menyerap lebih banyak cairan. Tapi, ingat.. baca perlakuannya pada kemasan belakang yaaa agar insert bisa bekerja maksimal. Jadi, biar ga bocor dan tahan lama harus nurut sama aturan pakai.

RECOMMENDED?

Kata saya sih, iyes. Repurchase? Mau bangeeeet. Jangan bilang cinta Indonesia kalau ga mau beli produk buatan negeri sendiri atuh. Dan clodi ini yang dengan bangga mencantumkan ‘Made In Indonesia’ pada bagian kemasannya bikin saya juga ikutan banga.

 

 

Al Fawaid Al Ilmiyyah (Ustadz Badrussalam)

[KAJIAN] Pondasi Kesesatan: Berkata Atas Allah tanpa Ilmu

Alhamdulillah wassholatu wassalamu ‘ala rasuulillah…

image

⚡Masalah yang ke 115⚡

Pondasi kesesatan,, apa itu?

Berkata atas Allah dengan tanpa ilmu.

Kata Beliau  yang di maksud dengan  ” Asal segala macam kesesatan”, yaitu adalah berkata tanpa ilmu.
Dimana berkata tanpa ilmu ini, kata Syaikh Fauzan : “lebih besar dari kesyirikan.”

Oleh karena itu Allah berfirman dalam surat Al-A’raaf : 33
“Katakan, sesungguhnya yang di haramkan oleh Rabbku adalah perbuatan fahisyah yang tampak darinya dan tersembunyi dan dosa dan berbuat dzolim dengan tanpa haq dan mempersekutukan Allah dengan tanpa Allah turunkan ilmu padanya. Dan kamu berkata atas Allah dengan tanpa ilmu.”

Disini Allah memulai dari yang kecil dahulu yaitu fahisyah kemudian naik kepada dosa kemudian naik kepada dzolim tanpa haq kemudian naik lagi syirik.
Ternyata Allah tidak menutup ayat itu dari syirik.
Tapi Allah menutup dg firmannya:
“Dan kamu berkata atas Allah dengan tanpa ilmu.”
Allah menjadikan berkata atas Allah dengan tanpa ilmu di atas kesyirikan.

Maka tidak boleh seseorang berkata ini haram, Allah mengharamkan ini, Allah mubahkan ini, sebatas dengan ro’yu dengan pendapat tanpa ada dalil dari syari’ah.

Kita katakan ini di syari’atkan, ini tidak di syari’atkan tanpa dalil.
Demikian pula berfatwa, menjawab pertanyaan dg tanpa dalil tapi dengan sebatas mereka-reka saja.

Ini jelas bahaya besar sekali, bahkan itu termasuk dusta atas nama Allah Subhaanahu Wa ta’ala. Yang Allah berfirman:
“Maka siapakah yang paling dzalim dari orang yang berdusta atas nama Allah Subhaanahu Wa ta’ala.” ( Azzumar:32)

Maka Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalamm saja, ketika pernah di tanya tentang suatu permasalahan beliau tidak tahu, Rasulullah jawab tidak tahu.
Sebagaimana di sebutkan dalam hadits bahwa Rasulullah ditanya tentang bumi mana yang paling di cintai oleh Allah? Kata Rasulullah aku tidak tahu, sampai aku tanya dulu Jibril.

Maka apalagi kita, hendaknya kita mengucapkan tidak tahu, apabila kita di tanya dan kita tidak tahu jawabannya.
Dan lebih baik kita diam daripada berbicara tanpa ilmu.

Imam Malik saja yang hafalannya luar biasa, beliau pernah ditanya tentang 40 pertanyaan, tapi beliau hanya menjawab sebagiannya saja.
Kebanyakan beliau menjawab tidak tahu..tidak tahu..
Lalu orang yang bertanya itu berkata : Aku datang dari negeri yang jauh, sudah melewati berbagai macam kesulitan, ternyata engkau jawabnya tidak tahu. Maka Imam Malik berkata: pulanglah kamu dan katakan kepada orang-orang, aku sudah bertanya kepada Malik, tapi Imam Malik tidak tahu…سُبْحَانَ اللّهِ

Berbeda dengan di zaman sekarang ini, banyak di zaman sekarang orang-orang sok tahu.
Sehingga akhirnya dengan sok tahunya itu ia mengomentari. Bahkan ulama besarpun dia komentari dengan ro’yu nya.
Padahal ilmunya itu سُبْحَانَ اللّهِ sangat sedikit sekali.
Tapi itulah…
Itu merupakan perilaku jahiliyah yang di zaman ini segala tersebar sekali, mudah berbicara tentang agama dengan pendapat, dengan tanpa dalil, tanpa hujjah dan tanpa pemahaman yang benar.
Terkadang ada seseorang hanya sebatas tahu 1 dalil lalu mengkritik para ulama besar yang hafalan ratusan ribu hadits.
Sehingga akhirnya seseorang terkena penyakit ujub. Penyakit berkata tanpa ilmu….Naudzubillah.
‎ل الله السلامة والعافية

Wallahu a’lam

12 Jumadil Ula 1438 / 9 Februari 2017

SUMBER:
📙Masaail Jaahiliyyah
👤 Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab
🔬Kajian Online Al Fawaid Al Ilmiyah asuhan Ustadz Badrusalam

Aisha Portfolio

[VLOG WITH PRINTABLES] Hafalan Hadits 1-10

Bismillah.

Video hafalan hadits 1-10 ini menyertai worksheet yang dibuat Jenna (10th) untuk membantu hafalan teman-teman pembelajar visual. ^_^  Masih on progress untuk printables-nya yang saat ini baru terdiri dari 5 lembar kegiatan mewarnai dan gunting tempel. Jadi, silahkan subscribe aja blognya untuk mendapatkan update printables-nya yaaaa.

Hafalan hadits ini sebenarnya rekaman Jenna (10th) untuk mengikuti sesi menghafal hadits online. Tapi ternyata Jenna lebih antusias untuk membuat media visual untuk membantu adiknya menghafal, sekaligus sebagai amal jariyah.

Barakallahu fiik.

Selamat mengunduh worksheetnya. Insya Allah 6 hadits berikutnya akan di-update pada posting ini juga, insyaa Allaah. Semoga bermanfaat ya.

 

 

Landasan Homeschooling Islam

[Landasan Pendidikan Rumah #6] Shalat, Amar Ma’ruf Nahi Munkar, dan Sabar

Setelah membahas landasan HS muslim sebelumnya, kini kita berlanjut pada landasan pendidikan rumah nomor 6 yang diambil dari surat Lukman ayat 17. Ayat ini berisi pentingnya shalat, amar ma’ruf nahi mungkar, dan perintah untuk bersabar jika mengalami gangguan atau musibah.

***ditulis oleh Mierza Miranti – klastulistiwa.com***

Asy Syaukani rahimahullah menyebutkan bahwa tiga ibadah ini adalah induknya ibadah dan landasan seluruh kebaikan. (Fathul Qodir, 5: 489). Sebagaimana pula yang ditafsirkan oleh Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya:

“Dirikanlah shalat lengkap dengan batasan-batasan, fardhu-fardhu, dan waktu-waktunya. Perintahkanlah yang baik dan cegahlah yang munkar sesuai kemampuan dan jerih payahmu. Karena untuk merealisasikan amar ma’ruf dan nahi munkar, pelakunya pasti akan mendapat gangguan dari orang lain. Oleh karena itu, dalam pesan selanjutnya Luqman memerintahkan kepada putranya untuk bersabar.”

Kita ulas satu per satu yaaa…. Pertama adalah ini:

Berilmu Sebelum Mendidik

Tentunya kita tidak mau anak-anak belajar hal atau dari orang yang salah. Agar anak-anak bisa berilmu dengan benar mengenai shalat dan amar ma’ruf nahi munkar, maka kita sebagai orang tua perlu berilmu. Umar bin ‘Abdul ‘Aziz mengatakan,

مَنْ عَبَدَ اللهَ بِغَيْرِ عِلْمٍ كَانَ مَا يُفْسِدُ أَكْثَرَ مِمَّا يُصْلُحُ

Barangsiapa yang beribadah pada Allah tanpa ilmu, maka ia akan membuat banyak kerusakan dibanding mendatangkan banyak kebaikan.”

kurikulum homeschooling islami
“Mengikat Ilmu Dengan Tulisan” (Doc Pribadi)

Mendidik Tentang Shalat

Ilmu melakukan shalat yang benar sebagai ibadah perlu diberikan sejak dini, justru sebelum anak diperintahkan shalat. Mengajari anak rukun-rukun shalat, misalnya, akan membuat anak tahu bahwa jika rukun ini tidak dilakukan, maka shalatnya tidak sah. Perintah shalat itu datang pada usia 7 tahun sedangkan memukul anak yang tidak shalat itu ada pada usia 10 tahun. Ada jarak 3 tahun untuk membiasakan shalat di awal waktu (dan di masjid bagi anak laki-laki), bukan? Jika waktu yang tidak sebentar ini dimanfaatkan, maka sebenarnya tidak akan ada pukulan, insya Allah.

Mendidik Shalat Sebelum Usia 7 Tahun?

Memang anak belum diperintahkan shalat sebelum usia 7 tahun. Tapi, inilah masa keemasan tuntuk memberikan keteladanan, ajakan, dan ilmu yang akan dipakainya seumur hidup ini. Cara terjitu adalah doa di waktu-waktu mustajab agar Allah yang langsung menggerakkan hati mereka.

Komunitas Homeschooling
Mosqueschooling Komunitas Homeschooling

Selain itu, untuk menumbuhkan cinta dalam beribadah kepada Rabb-nya bisa dilakukan melalui kisah-kisah shahih. Kenalkan pula nash-nash mengenai keutamaan shalat, misalnya hadits shalat fajr yg lebih utama dr seisi dunia, untuk menyentuhkan rahmat Allah yang luas kepada anak. Menumbuhkan cinta juga bisa dengan reward, tapi pastikan mengiringi dengan ilmu diin, agar tdk terjerumus ke dalam hedonisme. Jangan termakan dengan ide ‘reward is bribing‘ (imbalan adalah menyuap) dari ilmu-ilmu parenting masa kini. Noooo… ulama dan generasih shalih terdahulu telah lama melakukan ini dalam mendidik generasi Islam terbaik dan telah terbukti hasilnya. Asal ingat: memberi imbalan pun perlu diin ilmu diin yang cukup.

Berikutnya adalah pembiasaan bangun pagi yang bisa dilakukan saat usia dini. Untuk anak laki-laki bisa mulai diajak ke masjid, sambil mengingatkan mereka tentang adab di masjid. INGAT: JANGAN DITINGGAL! Karena ada hak jamaah lain yang harus dipenuhi dan adab yang harus diajarkan. Sementara itu, anak perempuan diajarkan keutamaan shalat di rumah. Jamaah bisa dilakukan bersama ibu atau saat shalat sunnah bersama ayahnya. Masya Allah, tenyata inilah hikmah hadits shalat sunnah di rumah kecuali shalat wajib.

Selanjutnya adalh tentang ajakan yang positif. Kalimat  seperti “Adik mau shalat?” insyaAllah akan menanamkan keinginan dan doa. Hindari kata pilihan NEGATIF seperti “Adik mau shalat, NGGAK?”  Bagaimana jika mereka memilih tidak mau shalat? Hindari mengiyakan ketidak mauannya (meskipunidak boleh memaksakannya ya). Coba ucapkan kata-kata ekspektasi seperti “Oh, adik mau ikut shalat berikutnya ya” misalnya. Meski bisa jadi berikutnya kejadiannya sama, tapi lagi-lagi kata-kata orang tua bisa menjadi doa yang mustajab.

Dan terakhir, mengenai pemberian teladan. Hal ini tidak cukup dengan mencontohkan, tapi juga memerlukan komunikasi yang baik, ceria, dan tanpa beban. Contohnya saat adzan, ucapkan “Wah, adzan. Wudhu yuk. Ke masjid yuk.” dan yang semacamnya. Begitu pula saat safar. Sebisa mungkin yang dicari pertama kali adalah lokasi masjid atau musholla. Insya Allah keteladanan dan pembiasaan ini akan menumbuhkan cinta.

Mendidik Amar Ma’ruf Nahi Munkar dan Menjalani Dengan Kesabaran

Tentunya hal ini pun memerlukan ilmu. Salah satunya adalah ilmu melakukannya dengan sikap lembut, seperti sabda Rasulullullah dalam hadits riwayat Muslim no. 2594.

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha,

إِنَّ الرِّفْقَ لاَ يَكُونُ فِى شَىْءٍ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَ يُنْزَعُ مِنْ شَىْءٍ إِلاَّ شَانَهُ

Sesungguhnya jika lemah lembut itu ada dalam sesuatu, maka ia akan senantiasa menghiasanya. Jika kelembutan itu hilang, maka pastilah hanya akan mendatangkan kejelekan.

Selain itu juga ada hadits mengenai memberikan nasihat secara diam-diam dan beberapa ilmu lain yang mengiringi tindakan amar ma’ruf nahi munkar ini. Karena itu, mendampingi anak ketika mengamalkan menjadi hal yang sangat baik. 

Membersamai anak menjadi penting karena hal ini insyaAllah dapat membentuk kesabaran mereka. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Al Amru bil Ma’ruf wan Nahyu ‘anil Mungkar, Mawqi’ Al Islam, mengatakan,

Setiap orang yang ingin melakukan amar ma’ruf nahi mungkar pastilah mendapat rintangan. Oleh karena itu, jika seseorang tidak bersabar, maka hanya akan membawa dampak kerusakan daripada mendatangkan kebaikan.”

Menyisir Sampah Tahun Baru Masehi di Taman Kota Bersama Komunitas HS Muslim
“Pagi Hari 1 Januari 2016 M Saat Menyisir Sampah Tahun Baru di Taman Kota Bersama Komunitas HS Muslim” (Dok. Pribadi)

Kesabaran ini tidak semudah mengucapkannya. Kita pun sebagai orang dewasa sulit melakukannya, apalagi anak-anak. Karena itu membersamai anak dan mengingatkan mereka mengenai kesabaran setelah melakukan amal ma’ruf nahi munkar itu adalah pilihan yang tepat. Selama kita ada, akan ada bahu bagi mereka untuk tempat bersandar dan tangan kita untuk memeluk. Akan ada tepukan kita di dada mereka untuk memberi semangat dan senyuman untuk menguatkan. Jadi, hadirkan diri hingga mereka bisa menguatkan diri sendiri dan bersabar dengan gangguan.

Jangan takut dengan stempel, “Anak nempel”, “Ga berani lepas”, atau yang semacamnya. Bukankah Ibnu Abbas mendapatkan nasihat berharga saat dibonceng Rasulullah? Insya Allah akan ada saatnya anak akan mengepakkan sayap dengan lebih berani, dengan cara yang benar dan lebih sabar.

Sila klik tautan untuk landasan pendidikan rumah yang lainnya:

[LANDASAN #1] MEMILIH VISI DAN MISI

[LANDASAN #2] TANAMKAN TAUHID

[LANDASAN #3] ADAB DAN AKHLAK KEPADA ORANG TUA

[LANDASAN #4] AUTO-PILOT HOMESCHOOL

[LANDASAN #5] MURAQABAH

[LANDASAN #6] AMAL MA’RUF NAHI MUNKAR DAN SABAR

[LANDASAN #7] MENDIDIK KOMUNIKATOR YANG TAWADHU

Sumber:

“Begini Seharusnya Menjadi Guru” oleh Fu’ad bin Abdul Aziz asy-Syalhub,  terbitan Darul Haq,  1433 H

Nasehat Akhlak dari Lukman pada Anaknya

3 Bekal Amar Maruf Nahi Mungkar

Pesan-Pesan Luqman

Product Review

Yakin Makanan Rumah Kita Sehat?

Kenapa ada orang rentan terkena serangan jantung, diabetes, tekanan darah tinggi, asma, alergi – bahkan di usia muda? Ternyata, salah satu jawabannya ada saat kita menjadi janin. Faktor-faktor seperti nutrisi yang kita terima dalam rahim, polutan, obat-obatan, dan kondisi ibu saat mengandung membentuk kita hingga hari ini.

Inilah hasil riset mengejutkan yang disampaikan oleh salah satu pembicara Simposium bertajuk “Masakan Rumah, The Silent Killer?” dalam rangka Hari Gizi Nasional, Dr. Entos Zainal, DCN, SP, MPHM. Beliau juga memaparkan pentingnya gizi pada masa emas dan kritis pertumbuhan anak .

p_20170125_143354.jpgAda juga Ibu Theresia Irawati, SKM. M.Kes yang menyoroti pentingnya GERMAS untuk menyikapi meningkatnya penderita Penyakit Tidak Menular (PTM) di Indonesia. Simposium yang juga dihadiri homeschoolers dan sang Ibu blogger dari klastulistiwa.com ini pun ditutup oleh dr. Tirta Prawita Sari, M.Sc, Sp.GK. yang menambahkan bahaya minyak trans, hoax tentang lemak jenuh, dan cara menghindari lemak trans itu sendiri.

Gizi dan Stimulasi Itu Penting!

gizi untuk ibu hamilDr. Entos Zainal melanjutkan pemaparan mengenai hasil riset yang dimuat pada majalah Times tahun 2010 tersebut dengan  menyebutkan bahwa, pentingnya gizi bukan melulu soal berat dan tinggi badan. Bukaaan.

Gizi yang tepat sejak kandungan dapat memprediksi kesehatan di masa dewasa. Contohnya saja jantung. Jika organ ini tidak tumbuh optimal pada usia 4 minggu, maka bisa saja terjadi masalah pada jantungnya di usia 30 atau 40 tahun.

p_20170125_134244_1.jpg
Berat otak bayi baru lahir 25% berat dewasa dan anak 2 th 50%.

Ketika anak lahir, jelaaas PR belum berakhir. Untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan otak yang optimal, anak memerlukan zat gizi makro (energi, protein, dan lemak) dan zat gizi mikro (vitamin dan mineral).

p_20170125_134414_2.jpg
Transmisi Bio-Elektrik di Sinaps

Pengaruh gizi makro sangat penting dalam membentuk struktur anatomi otak, yang mempengaruhi sel-sel syaraf dan sel-sel pendukung (Sel Gilia). Masih menurut beliau dalam acara yang didukung oleh SunCo ini, stimulasi yang tepat pada saat dalam kandungan hingga masa anak-anak juga berpengaruh untuk perkembangan otak anak. Katakanlah, orang tua Muslim yang memperdengarkan anaknya sejak dari janin hingga masa keemasan pertumbuhannya. Kebiasaan ini akan memberikan stimulasi pada otak anak (yang bergizi baik). Stimulasi inilah yang mempengaruhi kualitas pembentukan akson, dendrit, serta sinaps yang membentuk kecerdasan anak.

GERMAS Untuk Melawan Penyakit Tidak Menular

Ibu Theresia Irawati, SKM. M.Kes selanjutnya menekankan pencanangan GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat). Gerakan ini bermaksud melawan peningkatan Penyakit Tidak Menular (atau PTM seperti stroke, jantung, diabetes) dalam 30 tahun terakhir. Faktor utama PTM yang disebutkan pada gambar di bawah ini bisa dicegah dengan GERMAS.

p_20170125_140839_1.jpg

Beliau juga menambahkan, faktor naiknya angka PTM ini seiring dengan kenaikan jumlah pengguna gula, garam, dan lemak yang berlebih. Pada tahun 2009, pengguna gula garam berlebih hanya berkisar 24,9% penduduk saja. Lalu meningkat menjadi 26,2% pada tahun 2013. Konsumsi lemak berlebih pun naik dari 12,8% menjadi sebesar 40,7% di tahun 2013.

Lalu, Bagaimana???

  1. Melakukan aktifitas fisik.
  2. Batasi konsumsi panganan manis, asin, berlemak.
  3. Perbanyak konsumsi sayur dan buah
  4. Perhatikan asupan gula, garam dan minyak.
  5. Bijak memilih minyak goreng, seperti SunCo,  minyak goreng baik dikit nempel di makanan.
  6. Bergaya hidup sehat.
  7. Cek kesehatan secara berkala

Bahaya Mana? Lemak Jenuh atau Lemak Trans

Pemaparan dr. Tirta Prawita Sari, M.Sc, Sp.GK. dimulai dari penelitian-penelitian mengenai lemak jenuh dan lemak trans. Ternyata, derasnya informasi membuat masyarakat kita percaya bahwa penyakit jantung itu disebabkan oleh lemak jenuh. Padahal, dari beberapa riset yang beliau bawakan dalam slide di bawah ini, tidaklah demikian.

p_20170125_142921_1.jpg

Lemak jenuh adalah lemak yang tidak memiliki ikatan ganda karena seluruhnya telah terikat dengan atom hidrogen. Beberapa meleitian hanya menunjukan sedikit hubungan lemak jenuh dengan penyakit jantung. Sementara lemak trans yang merupakan lemak tak jenuh, tidak mengalami proses itu, hingga sebagian berubah menjadi jenuh. INILAH FAKTOR RESIKO PENYAKIT JANTUNG yang disumbangkan oleh sumber lemak trans seperti gambar di bawah ini.

p_20170125_142948_1.jpg

Sementara itu, lemak tak jenuh adalah jenis lemak yang memiliki 1 rantai ganda atau lebih, serta bersifat protektif terhadap jantung. INILAH YANG SEHARUSNYA LEBIH DIPILIH UNTUK DIKONSUMSI.

Lalu Bagaimana Cara Menghindari Lemak Trans?

  1. Kurangi konsumsi makanan yang telah diproses
  2. Pilih butter daripada margarin.
  3. Pilih olive oil atau minyak kelapa daripada margarin.
  4. Jika menggoreng, pastikan menggunakan #MinyakGorengBaik yang #DikitNempel di makanan.
  5. Baca label pada makanan kemasan.

Jadi, demikian yaaa…. makanan rumah tetap bisa jadi opsi yang paling sehat, insya Allah. Selamaaaa (catet niih) segala resiko-resiko yang membuat makanan menjadi silent killer itu dihindari.

Selamat memilih dan menjalani hidup sehat.

mendidik adab kepada anak
Homeschooling Starter Kit, Landasan Homeschooling Islam

[Landasan Pendidikan Rumah #5] Muraqabah

“Character is doing what’s right when nobody is looking” – Karakter adalah melakukan hal yang benar meskipun tidak ada yang melihat – Ungkapan J.C Watts ini sering disematkan pada pendidikan karakter yang didengung-dengungkan beberapa saat lalu. Kalimat Kami pun sempat memiliki frame yang sama hingga hidayah sunnah menyapa dan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dalam hati kecil kami. Benarkah tidak ada yang melihat? Benarkah manusia sanggup tidak menisbatkan pada apapun, termasuk popularitas dan nama baik, ketika melakukannya? Bukankah fitrah manusia mengharapkan sesuatu dan berharap dilihat oleh yang maha melihat? Dalam perjuangan homeschooling ini, fitrah inilah yang berusaha kami tumbuhkan pada jiwa anak-anak agar kuat mengakar: muraqabah. Merasa diri selalu diawasi oleh Allah.

Dua Tahap Sebelum Muraqabah

Ada dua tahap yang perlu dilakukan orang tua dalam keseharian bersikap dan dalam mendidik anak, sebelum muraqabah. Tahap tersebut adalah muhasabah dan musyarathah.

1. Muhasabah

Muhasabah adalah melakukan instropeksi diri setelah melakukan sesuatu. Dengan muhasabah, berarti kita menggunakan akal untuk menghisab diri mengenai kesalahan-kesalahan dan dosa-dosa yang kita perbuat. Seorang muslim yang meyakini adanya hari kiamat tentunya tahu pentingnya menghisab diri sebelum dihisab. Telah banyak diutarakan dalam Al Qur’an mengenai hal ini, seperti Qur’an surat Ali-Imran ayat 30, Al-Anbiyaa’ ayat  47, dan QS. Al-Kahfi ayat 49. Manusia perlu bermuhasabah karena ketidak sempurnaannya. Ketika iman itu naik, seorang mukmin dapat mudah sekali melakukan ketaatan. Namun ketika iman itu lemah, kita dapat tergoda untuk jatuh dalam kesalahan.

 Ini pula seharusnya yang menjadi sandaran ketika mendidik. Sebagaimana kita tahu, sebagai orang tua, kita tercipta tidak sempurna. Karena itu, ketika mereka melakukan kesalahan, kita mengingatkan diri bahwa anak-anak, sebagaimana kitaaa, adalah manusia. Setelah menyadari itu (seharusnya) segalanya menjadi lebih mudah insyaAllah. Kita tahu ekspektasi yang seharusnya. Tidak menganggap sebuah kesalahan itu akhir dunia. Yang kita pikirkan selanjutnya adalah bagaimana menggiring anak-anak untuk bermuhasabah dan menyadari kesalahan-kesalahan mereka.

2. Musyarathah

Langkah kedua adalah musyarathah. Kata ini berasal dari kata syaaratha-yusyaarithu yang  artinya saling memberikan syarat. Setiap manusia yang mempercayai akhirat akan bersungguh-sungguhlah untuk mencapainya. Konsekuensinya adalah menguatkan kesungguhan dalam ketaatan, termasuk bersungguh-sungguh dalam mengawasi jiwa kita sendiri. Kita sendirilah yang berusaha memperketat tindakan dan pikiran kita.

Dalam keseharian, langkah kedua ini memang sungguh menantang. Oh yaaa, sebagai seorang Ibu yang berjuang mendidik di tengah pekerjaan rumah yang menumpuk, masalah-masalah kecil yang meminta diselesaikan… ini memang tidak mudah. Tapi…

Ibnul Qoyyim berkata: Bahwa asal dari kebaikan itu dari pikiran, dan asal dari keburukan itu berasal dari pikiran pula.

Maka, jika kita (orang tua) berpikir tentang keburukan, maka akan menimbulkan niat-niat yang buruk. Jika kita berpikir sulit, maka itulah yang dirasakan. Dan sebaliknya, jika yang dipikirkan adalah kebaikan, maka hanya niat-niat baik yang akan muncul. Bukankah kita ingin menjadi contoh bagi anak-anak?

Setelah kita mampu menguatkan diri, langkah berikutnya adalah membantu anak-anak memberi syarat untuk jiwa-jiwa mereka. Bagaimana caranya agar melakukan segala syariat dengan sekuat tenaga. Bersungguh-sungguh menjaga gerakan, ucapan, hingga pikiran agar tetap melakukan hal-hal yang baik. Jangan lelah mengingatkan mengenai syarat-syarat sebagai muslim ini, selama status mereka masih anak-anak kita… hingga jiwa kita terpisah dari raganya.

Lalu  Selanjutnya: Muraqabbah

Tahap berikut setelah memberikan syarat kepada diri (musyarathah), seorang muslim perlu mengawasi jiwa-jiwa mereka. Dan karena itu, seorang muslim perlu ‘menghadirkan’ keagungan Allah di hatinya. Allah Ta’ala berfirman,

يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ

“(Luqman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui” (QS. Luqman: 16).

 Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Ini adalah wasiat yang amat berharga yang Allah ceritakan tentang Lukman Al Hakim supaya setiap orang bisa mencontohnya … Kezholiman dan dosa apa pun walau seberat biji sawi, pasti Allah akan mendatangkan balasannya pada hari kiamat ketika setiap amalan ditimbang. Jika amalan tersebut baik, maka balasan yang diperoleh pun baik. Jika jelek, maka balasan yang diperoleh pun jelek” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 11: 55).

Diambil dari situs rumaysho.com, disebutkan mengapa Lukman mengeluarkan nasihat tersebut.  Diceritakan oleh para ulama dengan dua tafsiran:

1. Anak Lukman berkata pada ayahnya, bagaimana jika suatu di bawah dasar laut, apakah Allah juga mengetahuinya? Maka Lukman menjawab dengan ayat ini. Demikianlah tafsiran dari As Sudi.

2. Anak Lukman berkata pada ayahnya, bagaimana jika aku melakukan suatu dosa lantas tidak ada seorang pun yang melihatnya, bagaimana Allah bisa mengetahuinya? Lalu keluarlah jawaban Lukman seperti ayat di atas. Demikian pendapat Maqotil. (Lihat Zaadul Masiir, 6: 321).

Semoga setelah menghujamkan kepada diri mengenai hal ini, kita akan menjadi lebih berhati-hati dalam melakukan segala hal. Dalam mendidik anak pun, penanaman muraqabah insyaAllah dapat membuat mereka takut kepada Allah di mana pun mereka berada. Lebih berhati-hati dalam bertindak, meski ketika orang tuanya tiada.

Kita bisa melakukan diskusi dengan anak-anak untuk menajamkan sifat ini. Mempertanyakan setiap niat yang mereka miliki setiap ingin melakukan sesuatu, bukan hanya karena ‘mau’ atau menuruti ‘passion’ yang cenderung dipengaruhi hawa nafsu. Tanyakan hal-hal penting, terutama berkaitan dengan aqidah. Adakah sedikit saja niat yang bukan karena Allah? Adakah sesuatu hal dalam pilihan mereka yang bertentangan dengan hukum-hukum Allah, meskipun hanya sedikiiiit saja?

Jika anak terbiasa menerima dan mendiskusikan pilihan-pilihan mereka dengan menyandarkan pada syariat, insyaAllah mereka bisa terjaga dengan pilihan-pilihan yang sehat. Tujuan anak-anak pun bukan hanya sekedar ‘melakukan hal yang benar saat tidak ada yang melihat’. Tapi melakukan hal yang benar di mata Allah, saat tidak dilihat. Bahkan, melakukannya di tengah kemungkaran dimana banyak yang melihat namun tidak menyetujui kebaikan yang dilakukan.

Sungguh… hanya Allah sebaik-baik pemberi balasan. Semoga kita dimudahkan mendidik buah hati melalui jalan ini.


Tulisan ini merupakan bagian dari seri…

LANDASAN PENDIDIKAN RUMAH BAGI MUSLIM

[LANDASAN #1] MEMILIH VISI DAN MISI

[LANDASAN #2] TANAMKAN TAUHID

[LANDASAN #3] ADAB DAN AKHLAK KEPADA ORANG TUA

[LANDASAN #4] AUTO-PILOT HOMESCHOOL

[LANDASAN #5] MURAQABAH

[LANDASAN #6] AMAL MA’RUF NAHI MUNKAR DAN SABAR

[LANDASAN #7] MENDIDIK KOMUNIKATOR YANG TAWADHU

cara memulai homeschooling
Homeschooling Starter Kit, Landasan Homeschooling Islam

[Landasan Pendidikan Rumah #4] Auto Pilot Muslim Homeschool

***Menuju Auto-Pilot Muslim Homeschool***

Semua pakar parenting pasti setuju kalau keteladanan orang tua adalah kunci pengasuhan yang paling utama. Tapi, bagaimana ketika orang tua khilaf atau malah sama sekali melenceng dari visi dan misi awal? Atau malah kita – sang orang tua wal – iyadzubillah, adalah pembawa keburukan ke dalam rumah? Ternyata, Islam memiliki jawabannya.

Menyadarkan Anak Bahwa Orang Tua Juga Seorang Hamba

Allah Ta’ala berfirman,

وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan” (QS. Lukman: 15).

Dan karena orang tua adalah seorang hamba Allah, maka bagi mereka juga berlaku syariat-syariat yang sama. Karena itu, sangat penting untuk memahamkan kepada anak bahwa mereka melakukan sesuatu bukan hanya karena ‘kita yang suruh’. Kalaupun alasannya karena ‘kita yang suruh’, sangat penting memberikan pengertian kepada anak bahwa dengan melakukan itu, ia akan mendapat ridho Allah melalui ridho orangtuanya.

Kenapa bukan hanya karena ‘kita yang suruh’? Karena anak-anak perlu memahami sesuai usia bahwa segala ibadah yang dilakukan harus berdasarkan syariat. Karena mereka perlu mempelajari bahwa muamalah yang dilaksanakan juga berdasarkan lingkaran hukum-hukum Allah.

Dengan terus melakukan hal ini sampai pada derajat sami’na wa atho’na (saya dengar dan saya kepada hukum Allah) insya Allah akan mengantarkannya pada apa yang diidamkan-idamkan orangtua homeschoolers selama ini: an auto-pilot muslim homeschool. 

p_20160417_142725.jpg

Tenaga Auto Pilot itu Bernama Al Qur’an dan As Sunnah

Bayangkan jika seorang anak yang belajar bersama orang tuanya tidak menyadari urgensi ayat di atas. Apa reaksinya ketika orang tuanya tidak ada atau ternyata orang tua benar-benar berperilaku di luar apa yang telah ia pelajari selama ini.

Oh, yes parents.. we are humans. Me do make mistakes. 

Bisa jadi yang menjadi reaksi adalah bingung. Atau, bisa jadi anak-anak itu malah menjadi musuh bagi orang tuanya. Mereka menjadi singa yang mengaum kepada orang tuanya yang berbuat kesalahan.

Oh my.. sounds familiar?

Bukankah banyak yang pertanyaan-pertanyaan di kajian mengenai ‘Orang tua saya belum mengenal sunnah Ustadz’ apa yang harus saya lakukan?”

Oh yaaa… sudah banyak peristiwa orang yang sudah ‘mengaji’ lalu menyeret orangtua yang masih belum tersentuh hidayah sunnah dengan cara yang tidak baik. Dari mulai mengajak mengaji dengan perkataan yang merendahkan hingga sikap yang menyakiti mereka. Yaaa Raabb…. Seakan-akan hidayah itu dia yang memetiknya sendiri tanpa campuh tangan Allah!

Bukankah dalam ayat di atas terdapat klausa ‘dan pergauliah keduanya dengan baik?’ 

Ayat itu tidak turun setengah saja melainkan utuh, bahkan terkait dengan ayat-ayat lain mengenai birrul walidain.

Dalam tafsirnya, Ibnu Katsir rahimahullah berkata mengenai ayat di atas,

“Jika kedua orang tua memaksamu agar mengikuti keyakinan keduanya, maka janganlah engkau terima. Namun hal ini tidaklah menghalangi engkau untuk berbuat baik kepada keduanya di dunia secara ma’ruf (dengan baik)” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 11: 54).

Syaikh As Sa’di rahimahullah dalam situs ini menerangkan,

“Janganlah engkau menyangka bahwa taat kepada keduanya dalam berbuat syirik adalah bentuk ihsan (berbuat baik) kepada keduanya. Karena hak Allah tentu lebih diutamakan dari hak yang lainnya. Tidak ada ketaatan dalam bermaksiat pada al Kholiq (Sang Pencipta)”.

Allah Ta’ala tidaklah mengatakan: Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka durhakailah keduanya. Namun Allah Ta’ala katakan, janganlah mentaati keduanya, yaitu dalam berbuat syirik. Adapun dalam berbuat baik pada orang tua, maka tetap ada. Karena selanjutnya Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “pergaulilah keduanya di dunia dengan baik”. Adapun mengikuti mereka dalam kekufuran dan maksiat, maka jangan” (Taisir Al Karimir Rahman, 648).

Ya, anak perlu mengenal ayat ini (dengan pemahaman mereka) secara utuh. Mereka perlu menyadari bahwa orang tua dapat berbuat kesalahan namun perlu diingatkan dengan cara yang ahsan untuk kembali merih surga bersama-sama. Anak perlu mempelajari dan memahami adab dan akhlak kepada orang tua.

Kenapa?

Karena kita tidak tahu hingga kapan hidayah ini akan ada terus bersama kita. Sebagaimana kita pun tidak bisa menjamin fisik kita bisa terus menemani mereka esok hari. Bukankah kita selalu meminta untuk terus istiqomah memegang hidayah ini melalui surat Al Fatihah?

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ

Tunjukilah kami jalan yang lurus [Al-Fatihah:6]

Jadi, jangan kuatir. InsyaAllah program auto pilot itu bisa aktif menyala selama anak-anak terus dipahamkan kepada apa siapa kita bersandar. InsyaAllah.

***menulis adalah mengingatkan diri***


Tulisan ini merupakan bagian dari seri…

LANDASAN PENDIDIKAN RUMAH BAGI MUSLIM

[LANDASAN #1] MEMILIH VISI DAN MISI

[LANDASAN #2] TANAMKAN TAUHID

[LANDASAN #3] ADAB DAN AKHLAK KEPADA ORANG TUA

[LANDASAN #4] AUTO-PILOT HOMESCHOOL

[LANDASAN #5] MURAQABAH

[LANDASAN #6] AMAL MA’RUF NAHI MUNKAR DAN SABAR

[LANDASAN #7] MENDIDIK KOMUNIKATOR YANG TAWADHU

cara mendidik anak dalam islam
Homeschooling Starter Kit, Landasan Homeschooling Islam, Parenting

[Landasan Pendidikan Rumah #3] Adab Kepada Orang Tua

Fondasi terpenting yang membuat kami memilih homeschooling adalah menerapkan pentingnya birrul walidain. Banyak nasihat yang dulu belum kami terapkan. Contohnya saja, sikap-sikap seperti memotong ucapan orang tua, mendahulukan dunia daripada orang tua, hingga memamerkan pengetahuan di hadapan orang tua sebelum diijinkan yang dulu saya anggap sebagai ‘sikap aktif, lucu, berani, dan menggemaskan’. Ah… ternyata saya… salah. 😦

Tergugah Sebuah Kisah

Adalah kisah Haiwah bin Syarih yang menyadarkan saya tentang hal ini. Beliau, seorang imam kaum muslimin, sedang duduk dalam majelis untuk mengajarkan ilmu. Lalu, beliau BERANJAK MENINGGALKAN MAJELIS untuk menuruti ibunya yang memanggil, “Berdirilah wahai Haiwah, beri makan ayam-ayam itu!”

Bayangkan. Sebuah majelis! Di hadapan murid-muridnya, beliau memilih menuruti ibunya untuk memberi makan ayam!

“Ah, anak jaman sekarang mah mana maaau!” mungkin begitu tanggapan kita. Kiiitaaa? Saya aja kali. Sikap saya dulu begitu karena belum tahu bahwa kita bisa menanamkan kepada Anak-anak adab-adab dan akhlak mulia ini. Bisa, insya Allah, setelah memahami urgensi serta cara menanamkannya.

Pentingnya Berbakti

Allah Ta’ala berfirman,

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu” (QS. Lukman: 14).

Yang dimaksud ihsan dalam ayat di atas yaitu menyampaikan setiap kebaikan kepada keduanya semampu kita dan bila memungkinkan mencegah gangguan kepada keduanya. Menurut Ibnu ‘Athiyah, kita juga wajib mentaati keduanya dalam hal-hal yang mubah (yang diperbolehkan syari’at), dan harus mengikuti apa-apa yang diperintahkan keduanya dan menjauhi apa-apa yang dilarang (selama tidak melanggar batasan-batasan Allah ‘Azza wa Jalla).

Sedangkan ‘uququl walidain adalah gangguan yang ditimbulkan seorang anak terhadap keduanya, baik berupa perkataan maupun perbuatan. Contoh gangguan berupa perkataan, yaitu mengucapkan “ah” atau “cis”, berkata dengan kalimat yang keras atau menyakitkan hati, menggertak, mencaci maki dan lain-lain. Sedangkan yang berupa perbuatan adalah berlaku kasar, seperti memukul dengan tangan atau kaki bila orang tua menginginkan sesuatu atau menyuruh untuk memenuhi keinginannya, membenci, tidak mempedulikan, tidak bersilaturrahim, atau tidak memberi nafkah kepada kedua orang tuanya yang miskin. (Sumber)

Penanaman Konkret Adab Kepada Orang Tua

Ada beberapa cara yang kami coba terapkan setelah menerima ilmu ini. Penuh ups and down tentunya. Tapi, alhamdulillah. Setelah setahun menerapkannya dalam pendidikan rumah, kami melihat banyak sekali perubahan nyata dalam sikap anak-anak. Berikut beberapa di antaranya:

1. Lemah lembut dalam Sikap &Tutur Kata

Allah berfirman di dalam surat Al-Isra’ ayat 23.

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا

“Dan Rabb-mu telah memerintahkan kepada manusia janganlah ia beribadah melainkan hanya kepadaNya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya. Dan jika salah satu dari keduanya atau kedua-duanya telah berusia lanjut disisimu maka janganlah katakan kepada keduanya ‘ah’ dan janganlah kamu membentak keduanya” [Al-Isra : 23]

 

Pertanyaannya: apakah hal ini bisa ditanamkan semenjak kecil? Ya, insyaAllah bisa. Dengan membedakan suara saat berbicara dengan teman dan orang tua. Dan ketika anak meninggikan suara saat berbicara, sebaiknya kita yang tenang. Minta ia mengulang dengan tone yang lebih rendah.

2. Merendahkan Diri di Hadapannya

Allah berfirman di dalam surat Al-Isra’ ayat 24.

وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا

“Dan katakanlah kepada keduanya perkataan yang mulia dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang. Dan katakanlah, “Wahai Rabb-ku sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangiku di waktu kecil” [Al-Isra : 24]

Ini bisa kita terapkan ketika anak melewati tahap egosentrisnya. Sekiranya usia 7 tahun. Misalkan, ketika anak mendapatkan keberhasilan, kita selalu menisbatkannya kepada Allah. Tentu kita memberikan apresiasi, namun jangan lupa mengucapkan MasyaAllah dan Barakallahu fiik. Bacakan kisah-kisah shahih penggugah jiwa sebagai contoh akhlak yang baik seperti ini. Selanjutnya, terus mengingatkan mereka untuk melakukannya.

3. Tidak Mendahului Dalam Berkata

Dalam pendidikan sekarang ini, terdapat sebuah pendapat bahwa anak yang ‘berani mengemukakan pendapat’ di hadapan orang yang lebih tua adalah hal yang baik. Bahkan, sikap seperti itu dianggap kritis. Oh, yaaa… dulu saya juga menganggap begitu karena ketidak tahuan saya. Hingga saya menemukan sebuah riwayat mengenai Abdullah bin Umar radhiallahu’anhu dalam menerapkan adab ini.

Beliau berkata:

كنَّا عندَ النَّبيِّ صلَّى اللهُ عليْهِ وسلَّمَ فأتيَ بِجُمَّارٍ، فقالَ: إنَّ منَ الشَّجرةِ شجَرةً، مثلُها كمَثلِ المسلِمِ ، فأردتُ أن أقولَ: هيَ النَّخلةُ، فإذا أنا أصغرُ القومِ، فسَكتُّ، فقالَ النَّبيُّ صلَّى اللهُ عليْهِ وسلَّمَ: هيَ النَّخلةُ

kami pernah bersama Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam di Jummar, kemudian Nabi bersabda: ‘Ada sebuah pohon yang ia merupakan permisalan seorang Muslim’. Ibnu Umar berkata: ‘sebetulnya aku ingin menjawab: pohon kurma. Namun karena ia yang paling muda di sini maka aku diam’. Lalu Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam pun memberi tahu jawabannya (kepada orang-orang): ‘ia adalah pohon kurma’” (HR. Al Bukhari 82, Muslim 2811).

Umar saat itu tahu jawabannya. Tapi, apa yang ia lakukan? DIAM. He didn’t take the moment (to show-off). Dan itu: adab.

Kita bisa memahamkan ini kepada anak-anak, insyaAllah. Saat mereka seperti akan menyela pembicaraan, kita bisa meminta mereka menunggu sampai kita selesai berbicara lalu tanyakan “Tadi kamu mau bicara apa, Sayang?”

Jika sudah terbiasa dengan adab ini, insyaAllah kita cukup mengingatkan mereka dengan isyarat, tanpa bicara. Oh ya… pastikan kita juga melakukan hal yang sama agar menjadi contoh adab bagi anak-anak kita. 🙂

4. Mendoakan Kedua Orang Tua

Dalam ayat 24 surat Al Isra di atas juga disebutkan adab untuk mendoakan kedua orang tua. Membiasakan anak untuk melakukannya di saat-saat doa diijabah atau saat kita terhimpit kesulitan insya Allah akan membuat anak terbiasa melakukannya. Semoga kita juga tidak lalai mendoakan orang tua agar menjadi contoh bagi anak-anak yaaa.

5. Mencium Tangan Orang Tua

Membiasakan anak dan diri mencium tangan orang tua adalah bentuk penghormatan dan kasih sayang. Aisyah radhiyallahu’anha menceritakan kasih sayang yang terjalin antara Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam dengan putrinya; Fathimah radhiyallahu’anha,

“وَكَانَتْ إِذَا دَخَلَتْ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَامَ إِلَيْهَا فَقَبَّلَهَا وَأَجْلَسَهَا فِي مَجْلِسِهِ، وَكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ عَلَيْهَا قَامَتْ مِنْ مَجْلِسِهَا فَقَبَّلَتْهُ وَأَجْلَسَتْهُ فِي مَجْلِسِهَا”.

“Bahwa Fatimah bila berkunjung kepada Nabi shallallahu’alaihiwasallam, maka beliaupun berdiri menghampirinya dan menciumnya lalu mempersilahkannya untuk duduk di tempat duduknya. Dan Nabi shallallahu’alaihiwasallam apabila mengunjunginya, Fatimah juga bangkit dari tempat duduknya lalu menciumnya serta mempersilahkannya untuk duduk di tempat duduknya”. HR. Tirmidzy dan dinilai sahih oleh al-Hakim juga adz-Dzahaby.

Sebenarnya, masih banyak adab-adab dan akhlak mulia lain yang diajarkan seperti membantu meringankan pekerjaan mereka,  tidak memanggil orang tua dengan namanya, menjaga nama baik orang tua, memuliakan kerabat dan teman mereka, memberi nafkah pada mereka bila mampu, menziarahi makamnya bila telah wafat, dan masih banyak adab yang lainnya. Semoga dimudahkan untuk meneruskannya dalam tulisan berikutnya sebagaimana tulisan ini adalah lanjutan seri sebelumnya. Semoga bermanfaat.


 

Tulisan ini merupakan bagian dari seri…

LANDASAN PENDIDIKAN RUMAH BAGI MUSLIM

[LANDASAN #1] MEMILIH VISI DAN MISI

[LANDASAN #2] TANAMKAN TAUHID

[LANDASAN #3] ADAB DAN AKHLAK KEPADA ORANG TUA

[LANDASAN #4] AUTO-PILOT HOMESCHOOL

[LANDASAN #5] MURAQABAH

[LANDASAN #6] AMAL MA’RUF NAHI MUNKAR DAN SABAR

[LANDASAN #7] MENDIDIK KOMUNIKATOR YANG TAWADHU

kurikulum homeschooling
Homeschooling Starter Kit, Landasan Homeschooling Islam, Parenting

[Landasan Pendidikan Rumah #2] Tanamkan Tauhid dan Aqidah

Jika ditanyakan tentang tujuan, visi, misi, kurikulum homeschooling, seharusnya ya tidak jauh dengan kurikulum pendidikan kehidupan seorang muslim. Ada urutan pembelajaran yang telah tersedia untuk orang tua Muslim agar tidak galau melangkah dalam mendidik, seperti yang pernah saya tulis di sini. Jadi, seharusnya kita tidak perlu takut ketika mendapat pertanyaan, “Kalau orang tuanya meninggal, bagaimana anak yang homeschooling itu?” Ingatkah perjalanan Nabi Khidr yang tetiba membetulkan dinding rumah yang hampir ambruk dalam surat Al Kahf, yang ternyata adalah rumah seorang Yatim? Allah yang menjaga anak yang memiliki orang tua yang shalih itu, agar ketika dewasa si anak bisa memanfaatkan harta yang terpendam di dalamnya. Dongeng? Bukaaan. Ini ada dalam Al Qur’an. Para ahli tafsir menyebutkan bahwa Allah akan menjaga keturunan seseorang yang shalih, walaupun sang orang tua telah meninggal dunia. Jadi bagaimana? Apa yang menjadi urutan pertama kurikulum pendidikan rumah?

Inilah Landasan Pendidikan Rumah #2

Tulisan ini adalah kelanjutan dari tulisan saya sebelumnya dalam seri Landasan Homeschooling Islami yang diambil dari suart Luqman. Untuk landasan kedua, diambil dari ayat berikut…

Allah Ta’ala berfirman,

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”.” (QS. Lukman: 13).

Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Lukman menasehati anaknya yang tentu amat ia sayangi, yaitu dengan nasehat yang amat mulia. Ia awali pertama kali dengan nasehat untuk beribadah kepada Allah semata dan tidak berbuat syirik kepada Allah dengan sesuatu apa pun.”

Aplikasi Nyata Pendidikan Tauhid

Lalu, bagaimana konkritnya? Jangan kuatir, telah ada contoh dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk menanamkan aqidah.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam At-Tirmidzi dengan sanad yang hasan. Ibnu Abbas, nak paman Nabi, Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma bercerita,

“Pada suatu hari aku pernah berboncengan di belakang Nabi (di atas kendaraan), beliau berkata kepadaku: “Wahai anak, aku akan mengajari engkau beberapa kalimat: Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya engkau akan dapati Allah di hadapanmu. Jika engkau memohon, mohonlah kepada Allah. Jika engkau meminta tolong, minta tolonglah kepada Allah. Ketahuilah. kalaupun seluruh umat (jin dan manusia) berkumpul untuk memberikan satu pemberian yang bermanfaat kepadamu, tidak akan bermanfaat hal itu bagimu, kecuali jika itu telah ditetapkan Allah (akan bermanfaat bagimu). Ketahuilah. kalaupun seluruh umat (jin dan manusia)berkumpul untuk mencelakakan kamu, tidak akan mampu mencelakakanmu sedikitpun, kecuali jika itu telah ditetapkan Allah (akan sampai dan mencelakakanmu). Pena telah diangkat, dan telah kering lembaran-lembaran”.

Semua hal yang disebutkan Rasulullah kepada Ibnu Abbas di atas tidak lain dan tidak bukan adalah penanaman tauhid. Salah satu hal terpenting ketika anak bertanya, “Allah dimana, Ummi?” ya kita jawab sesuai apa yang ada dalam Al Qur’an surat Thaha ayat 5 “Ar-Rahman beristiwa di atas ‘Arsy” 

Dimana makna istiwa adalah tinggi dan meninggi terdapat dalam riwayat Al-Bukhari dari tabi’in.

Begitu pula dari hadits riwayat Muslim dan Abu Daud:

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada seorang budak wanita, “Dimana Allah?”. Budak tersebut menjawab, “Allah di langit”. Beliau bertanya pula, “Siapa aku?” budak itu menjawab, “Engkau Rasulullah”. Rasulllah kemudian bersabda, “Bebaskan dia, karena sesungguhnya dia adalah wanita mu’minah”. 

Apa yang Pernah Kami Alami

Setahun homeschooling bukan sebentar yaaa.. tapi belum lama juga sih. Namun, alhamdulillah, kami bersyukur telah Allah pilih untuk mendapatkan hidayah sunnah dan ilmu tentang tauhid. Ya, aqidah yang lurus.

Bukan sekali atau dua kali kami menemukan diri tercenung dengan dahsyatnya penghambaan dan penyerahan diri anak-anak kepada Allah. Katakanlah, ketika mereka sangaaaat menginginkan sesuatu. Sangat jarang sekali mereka meminta sesuatu (yang mahal) dengan redaksi, “Umi, aku ingin ini.” Tapi, mereka menggantinya dengan kalimat seperti, “Umi, kalau Allah kasih rizki lewat Umi, boleh beli ini?” dan diskusi pun berlanjut dengan kemanfaatan yang mereka mau itu.

Atau seperti gambar di bawah ini.

p_20170105_231156_1.jpg
Menulis di kaca rias untuk dibangunkan di sepertiga malam

.

Anak-anak, masyaAllah, meminta langsung kepada Allah di sepertiga malam setelah tahu hadits Rasulullah bahwa Allah turun ke langit dunia pada setiap sepertiga malam terakhir ini. For every wish they know their parents could not afford!

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Rabb kita Tabaraka wa Ta’ala turun ke langit dunia pada setiap malam yaitu ketika sepertiga malam terakhir, (kemudian) Dia berfirman, ‘Barang siapa berdoa kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan, barang siapa meminta kepada-Ku, niscaya akan Aku berikan, dan barang siapa memohon ampun kepada-Ku, niscaya akan Aku ampuni.’”

Hadits ini dinukil dengan sanad yang shahih dari generasi ke generasi dan mencapai derajat mutawatir, karena hadits ini diriwayatkan dari sejumlah sahabat Nabi. (klik untuk sumber)

Begitu pula ketika mereka tidak mendapatkan apa yang mereka mau. Atau, ketika mereka tetiba mendapatkan apa yang telah lama mereka idamkan dan tidak mungkin dibelikan orang tuanya. Tauhid. Ya, landasan inilah yang membuat perjalanan mendidik menjadi sangat dimudahkan Allah. A truly scientific way of parenting. Setidaknya, itu yang kami rasakan hingga detik ini. Anda boleh beda, kok. Pilihan dan konsekuensi ada di tangan masing-masing keluarga. 🙂

Tulisan ini merupakan bagian dari seri…

LANDASAN PENDIDIKAN RUMAH BAGI MUSLIM

[LANDASAN #1] MEMILIH VISI DAN MISI

[LANDASAN #2] TANAMKAN TAUHID

[LANDASAN #3] ADAB DAN AKHLAK KEPADA ORANG TUA

[LANDASAN #4] AUTO-PILOT HOMESCHOOL

[LANDASAN #5] MURAQABAH

[LANDASAN #6] AMAL MA’RUF NAHI MUNKAR DAN SABAR

[LANDASAN #7] MENDIDIK KOMUNIKATOR YANG TAWADHU

Landasan Homeschooling Islami
Homeschooling Starter Kit, Landasan Homeschooling Islam

[LANDASAN SEKOLAH RUMAH #1] MEMILIH VISI DAN MISI YANG TEPAT

Bismillah…

p_20160106_100514.jpgSetahun sudah menjalani homeschooling dan masih terus melakukan evaluasi. Alhamdulillah, landasan yang sudah dipilihkan Allah ini sangat sempurna. Ternyata benar, mendidik anak di atas pendidikan Islam akan membuat perjalanan mendidik menjadi sangat dimudahkan oleh Allah. Life skill atau kecakapan hidup yang harus diajarkan pertama kali dalam homeschooling Islami ini memang seharusnya dipenuhi. Kecakapan hidup ini berupa ilmu mengenai kewajiban, tujuan hidup, dan kesempurnaan tata cara beribadah sesuai Alquran dan sunnah sebagaimana disampaikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala :

“Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (QS. At Tahrim: 6)

Mencari Landasan Homeschooling Bagi Muslim

Terkadang orang tua bingung dalam mencari visi dan misi pendidikan keluarganya. Padahal, jika ilmu diin dikuasai, maka sungguh orang tua tidak perlu bingung lagi. Ternyata Al Qur’an saja bahkan telah melengkapi kita, para pendidik generasi Islam, dengan contoh mendidik dalam Al Qur’an. Inilah yang seharusnya menjadi landasan homeschooling Islami yang dijalankan oleh Muslim. Semua visi misi pendidikan rumah telah dibawakan dalam surat khusus yang berkisah nasihat dari Luqman.

Siapakah Luqman?

Luqman menurut Ibnu ‘Abbas adalah budak dari Habasyah (Ethiopia dan sekitarnya). Sa’id bin Al Musayyib menyebutkan ciri-cirinya, yaitu berkulit hitam dari Sudan, bibirnya tebal dan kakinya pecah-pecah sebagaimana kata Mujahid. Luqman adalah qodhi dari Bani Isroil (Zaadul Masiir, 6: 318).

Lihatlah Allah meninggikan mereka yang berilmu tanpa memangdang warna kulitnya. Sungguh pendidikan seperti ini sangat murni dan menginspirasi, bukan?

Luqman pula merupakan seorang laki-laki yang dikaruniai ilmu agama dan kebenaran dalam ucapannya. Meski beliau membuat fatwa pada masa Nabi Dawud, beliau tidak malu meninggalkan fatwanya untuk menimba ilmu kepada Nabi Dawud. Itulah hikmah yang dianugerahkan Allah ta’ala kepada Luqman, seperti firman-Nya:

Landasan Homeschooling Islami

وَلَقَدْ آَتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ

Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Luqman…”. (QS. Lukman: 12)

Untuk mengetahui apa itu hikmah, berikut ini penjelasan yang saya ambil dari situs rumaysho.com, yang ditulis oleh Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal, MSc:

Yang dimaksud hikmah di sini, ada dua pendapat di kalangan para ulama. Mayoritas ulama berpandangan bahwa hikmah adalah kepahaman dan logika. Sedangkan ulama lainnya berpendapat bahwa hikmah ada nubuwwah (kenabian). Para ulama lalu berbeda pendapat apakah Lukman adalah seorang Nabi. Sa’id bin Musayyib, Mujahid dan Qotadah berpendapat bahwa Lukmah hanyalah orang yang diberi hikmah dan bukan seorang Nabi. Sedangkan ‘Ikrimah berpendapat bahwa Lukman adalah seorang Nabi. Namun pendapat pertama yang menyatakan  Lukman hanyalah orang yang mendapatkan hikmah, itulah yang lebih tepat (Lihat Zaadul Masiir, 6: 317-318).

Dari Sa’id bin Abi ‘Arubah, dari Qotadah, ia berkata mengenai firman Allah Ta’ala (yang artinya), “Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Lukman”. Maksud hikmah adalah memahami Islam. Dan Lukman bukanlah Nabi dan ia pun tidak diberi wahyu.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 11: 52).

Ibnu Katsir mengatakan bahwa hikmah adalah kepahaman, ilmu dan ta’bir (penjelasan). (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 11: 52).

Syaikh As Sa’di menyatakan bahwa hikmah akan membuahkan ilmu, bahkan amalan. Oleh karenanya, hikmah ditafsirkan dengan ilmu yang bermanfaat dan amalan sholeh. Beliau rahimahullah juga mengatakan, “Hikmah adalah ilmu yang benar dan pengetahuan akan berbagai hal dalam Islam. Orang yang memiliki hikmah akan mengetahui rahasia-rahasia di balik syari’at Islam. Jadi orang bisa saja ‘alim (memiliki banyak ilmu), namun belum tentu memiliki hikmah.” (Taisir Al Karimir Rahman, 648).

Insya Allah, pada tulisan-tulisan berikutnya akan dituliskan ayat-ayat selanjutnya dari surat Luqman ini. Tentunya ayat-ayat ini menjadi pedoman pendidikan anak Muslim yang tidak akan lekang oleh waktu. Dalam hal ini, nasihat bagi kami, penyelenggara homeschooling Islami dalam mendidik keluarga sendiri.

Untuk enam landasan lainnya, silahkan klik tautan di bawah ini.

LANDASAN PENDIDIKAN RUMAH BAGI MUSLIM

[LANDASAN #1] MEMILIH VISI DAN MISI

[LANDASAN #2] TANAMKAN TAUHID

[LANDASAN #3] ADAB DAN AKHLAK KEPADA ORANG TUA

[LANDASAN #4] AUTO-PILOT HOMESCHOOL

[LANDASAN #5] MURAQABAH

[LANDASAN #6] AMAL MA’RUF NAHI MUNKAR DAN SABAR

[LANDASAN #7] MENDIDIK KOMUNIKATOR YANG TAWADHU

 

IJAZAH HOMESCHOOLING
Homeschooling, Homeschooling Starter Kit

Mengejar ‘Ijazah Homeschooling’ Melalui PKBM Resmi

Saya sempat mendapat beberapa pesan masuk yang bertanya tentang homeschooling. Kebanyakan dari pertanyaan itu adalah kekuatiran orang tua mengenai ijazah. Hmm… kalau membaca posting saya yang lalu mengenai Peraturan dan Legalitas Homeschooling di Indonesia, sebenarnya kita tidak perlu kuatir dengan hal ini.

Kenapa Tidak Perlu Kuatir Dengan Ijazah Homeschooling?

Karena sebagai warga negara, mendapatkan pendidikan adalah hak kita sebagaimana diatur dalam UUD 1945 pasal 31 ayat (1) dan (2) yang berbunyi :

Ayat (1) : Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan.

Ayat (2) : Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.

Selain itu, dalam UU No 20/2003  disebutkan bahwa ada tiga jalur pendidikan, yaitu jalur pendidikan formal (sekolah), nonformal (kursus, pendidikan kesetaraan), dan informal (pendidikan oleh keluarga dan lingkungan).

Keluarga kami memilih pendidikan informal dan itulah yang menjadi fokus tulisan ini.

Apa Itu Pendidikan Informal dan Ijazahnya Bagaimana?

Pendidikan informal, terdapat dalam pasal 27 UU No. 20/2003 sebagai berikut :

(1)   Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.

(2)   Hasil pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan.

(3)   Ketentuan mengenai pengakuan hasil pendidikan informal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

Bahagianya memilih pendidikan informal adalah keleluasaan merancang pelajaran berdasarkan tujuan pendidikan keluarga. Jadi, anak tidak terbebani dengan buanyaknya mapel yang dijejalkan lalu diujikan dalam bentuk soal UTS dan UAS yang hanya membuai dengan Lower Order Thinking Skill. Sampai tulisan ini dimuat, PKBM yang saya maksud Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat yang menyelenggarakan program dan ujian paket dalam bentuk:

  •    paket A yang mendapatkan ijazah setara SD
  •    paket B yang mendapatkan ijazah setara SMP
  •    paket C yang mendapatkan ijazah setara SMU

Tapi memang, kita harus berhati-hati dengan si PKBM ini. Pernah ada beberapa lembaga yang tetiba muncul lalu menghilang. Kebayang kan paniknya ketika kita sudah bayar sekian, lalu memasukan anak untuk bersiap-siap ujian lewat PKBM tersebut, eh.. tau-tau lembaga itu menghilang atau malah kita dititipkan di PKBM lain.

Nah, untuk memeriksa resmi tidaknya PKBM, kita bisa mengunjungi situs BINDIKMAS dari pemerintah. Situs ini memberikan kejelasan lembaga mana saja yang sudah memiliki Nomor Induk Lembaga (NILEM) PKBM secara online. Silahkan klik gambar di bawah ini yang akan mengarahkan pada situs tersebut.

ijazah homeschooling

Caranya cukup dengan 3 langkah mudah kok:

  1. Masuk ke situs Data Referensi Pendidikan (kalau mau tahu jumlah resmi di tiap daerah, bisa arahkan kursor di bagian petanya)
  2. Klik Provinsi yang mau dituju di tabel sebelah kanan (kalau saya klik DKI JAKARTA)
  3. Lalu akan muncul laman Rekapitulasi Data. PKBM yang dicari bisa dimasukan ke dalam kolom-kolom tab sebelah kiri, atau langsung klik kabupaten/ kota yang dimaksud, atau klik gambar kaca pembesar pada kolom paling kanan.

Tadaaaaa… muncullah lembaga yang bisa dipilih. Centang hijau akan diberikan kepada lembaga yang sudah mendaftar dan mendapatkan NILEM untuk jangka waktu tertentu. Bahkan jika klik NILEM-nya, kita akan diarahkan ke laman referensi seperti di bawah ini. Jadi, jangan kuatir lagi soal ijazah homeschooling, ya. Kuatirlah pada kualitas pendidikan yang kita suguhkan kepada anak-anak kita saja. ^_^

nilem-referensi

Parenting

PROGRAM INI GAGAL MENGURANGI TINGKAT KEHAMILAN USIA REMAJA

Konyol. Itu yang ada dalam pikiran saya ketika membaca berita tentang gagalnya program boneka untuk mencegah kehamilan remaja di US ini.

Ya, gimana nggak konyol. Akarnya yang penting dalam mendidik anak remaja aja ga diberantas.

Mendidik Anak Remaja
Selama para remaja itu terpapar oleh setiap LAGU, ACARA TV, FILM, hingga IKLAN (ow yes, even your tv cables, sodara2) yang mengekspoitasi seksualitas, mau program mendidik anak remaja semahal apapun juga ga mempan. Seksualitas adalah barang dagangan yang laku. Tinggal dipoles cantik lalu dipromosikan dengan cantik kepada anak-anak KEMANAPUN di muka bumi ini, SELAMA ADA MEDIA. Media ini mengajari anak-anak kita harus pakai baju apa, punya apa, sampe social dan relationship goals!

Keren kan? -_-
.
Jadi, masihkah kita (orang tua) dengan pede mengirim anak-anak ke mall, bioskop, acara sekolah, tetangga, dan rumah teman tanpa supervisi?
.
Yuuuhuuu… banyak sudah penelitian yang menunjukkan otak usia remaja ini belum terbentuk sempurna untuk mengambil pilihan yang tepat (apalagi kalau orang tuanya tidak mengajari). Terus, kita tega-teganya menempatkan mereka dalam situasi dimana sulit sekali untuk berkata tidak, gitu?
.
Ah, mari ingatkan diri untuk memproteksi anak-anak kita meski mereka sudah remaja. Mendidik mereka mengambil pilihan sehat. Tidak lepas begitu aja karena pengasuhan tidak seperti Wajib Belajar 9 Tahun.
.
Bukankah Rasulullah terus mendidik anaknya meski sudah menikah bahkan cucunya? Ow yes… karena pengasuhan berlangsung seumur hidup. Kita masih berlabel orang tua.

Since, unfortunately, society has forgotten parents the need to protect teens from themselves.