Kenapa ada orang rentan terkena serangan jantung, diabetes, tekanan darah tinggi, asma, alergi – bahkan di usia muda? Ternyata, salah satu jawabannya ada saat kita menjadi janin. Faktor-faktor seperti nutrisi yang kita terima dalam rahim, polutan, obat-obatan, dan kondisi ibu saat mengandung membentuk kita hingga hari ini.
Inilah hasil riset mengejutkan yang disampaikan oleh salah satu pembicara Simposium bertajuk “Masakan Rumah, The Silent Killer?” dalam rangka Hari Gizi Nasional, Dr. Entos Zainal, DCN, SP, MPHM. Beliau juga memaparkan pentingnya gizi pada masa emas dan kritis pertumbuhan anak .
Ada juga Ibu Theresia Irawati, SKM. M.Kes yang menyoroti pentingnya GERMAS untuk menyikapi meningkatnya penderita Penyakit Tidak Menular (PTM) di Indonesia. Simposium yang juga dihadiri homeschoolers dan sang Ibu blogger dari klastulistiwa.com ini pun ditutup oleh dr. Tirta Prawita Sari, M.Sc, Sp.GK. yang menambahkan bahaya minyak trans, hoax tentang lemak jenuh, dan cara menghindari lemak trans itu sendiri.
Gizi dan Stimulasi Itu Penting!
Dr. Entos Zainal melanjutkan pemaparan mengenai hasil riset yang dimuat pada majalah Times tahun 2010 tersebut dengan menyebutkan bahwa, pentingnya gizi bukan melulu soal berat dan tinggi badan. Bukaaan.
Gizi yang tepat sejak kandungan dapat memprediksi kesehatan di masa dewasa. Contohnya saja jantung. Jika organ ini tidak tumbuh optimal pada usia 4 minggu, maka bisa saja terjadi masalah pada jantungnya di usia 30 atau 40 tahun.

Ketika anak lahir, jelaaas PR belum berakhir. Untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan otak yang optimal, anak memerlukan zat gizi makro (energi, protein, dan lemak) dan zat gizi mikro (vitamin dan mineral).

Pengaruh gizi makro sangat penting dalam membentuk struktur anatomi otak, yang mempengaruhi sel-sel syaraf dan sel-sel pendukung (Sel Gilia). Masih menurut beliau dalam acara yang didukung oleh SunCo ini, stimulasi yang tepat pada saat dalam kandungan hingga masa anak-anak juga berpengaruh untuk perkembangan otak anak. Katakanlah, orang tua Muslim yang memperdengarkan anaknya sejak dari janin hingga masa keemasan pertumbuhannya. Kebiasaan ini akan memberikan stimulasi pada otak anak (yang bergizi baik). Stimulasi inilah yang mempengaruhi kualitas pembentukan akson, dendrit, serta sinaps yang membentuk kecerdasan anak.
GERMAS Untuk Melawan Penyakit Tidak Menular
Ibu Theresia Irawati, SKM. M.Kes selanjutnya menekankan pencanangan GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat). Gerakan ini bermaksud melawan peningkatan Penyakit Tidak Menular (atau PTM seperti stroke, jantung, diabetes) dalam 30 tahun terakhir. Faktor utama PTM yang disebutkan pada gambar di bawah ini bisa dicegah dengan GERMAS.
Beliau juga menambahkan, faktor naiknya angka PTM ini seiring dengan kenaikan jumlah pengguna gula, garam, dan lemak yang berlebih. Pada tahun 2009, pengguna gula garam berlebih hanya berkisar 24,9% penduduk saja. Lalu meningkat menjadi 26,2% pada tahun 2013. Konsumsi lemak berlebih pun naik dari 12,8% menjadi sebesar 40,7% di tahun 2013.
Lalu, Bagaimana???
- Melakukan aktifitas fisik.
- Batasi konsumsi panganan manis, asin, berlemak.
- Perbanyak konsumsi sayur dan buah
- Perhatikan asupan gula, garam dan minyak.
- Bijak memilih minyak goreng, seperti SunCo, minyak goreng baik dikit nempel di makanan.
- Bergaya hidup sehat.
- Cek kesehatan secara berkala
Bahaya Mana? Lemak Jenuh atau Lemak Trans
Pemaparan dr. Tirta Prawita Sari, M.Sc, Sp.GK. dimulai dari penelitian-penelitian mengenai lemak jenuh dan lemak trans. Ternyata, derasnya informasi membuat masyarakat kita percaya bahwa penyakit jantung itu disebabkan oleh lemak jenuh. Padahal, dari beberapa riset yang beliau bawakan dalam slide di bawah ini, tidaklah demikian.
Lemak jenuh adalah lemak yang tidak memiliki ikatan ganda karena seluruhnya telah terikat dengan atom hidrogen. Beberapa meleitian hanya menunjukan sedikit hubungan lemak jenuh dengan penyakit jantung. Sementara lemak trans yang merupakan lemak tak jenuh, tidak mengalami proses itu, hingga sebagian berubah menjadi jenuh. INILAH FAKTOR RESIKO PENYAKIT JANTUNG yang disumbangkan oleh sumber lemak trans seperti gambar di bawah ini.
Sementara itu, lemak tak jenuh adalah jenis lemak yang memiliki 1 rantai ganda atau lebih, serta bersifat protektif terhadap jantung. INILAH YANG SEHARUSNYA LEBIH DIPILIH UNTUK DIKONSUMSI.
Lalu Bagaimana Cara Menghindari Lemak Trans?
- Kurangi konsumsi makanan yang telah diproses
- Pilih butter daripada margarin.
- Pilih olive oil atau minyak kelapa daripada margarin.
- Jika menggoreng, pastikan menggunakan #MinyakGorengBaik yang #DikitNempel di makanan.
- Baca label pada makanan kemasan.
Jadi, demikian yaaa…. makanan rumah tetap bisa jadi opsi yang paling sehat, insya Allah. Selamaaaa (catet niih) segala resiko-resiko yang membuat makanan menjadi silent killer itu dihindari.
Selamat memilih dan menjalani hidup sehat.