Pertanyaan yang sering ditujukan kepada keluarga yang memilih jalur nggak sekolah adalah: “Bagaimana dengan sosialisasi anak homeschooling kalau bukan di sekolah?”
Pertama, kita perlu mengubah mindset kita dulu soal sosialisasi. Kalau menurut KBBI, sosialisasi adalah ‘proses belajar seorang anggota masyarakat untuk mengenal dan menghayati kebudayaan masyarakat dalam lingkungannya” . Sebagai muslim, tentu kita harus menyesuaikannya dengan syariat, seperti tanpa ikhtilat dan sesuai dengan adab serta akhlak seorang Muslim.
Mari garis bawahi kata ‘mengenal dan menghayati kebudayaan masyarakat dalam lingkungannya’. Bukankah di luar sekolah, kita bisa melakukannya secara real? Tidak hanya mengenal melalui buku? Atau, apakah sosialisasi dibatasi tembok sekolah dan hanya dengan teman rentang usia yang sama?
Sosialisasi Bagi Homeschooler Muslim
Mierza Ummu Abdillah
Setelah menjalani homeschooling, saya merasa ‘sosialisasi’ ini jauh lebih terjaga insya Allah – tapi sekaligus lebih luas dan tertata.
Terjaga – karena kita tahu dan bisa memilihkan teman, menjaga mereka dari ikhtilat, efek buruk pergaulan, menjaga agar percikan minyak wangi saja yang ada di sekitar mereka, dan terjaga dengan pendampingan kita hingga mereka siap menghadapi dunia sebagai Muslim yang utuh. Bayangkan rasio HS-ibu dan murid-guru.. kira-kira, rasio yang mana yang lebih terjaga?
Lebih luas – karena sosialisasi anak homeschooling tidak terbatas di lingkungan sekolah saja, tapi lintas usia, profesi, keinginan – tentunya dengan penjagaan kita. Sosialisasi tidak hanya satu kelas dengan rentang usia tertentu saja. Bukankah kita sering membaca riwayat Rasulullah dengan anak-anak kecil yg belajar di sekitarnya? Atau para sahabat, thabi’in, thabi’ut thabi’in yang meminta jawaban dari orang yg lebih muda karena diakui kecerdasan dan keilmuannya – seperti Umar bin Khattab yang memasukkan Ibnu Abbas yang berusia 17 tahun dalam anggota dewan bersama para sahabat peserta perang Badar? Inilah sosialisasi.
Tertata – karena kita bisa mendesain ‘lingkaran sosialisasi anak-anak’ sesuai tujuan pembelajaran kita. ^^ Bisa dengan bergabung dengan komunitas homeschooling atau komunitas pembelajar yang sesuai dengan visi dan misi kita sebagai muslim. Bisa dengan orang yang sesuai dengan kecakapan hidup yang ingin kita tanamkan, misalkan pedagang di pasar, pembuat kue, saudara atau teman yang bisa menjaga rumah tetap bersih meski punya seabrek kegiatan, dan banyak lagi. Bisa dengan sering-sering mengunjungi saudara untuk meraih pahala dan membelajarkan adab, misalkan menjenguk orang sakit, takziyah, menolong sesama muslim – tanpa bingung mengatur waktu hanya di akhir pekan saja. Bisa juga dengan membuat acara anak-anak di rumah, jika memang kita ingin anak-anak bergaul dengan teman sebaya.
Jadi, tidak sekolah bukan berarti tidak bisa bersosialisasi bukan?
Satu tanggapan untuk “Sosialisasi Untuk Homeschooler Gimana?”