My Reflection

[CHOCOMOM] “Manfaat Memilih Pendidikan Berbasis Keluarga (Homeschooling) Bagi Keluarga Muslim”

CHOCOMOM (CURHAT HOMESCHOOLER MOM)

Diskusi Sahabat Klastulistiwa – 15 OKTOBER 2017

==================

 

Bismillah. Berikut adalah berikut adalah kesimpulan Diskusi CHOCOMOM pertama. Diskusi ini sebenarnya masih uji coba metode yang yang diterapkan SK (Sahabat Klastulistiwa). Sehari sebelumnya, peserta diberikan materi mengenai *10 MANFAAT MEMILIH PENDIDIKAN BERBASIS KELUARGA (PBK/ HOMESCHOOLING)* yang kemudian dibahas satu per satu sebagai berikut:

*1.  Dengan homeschooling, anak Muslim bisa fokus lebih banyak dalam mengejar ilmu persiapan akhirat mencapai Jannah daripada ilmu persiapan dunia (yang sudah jelas dipandang hina oleh penciptanya – Allah Azza wa Jalla).*

Ini jelas yaaa… visi tiap muslim. Hati2 mengejar dunia.. karena penciptanya pun menganggapnya Hina. Kembalikan semua tujuan, kegiatan anak2 dan kita ke satu pertanyaan:

*APAKAH INI BERGUNA UNTUK BEKAL AKHIRATKU?*

*2. Anak bisa belajar dan berkompetisi dengan dirinya sendiri dalam kenyamanan dan keamanan rumah mereka sendiri.* 

Intinya? Ada yang tahu? Kembali ke visi sebagai keluarga muslim?

Apakah belajar mengalahkan ego?  Benar. Dalam hal ini, anak muslim yang mengambil homeschooling bisa melakukan muhasabah untuk menjadi lebih baik dari saat ini dan sebelumnya dalam lingkungan yang nyaman.

 

*3.  “Anak-anak bisa belajar secara holistik sesuai gaya belajarnya.*

Holistik atau menyeluruh (bagi Muslim) maksudnya adalah mempelajari hal yang bisa jadi tidak dipelajari di sekolah umum, terutama dalam ilmu diin. Pembelajaran ini juga mengatur aplikasi keseharian sebagaimana diatur dalam agama islam. Contohnya, AQIDAH yang lurus, akhlaq yang baik, Qur’an dan sunnah yang bukan hanya di baca dan dihafal tapi di tadaburi dan diamalkan. Begitu pula dengan ilmu dunia. Kesemuanya ini dipelajari sesuai dengan gaya belajar anak, apakah visual, auditory, atau kinestetik. Melalui homeschooling, orang tua bisa memiliki pengalaman pertama sebagai pengamat dan ‘penemu’ gaya belajar anak.

 

 

 

*4. Perhatian secara personal memberikan umpan balik instan dan penilaian yang cepat serta peka akan kekuatan dan kelemahan anak.*

Sebagai fasilitator, jumlah peserta sangat menentukan respon, kualitas, dan tentunya kuantitasnya. Mari kita bayangkan, apakah seorang guru bisa membersamai ke dua puluh anak didiknya pada waktu bersamaan?  Apkah bisa dengan sebua perhatian yang terbagi itu, dengan semua target dan pekerjaan administrasi, seorang guru bisa secara langsung menyentuh pada saat anak menunjukkan kelemahan dan kekurangannya ? Orang tua yang membersamai anaknya memiliki kelebihan ini. AHA! Moment yang ditemukan anak bisa secara langsung dikenali, biidznillah. Tentunya, orang tua bisa langsung memberikan umpan balik tanpa harus menunggu lebih lama dan kesempatan untuk  membersamai memberikan untuk mencari tahu kelemahan dan kelebihannya

 

*POIN NO 5-9:*

  • Homeschooling memungkinkan waktu yang lebih banyak untuk kreativitas dan hands-on learning (mmm semacam praktik) yang membuat pendidikan menjadi menyenangkan dan berkesan.
  • Anak-anak memiliki kebebasan dan fleksibilitas dalam mengejar topik dan bidang minat yang benar-benar penting bagi mereka
  • Anak-anak yang belajar di rumah memiliki motivasi diri, percaya diri, mandiri, dan bersemangat untuk terus belajar.
  • Homeschooling mengarah pada keterampilan sosial yang tepat, tingkat kematangan tinggi, dan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang-orang dari segala umur. 
  • Anak-anak yang belajar di rumah mendapatkan manfaat dari pengalaman belajar di “dunia nyata”, mempersiapkan mereka untuk hidup dan dunia di luar sekolah. 

Semuanya poin 5-9 ini harus dikebambalikan lagi ke satu pertanyaan. Apakah itu?

Sebelum mengambil keputusan, sebelum melaksanakan, seraya melakukan, ketika evaluasi, selalu tanyakan kepada diri dan keluarga pertanyaan ini:

*APA MANFAATNYA UNTUK AKHIRATKU?Garis bawah, highlight, tebalkan, italics.

 

 

*10. Homeschooling menguatkan keluarga – jauuuh lebih dekat lagi, menciptakan waktu spesial dan kenangan berharga yang bertahan seumur hidup.*

*11. Homeschooling bisa memberi dampak positif bagi keuda belah pihak untuk belajar  bersama.

*12. Mengenai kurikulum, kita harus mengembalikan dulu ke pembahasan mengenai VISI DAN MISI  yang sudah diberikan dalam Al Qur’an (dan Sunnah dalam pemahaman salafush shalih atau 3 generasi terbaik Islam terdekat dengan Rasulullah).

Untuk visi, clue-nya adalah 666.

VISI pendidikan keluarga muslim tercantum dalam QS At Tahrim: 66, “Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka…”.

Bagaimana dengan MISI?

 

*MISI Pendidikan tercantum dalam QS Luqman ayat 12-18.*

Silahkan kunjungi https://klastulistiwa.com/2013/09/12/luqman-wisdom/ atau  https://klastulistiwa.com/2017/01/03/seri-landasan-homeschooling-islami/ yang memuat landasan atau misi pendidikan berbasis keluarga.

==========

Ahamdulillah. Uji coba sistem grup CHOCOMOM sudah selesai. Insya Allah pada Selasa pagi,  SK akan mendatangkan narsum Ibu yang maasyaa Allah… berhasil mengantarkan anaknya masuk pesantren. Artinya? Anak siap pada usia 12 tahun. Siapa dia? Ada deh… hehehe. Yang pasti metode diskusi sama. 🙂

Cuma waktunya lebih terbatas untuk memberi pertanyaan dan tanggapan. Untuk pertanyaan dan tanggapan yang masuk kemarin, disertakan dalam resume bagian 2 nanti, insyaAllah.

Mari kita tutup dengan doa kafaratul majlis. ^^

 

Homeschooling, Homeschooling Communities

AHA! in the GarDEEN

ENGLISH-AHA! INTHEGARDEEN

Bismillah…

[AHA!]Aqeela Home Academy presents

*AHA!in the GarDEEN*

Tempat kamu yang berusia 6-12th belajar:
  • Bahasa Ingris tematik
  • Kisah-kisah penuh hikmah umat terdahulu
  • Kecakapan hidup bagi Muslim
  • Keterampilan
  • Mengikat ilmu
  • Adab dan akhlak Islam
Dalam sesi seru di Aisha Homeschool, taman, dan lokasi belajar lainnya — terpisah laki-laki dan perempuan yaa (kecuali saat family field trip).
SEMINGGU SEKALI
  • 2x pertemuan offline
  • 1X belajar online
  • 1x field trip di akhir tema
INVESTASI
  • Pendaftaran 50,000
  • Fee/bulan 100,000
  • Bayar 3 bulan free pendaftaran
FASILITAS
  • Ilmu yang bermanfaat.
  • Modul, flash cards, poster, dan media belajar dengan konten yang aman.
  • Online & offline sharing session with homeschool parents
  • Sertifikat di akhir tema ketiga.
Yuks, kuota terbatas lhooo.
Sesi dimulai hari Selasa, 19 September 2017
=================
CP Bu Mierza
WA 081369372335
Homeschooling, Homeschooling Communities

[PRINTABLES] Belajar Adab dan Menghias Tas Bersama Komunitas Homeschooling Muslim

Mundur! Hentikan pelajaran dulu jika adab belum berterima. Dan ini yang kami lakukan sebagai orang tua muslim para homeschoolers. Membangun tradisi yang mementingkan adab dalam menuntut ilmu seperti yang dilakukan Rasulullah, sahabat, thabi’in, dan thabi’ut thabi’in.

.

.

Karena itu, dibuatlah majelis nasehat sebagai pembuka kegiatan dalam pertemuan Mosqueschooling Komunitas Homeschooling Muslim ini. Daaan… karena yang ikut kebanyakan adalah krucils, maka saya harus berstrategi agar ilmu adab ini sampai dan diamalkan (aamiin).

whispering-games
Bisik Berantai – Image Courtesy: Kaka Jouce

Akhirnya, saya siapkan printables seperti di bawah ini (bisa diunduh di klastulistiwa.com yaaa) yang bersinggungan dengan pelajaran mengenai alat indera, permainan rantai berbisik di awal majelis,  dan beberapa strategi berbicara dengan anak-anak.

Nah, apakah adab ini hanya bisa diajarkan secara klasikal oleh guru sekolah/ TPA? Apakah orang tua hanya bisa memberi teadan saja? Tentu saja, tidak. Namun tentunya, dalam menyampaikannya, orang tua sebaiknya memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan komunikasi kepada anak ketika menanamkan ilmu kepada anak di rumah.

home-printable

Ini ikhtiar yang bisa kita lakukan sebagai orang tua:

  1. Berdoa memohon kemudaha kepada Allah. Ya karena yang memiliki hati anak-anak kita ya Allah kan yaaa, karena itu mintalah kepada sang pembolak-balik hati.
  2. Untuk anak usia di bawah 7 tahun, gunakan kalimat yang isinya kata-kata pendek, tidak lebih dari 5 kalimat.
  3. Eye-to-eye level jika berduaan saja. Bisa dengan cara kita duduk atau berlutut.
  4. Memanfaatkan gelombang alpha – saat anak bahagia. ^^ Jadi, jangan saat kita marah atau kesel baru ada kejadian huru-hara memberi nasihatnya. Itu sebabnya kalau transfer, ada baiknya level bahagia disamakan dengan fasilitatornya, bisa melalui cerita sirah, permainan, atau diskusi.
  5. Ulang poin sebelumnya sebelum pindah ke poin berikutnya (di bawah ada 6 poin yang diberikan).
  6. Cek pemahaman anak melalui pertanyaan. Hal ini juga bisa menjadi cara mengetahui apakah sudah sampai ilmu yang kita berikan.
  7. Ketika ingin mengingatkan tentang adab, kurangi bicara yang tidak perlu. Fokus pada apa yang ingin disampaikan. Misalkan, ketika anak tampak tidak mendengar, cukup beri isyarat, atau elus pundaknya lalu tanya “Ayo, tadi Umi bilang apa?”, atau mengulangi apa yang kita katakan. Jangan menambah kata, ‘Jangan bandel.” atau kata-kata tambahan yang tidak perlu.
Printable Untuk Diwarnai Di Rumah
Printable Untuk Diwarnai Di Rumah

Setelah majelis ilmu, anak-anak berkegiatan seruuu dengan tante Ayu, mamanya Aliya. Apa kegiatannyaaaa? MEWARNAI TAAAS Yaaaaaay Dari bayi-bayi sampai kakak-kakak semua larut dengan cat air dan tasnya. Makasiii tante Ayuuuuu.

Oh iya, pada saat pertemuan Mosqueschooling tersebut, hal yang paling saya dan anak-anak sukaaaa adalah bagian makan bersamaa hahaha. Terasa guyub, menyenangkan, daaan kenyang. ^___^

Alhamdulillahilladzi bini’mati tatimush shalihaat. Seruuu yaaaa… Tapi, inga.. inga… keseruan kumpul-kumpul tentu harus memiliki tujuan yaaa. Karena nanti kita akan ditanyakan mengenai waktu yang kita gunakan. Insya Allah, dengan majelis nasihat ini, kita akan menjawab pertanyaan itu dengan indah, insya Allah.

#QBF2016 klastulistiwa.com
Homeschooling, Homeschooling Communities

[VLOG] Ketika Homeschoolers Belajar Bikin Film Untuk #QBF2016

Alhamdulillah, bulan ini komunitas homeschooling Muslim tempat anak-anak belajar bersama berhasil menyelesaikan workshop film pendek yang super pendek untuk #QBF2016. Tentunya film pendek ini bukan sembarang film, tapi film yang memiliki tujuan syiar. Oiya, kami menggunakan nasyid tanpa alat musik ya. Ini dia filmnya…

 

Kenapa Film Pendek#QBF2016?

15493348_10154843831974846_7979765800146719603_o Karena memang sebentar hehe. Tidak sampai 5 menit lah. Tapi jangan salah, pengambilan hingga editingnya bisa sampai berhari-hari sampai berbulan-bulan lamanya. Tujuan film pendek ini diharapkan bisa menyentuh lebih banyak lagi anak muda Muslim untuk bisa mengenal Islam yang memang didesain indah dari sananya. Kalau untuk anak-anak pembuatnya? Tentu saja mengembangkan soft skills dan hard skills mereka. ^_^

Workshop Film Pendek #QBF2016 Yang Super Pendek?

15392908_10154843816434846_661249488155452262_o
#QBF2016

Iyaaaa.. serius. Workshop film pendek #QBF2016 yang saya berikan untuk anak-anak ini super pendek. Dulu itu waktu melatih anak-anak sekolah dalam kegiatan extra kurikuler Movie Club, saya membutuhkan waktu sekitar beberapa hari. Katakanlah 5×8 jam sampai jadi produk. Minimal. Tapi, masya Allah, sewaktu melatih anak-anak HS kemarin, saya hanya membutuhkan waktu SEKITAR 9 JAM! From scratch! Kami benar-benar memulai dari brainstorming, buat sinopsis, buat storyboard, tentukan peran, sampai jadi produk yang belum diedit. Wooohooo.. masyaAllah. Seneng banget dah kakak coach dibuatnya (uhuk).

15443011_10154843869594846_4381309268307739132_o
#QBF2016

Kenapa bisa sebentar? Karena, menurut saya sih ya, anak-anak HS yang saya latih kmarin itu belajar adab bersama orang tuanya. Orang tua ikut ndeprok juga mengawasi anak-anaknya. Gak dilepas gitu aja (emang saya daycare -_- ). Hasil ‘latihan adab’ di rumah tentunya sangat membantu ya. Belum lagi soal kreatifitas… Keren lah pokoknya. Barakallahu fiikum.

Usia Berapa Bisa Buat Film?

Sebaiknya (ini menurut saya)  jangan terburu-buru. Kuatkan dulu adab atau karakter  ya15419798_10154843902654846_7491991333934467605_o-1ng baik. Pendidikan anak bukan pacuan kuda dan anak-anak pun bukan ember yang bisa dijejali apa saja yang penting seru. Lihat dulu. Jika memang anak tertarik dengan dunia film, digali lebih lanjut. Karena menikmati nonton dan membuat film pendek ituuuu… dua hal berbeda hehe.

Banyak-banyak ngobrol. Lalu, jika memang tertarik, kenalkan dulu dasar-dasar yang penting dalam sebuah pendidikan dan kolaborasi (karena workshop film membutuhkan itu).

Apa sajakah dasar-dasarnya?

  1. 15385417_10154843800074846_4893306864592516279_o
    #QBF2016

    Bisa mengikuti aturan – jadi ga ada tuh  istilah guru ngejar2 murid. BIG NO! Gak harus juga duduk manis tangan di atas meja. Intinya, keberadaan anak tidak mengganggu kegiatan.

  2. Bisa berkolaborasi – disini life skill harus ditanam dulu tentunya. Banyaaak yang harus ditanam sebelum anak mampu berkolaborasi.
  3. Kreatif dan mampu mengekspresikan kreatifitas. Gak harus talkative. Misalkan, jika anak mampu menangkap hasil brainstorming dalam bentuk gambar, maka dia bisa ditaruh sebagai penulis storyboard.
  4. Bisa memilih minat – Contohnya, anak lebih ke menulis naskah, atau directing, atau berakting, atau apa?
  5. Tertarik. Karena, serius deh, terkadang orang tua suka terlalu semangat mengikutkan ini itu. Padahal, sebenarnya waktu si anak jauh lebih berharga jika dia ikut hal yang lain yang sesuai minatnya.

15355656_10154843877289846_4209957642520718316_nJadi, memang ada alasan sih banyak workshop membuat film mengisyaratkan usia baligh untuk bisa diikuti. Untuk homeschoolers, jika memang sudah mandiri, biasanya usia 10 tahun atas kemauan sendiri.

Nah.. sabar aja dulu yaaah. Kuatkan dulu semua skills-nya biar nanti ilmunya juga masuk dan waktunya gak terbuang percuma. Bangun  ikatan yang kuat sehingga ngga kelewat masa-masa emasnya. Semangat! ^_^

Homeschooling, Homeschooling Starter Kit

[VLOG] How to Homeschool Ala Klastulistiwa

Yaaay.. Alhamdulillah… selesai sudah video tutorial cara  homeschooling ala keluarga kami! Iyesss.. itu video pertama kami di Youtube tanpa movie maker apps yang sudah terhapus di lappie karena mempertahankan OS jaman lawas tapi ORI (uhuk!).

Etapi.. etapiiii…. thanks to Smartfren yang dikenalkan oleh Blog Emak Gaoel,  gak ada program pun gak masalah tuuu. Edit-edit bahagia via onlie tetep bisa gratisan (makanya ga bisa ngilangin watermark hehe). Hasilnya ga malu-maluin lah sebagai nubi di peryutuban.

Kalau ada yang tanya, “Lha, how to homeschool lagiiiii? Kan dulu pernah posting ituuuuu?” Ehem… yang ini beda. Ini apdet ya know… kekinian…

Poin-poin penting seperti di bawah ini akan terus ada sebagai pengingat, bahwa:

  1. Homeschooling itu unik, berdasarkan ciri, how-to-homeschool-ala-klastulistiwa.jpgvisi, dan misi keluarga masing-masing. Jadi model HS perjalanan klastulistiwa yang kami jalani belum tentu sesuai dengan model HS keluarga lainnya. Makanya, kenali dan terus cari tahu agar puzzle-puzzle itu pun membentuk jadi visi-misi kamu (tsaaah).
  2. Ketika sudah siap dengan pilihan untuk homeschooling, mulai dan teruslah bangun chemistry dengan seluruh anggota keluarga, terutama si buah hati kesayangan.
  3. Gali potensi diri, anak, hingga komunitas yang bersentuhan dengan keseharian.
  4. Eksplorasi semua sumber dan cara belajar agar proses berilmu lebih holistik.
  5. Mengingatkan diri sendiri agar pembelajaran itu berlaku buat seluruh keluarga, tidak hanya anak yang diajari saja.
  6. Menghargai proses dan tidak terpaku pada hasil melulu. Kenapa? Karena dalam proses belajar terkandung banyak nilai dan keahlian yang penting dalam proses persiapan anak menghadapi kehidupan.
  7. Membekali anak untuk masa depan dunia akhirat, bukan cuma ‘biar lulus dan dapat nilai bagus’. Jadi, coret-coret di seragam pas kelulusan? Hadeeeuh… masih musim ya? -_-
  8. Berjejaring dengan banyak komunitas pembelajar, dari mulai yang isinya homeschoolers, anak satu kelurahan, anak-anak masjid,  perkumpulan berbasis hobi, kemasyarakatan, sampai ROHIS Berkemajuan yang lagi viral sekarang (ciee cieee). Kalau kami lebih memilih komunitas ketimbang kursus-kursusan. Karena ya itu tadi, anak-anak juga ikut proses berlembaga bukan dilembagakan. Ga cuma bayar terus marah-marah karena hasil gak sesuai harapan (ini cuma contoh lhooo – jangan baper).

Nah… adakah yang membedakan posting yang ini dengan posting sebelumnya? Tentu saja ada. Apa ituuu?

Tadaaa! Yang sekarang ada videonya.  *krik krik krik*

Baiklah… Selamat menikmati dan abaikan watermarknya ya.

Salam,
Mierza Ummu Abdillah

Homeschooling

Rencana Mosqueschooling Bareng Komunitas Homeschooling

Sejak memulai homeschooling, sebenarnya saya yang ketar ketir soal sosialisasi anak. Karena itu, saya mulai deh pencarian komunitas homeschooling di Tangerang Selatan ini sesegera saya pindah ke sini. Ketika saya heboh mencari dengan perasaan saya yang kebat kebit, meskipun menc0ba menolak ketika ada prasangka bahwa homeschoolers aneh dan gak gahul, eh anak saya malah sudah berteman dengan tetangga sekampung dengan bahagianya. Dan itu saya sadari ketika saya sudah bergabung dengan beberapa KOMUNITAS HOMESCHOOLING.

Semoga saja ini menjadi jalan kebaikan yang membuat saya beneran punya rumah di Tangerang. Aamiin.

Nah, salah satu komunitas yang saya ikuti sampai saa ini adalah HSKM Tangerang. Awalnya, saya jadi admin bareng rekan Admin yang baik hati, yaitu Uni Lia. Beliau memegang area Tangerang dan saya di Tangsel karena lokasi rumah kami. Saya seneng banget bisa obok-obok grup ini bareng beliau, hehe, karena bisa buat dari awal. Konsep yang ingin kami usung setelah setelah homeschooling adalah mosqueschooling. Yup, co-op untuk memakmurkan masjid. Pertemuannya pun berkurikulum yang terinsiprasi dari IB, tapi sebenarnya basisnya saya ambil dari buku Tarbiyatul Aulad Fil Islam karangan DR. Abdullah Nashih Úlwan. Ahasil, inilah rancangan mosqueschooling yang akan kami lakukan, insyaAllah. Oh iya, sebelum mosqueschooling, biasanya kami mengambil tema kajian Whattsup yang berkaitan. Hal ini supaya kami sebagai orang tua juga belajar sebelum ‘mengajari’dan menjadi sumber ilmu anak kami. Nah, ini dia… Bismillah.

HSKM Coop Ideas - Klastulistiwa

Homeschooling, Homeschooling Starter Kit, Parenting

Merancang Kurikulum (HS) PAUD Berdasarkan Tumbuh Kembang

Jpeg

Berikut ini adalah Standar Tumbuh Kembang Anak Bayi – 6 Tahun untuk para Ibu yang ingin memberikan yang terbaik untuk permata yang diamanahkan. Bukan buatan saya tentunya. Sila klik untuk langsung ke sumbernya.

Dalam berkas-berkas yang pasti dimulai dengan pendahuluan itu, ada bagian yang saya sukai, yaitu PRINSIP PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI:

  1. Berorientasi pada Perkembangan Anak
  2. Berorientasi pada Kebutuhan Anak (fisik dan psikis)
  3. Bermain sambil Belajar atau Belajar Seraya Bermain
  4. Berpusat pada anak
  5. Lingkungan yang kondusif
  6. Menggunakan pembelajaran terpadu
  7. Mengembangkan berbagai kecakapan hidup
  8. Menggunakan berbagai media edukatif dan sumber belajar
  9. Dilaksanakan secara bertahap dan berulang–ulang
  10. Aktif, Kreatif, Inovatif, Efektif, dan Menyenangkan
  11. PemanfaatanTeknologiInformasi

Nah, ini dia.. silahkan.

Standar Perkembangan Anak Usia 1-6 Tahun

Catatan saya: standar di atas merupakan acuan, bukan goal yang kudu dan wajib dikejar. Hal ini karena setiap anak itu unik dan memiliki kecepatannya sendiri. Yang bisa dilakukan orang tua adalah berdoa dan memberikan exposure yang sesuai usianya.

Oh, iya saya juga cantumkan ceklis tumbuh kembang dari negara tetangga beda RT, Australia sebagai perbandingan. Yang ini sampai usia 13 tahun. Silahkaan…

Development Checklist NSW

Terus??? Mana kurikulumnyaaaa? Hehe.. sekali lagi.. berhubung saya penganut better late than early, jadi begini saja langkah-langkahnya ya:

  1. Fokus pada tabel usia anak
  2. Buatlah ceklis
  3. Silahkan googling aktifitas atau mainan yang sesuai dengan ekspektasi tumbuh kembangnya. Ada banyaaak sekali inspirasi dari internet yang bisa diterapkan.

Bagi yang memerlukan Acuan Kurikulum Nasional terdapat pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini serta Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum, silahkan mengunduh di bawah ini