Homeschooling, Homeschooling Communities

[PRINTABLES] Belajar Adab dan Menghias Tas Bersama Komunitas Homeschooling Muslim

Mundur! Hentikan pelajaran dulu jika adab belum berterima. Dan ini yang kami lakukan sebagai orang tua muslim para homeschoolers. Membangun tradisi yang mementingkan adab dalam menuntut ilmu seperti yang dilakukan Rasulullah, sahabat, thabi’in, dan thabi’ut thabi’in.

.

.

Karena itu, dibuatlah majelis nasehat sebagai pembuka kegiatan dalam pertemuan Mosqueschooling Komunitas Homeschooling Muslim ini. Daaan… karena yang ikut kebanyakan adalah krucils, maka saya harus berstrategi agar ilmu adab ini sampai dan diamalkan (aamiin).

whispering-games
Bisik Berantai – Image Courtesy: Kaka Jouce

Akhirnya, saya siapkan printables seperti di bawah ini (bisa diunduh di klastulistiwa.com yaaa) yang bersinggungan dengan pelajaran mengenai alat indera, permainan rantai berbisik di awal majelis,  dan beberapa strategi berbicara dengan anak-anak.

Nah, apakah adab ini hanya bisa diajarkan secara klasikal oleh guru sekolah/ TPA? Apakah orang tua hanya bisa memberi teadan saja? Tentu saja, tidak. Namun tentunya, dalam menyampaikannya, orang tua sebaiknya memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan komunikasi kepada anak ketika menanamkan ilmu kepada anak di rumah.

home-printable

Ini ikhtiar yang bisa kita lakukan sebagai orang tua:

  1. Berdoa memohon kemudaha kepada Allah. Ya karena yang memiliki hati anak-anak kita ya Allah kan yaaa, karena itu mintalah kepada sang pembolak-balik hati.
  2. Untuk anak usia di bawah 7 tahun, gunakan kalimat yang isinya kata-kata pendek, tidak lebih dari 5 kalimat.
  3. Eye-to-eye level jika berduaan saja. Bisa dengan cara kita duduk atau berlutut.
  4. Memanfaatkan gelombang alpha – saat anak bahagia. ^^ Jadi, jangan saat kita marah atau kesel baru ada kejadian huru-hara memberi nasihatnya. Itu sebabnya kalau transfer, ada baiknya level bahagia disamakan dengan fasilitatornya, bisa melalui cerita sirah, permainan, atau diskusi.
  5. Ulang poin sebelumnya sebelum pindah ke poin berikutnya (di bawah ada 6 poin yang diberikan).
  6. Cek pemahaman anak melalui pertanyaan. Hal ini juga bisa menjadi cara mengetahui apakah sudah sampai ilmu yang kita berikan.
  7. Ketika ingin mengingatkan tentang adab, kurangi bicara yang tidak perlu. Fokus pada apa yang ingin disampaikan. Misalkan, ketika anak tampak tidak mendengar, cukup beri isyarat, atau elus pundaknya lalu tanya “Ayo, tadi Umi bilang apa?”, atau mengulangi apa yang kita katakan. Jangan menambah kata, ‘Jangan bandel.” atau kata-kata tambahan yang tidak perlu.
Printable Untuk Diwarnai Di Rumah
Printable Untuk Diwarnai Di Rumah

Setelah majelis ilmu, anak-anak berkegiatan seruuu dengan tante Ayu, mamanya Aliya. Apa kegiatannyaaaa? MEWARNAI TAAAS Yaaaaaay Dari bayi-bayi sampai kakak-kakak semua larut dengan cat air dan tasnya. Makasiii tante Ayuuuuu.

Oh iya, pada saat pertemuan Mosqueschooling tersebut, hal yang paling saya dan anak-anak sukaaaa adalah bagian makan bersamaa hahaha. Terasa guyub, menyenangkan, daaan kenyang. ^___^

Alhamdulillahilladzi bini’mati tatimush shalihaat. Seruuu yaaaa… Tapi, inga.. inga… keseruan kumpul-kumpul tentu harus memiliki tujuan yaaa. Karena nanti kita akan ditanyakan mengenai waktu yang kita gunakan. Insya Allah, dengan majelis nasihat ini, kita akan menjawab pertanyaan itu dengan indah, insya Allah.

mendidik adab kepada anak
Homeschooling Starter Kit, Landasan Homeschooling Islam

[Landasan Pendidikan Rumah #5] Muraqabah

“Character is doing what’s right when nobody is looking” – Karakter adalah melakukan hal yang benar meskipun tidak ada yang melihat – Ungkapan J.C Watts ini sering disematkan pada pendidikan karakter yang didengung-dengungkan beberapa saat lalu. Kalimat Kami pun sempat memiliki frame yang sama hingga hidayah sunnah menyapa dan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dalam hati kecil kami. Benarkah tidak ada yang melihat? Benarkah manusia sanggup tidak menisbatkan pada apapun, termasuk popularitas dan nama baik, ketika melakukannya? Bukankah fitrah manusia mengharapkan sesuatu dan berharap dilihat oleh yang maha melihat? Dalam perjuangan homeschooling ini, fitrah inilah yang berusaha kami tumbuhkan pada jiwa anak-anak agar kuat mengakar: muraqabah. Merasa diri selalu diawasi oleh Allah.

Dua Tahap Sebelum Muraqabah

Ada dua tahap yang perlu dilakukan orang tua dalam keseharian bersikap dan dalam mendidik anak, sebelum muraqabah. Tahap tersebut adalah muhasabah dan musyarathah.

1. Muhasabah

Muhasabah adalah melakukan instropeksi diri setelah melakukan sesuatu. Dengan muhasabah, berarti kita menggunakan akal untuk menghisab diri mengenai kesalahan-kesalahan dan dosa-dosa yang kita perbuat. Seorang muslim yang meyakini adanya hari kiamat tentunya tahu pentingnya menghisab diri sebelum dihisab. Telah banyak diutarakan dalam Al Qur’an mengenai hal ini, seperti Qur’an surat Ali-Imran ayat 30, Al-Anbiyaa’ ayat  47, dan QS. Al-Kahfi ayat 49. Manusia perlu bermuhasabah karena ketidak sempurnaannya. Ketika iman itu naik, seorang mukmin dapat mudah sekali melakukan ketaatan. Namun ketika iman itu lemah, kita dapat tergoda untuk jatuh dalam kesalahan.

 Ini pula seharusnya yang menjadi sandaran ketika mendidik. Sebagaimana kita tahu, sebagai orang tua, kita tercipta tidak sempurna. Karena itu, ketika mereka melakukan kesalahan, kita mengingatkan diri bahwa anak-anak, sebagaimana kitaaa, adalah manusia. Setelah menyadari itu (seharusnya) segalanya menjadi lebih mudah insyaAllah. Kita tahu ekspektasi yang seharusnya. Tidak menganggap sebuah kesalahan itu akhir dunia. Yang kita pikirkan selanjutnya adalah bagaimana menggiring anak-anak untuk bermuhasabah dan menyadari kesalahan-kesalahan mereka.

2. Musyarathah

Langkah kedua adalah musyarathah. Kata ini berasal dari kata syaaratha-yusyaarithu yang  artinya saling memberikan syarat. Setiap manusia yang mempercayai akhirat akan bersungguh-sungguhlah untuk mencapainya. Konsekuensinya adalah menguatkan kesungguhan dalam ketaatan, termasuk bersungguh-sungguh dalam mengawasi jiwa kita sendiri. Kita sendirilah yang berusaha memperketat tindakan dan pikiran kita.

Dalam keseharian, langkah kedua ini memang sungguh menantang. Oh yaaa, sebagai seorang Ibu yang berjuang mendidik di tengah pekerjaan rumah yang menumpuk, masalah-masalah kecil yang meminta diselesaikan… ini memang tidak mudah. Tapi…

Ibnul Qoyyim berkata: Bahwa asal dari kebaikan itu dari pikiran, dan asal dari keburukan itu berasal dari pikiran pula.

Maka, jika kita (orang tua) berpikir tentang keburukan, maka akan menimbulkan niat-niat yang buruk. Jika kita berpikir sulit, maka itulah yang dirasakan. Dan sebaliknya, jika yang dipikirkan adalah kebaikan, maka hanya niat-niat baik yang akan muncul. Bukankah kita ingin menjadi contoh bagi anak-anak?

Setelah kita mampu menguatkan diri, langkah berikutnya adalah membantu anak-anak memberi syarat untuk jiwa-jiwa mereka. Bagaimana caranya agar melakukan segala syariat dengan sekuat tenaga. Bersungguh-sungguh menjaga gerakan, ucapan, hingga pikiran agar tetap melakukan hal-hal yang baik. Jangan lelah mengingatkan mengenai syarat-syarat sebagai muslim ini, selama status mereka masih anak-anak kita… hingga jiwa kita terpisah dari raganya.

Lalu  Selanjutnya: Muraqabbah

Tahap berikut setelah memberikan syarat kepada diri (musyarathah), seorang muslim perlu mengawasi jiwa-jiwa mereka. Dan karena itu, seorang muslim perlu ‘menghadirkan’ keagungan Allah di hatinya. Allah Ta’ala berfirman,

يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ

“(Luqman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui” (QS. Luqman: 16).

 Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Ini adalah wasiat yang amat berharga yang Allah ceritakan tentang Lukman Al Hakim supaya setiap orang bisa mencontohnya … Kezholiman dan dosa apa pun walau seberat biji sawi, pasti Allah akan mendatangkan balasannya pada hari kiamat ketika setiap amalan ditimbang. Jika amalan tersebut baik, maka balasan yang diperoleh pun baik. Jika jelek, maka balasan yang diperoleh pun jelek” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 11: 55).

Diambil dari situs rumaysho.com, disebutkan mengapa Lukman mengeluarkan nasihat tersebut.  Diceritakan oleh para ulama dengan dua tafsiran:

1. Anak Lukman berkata pada ayahnya, bagaimana jika suatu di bawah dasar laut, apakah Allah juga mengetahuinya? Maka Lukman menjawab dengan ayat ini. Demikianlah tafsiran dari As Sudi.

2. Anak Lukman berkata pada ayahnya, bagaimana jika aku melakukan suatu dosa lantas tidak ada seorang pun yang melihatnya, bagaimana Allah bisa mengetahuinya? Lalu keluarlah jawaban Lukman seperti ayat di atas. Demikian pendapat Maqotil. (Lihat Zaadul Masiir, 6: 321).

Semoga setelah menghujamkan kepada diri mengenai hal ini, kita akan menjadi lebih berhati-hati dalam melakukan segala hal. Dalam mendidik anak pun, penanaman muraqabah insyaAllah dapat membuat mereka takut kepada Allah di mana pun mereka berada. Lebih berhati-hati dalam bertindak, meski ketika orang tuanya tiada.

Kita bisa melakukan diskusi dengan anak-anak untuk menajamkan sifat ini. Mempertanyakan setiap niat yang mereka miliki setiap ingin melakukan sesuatu, bukan hanya karena ‘mau’ atau menuruti ‘passion’ yang cenderung dipengaruhi hawa nafsu. Tanyakan hal-hal penting, terutama berkaitan dengan aqidah. Adakah sedikit saja niat yang bukan karena Allah? Adakah sesuatu hal dalam pilihan mereka yang bertentangan dengan hukum-hukum Allah, meskipun hanya sedikiiiit saja?

Jika anak terbiasa menerima dan mendiskusikan pilihan-pilihan mereka dengan menyandarkan pada syariat, insyaAllah mereka bisa terjaga dengan pilihan-pilihan yang sehat. Tujuan anak-anak pun bukan hanya sekedar ‘melakukan hal yang benar saat tidak ada yang melihat’. Tapi melakukan hal yang benar di mata Allah, saat tidak dilihat. Bahkan, melakukannya di tengah kemungkaran dimana banyak yang melihat namun tidak menyetujui kebaikan yang dilakukan.

Sungguh… hanya Allah sebaik-baik pemberi balasan. Semoga kita dimudahkan mendidik buah hati melalui jalan ini.


Tulisan ini merupakan bagian dari seri…

LANDASAN PENDIDIKAN RUMAH BAGI MUSLIM

[LANDASAN #1] MEMILIH VISI DAN MISI

[LANDASAN #2] TANAMKAN TAUHID

[LANDASAN #3] ADAB DAN AKHLAK KEPADA ORANG TUA

[LANDASAN #4] AUTO-PILOT HOMESCHOOL

[LANDASAN #5] MURAQABAH

[LANDASAN #6] AMAL MA’RUF NAHI MUNKAR DAN SABAR

[LANDASAN #7] MENDIDIK KOMUNIKATOR YANG TAWADHU

cara memulai homeschooling
Homeschooling Starter Kit, Landasan Homeschooling Islam

[Landasan Pendidikan Rumah #4] Auto Pilot Muslim Homeschool

***Menuju Auto-Pilot Muslim Homeschool***

Semua pakar parenting pasti setuju kalau keteladanan orang tua adalah kunci pengasuhan yang paling utama. Tapi, bagaimana ketika orang tua khilaf atau malah sama sekali melenceng dari visi dan misi awal? Atau malah kita – sang orang tua wal – iyadzubillah, adalah pembawa keburukan ke dalam rumah? Ternyata, Islam memiliki jawabannya.

Menyadarkan Anak Bahwa Orang Tua Juga Seorang Hamba

Allah Ta’ala berfirman,

وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan” (QS. Lukman: 15).

Dan karena orang tua adalah seorang hamba Allah, maka bagi mereka juga berlaku syariat-syariat yang sama. Karena itu, sangat penting untuk memahamkan kepada anak bahwa mereka melakukan sesuatu bukan hanya karena ‘kita yang suruh’. Kalaupun alasannya karena ‘kita yang suruh’, sangat penting memberikan pengertian kepada anak bahwa dengan melakukan itu, ia akan mendapat ridho Allah melalui ridho orangtuanya.

Kenapa bukan hanya karena ‘kita yang suruh’? Karena anak-anak perlu memahami sesuai usia bahwa segala ibadah yang dilakukan harus berdasarkan syariat. Karena mereka perlu mempelajari bahwa muamalah yang dilaksanakan juga berdasarkan lingkaran hukum-hukum Allah.

Dengan terus melakukan hal ini sampai pada derajat sami’na wa atho’na (saya dengar dan saya kepada hukum Allah) insya Allah akan mengantarkannya pada apa yang diidamkan-idamkan orangtua homeschoolers selama ini: an auto-pilot muslim homeschool. 

p_20160417_142725.jpg

Tenaga Auto Pilot itu Bernama Al Qur’an dan As Sunnah

Bayangkan jika seorang anak yang belajar bersama orang tuanya tidak menyadari urgensi ayat di atas. Apa reaksinya ketika orang tuanya tidak ada atau ternyata orang tua benar-benar berperilaku di luar apa yang telah ia pelajari selama ini.

Oh, yes parents.. we are humans. Me do make mistakes. 

Bisa jadi yang menjadi reaksi adalah bingung. Atau, bisa jadi anak-anak itu malah menjadi musuh bagi orang tuanya. Mereka menjadi singa yang mengaum kepada orang tuanya yang berbuat kesalahan.

Oh my.. sounds familiar?

Bukankah banyak yang pertanyaan-pertanyaan di kajian mengenai ‘Orang tua saya belum mengenal sunnah Ustadz’ apa yang harus saya lakukan?”

Oh yaaa… sudah banyak peristiwa orang yang sudah ‘mengaji’ lalu menyeret orangtua yang masih belum tersentuh hidayah sunnah dengan cara yang tidak baik. Dari mulai mengajak mengaji dengan perkataan yang merendahkan hingga sikap yang menyakiti mereka. Yaaa Raabb…. Seakan-akan hidayah itu dia yang memetiknya sendiri tanpa campuh tangan Allah!

Bukankah dalam ayat di atas terdapat klausa ‘dan pergauliah keduanya dengan baik?’ 

Ayat itu tidak turun setengah saja melainkan utuh, bahkan terkait dengan ayat-ayat lain mengenai birrul walidain.

Dalam tafsirnya, Ibnu Katsir rahimahullah berkata mengenai ayat di atas,

“Jika kedua orang tua memaksamu agar mengikuti keyakinan keduanya, maka janganlah engkau terima. Namun hal ini tidaklah menghalangi engkau untuk berbuat baik kepada keduanya di dunia secara ma’ruf (dengan baik)” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 11: 54).

Syaikh As Sa’di rahimahullah dalam situs ini menerangkan,

“Janganlah engkau menyangka bahwa taat kepada keduanya dalam berbuat syirik adalah bentuk ihsan (berbuat baik) kepada keduanya. Karena hak Allah tentu lebih diutamakan dari hak yang lainnya. Tidak ada ketaatan dalam bermaksiat pada al Kholiq (Sang Pencipta)”.

Allah Ta’ala tidaklah mengatakan: Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka durhakailah keduanya. Namun Allah Ta’ala katakan, janganlah mentaati keduanya, yaitu dalam berbuat syirik. Adapun dalam berbuat baik pada orang tua, maka tetap ada. Karena selanjutnya Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “pergaulilah keduanya di dunia dengan baik”. Adapun mengikuti mereka dalam kekufuran dan maksiat, maka jangan” (Taisir Al Karimir Rahman, 648).

Ya, anak perlu mengenal ayat ini (dengan pemahaman mereka) secara utuh. Mereka perlu menyadari bahwa orang tua dapat berbuat kesalahan namun perlu diingatkan dengan cara yang ahsan untuk kembali merih surga bersama-sama. Anak perlu mempelajari dan memahami adab dan akhlak kepada orang tua.

Kenapa?

Karena kita tidak tahu hingga kapan hidayah ini akan ada terus bersama kita. Sebagaimana kita pun tidak bisa menjamin fisik kita bisa terus menemani mereka esok hari. Bukankah kita selalu meminta untuk terus istiqomah memegang hidayah ini melalui surat Al Fatihah?

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ

Tunjukilah kami jalan yang lurus [Al-Fatihah:6]

Jadi, jangan kuatir. InsyaAllah program auto pilot itu bisa aktif menyala selama anak-anak terus dipahamkan kepada apa siapa kita bersandar. InsyaAllah.

***menulis adalah mengingatkan diri***


Tulisan ini merupakan bagian dari seri…

LANDASAN PENDIDIKAN RUMAH BAGI MUSLIM

[LANDASAN #1] MEMILIH VISI DAN MISI

[LANDASAN #2] TANAMKAN TAUHID

[LANDASAN #3] ADAB DAN AKHLAK KEPADA ORANG TUA

[LANDASAN #4] AUTO-PILOT HOMESCHOOL

[LANDASAN #5] MURAQABAH

[LANDASAN #6] AMAL MA’RUF NAHI MUNKAR DAN SABAR

[LANDASAN #7] MENDIDIK KOMUNIKATOR YANG TAWADHU

Homeschooling, Homeschooling Starter Kit

KENAPA HARUS HOMESCHOOLING?

Posting ini merupakan resume Kuliah WhatsApp Grup Parenting United pada hari Kamis, 10 november 2016. Semoga Bermanfaat. ^_^

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

KENAPA HARUS HOMESCHOOLING?

Mierza Miranti | klastulistiwa.com

Moderator : Bunda Iis
Comoderator : Bunda Tiena
Peresume : Rizki

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

Jawabannya ada pada pertanyaan itu sendiri.

Lho, kok? -_-

Lha iya.. pastikan dulu “Kenapa harus Homeschooling (HS)?”

Apakah ini adalah pilihan sadar setelah mencari ilmu dan istikharah, terpaksa, diminta, ikutan, atau melarikan diri dari sesuatu? Siapkah dengan konsekuensinya, termasuk bertemu 24 jam sehari? Sudahkah siap jika ada masalah? Ayahnya ikut nyemplung atau malah ga setuju?

Kalau masalah-masalah basic ‘Kenapa harus HS’ ini telah terjawab, insyaAllah masalah teknis dari metode sampai ijazah akan dapat jawabannya.

* * *

Lalu, kenapa kami pilih Homeschooling?

Jawaban kami… untuk mencapai visi-misi keluarga :

ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁَﻣَﻨُﻮﺍ ﻗُﻮﺍ ﺃَﻧْﻔُﺴَﻜُﻢْ ﻭَﺃَﻫْﻠِﻴﻜُﻢْ ﻧَﺎﺭﺍً
“ Wahai orang-orang beriman, lindungilah dirimu dan keluargamu dari Api Neraka” (QS. At-Tahrim ayat 6).

Homeschooling adalah ikhtiar yang kami rasa lebih mudah karena hampir semua kami lakukan sendiri. Dari memilih materi, alat, guru, sampai evaluasi.

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

💕 Assalamu’alaikum bu Mierza 😊

💝 Wa’alaikum salaam warahmatullahi wabarakatuh. 😃
Salam kenal bu Iis

💕 Salam kenal juga bu Mierza..
Terima kasih atas kesediaannya mengisi kulwap di group PU ini ya bu Mierza😊

💝Sama-sama. 😊

💕Sebelum masuk ke pertanyaan boleh sedikit bercerita tentang perjalan homeschoolingnya bu Mierza..
Dengan anak 3 semuanya homeschooling kah bu?

💕 Versi pendek ya. 😅
Baik. Saya baru memulai HS setahun ini. Meski impian itu sudah sempat saya tulis di Jakarta Post 8 th yang lalu, tapi baru menyadari tahun lalu. Anak pertama saya sempat sekolah 2 th. Lalu, kami memutuskan HS, karena ingin saja. Dari sisi kami karena kami cukup perfectionist, di sisi anak karena dia ga rela ibunya mengajar orang lain. Tidak ada masalah yang melatar belakangi. HS ini sudah jadi keputusan kami setelah istikharah.  (Note: anak kedua dan ketiga masih ‘main’)
Perjalanannya naik turun tentu saja. Tidak ada yang mudah, tapi tantangan-tantangan itu kami lalui bersama, hingga alhamdulillah kami masih ingin HS setelah melihat hasilnya. 😊
Ketika menyekolahkan, ada beberapa ‘idealisme pengasuhan’ yg harus dikorbankan. Disesesuaikan dengan ekspektasi dan kondisi lembaga, ortu lain, media, dll.

🌱🌱🌱🌱 Tanya jawab 🌱🌱🌱🌱

1 Assalamu’alaikum bu Mierza..
Untuk pendidikan anak-anak saya (6th dan 4th) saya ingin menerapkan HS karena khawatir dengan penyimpangan perilaku anak-anak jaman sekarang. Harapan saya, dengan HS akan bisa meminimalisasi pengaruh negatif dari perilaku menyimpang yang sekarang ini sedang marak di Indonesia..
Cuma…ada beberapa teman saya berpendapat bahwa HS akan membuat anak “steril”.. Dan itu tidak baik untuk perkembangan sosialisasi anak..apakah benar demikian? #lila
☑ Wa’alaikum salaam warahmatullah, mba Lila. Steril? Bisa jadi. Bukankah orang tua diminta memilihkan teman yang baik untuk anak-anaknya? Agar anak-anak terpercik minyak wangi, bukan bau dari pandai besi? Jika pertanyaan klasik seperti ‘tidak ada teman’, mari kita kembalikan makna teman. Di sekolah, anak di’kelas’kan, diberi strata. Apakah mereka dibekali dengan ilmu berteman lintas kelas? Apakah guru selalu ada untuk mendampingi agar anak-ank tahu adab berteman? HS-er bisa berteman tidak hanya dengan teman sekelas, tapi sekelurahan.. yang terpilih. 😄

2 1. Bu, pembuatan kurikulum HS apakah bisa dilakukan sendri berdasarkan visi misi keluarga?
2. Terkait masalah sosialiasi anak yang mengikuti HS, sering dikhawatirkan akan ada efek kurangnya nilai sosial dan sosialiasi pada diri anak, sehingga anak menjadi tidak peka terhadap lingkungan, padahal dia bisa bermain dengan tetangga. Mohon tanggapnnya? #Shabrina_PU Jatim
☑1. Bisa.
2. Sekolah yang dibatasi dinding tinggi, diberi jadwal untuk berada dengan anak ‘1 level’ selama itu… bisakah membuat anak peka? Kalau dari pengalaman pribadi, anak saya sangat pemalu dan dilabel pasif meski jadi kesayangan guru dan ranking 1. Tapi pulang sekolah, semua adab yang saya ajarkan luntur. Tas dilempar, adiknya nangis dibiarkan. Alhamdulillah… setahun ini Allah mudahkan untuk membuka hatinya.. dia jadi lebih peka dengan kondisi sekitar dan terakhir memilih untuk membagikan ilmu bahasa Arab dengan menjadi guru bagi teman2nya.

3
3.السلام عليكم ورحمةالله وبركاته bu mierza ,
Saya mau bertanya , apakah HS yang bu mierza jalankan pakai kurikulum? Kalau boleh apa yang ibu ajarkan ke anak-anak? Apakah ada pelajaran sekolahnya? Atau fokus ke minat dan bakat anak? Trus, untuk nanti ujiannya bagaimana proses ngurusnya? Karena saya dengar sekarang kalau anak anak yang HS, apabila mau ujian UN, harus ada NISNnya. Maaf kalau pertanyaannya banyak. Syukran ibu 😊 Wassalam #ummujihad
☑Wa’alaikum salaam warahmatullahi wabarakatuh. Salam kenal, Ummu Jihad. ‘Kurikulum’ saya berdasarkan visi misi keluarga tadi ‘qu anfusakum wa ahlikum naaro’. Jadi, saya tempatkan tauhid dan ilmu diin pertama kali. Duduk di majelis-majelis ilmu. Memastikan konten-konten pelajaran sesuai Quran dan Sunnah, sambil membantu anak menemukan bakatnya. Saya lebih cenderung menempatkan bakat di urutan berikut setelah ilmu diin. Karena bakat itu harusnya membantu dia terhindar dari api neraka, bukan mendekatinya. Apalagi dengan menganggap ‘bakat’ lebih penting lalu melupakan tujuan awalnya sebagai muslim. Jangan sampai begitu. Contoh, mengejar bakat sampai melupakan shalat, pergi shafar sendirian (kalau perempuan) demi mengejar ‘ilmu’, menyepelekan ilmu wajib yang harusnya diketahuinya lebih dulu. Na’udzubillahi min dzalik. Semoga keluarga kita semua dijauhkan dari hal-hal ini.

Wa fiik barakallahu. Oh, afwan. 😅 Untuk NISN, bisa didapatkan dengan ikut PKBM yang terdaftar. Bisa dicek di http://bindikmas.kemdikbud.go.id/nilem/ Bun
Ada juga opsi sekolah payung.. tp saya ga berani sarankan karena sama aja artinya anak2 terjejal pelajaran2

4Assalamualaikum bu Mierza..
Ada kah panduan atau rule yang bisa dipegang untuk ber-HS?
Anak saya baru 15 bulan..
Saya mau mempersiapkan sedini mungkin tentang HS jadi nanti kalau sudah saatnya saya tidak bingung lagi..
#rizkina
☑ Masih main bu. Insya Allah masih lama ya. Boleh intip-intip ke sini untuk persiapan.

5 Assalamu’alaikum bu Mierza Miranti, saya mau bertanya:
1. Apa kelebihan & kekurangan dr homeschooling?
2. Bagaimana jika nantinya anak merasa bosan dengan homeschooling?
#debby_PU jatim
☑Wa ‘alaikum salaam warahmatullahi wabarakatuh.
1. Kelebihannya banyak. Salah satunya bisa memilih materi, lingkungan, dan guru. Kekurangannya, orang tua bisa jadi lebih lelah, baik dalam mengeksekusinya, atau menghadapi arus yang berlawanan.

2. Belum tahu karena belum terjadi 😅

6Assalaamu’alaikum…bu sy mau tanya…bagaimana bu Mirza melaksanakan HS tiap harinya? Apakah ada jadwal jam sekian sampai sekian..atau kah tidak terjadwalkan? Jadi selama ada kesempatan ya belajar selama seharian itu ato bgaimana? #habibah
☑Saya tidak ada ‘jadwal mata pelajaran’ – hanya target. Anak-anak memilih 3 ilmu diin, 3 pelajaran, dan 3 pekerjaan rumah setiap harinya. Jika tercapai sebelum jam 2, insyaAllah diberi bintang yang jika tercapai (sejumlah tertentu) mendapatkan reward. Tapi jangan bayangkan yg hebat2 yaa..  reward-nya cukup jajan 1 macam di minimarket. 😄

Biasanya kalau anak2 ingin main cepet dapat waktu bermain, mereka bangun sebelum subuh untuk hafalan/ muraja’ah. Kenapa targetnya sampai jam 2? Karena saya juga harus kerja 😅

Saat ini anak-anak tahfiz dgn guru dua kali seminggu. Hafalan sehari2 di rumah dengan saya di cek kesempurnaannya oleh ustadzahnya. 😊

Saya pakai At Tuqo untuk ilmu diin, untuk materi saya ambil pokoknya saja. Disesuaikan. 😄

7. Saya punya murid dulu SD-nya HS, sekarang sekolah boarding. Saya lihat perkembangannya luar biasa susahnya Bu ketika ia melewati 2 keadaan yang berbeda. Di boarding dia susah penyesuaian dan dia mengaku lebih nyaman HS karena bisa memilih teman yang dia suka saja, tidak suka keramaian, sering cekcok dengan teman yang tidak disuka. Nah pertanyaan saya, prinsip dan pola pikirnya seperti itu masih bisa diubah atau menetap dan bagaimana supaya mengarahkan pikiran dia agar tidak terlalu terpaku dnegan tidak cinta sosial#
Apri

☑Salam, Bu Apri. Tergantung pendampingan, Bu. Jika fasilitator/ guru/ musyrif hingga sistem sekolah mampu menyampaikan dan mendidik mengenai adab berteman, insyaAllah bisa. Bukankah lembaga sebaiknya siap menerima input apapun (karena sudah diterima kan anaknya) dan mengolahnya agar menjadi output sesuai visi misi lembaga? Kesamaan pesantren dan HS adalah minimnya campur tangan orang tua lain, sehingga seharusnya lebih mudah mendidik masalah sosialisasi. Ini berdasarkan pengalaman aja sih waktu mengajar di boarding school. 😊

💕Alhamdulillah. Jazakillahu khairan Ceu Mir atas sharing2 ilmu perHSannya. Sedikit banyak membuka mata sudut pandang lain bagi kami.

Cepat skali ya waktu.pertanyaan msh antri 😂
Semoga ilmu dan informasi-informasi yang Ceumir share dpt bermanfaat buat teman-teman ibu-ibu ketje di grup ini yang ingin dan sedang menerapkan HS bg putra/inya.

💝 Wa jazzakumullaahu khairan katsira semua. Mohon maaf jika ada kata2 yang salah. Terima kasih atas kesempatannya berkenalan dengan ibu-ibu ketje pembelajar hebat. MasyaAllah banget deh pertanyaannya 😅🙏🏻

💕Sebelum kami akhiri, ada yg ingin disampaikan ceumier sbgi penutup ?

💝Homeschooling itu ada loh. 😁 Salah satu pilihan, selain sekolah, yang harus diambil dengan istikharah dan dilalui dengan ilmu. Jadi? HS apa jangan niiih? Hehe.. jawabannya pilih sendiri ya. Selamat memilih. 😘

kurikulum homeschooling
Homeschooling

[PRINTABLE] ‘Baiti’ – An Arabic Comic by Jenna

Alhamdulillah…

Akhirnya selesai juga komik ‘Baiti’ ini. Sebenarnya, komik ini adalah ujian Bahasa Arab Jenna untuk tema ‘rumah’.  Pembelajaran menggunakan flashcard dari BISA.

kurikulum homeschooling

Alasannya? Karena portable aja bisa dibawa-bawa dan berwarna-warni. Kurikulum homeschooling kami yang fleksibel memungkinkannya – karena belum ketemu gurunya juga. ^_^

Komik yang gambar mahluknya tidak sempurna ini bisa juga diunduh dalam bentuk pdf di sini selain tampilan slideshare di bawah ini:

My Reflection

BUAT JAM MATAHARI YUK BUAT CEK KIBLAT

BUAT JAM MATAHARI YUK BUAT CEK KIBLAT

*Mierza Ummu Abdillah*

Jumuah selalu istimewa. Tapi jumat yang sekarang lebih istimewa… Kenapaaa?

Karena, matahari tepat berada di atas ka’bah.

Ini saya dapet dari mba Anne Adzkia, blogger yang homeschooling mum yang keyen ituuu loooh. Nah, jam 16.18 hari ini (27 Mei 2018) adalah saat yang tepat buat cek posisi kiblat.

image
PENGUMUMAAAAN

Ehem… berhubung anak2 emang ga (pernah) sekolah, langsung ajalah diajak buat jam matahari (bapake yang ajak, deng).

Susaahkaah? Tentu tidak…

Yang gampang ajalah, pake kardus – atau dalam kasus saya cover buku gambar bekas – sama kertas dan lem.

Caranya:
1. Buat dasarnya
2. Buat segitiga berdiri (kalau saya pakai kardus lagi di dalamnya)
3. Lem di tempat yang seharusnya.

image
Jam Matahari yang Njawani

Udah deehhhh.

Pas jam 4.18 sore, bawa keluar sesuai petunjuk gambar pengumuman di atas. Terus,  cari arah kiblat yang bayangannya ada di belakang segitiga (Ng… deskripsinya bener ga nih? Liat gambar jamnya aja yaaa)

Gampang tho? Ya jangan susah susah… karena cucian menunggu. Hehe… maklum, cari masalah jadi emak2 homskuler tapi ga punya ART (curhat).

Semoga bermanfaat. ^_^

Homeschooling, My Reflection, My Thoughts, Parenting

MENDESAIN ULANG BUKU CEKLIS RAMADHAN

Ramadhan sebentar lagi!

~ Mierza Ummu Abdillah ~

Jadi kembali teringat masa2 ketika harus mengisi buku Ramadhan. Ceklis shalat, puasa, sampai berburu stempel masjid dan tanda tangan penceramah. Teruuuuus begitu, sampai saya jadi remaja cerdik.

Ya, cerdik. Tinggal ceklis2 atau silang2. And, so what?

image

Tapi ketika dapat guru agama yang menilai dari jumlah ceklis, si cerdik itu mengubah jumlah ceklis dengan kenyataannya. Ya. Manipulasi. And, so what?

Untuk catatan terawih, tinggal salin ceramah, atau minta anak lain tuliskan, lalu titip buat dicap dan tanda tangan. Beresss. Kami yang remaja2 cerdik ini tinggal jajan sambil cekikikan sementara yang lain shalat. “Masih mending kita ke masjid. And, so what?”

Dan saya pun bertumbuh jadi remaja baligh tanpa aqil. Manusia tang hidup untuk hari ini.

***

Kini, berganti waktu dan peran. Si remaja itu kini jadi seorang ibu yang menghadapi Ramadhan. Seru.. karena ini Ramadhan oertama sebagai homeschooling family. Sempat terpikir membuatkan buku ceklis dan ceramah untuk anak2 yang ga sekolah kayak ‘waktu itu’..
Sampai Qadarullah… terlintas kenangan tadi.

Setelah ditimbang, dibungkus, dan diberi label *eh* langsung terkesiap…

Lhaaa.. ngapain emak homeschoolers bikin yang begiiniiii? Hadeeeuh… Emang susyah menghalau mindset schooling, yah…

Paham sih alasan sekolah memberi itu. Mereka perlu alat kendali untuk memastikan murid2nya ke masjid dan ‘beribadah’ di bulan Ramadhan. Perkara nanti itu ceklis cuma jadi wacana aja, yang penting udah terlaksana. Done. Pendidikan karakter, katanya.

Oke, balik ke tema keluarga sendiri. Terus piyee program Ramadhannya?

Hehe.. tenang… ‘buku ceklis’ itu tinggal direkonstruksi aja kok (kalau emang keukeuh bikin yang begitu). Jadi gak cuma alat kontrol aja, tapi reminder orang tua.

Missaaal….

Kalau sebelumnya minta stempel dan tanda tangan masjid, sekarang tiap abis tarawih buat halaqah kecil di rumah buat diskusi isi ceramah bareng bocah2. Atau malah gantian menyampaikan isi ceramah.

Kalau sebelumnya anak2 yang ceklis, ini ayah/ibu yang ceklis setiap ngajak anaknya shalat atau sahur.

Kalau sebelumnya cuma anak2 yg isi hafalan dengan ayat/ surat yang baru dihafal, sekarang di halaman yang sebelahnya Ibu/ ayah ikutan isi juga.

Intinya: Children see, children do.

Lagian, di Islam tu ngeri banget lho ancaman ortu yang menyuruh tanpa melakukan yang disuruh. Dibenci ألله emang mau? Saya sih nggak. 🙂

Wahai orang-orang yang beriman, kenapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. As-Shaff: 2-3)

Jadi, ayo kita belajar bersama.
Ramadhan Mubarak!

Kisah perjalanan klastulistiwa.com

Homeschooling, Homeschooling Starter Kit, Parenting

Merancang Kurikulum (HS) PAUD Berdasarkan Tumbuh Kembang

Jpeg

Berikut ini adalah Standar Tumbuh Kembang Anak Bayi – 6 Tahun untuk para Ibu yang ingin memberikan yang terbaik untuk permata yang diamanahkan. Bukan buatan saya tentunya. Sila klik untuk langsung ke sumbernya.

Dalam berkas-berkas yang pasti dimulai dengan pendahuluan itu, ada bagian yang saya sukai, yaitu PRINSIP PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI:

  1. Berorientasi pada Perkembangan Anak
  2. Berorientasi pada Kebutuhan Anak (fisik dan psikis)
  3. Bermain sambil Belajar atau Belajar Seraya Bermain
  4. Berpusat pada anak
  5. Lingkungan yang kondusif
  6. Menggunakan pembelajaran terpadu
  7. Mengembangkan berbagai kecakapan hidup
  8. Menggunakan berbagai media edukatif dan sumber belajar
  9. Dilaksanakan secara bertahap dan berulang–ulang
  10. Aktif, Kreatif, Inovatif, Efektif, dan Menyenangkan
  11. PemanfaatanTeknologiInformasi

Nah, ini dia.. silahkan.

Standar Perkembangan Anak Usia 1-6 Tahun

Catatan saya: standar di atas merupakan acuan, bukan goal yang kudu dan wajib dikejar. Hal ini karena setiap anak itu unik dan memiliki kecepatannya sendiri. Yang bisa dilakukan orang tua adalah berdoa dan memberikan exposure yang sesuai usianya.

Oh, iya saya juga cantumkan ceklis tumbuh kembang dari negara tetangga beda RT, Australia sebagai perbandingan. Yang ini sampai usia 13 tahun. Silahkaan…

Development Checklist NSW

Terus??? Mana kurikulumnyaaaa? Hehe.. sekali lagi.. berhubung saya penganut better late than early, jadi begini saja langkah-langkahnya ya:

  1. Fokus pada tabel usia anak
  2. Buatlah ceklis
  3. Silahkan googling aktifitas atau mainan yang sesuai dengan ekspektasi tumbuh kembangnya. Ada banyaaak sekali inspirasi dari internet yang bisa diterapkan.

Bagi yang memerlukan Acuan Kurikulum Nasional terdapat pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini serta Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum, silahkan mengunduh di bawah ini