Lectures of Life, Parenting

CATATAN KAJIAN @ASESI2018 MENDIDIK GENERASI ROBBANI

[Bismillah: Catatan ini sesuai apa yang disimak dan kurang lebihnya adalah kesalahan pencatat. Foto buku bukanlah yang dikaji, melainkan  hadiah untuk si sulung (11th) dari ustadz karena  bertanya, “Bagaimana cara saya menjaga akhlak jika mau masuk pesantren dan ternyata teman-teman tidak bersikap baik”]

IMG-20181103-WA0013

===============

Mendidik Generasi Robbani
Ustadz Fazhrudin Nu’man
ASASI EXPO, 3 November 2018

Oleh Mierza Miranti

 

Tujuan utama kita: At Tahrim ayat 6

Ibnu Umar menafsirkan ayat ini ” Berikan pendidikan kepada anakmu karena kalian akan dimintai pertanggung jawaban apa yg anda ajarkan dan didikan kepada mereka”

Dibalik itu semua ada tanggungjawab pendidikan anak: Bagaimana caranya muncul dari RT kita muncul anak shalih, qurata ayun.

Sodaqoh jariyah, ilmu bermanfaat, dan anak shalih yg senantiasa mendoakan ayah dan bunda.

Anak shalih itu meskipun tidak mendoakan, tetap sampai pahala kepada kita ketika meninggal, karena anak-anak itu hasil didikan kita dahulu. Mendidik anak itu kewajiban dan kebutuhan.

Dalam Ali Imron: 79 disebutkan kalimat “jadilah kalian generasi Robbani”
Ibnu Abbas menyebutkan bahwa “Generasi Robbani adalah generasi yg berakal, bijak, dan memahami agama.”

Robbani diambil dari dua kata, disandarkan kepada Rabb (jamaknya)

Artinya:

1. Generasi yg banyak ibadah kepada Allah dan banyak ilmunya.
2. Generasi yg mengurus manusia sehingga bisa mengurus saudaranya (tidak mementingkan diri sendiri)

Imam at Thabrani “Rabbaniyun adalah tulang punggung manusia, jadi sandaran, generasi yg jadi andalan dalam fiqh, agama, dan dunia.”
Ketika membayangkan generasi rabbani, jangan hanya bayangkan anak kita. Kita pun harus menjadi generasi rabbani.
Ciri-ciri generasi rabbani:
1. Generasi yang senantiasa tegar, semangat, kokoh, berdiri di atas tauhid yang lurus.
2. Senantiasa istiqomah di atas sunnah Rasulullah dan salafish shalih sbg imam dan tauladan yang diikuti
3. Generasi yang senantiasa menjunjung tinggi di atas ilmu dan amal, menjauhi maksiat
4. Generasi yang semangat mengajarkan ajaran islam, amal maruf nahi munkar di atas ajaran yang benar
5. Generasi yang menyejukan pandangan dengan akhlak yang mulia dan adab

Ambillah doa untuk meminta kepada Allah
❤ Doa nabi Ibrahim “Rabbi habli minash shalihin”
❤ Doa nabi Zakaria
❤ Surat Al Furqon 74

Bagaimana menjadi generasi Robbani:
1. Al walidain al shalihah (orangtua yang shalih)
2. Al biah al shalihah (lingkungan yang baik)
3. Al ilmu as shahihah (ilmu yang benar)
4. Al mualim al robbani. (Guru baik dan ahlussunnah)
5. Al abdul halal (semua asupan yg halal

====================
1 . Al walidain al shalihah (orangtua yang shalih)

Keshalihan/ keburukan ini berpengaruh besar, setelah Allah. Merekalah madrasah pertama
Kedua orangtua shalih dapat membangun rumah tangga di atas keshalihan dan berdoa diatasnya.

LIHAT: kisah nabi Musa dan Nabi Khidr dalam al kahf tentang dinding rumah anak yatim yang diperbaiki nabi Khidr atas sebab orangtuanya yang shalih

Ibnu katsir: “Keshalihan seorang berpengaruh dalam keturunannya di dunia dan akhirat.”

“Seorang bayi terlahir suci, orangtuanyalah yang menjadikan Yahudi, Nasrani, Majusi” (Muttafaq alaih)

Berpikirlah sebelum menikah untuk mencetak generasi Robbani.

Aisyah radhiyallaahu anha, ” Hendaklah kalian memilih teman yg baik untuk menaruh benih.”

CEK: Wanita dinikahi karena 4 hal….

Cari juga pria yg shalih “bila ada laki-laki yang kalian ridhai akhlak dan agamanya maka nikahkankah kepadanya, sebab jika tidak, maka akan terjadi bencana di muka bumi dan kerusakan yang melanda”
Kenapa ortu harus shalih?
1. Orangtua shalih akan amanah
2. Akan memulihkan pendidikan terbaik serta memerintahkan mereka dalam ketaatan
3. Akan menjadi qudwah yg baik
4. Menjaga dr yg merusak
5. Akan memohon kepada Allah untuk kebaikan anaknya

———
2. Al biah as shalihah (lingkungan yang baik)

Syaikh Athiyyah “Setiap anak asalnya lahir dalam keadaan fitrah, apabila tumbuh dalam fitrahnya niscaya akan tumbuh dalam hidayah…. ”

CEK KISAH: Jaman bani Israil tentang sang pembunuh 100 nyawa. Ketika ia ingin taubat dinasihati “Pergilah engkau ke negeri yg disana orang-orang menyembah Allah bersama orang shalih, jangan kembali ke negerimu tempat orang-orang yang buruk”

Rasulullah, “Agama seseorang akan seperti agama temannya, maka hendaklah setiap kalian melihat dengan siapa ia berteman”

Yang harus dijaga
1. Lingkungan keluarga (apa masih ada maksiat? Musik?)
2. Lingkungan masyarakat (cek tetanggamu sebelum pindah)

3. Lingkungan sekolah tempat velajar

 

Di Mekah Madinah tidak ada pesantren karena lingkungannya sudah pesantren, tidak ada ikhtilat, musik

Maka carilah sekolah yg tanpa ikhtilat, musik, dan syariat sesuai Quran sunnah denggan pelayanan salafush shalih.
=============
3. Al ilmu as shahihah (ilmu yang benar)

Ilmu adalah fondasi pencetak generasi, pengubah karakter.
Hanya dengan ilmu orang bisa:
1. Mengenal Allah
2. Ibadah dengan benar
3. Mengetahui halal haram
4. Berakhlak mulia
5. Berdakwah amal maruf mahir munkar
Hasan al Basri, “Kalau tidak (taat?) ilmu agama, seseorang akan seperti binatang”

Menuntut ilmu ada 2:
1. Mubah —> math, sains, kedokteran
2. Wajib —> agama dalam Quran, sunnah, pemahaman salafush shalih. INILAH STANDAR ILMU

Barangsiapa yg dikehendaki baik oleh Allah, maka pahamkan ia terhadap agamanya.

Ilmu adalah apa-apa yang pernah diucapkan Allah, Rasul, dan sahabatnya. Mereka adalah orang-orang yang memiliki ketangguhan ilmu. Setelah jaman Rasulullah, sahabat-sahabat yg dijamin surga.

Ahlussunnah yang dimaksud adalah mereka yang memahami agama dengan benar sesuai pemahaman salafush shalih.

Kalau ada kuisioner di jaman jahiliyah, siapa yg paling zalim,   jawabannya Umar bin Khattab. Tapi lihat setelah masuk Islam, Umar jadi umat terbaik.

“AKU wariskan kepada kalian 2 perkara, tidak akan sesat jika kalian berpegang teguh, yaitu kitab Allah dan sunnah rasulNya.”

Kata nabi di akhir jaman kalian akan ada perselisihan yang banyak, maka hendaknya kalian berpegang pada tuntunanku dan tuntunan sahabatku.
=========
4. Al mualim al robbani. (Guru baik dan ahlussunnah)

Kenapa belajar agama malah bisa menjadikan seorang lulusan berpemahaman  Syiah? Khawarij? ISIS? —>>> KARENA GURUNYA MENGAJARKAN DEMIKIAN

Guru memiliki tanggung jawab besar.

Kalau bisa jadilah guru karena “Sesungguhnya Allah dan malaikat, seluruh penduduk. . Seluruh yg di bumi. .. semua mendoakan kebaikan.” <<< cek hadits lengkapnya.
Karakter guru Robbani:
1. Memiliki keikhlasan (betul-betul ingin membetulkan anak didiknya karena Allah
2. Shalih, memiliki kekuatan taqwa ilallah
3. Beraqidah yang shahih dan manhaj yang lurus
4. Memiliki kekuatan ilmu yg berlandaskan quran sunnah salafush shalih
5. Memiliki kemuliaan akhlak dan keluhuran budi pekerti (jika anak didik takut kepada kita, maka kita harus koreksi diri)

Hati-hati kabar akhir jaman ” akan muncul guru-guru yang mengajak manusia ke neraka jahannam”

Hendaknya kalian melihat darimana kalian melihat darimana mengambil agama kalian, sehingga diduga apabila darinkalangan Ahlussunnah maka ambillah ilmunya.

Imam Malik “Ilmu ini adalah daging dan darah kalian dan akan ditanya di hari kiamat maka hendaklah kalian melihat darimana mengambilnya.”

 

=========

5. Al abdul halal (semua asupan yg halal

Imam atau Tsahuri ” siapa yang makanan. Halal pasti badannya akan menaati Allah dan barangsiapa siapa memakan makanan haram pasti badannya bermaksiat kepada Allah.”

Para ulama dulu ketika tidak bangun malam, mereka cek makanan mereka.
Ibnul Qayim “Makanan haram bisa melemahkan jiwa”

Al Baqoroh 168, jangan ikutin langkah syaitan. Nabi Adam yang memakan buah menjadi pelajaran.

Makanan haram bisa menghalangi ibadah.

An Nisa: 10 ..
“Setiap daging yang tumbuh dari nasabah haram maka neraka lebih uatam baginya” (HR Muslim)

Abu Bakar memakan sesuatu dari pembantunya, lalu ia makan dr hasil dukun, lalu ia berusaha memuntahkannya.

 

 

Kajian Sirah, My Reflection

​THE REAL BILAL

KISAH MUADZIN RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASALLAM

Oleh: Wira Mandiri Bachrun [1]

Bilal bin Rabah adalah sosok sahabat yang sangat mengagumkan. Bagaimana tidak, seorang yang dahulunya hanyalah budak rendahan berkulit hitam, telah diagungkan oleh Allah untuk menjadi orang mengumandangkan adzan pertama kali, menjadi orang yang pertama memanggil kaum mukminin untuk menghadap Allah di dalam shalat mereka.

Dialah Bilal bin Rabah yang kisah hidupnya menjadi insiprasi bagi banyak orang. Betapa dengan kekuatan iman serta ketegaran hati dalam memegang prinsip tauhid, Bilal yang hina menjadi mulia. Demikian juga kisah hidupnya menjadi bukti mulianya ajaran Islam yang tak mengenal perbedaan suku bangsa dan warna kulit. Kisah Bilal benar-benar menunjukkan kebenaran firman Allah,
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah orang yang bertaqwa…” (Al Hujaraat: 13)

Orang menjadi mulia di sisi Allah adalah karena ketaqwaannya. Bukanlah ras, suku bangsa atau warna kulit yang membuat kita mulia. Sebagaimana Bilal, walaupun dia berkulit hitam tapi tetap mulia di sisi Allah.

KELAHIRAN BILAL

Bilal dilahirkan di daerah Sarah kira-kira 34 tahun sebelum hijrah. Ayahnya dikenal dengan panggilan Rabah. Sedangkan ibunya dikenal dengan Hamamah. Hamamah adalah seorang budak wanita yang berkulit hitam yang tinggal di Makkah. Oleh karenanya, sebagian orang memanggil Bilal dengan nama Ibnu Sauda, putra si budak hitam. Bilal tumbuh di kota Makkah. Dia menjadi budak milik anak-anak yatim dari Bani Abdid Daar yang diasuh oleh Umayyah bin Khalaf, salah seorang gembong kafir Quraisy.[2]

MASUK ISLAM

Begitu cahaya Islam muncul di tengah-tengah kota Makkah, di mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam  mengajak manusia kepada kalimat tauhid, Bilal adalah salah seorang yang paling dahulu masuk dalam agama Islam. Pada saat itu Bilal telah masuk Islam. Tidak ada orang lain yang masuk Islam selain dia dan beberapa orang lagi yang disebut sebagai As Sabiquna Al Awwalun. Yang pertama adalah Khadijah binti Khuwailid, Ummul Mukminin. Lalu Abu Bakr As Shiddiq, Ali bin Abi Thalib, Ammar bin Yasir dan ibunya Sumayyah, serta Shuhaib Ar Rumi dan Miqdad bin Al Aswad.[3]

SIKSAAN KEPADA ORANG-ORANG LEMAH DARI KAUM MUSLIMIN

Ketika syiar Islam mulai tampak di tengah-tengah musyrikin Quraisy, mulailah penentangan muncul dari para kaum tersebut. Bahkan mereka mulai melakukan penganiayaan dan penyiksaan kepada kaum muslimin. Sebagian sahabat yang berasal dari keluarga terpandang seperti Abu Bakr As Shiddiq dan Ali bin Abi Thalib memiliki kaum yang dapat melindungi mereka berdua. Adapun para budak serta orang-orang yang lemah, maka dengan mudahnya disiksa dan dianiaya oleh para pembesar Quraisy. Kafir Quraisy menyiksa mereka untuk menjadikan mereka sebagai contoh bagi orang-orang yang berani menentang berhala mereka dan menyatakan diri sebagai pengikut Muhammad.

Abu Jahl  misalnya, dia telah menganiaya Sumayyah. Gembong kekafiran ini berdiri di atas tubuh Sumayyah dengan mengucapkan sumpah serapah, lalu membunuhnya dengan cara menusukkan tombak pada tubuh Sumayyah dari bagian bawah perutnya hingga tembus di punggungnya. Sumayyah pun menjadi wanita syahidah pertama dalam Islam.

Siksaan lain yang dialami kaum muslimin, bila panas mentari mencapai puncaknya para gembong kekufuran ini melepaskan baju kaum muslimin, lalu memakaikan kepada mereka pakaian besi lalu membakar mereka dengan sinar matahari yang begitu terik. Mereka juga mencambuk punggung kaum mustad’afin tadi dengan cambuk, serta menyuruh mereka untuk menghina diri Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Ketika siksaan itu mencapai puncaknya, maka mereka pun menuruti kehendak kafir Quraisy, namun hati mereka senantiasa terpaut kepada Allah dan Rasulnya.[4]

Allah berfirman tentang mereka,
مَنْ كَفَرَ بِاللَّهِ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِهِ إِلَّا مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِالْإِيمَانِ
“Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah Dia beriman (maka dia akan mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (maka dia tidaklah berdosa).” (An Nahl: 106).”

BAGAIMANA DENGAN BILAL?

Bilal mengalami perlakuan yang sangat kejam dari majikannya, Umayyah bin Khalaf. Pundaknya diikat dengan tali lantas tali tersebut diserahkan kepada anak-anak kecil untuk diseret dan dibawa keliling sepanjang pegunungan Mekkah. Akibatnya, bekas tali tersebut masih nampak di pundaknya.

Umayyah, sang majikan selalu mengikatnya kemudian menderanya dengan tongkat. Kadang ia dipaksa duduk di bawah teriknya sengatan matahari. Ia juga pernah dipaksa lapar.

Puncak dari itu semua adalah saat dia dibawa keluar pada hari yang suhunya sangat panas, kemudian dibuang ke tanah lapang di Bathha’. Setelah itu, ia ditindih dengan batu besar dan ditaruh ke atas dadanya. [5]

Mereka mendera punggung Bilal dengan cambuk, namun tetap saja Bilal berkata,
“Ahad, Ahad… Allah Yang Esa, Allah Yang Esa!”

Mereka menimpakan batu-batu besar pada dada Bilal, namun tetap saja Bilal berkata,
“Ahad, Ahad… Allah Yang Esa, Allah Yang Esa!”

Meski mereka sudah menyiksa dengan sekeras mungkin, namun tetap saja Bilal berkata,
“Ahad, Ahad… Allah Yang Esa, Allah Yang Esa!”

Mereka berusaha mengingatkan Bilal kepada Lata wal Uzza, namun Bilal malah menyebut Allah dan Rasul-Nya.

Mereka berkata kepada Bilal, “Ucapkan apa yang kami katakan!”
Malah Bilal membantah, “Lisanku tidak dapat mengucapkannya.”

Maka mereka menambahkan penyiksaannya dan bahkan semakin menjadi-jadi.
Di tengah penyiksaan dan pelecehan tersebut, Bilal tak kunjung menghentikan ucapannya…
“Ahad, Ahad… Allah Yang Esa, Allah Yang Esa!”[6]

DISELAMATKAN OLEH ABU BAKR

Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu kemudian ingin membebaskan Bilal. Beliau ingin membelinya dari Umayyah bin Khalaf. Apa yang dilakukan oleh Umayyah? Dia pun meninggikan harga Bilal. Dia mengira dengan harga yang tinggi, Abu Bakr mengurungkan niatnya. Akan tetapi Abu Bakr tetap membeli Bilal walaupun harus menebus dengan harga yang cukup tinggi, sembilan uqiyah emas.[7]

Umayyah berkata kepada Abu Bakr setelah perjanjian jual-beli ini usai, “Kalau engkau tidak mau mengambil Bilal kecuali dengan 1 uqiyah emas saja, pasti aku lepas juga.”

Abu Bakar menjawab, “Jika engkau tidak mau menjualnya kecuali dengan 100 uqiyah, pasti aku akan tetap membelinya!”

Begitu Abu Bakr As Shiddiq memberitahukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam  bahwa dia telah membeli Bilal dan menyelamatkannya dari tangan penyiksa, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam  bersabda, “Biarkan aku ikut urunan dalam pembebasannya, wahai Abu Bakr!”

Abu Bakr As Shidiq lalu menjawab: “Aku telah membebaskannya, ya Rasulullah.”[8]

HIJRAH KE MADINAH DAN MENJADI BAYANGAN RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASALLAM

Ketika Allah subhanahu wata’ala memberikan izin kepada Nabi-Nya untuk berhijrah ke Madinah, maka Bilal pun termasuk orang yang turut berhijrah ke sana. Bilal akhirnya menetap di Madinah yang jauh dari penyiksaan bangsa Quraisy. Ia mendedikasikan usianya kepada Nabi dan kekasihnya yaitu Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Bilal senantiasa turut serta jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam  melakukan perjalanan. Dan ia pun juga bersama Rasul, tatkala Beliau pulang. Ia melakukan shalat bersama Rasul, melaksanakan perang jika Rasul melakukannya. Sehingga Bilal seolah menjadi bayangan diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. [9]

YANG PERTAMA MENGUMANDANGKAN ADZAN

Saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam  membangun masjidnya di Madinah, dan adzan mulai disyariatkan, maka Bilal adalah orang pertama yang menjadi muadzin dalam Islam.

Disebutkan di dalam riwayat Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu,
انَ الْمُسْلِمُونَ حِينَ قَدِمُوا الْمَدِينَةَ يَجْتَمِعُونَ فَيَتَحَيَّنُونَ الصَّلاَةَ ، لَيْسَ يُنَادَى لَهَا ، فَتَكَلَّمُوا يَوْمًا فِى ذَلِكَ ، فَقَالَ بَعْضُهُمْ اتَّخِذُوا نَاقُوسًا مِثْلَ نَاقُوسِ النَّصَارَى . وَقَالَ بَعْضُهُمْ بَلْ بُوقًا مِثْلَ قَرْنِ الْيَهُودِ . فَقَالَ عُمَرُ أَوَلاَ تَبْعَثُونَ رَجُلاً يُنَادِى بِالصَّلاَةِ . فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – « يَا بِلاَلُ قُمْ فَنَادِ بِالصَّلاَةِ »
“Kaum muslimin dahulu ketika datang di Madinah, mereka berkumpul lalu memperkira-kira waktu shalat, tanpa ada yang menyerunya, lalu mereka berbincang-bincang pada satu hari tentang hal itu. Sebagian mereka berkata, gunakan saja lonceng seperti lonceng yang digunakan oleh Nashrani. Sebagian mereka menyatakan, gunakan saja terompet seperti terompet yang digunakan kaum Yahudi. Lalu ‘Umar berkata, “Bukankah lebih baik dengan mengumandangkan suara untuk memanggil orang shalat.” Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Wahai Bilal bangunlah dan kumandangkanlah azan untuk shalat.”  (HR. Al Bukhari dan Muslim).

Maka Bilal pun menjadi muadzin pertama dalam sejarah Islam. Jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam  telah keluar dari kamarnya dan Bilal telah melihat Beliau datang, maka Bilal akan mengumandangkan iqamat. [10]

Dipilihnya Bilal sebagai muadzin merupakan pemuliaan kepada diri beliau. Ketika beliau dipaksa untuk mengucapkan kekufuran dulu di Makkah, lisannya tetap mengatakan “Ahad.. Ahad…” Oleh karena itulah dia dipercaya untuk mengumandangkan adzan yang mengandung ungkapan tauhid di awal dan akhirnya. [11]

BILAL ADALAH PENDUDUK SURGA

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengkhabarkan bahwa Bilal termasuk penduduk surga. Beliau telah mendengar suara terompah Bilal di surga. Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menuturkan,
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ لِبِلاَلٍ عِنْدَ صَلاَةِ الْغَدَاةِ يَا بِلاَلُ حَدِّثْنِي بِأَرْجَى عَمَلٍ عَمِلْتَهُ عِنْدَكَ فِي اْلإِسْلاَمِ مَنْفَعَةً فَإِنِّي سَمِعْتُ اللَّيْلَةَ خَشْفَ نَعْلَيْكَ بَيْنَ يَدَيَّ فِي الْجَنَّةِ قَالَ بِلاَلٌ مَا عَمِلْتُ عَمَلاً فِي اْلإِسْلاَمِ أَرْجَى عِنْدِيْ مَنْفَعَةً مِنْ أَنِّي لاَ أَتَطَهَّرُ طُهُوْرًا تَامًّا فِي سَاعَةٍ مِنْ لَيْلٍ وَلاَ نَهَارٍ إِلاَّ صَلَّيْتُ بِذَلِكَ الطُّهُوْرِ مَا كَتَبَ اللَّهُ لِيْ أَنْ أُصَلِّيَ
Setelah shalat subuh, Rasulullah berkata kepada Bilal, “Wahai Bilal, beritahukanlah kepadaku tentang perbuatan-perbuatanmu yang paling engkau harapkan manfaatnya dalam Islam! Karena sesungguhnya tadi malam aku mendengar suara terompahmu di hadapanku di surga.”

Bilal kemudian menjawab, “Tidaklah ada satu perbuatan pun yang pernah aku lakukan dalam keislamanku yang paling kuharapkan manfaatnya melainkan aku selalu melakuan shalat sunnah semampuku setiap selesai bersuci dengan sempurna di waktu siang ataupun malam.” (HR. Muslim)

BERPERANG BERSAMA RASULULLAH

Bilal turut serta bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam  dalam perang Badr. Ia menyaksikan sendiri dengan dua mata kepalanya bagaimana Allah membuktikan janji-Nya, menolong tentara-Nya. Dan ia menyaksikan banyak para kafir Quraisy tewas menemui ajalnya padahal mereka dulu pernah menyiksa Bilal dengan amat keji. Ia juga melihat Abu Jahal dan Umayyah bin Khalaf mati tertebas pedang kaum muslimin, dan darah mereka mengucur karena tusukan tombak kaum muslimin.[12]

NAIK KE ATAS KA’BAH

Saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam  memasuki kota Makkah untuk menaklukkannya, Beliau didampingi oleh Bilal bin Rabah. Saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam  memasuki Ka’bah, Beliau hanya didampingi oleh 3 orang saja, mereka adalah: Utsman bin Thalhah sang pemegang kunci Ka’bah, Usamah bin Zaid orang kesayangan Rasulullah dan putra dari orang kesayangan Beliau [13], serta Bilal bin Rabah sang muadzin Rasulullah.

Tatkala waktu Zhuhur telah tiba, banyak sekali manusia yang berada di sekeliling Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam . Dan orang-orang kafir Quraisy yang baru masuk Islam secara sukarela atau terpaksa menyaksikan jumlah manusia yang sedemikian banyaknya.

Pada saat itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam  memanggil Bilal bin Rabah. Beliau memerintahkan Bilal untuk naik ke atas Ka’bah untuk mengumumkan kalimat tauhid. Maka Bilal pun melakukan perintah tersebut.

Ia mengalunkan Adzan dengan suaranya yang keras.

Maka ribuan leher manusia melihat ke arah Bilal. Ribuan lisan manusia yang mengikuti ucapan Bilal dengan hati yang khusyuk.

Sedangkan mereka yang di dalam hatinya terdapat penyakit merasakan adanya kedengkian dan kebencian yang membuat hati mereka menjadi tercabik-cabik.
Begitu Bilal mengucapkan di dalam adzannya, “Asyhadu Anna Muhammadan Rasulullah”, maka berkatalah Juwairiyah binti Abu Jahal, “Demi umurku, sungguh Allah ta’ala telah meninggikan sebutan namamu. Adapun shalat, maka kami akan melakukannya, akan tetapi demi Allah, kami tidak menyukai manusia yang pernah membunuh orang-orang yang kami cintai.” Ayah Juwairiyah terbunuh pada perang Badr.

Khalid bin Usaid mengatakan, “Segala puji bagi Allah yang telah memuliakan ayahku sehingga ia tidak turut menyaksikan kejadian yang menghinakan pada hari ini.” Ayah Khalid, Usaid telah mati satu hari sebelum terjadinya penaklukan Makkah.

Al Harits bin Hisyam berkata, “Celaka, andaikan aku sudah wafat sebelum aku melihat Bilal berada di atas Ka’bah.”

Al Hakim bin Abi Al Ash berkata, “Demi Allah, ini adalah musibah besar jika seorang budak Bani Jumah bersuara dari atas bangunan ini.”

Dan bersama mereka terdapat Abu Sufyan bin Harb yang berkata, “Aku tidak akan mengatakan apapun… Sebab kalau aku mengeluarkan satu kata saja dari mulutku, kerikil-kerikil ini akan menyampaikan ucapanku tersebut kepada Muhammad bin Abdullah.”[14]

SETELAH RASULULLAH WAFAT

Begitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam  kembali ke Ar Rafiqul A’la.
Saat itu waktu shalat telah tiba.
Maka berdirilah Bilal untuk mengumandangkan adzan kepada manusia.
Ketika itu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam  sudah dikafankan namun belum dikubur.

Maka di saat Bilal hendak mengucapkan Asyhadu Anna Muhammadan Rasulullah… lehernya terasa tercekik. Suaranya tidak bisa keluar dari kerongkongan.

Kaum muslimin pun menangis… mereka tenggelam dalam kesedihan.

Kemudian setelah tiga hari sejak hari itu, Bilal kembali mengumandangkan adzan. Namun setiap kali ia sampai pada kalimat Asyhadu Anna Muhammadan Rasulullah, ia menangis dan menangislah semua orang yang mendengarnya.

Pada saat itu, Bilal meminta kepada Khalifah Abu Bakr untuk mengizinkannya agar tidak mengumandangkan adzan terlebih dahulu karena ia merasa tidak sanggup untuk melakukannya. [15]

INGIN IKUT BERJIHAD

Bilal meminta izin kepada Khalifah Abu Bakr untuk turut dalam jihad di jalan Allah dan tinggal di negeri Syam untuk menghadapi musuh.

Abu Bakr menjadi ragu dalam memberikan izin kepada Bilal. Maka Bilal pun berkata kepadanya,
إِنْ كُنْتَ إِنَّمَا اشْتَرَيْتَنِي لِنَفْسِكَ فَأَمْسِكْنِي وَإِنْ كُنْتَ إِنَّمَا اشْتَرَيْتَنِي لِلَّهِ فَدَعْنِي وَعَمَلَ اللَّهِ
“Jika engkau membeli diriku untuk menjadi milikmu, maka tahanlah aku. Dan jika engkau membeli diriku karena Allah, maka biarkanlah aku beramal karena Allah.”
Abu Bakar menjawab, “Demi Allah, aku tidak berniat membelimu, kecuali karena Allah! Aku tidak memerdekakan mu kecuali di jalan-Nya.”

Bilal juga berkata, “Aku tidak akan mengumandangkan adzan untuk siapapun setelah Rasulullah wafat.”

Abu Bakr berkata, “Itu adalah hakmu wahai Bilal…”[16]
Bilal pun kemudian berangkat dari Madinah Al Munawarah bersama utusan pertama pasukan muslimin. Kemudian ia tinggal di Daraya dekat dari Damaskus.[17][17]

PERMINTAAN UMAR

Bilal masih tidak mau mengumandangkan adzan sehingga Umar bin Khattab datang ke negeri Syam yang menjumpai Bilal setelah sekian lama tidak berjumpa.

Umar amat rindu kepada Bilal dan amat hormat kepadanya. Sehingga jika nama Abu Bakr disebut didepannya, maka Umar akan berkata,
“Abu Bakar adalah pemimpin kami dan dialah yang telah memerdekakan pemimpin kami.”

Yang dimaksud adalah adalah Bilal.”

Pada saat itulah para sahabat mendesak Bilal untuk mengumandangkan adzan dihadapan Umar Al Faruq.

Begitu suara Bilal berkumandang, Umar serta-merta meneteskan air mata, dan semua sahabat yang ada pada saat itu turut menangis, sehingga bulu janggut menjadi basah oleh air mata.

Bilal telah berhasil membangkitkan kerinduan mereka kepada Madinah.[18][18]

WAFATNYA BILAL

Terdapat perbedaan pendapat kapan dan di mana Bilal wafat. Sebagian mengatakan bahwa beliau wafat di kota Damaskus. Sebagian lagi ada yang mengatakan bahwa beliau meninggal di Kota Halab pada tahun kedua puluh hijriyyah. Sebagian lagi mengatakan bahwa beliau wafat pada tahun ke-18 hijriyyah. Usia beliau ketika meninggal sekitar enam puluh tahun lebih. [19]

Dikisahkan bahwa ketika menjelang wafatnya, istri Bilal dengan setia mendampingi beliau.

Istrinya mengatakan, “Duhai kasihan sekali engkau wahai suamiku…”

Setiap kali Bilal mendengar istrinya mengatakan hal tersebut, Bilal berkata, “Duhai alangkah bergembiranya aku! Besok kita akan berjumpa dengan para kekasih, yaitu Muhammad dan para sahabatnya… Besok kita akan berjumpa dengan para kekasih, yaitu Muhammad dan para sahabatnya.”[20]

Beliau pun kemudian meninggalkan dunia yang fana ini. Semoga Allah meridhoi beliau dan para sahabat lainnya.

Wallahu a’lam bisshawab.

CATATAN KAKI:

[1] Penulis adalah pengajar di Ma’had Ibnu Katsir, Yogyakarta dan pengasuh rubrik Sirah di situs dakwah http://www.tauhid.or.id
[2] Abdurrahman Rafat Basya, Suwar min Hayatis Shahabah, (Kairo: Darul Adab Al Islami, 2006), hlm. 303.
[3] Ibid., hlm. 303-304.
[4] Ibid., hlm. 304-305
[5] Shafiyyurrahman Al Mubarakfuri, Ar Rahiqul Makhtum, (Riyadh: Dar Ibnil Jauzi, 1435 H), hlm. 103.
[6] Abdurrahman Rafat Basya, Suwar min Hayatis Shahabah, (Kairo: Darul Adab Al Islami, 2006), hlm. 305
[7] Jika 1 uqiyah = 40 dirham (sekitar 200 gr emas), berarti Abu Bakr telah membeli Bilal dengan harga 1,8 kg emas. Coba kalkulasikan dengan jumlah uang kita sekarang.
[8] Abdurrahman Rafat Basya, Suwar min Hayatis Shahabah, (Kairo: Darul Adab Al Islami, 2006), hlm. 306
[9] Ibid., hlm 307
[10] Ibid. hlm. 308
[11] Ibnu Hajar Al Asqalani, Fathul Bari, (Beirut: Darul Ma’rifah, 1379 H), jil. 2, hlm. 82.
[12] Abdurrahman Rafat Basya, Suwar min Hayatis Shahabah, (Kairo: Darul Adab Al Islami, 2006), hlm. 308
[13] Usamah adalah putra dari Zaid bin Haritsah, anak angkat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
[14] Abdurrahman Rafat Basya, Suwar min Hayatis Shahabah, (Kairo: Darul Adab Al Islami, 2006), hlm. 309-310
[15] Ibid., hlm. 310.
[16] Ibnul Jauzi, Shifatus Shahwah, (Kairo: Darul Hadits, 2000) hlm. 165.
[17] Abdurrahman Rafat Basya, Suwar min Hayatis Shahabah, (Kairo: Darul Adab Al Islami, 2006), hlm. 311.
[18] Ibid. hlm. 311-312
[19] Ibnul Jauzi, Shifatus Shahwah, (Kairo: Darul Hadits, 2000) hlm. 166.
[20] Abdurrahman Rafat Basya, Suwar min Hayatis Shahabah, (Kairo: Darul Adab Al Islami, 2006), hlm. 312.

Kajian Akhlak, Lectures of Life, My Reflection

[AUDIO DAN RESUME] Kajian Akhlak Bagian Pertama

Berikut adalah resume kajian Ustadz Immanudin di Permata Bintaro pada tanggal 7 Februari 2017 ⏱13.00-15.00. Resume ditulis oleh Ibu Linda Ummu Luthfi. Audio kajian bisa diunduh pada tautan ini.


Bismillah.

Dalam ibadah, yang termasuk masalah hukum adalah bab thaharah, bab shalat, dan bab zakat.

Fikih arti secara bahasa adalah pemahaman

Fikih akhlak artinya pemahaman yang berkaitan dengan masalah akhlak.

Cakupan akhlak adalah karakter, budi pekerti, sopan dan santun, kepribadian.

Tujuan Memahami Akhlak:

  1. Kita dicintai Allah سبحانه وتعالى
  2. Kita dicintai oleh semua makhluk / manusia / alam semesta.
Kita berharap juga dicintai oleh alam semesta termasuk hewan, tumbuhan.
Misalkan semut akan sayang kita karena kita tidak mengganggunya. Sebagaimana semut berbicara kepada Nabi Sulaiman.
Misalkan pohon pohon berbicara kepada kita.
Sebagaimana pohon kurma berbicara kepada Rasulullah ﷺ
Kita berharap batu nanti di akhir jaman berbicara kepada kaum manusia mukminin dengan mengatakan bahwa ini ada seorang yahudi yang bersembunyi di belakang saya.
Jangan kita sampai berlomba lomba untuk hanya dicintai makhluk.
Dan tidak memperhatikan untuk merasa dicintai Allah سبحانه وتعالى

Manfaat yang lainnya tentang akhlak :

  1. Bisa menguasai dunia dengan penuh kelayakannya.
  2. Berada di akhirat dengan memasuki surga.
  3. Hidup bahagia di dunia dengan mendapat balasan yang baik di akhirat sebagai hasil dari amal perbuatannya di dunia.

Kesimpulannya,  akhlak bisa menjadikan hidup bahagia dunia akhirat.

Manusia suka akan pujian.
Sadarkah bahwa kelak di akhirat orang yang ber akhlak baik selama di dunia akan dipuji Allah سبحانه وتعالى
Maka harus benar untuk memahami atau mempelajari soal akhlak ini secara utuh.
QS. 2:201 mengenai do’a sapujagad tentang kebaikan dunia Allah سبحانه وتعالى  menyatakan satu : “Karena kebaikan di dunia tidak lama, maka kebaikan yang di pupuk di dunia akan berbuah kebaikan, sedangkan di akhirat akan sebanding dengan 2 kebaikan.

Orang yang ber-akhlak akan dicintai Allah, malaikat Jibril, dan seluruh penghuni langit. Allah سبحانه وتعالى  akan jadikan kepada mereka kecintaan. Allah سبحانه وتعالى  akan memberika rasa cinta kepada seluruh makhkuk untuk menerima orang yang berakhlak. Dan, akan dikaruniai rejeki.

Jadi jika memiliki kemuliaan akhlak, dan memahaminya, maka Allah سبحانه وتعالى akan menyeru kepada seluruh makhluk untuk mencintai orang yang ber akhlak, termasuk orang yang berusaha memiliki akhlak yang baik.

Allah سبحانه وتعالى Bersumpah Qs. Aℓ Qalam:1-4

Allah سبحانه وتعالى bersumpah dengan makhluk-Nya yaitu Al Qalam, semua yang tertulis di alam semesta ditulis Allah dengan perantara al qalam.

Nabi ﷺ adalah manusia yg paling mulia akhlaknya

Karena dengan penuh kesabaran, walau beliau dikatakan orang yang gila, Nabi  ﷺberdakwah tauhid menyeru kepada kaum Arab pada masa itu untuk meninggalkan berhala-berhala mereka dan hanya menyembah Tuhan yang satu, Tuhan yang tidak nampak yaitu Allah سبحانه وتعالى  .
Namun, Nabi ﷺ tetap sabar dan Allah سبحانه وتعالى memberi balasan yg banyak, yaitu:
  1. Memiliki akhlak yang tinggi lagi mulia
  2. Sebagai panutan akhlak bagi manusia
  3. Dipuji dan disanjung dengan sanjungan yang tinggi. Seperti dalam QS. Al Imran:159, yaitu jaminan bahwa ketinggian akhlak yang mulia ditandai dengan kelembutan sikap, santun dalam berbicara, rahmat Allah سبحانه وتعالى,   maka Nabi ﷺ memiliki sifat sangat lembut.

Catatan Lainnya:

  • Nabi ﷺ tetap lembut walaupun kaumnya berlaku kasar kepadanya.
  • Allah سبحانه وتعالى  menyanjung kelembutan Rasulullah ﷺ
  • Para Sahabat berusaha mengikuti akhlak Rasulullah ﷺ yang lembut.
  • QS At. Taubah:128 menyebutkan bahwa Allah سبحانه وتعالى   mengabarkan akan kedatangan Rasul.
  • Rasulullah ﷺ selalu ingin memberikan kebaikan kepada sesama muslimin dengan salah satunya selalu melebihkan dalam menjawab salam.
  • QS. Al Fath:29 > Rasulullah ﷺ sangat berbeda dengan nabi-nabi yang lainnya.
  • Rasulullah ﷺ berlaku baik dan tegas kepada orang-orang kafir.
  • Rasulullah ﷺ membagi orang-orang kafir dengan 3 tingakatan : 1. Kaum kafir jinnney (mereka tinggal dan mengikuti aturan Rasulullah ﷺ, mereka membayar pajak inilah salah satu aturannya). 2. Kaum kafir mu’ahad (mereka tinggal di luar wilayah Rasulullah ﷺ tapi minta jaminan kepada Rasulullah ﷺ, dan mereka wajib bayar pajak/upeti sebagai jaminan keamanan bagi dirinya). 3. Kafir harbey (mereka memusuhi, memerangi Rasulullah ﷺ).
  • Terhadap kaum harbey wajib diperangi tapi setelah di dakwahi. Diperangi sampai mau menjadi kafir jinney atau kafir mu’ahad atau menjadi muslim.
  • Sesama kaum muslimin harus saling sayang dan berlaku lemah lembut
  • Kepada orang kafir, kita harus tegas
  • QS. Al Shuara:215 > Allah سبحانه وتعالى   memerintahkan kepada Rasulullah ﷺ untuk tetap tawadhu kepada kaum mukmin yang mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
  • Berbagai macam karakter kebaikan terkumpul pada diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana terbukti ada di dalam Aℓ-Quran.
  • Aisyah radhiallahu ‘anha mengatakan bahwa akhlaknya Rasulullah ﷺ adalah akhlaknya Aℓ-Quran (sebagaimana hadits yang diriwayatkan Imam Muslim).

Sekarang banyak manusia yang menjauh dari akhlak Aℓ-Quran. Padahal akhlak Aℓ-Quran yang dapat membimbing manusia menjadi baik. QS. Isra:9  menyebutkan bahwa Al Quran memberikan petunjuk ke jalan yang lurus, sebagaimana Aℓ-Quran adalah akhlaknya Rasulullah ﷺ

Aℓ-Quran menghimpun seluruh kemuliaan akhlak.

Al Fawaid Al Ilmiyyah (Ustadz Badrussalam)

[KAJIAN] Pondasi Kesesatan: Berkata Atas Allah tanpa Ilmu

Alhamdulillah wassholatu wassalamu ‘ala rasuulillah…

image

⚡Masalah yang ke 115⚡

Pondasi kesesatan,, apa itu?

Berkata atas Allah dengan tanpa ilmu.

Kata Beliau  yang di maksud dengan  ” Asal segala macam kesesatan”, yaitu adalah berkata tanpa ilmu.
Dimana berkata tanpa ilmu ini, kata Syaikh Fauzan : “lebih besar dari kesyirikan.”

Oleh karena itu Allah berfirman dalam surat Al-A’raaf : 33
“Katakan, sesungguhnya yang di haramkan oleh Rabbku adalah perbuatan fahisyah yang tampak darinya dan tersembunyi dan dosa dan berbuat dzolim dengan tanpa haq dan mempersekutukan Allah dengan tanpa Allah turunkan ilmu padanya. Dan kamu berkata atas Allah dengan tanpa ilmu.”

Disini Allah memulai dari yang kecil dahulu yaitu fahisyah kemudian naik kepada dosa kemudian naik kepada dzolim tanpa haq kemudian naik lagi syirik.
Ternyata Allah tidak menutup ayat itu dari syirik.
Tapi Allah menutup dg firmannya:
“Dan kamu berkata atas Allah dengan tanpa ilmu.”
Allah menjadikan berkata atas Allah dengan tanpa ilmu di atas kesyirikan.

Maka tidak boleh seseorang berkata ini haram, Allah mengharamkan ini, Allah mubahkan ini, sebatas dengan ro’yu dengan pendapat tanpa ada dalil dari syari’ah.

Kita katakan ini di syari’atkan, ini tidak di syari’atkan tanpa dalil.
Demikian pula berfatwa, menjawab pertanyaan dg tanpa dalil tapi dengan sebatas mereka-reka saja.

Ini jelas bahaya besar sekali, bahkan itu termasuk dusta atas nama Allah Subhaanahu Wa ta’ala. Yang Allah berfirman:
“Maka siapakah yang paling dzalim dari orang yang berdusta atas nama Allah Subhaanahu Wa ta’ala.” ( Azzumar:32)

Maka Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalamm saja, ketika pernah di tanya tentang suatu permasalahan beliau tidak tahu, Rasulullah jawab tidak tahu.
Sebagaimana di sebutkan dalam hadits bahwa Rasulullah ditanya tentang bumi mana yang paling di cintai oleh Allah? Kata Rasulullah aku tidak tahu, sampai aku tanya dulu Jibril.

Maka apalagi kita, hendaknya kita mengucapkan tidak tahu, apabila kita di tanya dan kita tidak tahu jawabannya.
Dan lebih baik kita diam daripada berbicara tanpa ilmu.

Imam Malik saja yang hafalannya luar biasa, beliau pernah ditanya tentang 40 pertanyaan, tapi beliau hanya menjawab sebagiannya saja.
Kebanyakan beliau menjawab tidak tahu..tidak tahu..
Lalu orang yang bertanya itu berkata : Aku datang dari negeri yang jauh, sudah melewati berbagai macam kesulitan, ternyata engkau jawabnya tidak tahu. Maka Imam Malik berkata: pulanglah kamu dan katakan kepada orang-orang, aku sudah bertanya kepada Malik, tapi Imam Malik tidak tahu…سُبْحَانَ اللّهِ

Berbeda dengan di zaman sekarang ini, banyak di zaman sekarang orang-orang sok tahu.
Sehingga akhirnya dengan sok tahunya itu ia mengomentari. Bahkan ulama besarpun dia komentari dengan ro’yu nya.
Padahal ilmunya itu سُبْحَانَ اللّهِ sangat sedikit sekali.
Tapi itulah…
Itu merupakan perilaku jahiliyah yang di zaman ini segala tersebar sekali, mudah berbicara tentang agama dengan pendapat, dengan tanpa dalil, tanpa hujjah dan tanpa pemahaman yang benar.
Terkadang ada seseorang hanya sebatas tahu 1 dalil lalu mengkritik para ulama besar yang hafalan ratusan ribu hadits.
Sehingga akhirnya seseorang terkena penyakit ujub. Penyakit berkata tanpa ilmu….Naudzubillah.
‎ل الله السلامة والعافية

Wallahu a’lam

12 Jumadil Ula 1438 / 9 Februari 2017

SUMBER:
📙Masaail Jaahiliyyah
👤 Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab
🔬Kajian Online Al Fawaid Al Ilmiyah asuhan Ustadz Badrusalam

Homeschooling, Lectures of Life, Parenting

25 WASIAT GENERASI TERBAIK ISLAM BAGI PARA PENDIDIK ADAB

Pengasuhan anak dalam Islam menempati porsi yang penting, apalagi bagi yang memilih jalur homeschooling dimana orang tua menjadi perancang, pelaksana, dan evaluator yang utama.

wp-1465448591978.jpegBersyukur sekali saya dimudahkan untuk duduk selama dua bulan dalam kajian kitab parenting Islami, Jaami’ul Ahkaami fi Aadaabi Shibyan. Tidak ada yang bisa saya berikan sebagai balasan sepadan dari ilmu yang bermanfaat itu selain membagikannya.

Dalam bab 3 ini, dibahas tentang wasiat-wasiat generasi terbaik Islam terdahulu – sahabat, thabi’in, thabiut thabiin – untuk para pendidik adab, yaitu orang tua.

Beberapa nasihat itu memiliki hilir yang sama dan insyaAllah bermanfaat dalam mendidik anak-anak kita. Silahkan klik tautan pada nama masing-masing pemimpin di blog saya, klastulistiwa.com,  untuk mendapatkan kalimatnya secara utuh. Berikut wasiat berharga para pendidik yang patut kita renungkan sebagai pelajaran.

Sepuluh wasiat pertama di bawah adalah  wasiat Utbah bin Abi Sufyan kepada Abdush Shamad, pendidik anak-anaknya. Beliau menginginkan agar sang pendidik dapat:

1. Memperbaiki diri sebelum mendidik adab.

2. Menjadi pendidik yang menyenangkan.

3. Mengajarkan Qur’an dan hadits.

4. Mengajarkan syai’r-sya’ir yang penuh hikmah, namun tidak menjauhkan dari ibadah.

5. Menggunakan kalimat yang dipahami anak.

6. Menyelesaikan pelajaran yang telah dimulai hingga benar-benar paham dan tidak terburu-buru loncat ke bab selanjutnya/ materi lain.

7. Mengajari anak untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.

8. Melatih anak memilih tauladan/ idola yang baik adabnya.

9. Menguatkan anak untuk menjauhi ikhtilat, terutama setelah baligh.

10. Bersemangat dan menghindari bersantai-santai dalam mendidik.

Khusus untuk ikhtilat, Umair bin Habib juga mewanti-wanti akan bahayanya. Beliau menegur Ziyad ketika tahu bahwa ia menceritakan tentang dunia dan wanita saat mengajari anaknya.

Sementara tentang meriwayatkan syair yang penuh hikmah, Harun bin Muhammad dari Bani Abasyah juga sangat mementingkannya karena dalam syair tersebut terkumpul adab yang bernilai tinggi. Beliau juga menambahkan beberapa wasiat agar pendidik dapat:

11. Membacakan Qurán kepada anak dengan bacaan yang bagus.

12. Memberikan berita-berita yang bermanfaat.

13. Meletakkan kalimat pada tempatnya (ilmu komunikasi).

Mengenai syair, ternyata Syuraih Al Qadhi pun sering bersyair. Seperti syair yang ia tuliskan kepada pendidik anaknya yang intinya agar pendidik tersebut dapat:

14. Mendidik anak tepat waktu dalam mendirikan shalat

15. Menasehati dengan nasehat yang mendidik dan cerdas

Nasihat yang mendidik tentunya memiliki cara yang baik dan berterima. Salah satunya diwasiatkan Hisyam bin Abdul Malik yang mengingatkan pendidik adab anaknya untuk TIDAK MENASEHATI DI DEPAN ORANG LAIN, karena akan cenderung mendorong si anak untuk berbuat kesalahan lagi.

Sementara itu, Muawiyah bin Abi Sufyan menyebutkan beberapa hal penting lain yang perlu diajarkan kepada anak. Ilmu dan keahlian tersebut diantaranya:

16. Mempelajari bahasa Arab.

17. Mempelajari nasab.

18. Mengetahui ilmu tentang perbintangan.

19. Bersikap kritis dan mampu melontarkan pertanyaan kritis dan berkualitas.

20. Mendidik hati untuk berusaha memahami.

Lalu, Abdul Malik bin Marwan lebih menekankan kepada 2 hal yaitu:

21. Mengajari kejujuran seperti mengajarkan shalat

22. Membiasakan anak untuk berada dalam lingkungan orang-orang yang beradab baik.

Terakhir, yaitu dari Umar bin Abdul Aziz bin Umar bin Khatab. Beliau mewasiatkan beberapa hal, yaitu:

23. Latihan fisik itu sangat baik, selama waktunya tepat.

24. Hindari terlalu banyak tertawa karena mematikan hati.

25. Cerdaslah memilih mainan yang tidak melalaikan dari mengingat Allah, seperti alat musik, karena bisa menumbuhkan penyakit nifaq dalam hati.

Alhamdulillah. Demikian yang bisa saya bagi hari ini. Semoga bermanfaat.

Homeschooling, Lectures of Life, Parenting

Wasiat Syuraih Al Qadhi dan Hisyam bin Abdul Malik

Halaman ini adalah bagian dari seri WASIAT GENERASI TERBAIK ISLAM BAGI PARA PENDIDIK ADAB dalam kajian kitab Jaami’ul Ahkaami fi Aadaabi Shibyan.

Anak Syuraih waktu itu lari dari tempat belajar dan bermain-main bersama anak-anak bahkan mengganggu anjing-anjing. Maka, tatkala hal ini terdengar oleh beliau, beliau menulis syair kepada pendidik adab anaknya tersebut yang artinya seperti di bawah ini.

“Dia telah meninggalkan shalat untuk berusaha bermain dengan anjing-anjing. Mencari persoalan dengan makhluk yang sangat kotor dan bodoh. Maka, apabila ia mendatangimu, cercalah dengan sebenar-benar cercaan. Dan, nasehatilah dengan nasehat yang mendidik dan cerdas.

Jika kamu ingin memukulnya, pukullah dengan pukulan yang bagus. Jika kamu sudah memukul 3 kali, maka tahanlah. Ketahui.ah bahwasanya apa yang engkau bawa adalah amanah dariku. Maka jiwa dia (anakku) bersama dengan sebaik-baik jiwa yang mengalir padaku.

Syuraih dan HisyamDalam nasihat di atas, Syuraih ingin menekankan pentingnya shalat dan nasihat. Mengenai cercaan yang dimaksud, bukan seperti cercaan yang menghinakan seperti yang dilakukan orang awan. Cercaan yang dimaksud adalah memberikan permisalan dari keumuman  dalil atau adat kebiasaan. Misalkan, dengan mengatakan, “Tahukah kamu nak, siapa yang mengabaikan pelajaran maka dia akan menyesal di hari kemudian.” Sementara tentang memukul, hal ini berkenaan dengan usia anak Syuraih yang disyariatkan untuk dipukul dan tentunya bukan jenis pukulan yang menyakiti.

Sedangkan wasiat  Hisyam bin Abdul Malik adalah yang mengingatkan pendidik adab anaknya untuk TIDAK MENASEHATI DI DEPAN ORANG LAIN, karena akan cenderung mendorong si anak untuk berbuat kesalahan lagi. Hal ini bisa dilihat dari yang ia katakan kepada pendidik adab anaknya,

“Jika kamu mendengar darinya sebuah kalimat yang jelek atau tidak pantas dalam sebuah majelis di tengah orang banyak, maka jangan kamu cela. Karena, boleh jadi yang seperti itu akan semakin mendorong kesalahannya Namun jagalah dia (dari kejelekan). Dan jika ia ingin berkata jelek, maka tahanlah.” (Al Adzkiya)

Makna tahan di atas adalah pencegahan. Seorang pendidik harus bisa menahan anak-anaknya berkata buruk. Ia bisa membuat perjanjian di awal atau segera mengingatkan sebelum keburukan itu terjadi.

Homeschooling, Lectures of Life, Parenting

Wasiat Umar bin Abdul Aziz bin Umar bin Khatab

Halaman ini adalah bagian dari seri WASIAT GENERASI TERBAIK ISLAM BAGI PARA PENDIDIK ADAB dalam kajian kitab Jaami’ul Ahkaami fi Aadaabi Shibyan.

wasiat umarDari Abu Ja’far Al Umawi, Umar bin Abdullah berkata,

“Umar bin Abdul Aziz menulis surat kepada pendidik adab anak-anaknya….

Kepada Sahl Maulana,

Sesungguhnya aku telah memilihmu karena pertimbangan ilmuku untuk mendidik anak-anakku. Aku serahkan merek kepadamu, bukan kepada selainmu dari maula-maulaku dan orang-orang khususku. 

Maka latihlah paha-paha mereka karena akan mengokohkan kaki-kaki mereka. Tinggalkanlah berpagi-pagi dalam melatih mereka, karena membiasakannya akan menjadikan lalai. Tinggalkan banyak tertawa karena itu akan mematikan hati. Dan jadikanlah perkara awal yang mesti mereka yakini dari pelajaran adabmu adalah membenci mainan yang munculnya dari syaithan dan akibatnyaadalah kemurkaan Ar Rahman. 

Maka sungguh telah sampai kepadaku dari orang-orang kepercayaan dari orang-orang yang berilmu,

“Bahwasanya mendatangi alat-alat musik, mendengar nyanyi-nyanyian, dan bertekun-tekun pada keduanya akan menumbuhkan penyakit nifaq dalam hati sebagaimana air menumbuhkn rumput.“(Ibnu Abiddunya)

Homeschooling, Lectures of Life, Parenting

Wasiat Harun bin Muhammad dari Bani Habasyah

Halaman ini adalah bagian dari seri WASIAT GENERASI TERBAIK ISLAM BAGI PARA PENDIDIK ADAB dalam kajian kitab Jaami’ul Ahkaami fi Aadaabi Shibyan.

Harun bin Muhammad dari Bani Abasyah sangat mementingkan syair yang terkandung adab yang bernilai tinggi. Beliau mewasiatkan Al Amin dan Al Ma’mun kepada Al Kisa-iy. Diantara wasiatnya adalah

Riwayatkanlah kepada mereka syair, karena akan mengumpukan adab yang bernilai tinggi.” (Adrotul Aghridh)

“Sungguh aku telah menyerahkan jantung hatinya, maka … dan jadikanlah ketaatan untuk anakku. Jadikanlah dia kepada Amirul Mualimin kepadaku. Bacakanlah Al Qur’an yang bagus. Dan beritahukanlah kabar-kabar yang bermanfaat. Ajarkan perilaku yangbagus. Perlihatkan cara bicara yang bagus (meletakkan kalimat pada tempatnya). Tahanlah anak-anak untuk tertawa karena tertawa ada waktunya.”

wasiat harunDari wasiat di atas, maka secara fitrah, kita sebenarnya memang menyukai bacaan yang bagus, Itulah kenapa pendidik adab sebaiknya membacakan Qur’an kepada anak dengan bacaan yang bagus sebagai ‘idola’ pertama sebelum yang lainnya.

Yang tidak kalah pentingnya adalah memberikan berita-berita bermanfaat. Subhanallah… jaman dulu memang belum ada internet, namun sungguh wasiat ini sangat penting. Betapa tidak semua hal yang kita dengar dan baca itu kita perlukan. Inilah yang perlu kita kabarkan dan ajarkan kepada anak-anak kita.

Kemudian mengenai meletakkan kalimat pada tempatnya. Betapa dakwah akan menjadi hikmah jika seseorang mampu menerapkan ilmu untuk berkomunikasi. Satu hal yang pertama dilakukan adalah memberikan teladan sebelum mendidik anak-anak untuk mempraktekkannya.

Dan yang terakhir adalah tertawa. Sebagaimana kita tahu bahwa terlalu banyak tertawa dapat mematikan hati. Begitu pun mengetahui tempat dan waktu yang tepat untuk tertawa adalah adab yang penting untuk diajarkan.

Homeschooling, Lectures of Life, Parenting

Wasiat Muawiyah bin Abi Sufyan Kepada Pendidik Adab

Masih dalam seri 25 Nasihat Generasi Terdahulu Kepada Para Pendidik Adab, Muawiyah bin Abi Sufyan juga mewasiatkan beberapa hal terkait pendidikan anaknya.

Dari Ibnu Buraidah bahwa Muawiyah mengutus seorang utusan kepada Daghfal bin Handhalah untuk menanyakan bahasa Arab, nasab bangsa Arab (dan keluarga Rasulullah), dan tentang perbintangan (untuk mencari tanda atau alamat). Utusan ini takjub dengan kealiman (kecerdasan) Daghfal dan bertanya,

“Ya Daghfal, dari mana kamu bisa hafal seperti ini?”

Maka Daghfal menjawab,

“Dengan lisan yang rajin bertanya dan hati yang banyak berusaha memahami. Karena penyakit ilmu adalah ilmu.”

Dalam perkataannya, dapat kita lihat bahwa Muawiyah bin Abi Sufyan menyebutkan beberapa hal penting lain yang perlu diajarkan kepada anak. Ilmu dan keahlian tersebut diantaranya:

1. Mempelajari bahasa Arab.

2. Mempelajari nasab bangsa Arab, terutama nasab Rasulullah.

3. Mengetahui ilmu tentang perbintangan.

4. Bersikap kritis dan mampu melontarkan pertanyaan kritis dan berkualitas.

5. Mendidik hati untuk berusaha memahami.

6. Tawadhu dengan ilmu yang dimiliki

Kajian Tauhid, Lectures of Life, My Thoughts

MISTERI USIA 40 TAHUN

life-begins-at-40-katanya.jpg

Kita sering sekali mendengar kata-kata “Life begins at 40” ini diucapkan atau dituliskan. Setiap orang mengartikannya berbeda. Namun, tahukah kita ayat Allah mana yang juga menyebutkan tentang misteri usia 40 ini?

Berikut nasihat dari Ustadz Subhan Bawazier pada kajian hari Senin, 8 Februari 2016 lalu mengenai misteri usia ini.

***

“Sehingga apabila dia telah dewasa dan UMURNYA TELAH SAMPAI 40 TAHUN ia berdoa: ‘Ya Rabb tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat yang telah engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang shalih yang engkau ridhai, berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku, sesungguhnya aku bertobat kepada engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri’”. [QS. Al-Ahqaf (46): 15]”

Usia 40 tahun dianggap sebagai usia pertengahan, dimana Rasulullah menyebutkan usia ini adalah usai pertengahan kehidupan.

“Umur-umur umatku antara 60 hingga 70 tahun, dan sedikit orang yg bisa melampui umur tersebut” (HR. Ibnu Majah: 4236, Syaikh Al Albani mengatakan: hasan shahih).

Pada usia ini pula Rasulullah mendapatkan wahyu. Maka sudah pasti ada rahasia Allah yang besar di balik ini. Berdasarkan surah dan hadits di atas, berikut apa yang bisa dipetik:

  1. Ketika usia 40, alangkah indah ketika kita sudah menyadari bahwa, “Allah yang mencipta dan Allah yang mencukupi.”  Baik yang sudah sadar maupun belum, teruslah meminta kepada Allah untuk menjadikan diri Hamba yang bersyukur.  Yakinilah bahwa dunia ini ‘serba mungkin’ sebagai mana yang telah ditunjukan Allah dalam bentuk pertandanya sebagai pembuatnya.
  2. Dalam segala hal, usia 40 memberikan hikmah. Kita menyadari bahwa kita tidak sendiri. Kita adalah bagian dari puzzle kehidupan orang lain.
  3. Usia ini mengingatkan kita bahwa ujian itu mendewasakan dan mendatangkan kebaikan. Lihatlah cara salafush shalih, orang terdahulu, dalam menghadapi ujian hidup. Mereka menganggap ujian adalah tempaan yang membuat seseorang berkarakter karena mereka tahu SIAPA yang menguji.
  4. Pada usia ini, seyogyanya kita terus berdoa agar semua yang dirasakan dan dilalui adalah semata-mata rahmat Allah. Berdoalah agar kita mampu berjalan tanpa kesombongan. Jikapun kita dicacri, berdoalah agar diri tidak merasa kecewa dengan gunjingan mahluk.
  5. Pada usia ini bersyukurlah akan nikmat yang paling besar: NIKMAT MENTAUHIDKAN ALLAH. Nikmat ini tak tergantikan, meski menjadikan kita Al Ghuraba .
  6. Di usia ini, kita disarankan untuk banyak bergaul dengan orang shalih. Banyaklah bergaul dengan orang yang mencintai masjid. MASJID ADALAH TEMPAT YANG PALING DICINTAI اللهdi muka bumi ini.
  7. Ketika kita bersama dengan orang lain, saudara, atau komunitas, tanyakan pada diri sendiri: “ APA YANG BISA SAYA BERIKAN?” bukan sebaliknya. Sebagai mana pun tidak menyenangkannya sebuah kelompok yang berisi muslim, BERTAHANLAH SELAMA ADA CELAH UNTUK KITA BERBUAT BAIK.  Dan berikan manfaat ketika kita berada bersama mereka.

Nasihat pun kemudian mengalir bagi para orang tua. Banyak hal yan bisa dilakukan agar anak-anak siap menuju usia pertengahan ini. Lakukanlah wahai orang tua, sebelum masa itu tidak. Lakukan mulai sekarang

  1. Jika hati mulai merasa rusak, banyak-banyaklah bergaul dan berkumpul dengan orang shalih.
  2. Jika anak tersibukan dengan akademis yang sangat duniawi dan hedonis, budayakan pesantren weekend atau kumpulkan anak-anak secara rutin untuk mengkaji Qur’an. Mentadaburinya. Jangan hanya terpaku di urusan sekolah atau nilai saja. Bekal ruhiyah sangatlah dibutuhkan agar kuat menghadapi dunia melewati usia.
  3. Mulailah buat lingkungan yang baik di sekitar anak-anak yang terdiri dari orang-orang yang bertakwa, belajar, dan berilmu. Buatlah lingkungan yang syar’i dan merujuk pada Al Qur’an.
  4. Biasakan anak-anak (dan kita) berhijrah jika menghadapi masalah. Maksudnya,hijrah dengan hati menuju الله dan Rosul-Nya. Lakukan flash back atau muhasabah.
  5. Biasakan bangun qiyamul lail (terutama setelah anak baligh) untuk menutrisi hati.
  6. Jangan biasakan menceritakan masa lalu yang buruk pada anak. Biarkan mereka belajar bahwa aib itu harus ditutupi dan ditangisi di hadapan Allah.
  7. Jadilah umat Islam yang mewarnai. Berdakwah dengan lisan tidak akan sekuat ketika kita menunjukan dengan perbuatan. Tunjukan bahwa umat Islam itu layak untuk diikuti.
  8. Umat Islam tidak mengenal hari libur. Muslim selalu berusaha mengisi waktu yang kosong, bertebaran di muka bumi setelah beribadah.
  9. Ajari untuk merasa rakuslah dalam beramal. Jangan pernah merasa cukup.

***

 

Alhamdulillah, Allah mengijinkan kami duduk dalam kajian tersebut. Sungguh banyak nasihat yang beliau sampaikan yang menjadi ibroh, utamanya bagi saya.

Jika usia kita dicukupkan hingga atau melewati 40, semoga jiwa dan diri ini tetap istiqomah dalam memegang Al Haq. Memang tidak mudah memegang bara api. Tapi ingatlah, yang mudah itu bukan istiqomah, tapi istirahat. Mari berdoa menjadi hamba yang dimudahkan menujutempat beristirahat yang sesungguhnya.

*Murajaah Kajian oleh Mierza Ummu Abdillah*

Kajian Tauhid

[MURAJAAH KAJIAN 3] Sekedar Pengakuan Allah Adalah Pencipta Dan Pemberi Rezeki Saja Tidak Cukup

***SUMBER: KAJIAN WA BELAJAR TAUHID PERTEMUAN KETIGA***

image
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰

✅1. 👉🏻 Kami memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar menjadi Pelindung anda di dunia dan akhirat serta agar anda diberkahi dimanapun berada.

✅2. 👉🏻 Saudaraku, ketahuilah keberkahan hidup hanya dapat diraih dengan menjadi hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala yang benar-benar bertauhid kepada Nya.

✅3. 👉🏻 Kami juga memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar anda dijadikan orang yang apabila mendapat nikmat pandai bersyukur, jika mendapat ujian mampu bersabar serta jika melakukan perbuatan dosa segera memohon ampunan kepada Allah Ta’ala.

✅4. 👉🏻 Ketiga hal tersebut merupakan tiga  tanda kebahagian seorang hamba, sekaligus ciri seorang hamba Allah yang benar-benar merealisasikan tauhid kepada Nya.

✅5. 👉🏻 Ketahuilah Saudaraku, poros dakwah para Nabi ‘alaihimussalam adalah satu. Sebagaimana termaktub dalam sebuah hadits Nabi Shallalahu ‘alaihi wa Sallam,
الْأَنْبِيَاءُ إِخْوَةٌ لِعَلَّاتٍ أُمَّهَاتُهُمْ شَتَّى وَدِينُهُمْ وَاحِدٌ
“Para Nabi saudara seayah, ibu mereka berbeda namun agama mereka satu”.(HR. Bukhari)

✅6. 👉🏻 Sungguh Allah ‘Azza wa Jalla telah menjadikan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam sebagai contoh bagi Nabi Muhammad Shallalahu ‘alaihi wa Sallam. Allah Ta’ala berfirman,

ثُمَّ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ أَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ

“Kemudian Kami (Allah) wahyukan kepadamu (Muhammad), “Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif dan dia tidak termasuk orang-orang yang berbuat kemusyrikan”. (QS. An Nahl : 123).

✅7. 👉🏻 Allah ‘Azza wa Jalla menyebut Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dengan sebutan hanif. Karena beliau hanya menyembah Allah dan berlepas diri dari segala bentuk peribadatan kepada selain Allah Tabaraka wa Ta’ala.

✅8. 👉🏻 Ketahuilah wahai saudaraku, semua yang Allah Subhanahu wa Ta’ala ciptakan tidak mungkin sia-sia. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, mengabarkan perkataan orang-orang yang memiliki akal.
رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلًا

“Wahai Rabb kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia”. (QS. Ali ‘Imran: 191).

✅9. 👉🏻 Apakah kita mengira kita manusia diciptakan sia-sia ? Dibiarkan begitu saja ?
أَيَحْسَبُ الْإِنْسَانُ أَنْ يُتْرَكَ سُدًى

“Apakah manusia mengira kami biarkan mereka sia-sia”. (QS. Al Qiyamah: 36).

Mujahid, Al-Imam Syafi’i dan ‘Abdur Rahman bin Zaid bin Aslam rahimahumullah menafsirkan ayat tersebut dengan mengatakan, “Apakah manusia mengira mereka dibiarkan sia-sia” yaitu tidak diperintahkan dan dilarang ? (Tafsir Ibnu Katsir)

✅10. 👉🏻 Maka tentulah dalam penciptaan kita terdapat tujuan yang sangat mulia yaitu agar kita benar-benar bertauhid kepada Sang Pencipta yaitu Allah ‘Azza wa Jalla.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Tidaklah Aku (Allah) menciptakan seluruh manusia dan jin melainkan untuk bertauhid/beribadah kepada Ku”. (QS. Adz Dzariyat: 56).

✅11. 👉🏻 Ketika kita telah mengetahui bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan kita untuk hanya beribadah kepada Nya. Maka ketahuilah bahwa ibadah tidaklah disebut, tidaklah teranggap sebagai ibadah melainkan harus disertai tauhid.

✅12. 👉🏻 Sebagaimana shalat tidak disebut, tidak dianggap shalat melainkan sebelumnya harus disertai dengan thoharah /bersuci.

✅13. 👉🏻 Kedua hal ini merupakan hal yang disepakati para ulama berdasarkan dalil dari Al Qur’an dan Sunnah Nabi Shallalahu ‘alaihi wa Sallam.

✅14. 👉🏻 Demikianlah, apabila syirik menyusup masuk dalam ibadah maka ibadah tersebut akan rusak, batal dan tidak teranggap. Sebagaimana jika seseorang yang telah bersuci mengeluarkan hadats.

✅15. 👉🏻 Saudaraku, ketika anda telah mengetahui apabila syirik bercampur dalam ibadah maka dia akan merusak ibadah anda, membatalkan amalan anda serta menjadikan pelakunya kekal di neraka.
Sebagaimana dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang di bawah syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya”. (QS. An Nisa : 48).

✅16. 👉🏻 Saudaraku, mengetahui kesyirikan merupakan sebuah hal yang sangat penting agar anda terlepas, terbebas dari kemusyrikan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

✅17. 👉🏻 Salah satu cara termudah bagi anda untuk memahami kesyirikan adalah dengan memahami empat point yang akan disebutkan.

✅18. 👉🏻 Point Pertama, ‘Ketahuilah bahwa orang-orang kafir yang Nabi Shallalahu  ‘alaihi wa Sallam diperintahkan untuk memeranginya, mereka adalah orang-orang yang mengakui bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah satu-satunya Pencipta dan Pengatur alam semesta. Namun semata-mata sekedar pengakuan ini semata tidak dapat memasukkan mereka ke dalam Islam’.

✅19. 👉🏻 Artinya mereka paham, mengerti betul bahwa berhala, patung, batu, pohon yang mereka sembah itu bukan pencipta mereka. Mereka bukanlah sedungu apa yang kita bayangkan. Mereka benar-benar paham bahwa hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala satu-satunya Pencipta Alam Semesta yang termasuk di dalamnya manusia.

✅20. 👉🏻 Namun sayang wahai saudaraku, sebatas ini keyakinan mereka kepada Allah ‘Azza wa Jalla belumlah cukup untuk memasukkan mereka ke dalam Islam melainkan tetap dianggap di atas kekafiran.

✅21. 👉🏻 Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kepada Nabi Muhammad Shallalahu  ‘alaihi wa Sallam agar bertanya sekaligus berargumentasi dengan mereka.

قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَمْ مَنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ فَقُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ

“Katakanlah (Muhammad kepada mereka), “Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi, siapakah yang berkuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mampu mengeluarkan sesuatu yang hidup dari yang mati dan yang mampu mengeluarkan sesuatu yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan ?” Maka mereka akan menjawab, “Allah”. Maka katakanlah (kepada mereka), “Mengapa kamu tidak hanya beribadah/menyembah kepada Nya ?”. (QS. Yunus [10] : 31).

✅22. 👉🏻 Demikianlah juga dengan orang-orang setelah mereka. Apabila keyakinan mereka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala baru sebatas mengakui bahwa hanya Allah satu-satunya Pencipta Alam Semesta. Maka itu belum cukup untuk menjadikannya seorang muslim. Hingga dia hanya beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan meniadakan selain Nya. Barulah dia teranggap sebagai seorang muslim hakiki.

✅23. 👉🏻 Artinya ketika seseorang mengucapkan kalimat Laa Ilaaha Illallah. Jika yang dia maksudkan adalah tidak ada Pencipta, Pengatur dan Penguasa Alam Semesta kecuali Allah. Maka hal itu belumlah cukup memasukkan ke dalam Islam. Hingga dia benar-benar menyakini bahwa tidak ada sesuatu yang berhak disembah kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala dan berlepas diri dari segala bentuk penyembahan kepada selain Allah ‘Azza wa Jalla.

〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰

💐 Alhamdulillaahilladzii bini’matihi tatimmush shaalihaat
(Segala puji bagi Allaah yang dengan nikmat-Nya lah segala kebaikan menjadi sempurna)

✒ Tim Indonesia Bertauhid
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
——————————————————————————————————————————

Ziyadah Satu

Mengenal Allah dan Rajin Ibadah

Kaum muslimin, semoga Allah meneguhkan kita di atas Islam yang haq. Sesungguhnya salah satu penyebab utama kemunduran dan kelemahan umat Islam pada masa sekarang ini adalah karena mereka tidak memahami hakikat kejahiliyahan yang menimpa bangsa Arab di masa silam. Mereka menyangka bahwasanya kaum kafir Quraisy jahiliyah adalah orang-orang yang tidak beribadah kepada Allah sama sekali. Atau lebih parah lagi mereka mengira bahwasanya kaum kafir Quraisy adalah orang-orang yang tidak beriman tentang adanya Allah [?!] Duhai, tidakkah mereka memperhatikan ayat-ayat Al-Qur’an dan lembaran sejarah yang tercatat rapi dalam kitab-kitab hadits ?

Kaum Kafir Quraisy Betul-Betul Mengenal Allah

Janganlah terkejut akan hal ini, cobalah simak firman Allah ta’ala,

Dalil pertama, Allah ta’alaberfirman,

قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَمْ مَنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ فَقُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ

“Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka mereka akan menjawab: “Allah”. Maka katakanlah “Mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?”(QS. Yunus [10]: 31)

Dalil kedua, firman Allahta’ala,

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَهُمْ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ فَأَنَّى يُؤْفَكُونَ

“Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: “Allah”, maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah)?” (QS. az-Zukhruf : 87)

Dalil ketiga, firman Allahta’ala,

لَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ نَزَّلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهَا لَيَقُولُنَّ اللَّهُ قُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ

“Dan sesungguhnya jika kamu menanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menurunkan air dari langit lalu menghidupkan dengan air itu bumi sesudah matinya?” Tentu mereka akan menjawab: “Allah”, Katakanlah: “Segala puji bagi Allah”, tetapi kebanyakan mereka tidak memahami(nya).” (QS. al-’Ankabut: 63)

Dalil keempat, firman Allahta’ala,

أَمْ مَنْ يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاءَ الْأَرْضِ أَئِلَهٌ مَعَ اللَّهِ قَلِيلًا مَا تَذَكَّرُونَ

“Atau siapakah yang memperkenankan (do’a) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdo’a kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi ? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati(Nya).” (QS. an-Naml: 62)

Perhatikanlah! Dalam ayat-ayat di atas terlihat bahwasanya orang-orang musyrik itu mengenal Allah, mereka mengakui sifat-sifat rububiyyah-Nya yaitu Allah adalah pencipta, pemberi rezeki, yang menghidupkan dan mematikan, serta penguasa alam semesta. Namun, pengakuan ini tidak mencukupi mereka untuk dikatakan muslim dan selamat. Kenapa? Karena mereka mengakui dan beriman pada sifat-sifat rububiyah Allah saja, namun mereka menyekutukan Allah dalam masalah ibadah. Oleh karena itu, Allah katakan terhadap mereka,

وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللَّهِ إِلَّا وَهُمْ مُشْرِكُونَ

“Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain).” (QS. Yusuf : 106)

Ibnu Abbas mengatakan, “Di antara keimanan orang-orang musyrik: Jika dikatakan kepada mereka, ‘Siapa yang menciptakan langit, bumi, dan gunung?’ Mereka akan menjawab, ‘Allah’. Sedangkan mereka dalam keadaan berbuat syirik kepada-Nya.”

‘Ikrimah mengatakan,”Jika kamu menanyakan kepada orang-orang musyrik: siapa yang menciptakan langit dan bumi? Mereka akan menjawab: Allah. Demikianlah keimanan mereka kepada Allah, namun mereka menyembah selain-Nya juga.” (Lihat Al-Mukhtashor Al-Mufid, 10-11)

Syaikh Shalih Al-Fauzanhafizhahullah menjelaskan bahwa kaum musyrikin pada masa itu mengakui Allahsubhanahuwata’ala adalah pencipta, pemberi rezki serta pengatur urusan hamba-hamba-Nya. Mereka meyakini di tangan Allah lah terletak kekuasaan segala urusan, dan tidak ada seorangpun diantara kaum musyrikin itu yang mengingkari hal ini (lihatSyarh Kitab Kasyfu Syubuhaat) Dan janganlah anda terkejut apabila ternyata mereka pun termasuk ahli ibadah yang mempersembahkan berbagai bentuk ibadah kepada Allahta’ala.

Kafir Quraisy Rajin Beribadah

Anda tidak perlu merasa heran, karena inilah realita. Syaikh Muhammad At Tamimirahimahullahmenceritakan bahwasanya kaum musyrikin yang dihadapi oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang-orang yang rajin beribadah. Mereka juga menunaikan ibadah haji, bersedekah dan bahkan banyak berdzikir kepada Allah. Di antara dalil yang menunjukkan bahwa orang-orang musyrik juga berhaji dan melakukan thowaf adalah dalil berikut.

Dan telah menceritakan kepadaku Abbas bin Abdul ‘Azhim Al Anbari telah menceritakan kepada kami An Nadlr bin Muhammad Al Yamami telah menceritakan kepada kami Ikrimah bin Ammar telah menceritakan kepada kami Abu Zumail dari Ibnu Abbas ia berkata; Dulu orang-orang musyrik mengatakan; “LABBAIKA LAA SYARIIKA LAKA (Aku memenuhi panggilanMu wahai Dzat yang tiada sekutu bagiMu). Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَيْلَكُمْ قَدْ قَدْ فَيَقُولُونَ إِلَّا شَرِيكًا هُوَ لَكَ تَمْلِكُهُ وَمَا مَلَكَ

“Celakalah kalian, cukuplah ucapan itu dan jangan diteruskan.” Tapi mereka meneruskan ucapan mereka; ILLAA SYARIIKAN HUWA LAKA TAMLIKUHU WAMAA MALAKA (kecuali sekutu bagi-Mu yang memang Kau kuasai dan ia tidak menguasai).” Mereka mengatakan ini sedang mereka berthawaf di Baitullah. (HR. Muslim no. 1185)

Mengomentari pernyataan Syaikh Muhammad At Tamimi di atas, Syaikh Shalih Al-Fauzan mengatakan bahwa kaum musyrikin Quraisy yang didakwahi oleh Nabishallallahu ‘alaihi wa sallamadalah kaum yang beribadah kepada Allah, akan tetapiibadah tersebut tidak bermanfaat bagi mereka karena ibadah yang mereka lakukan itu tercampuri dengan syirik akbar. Sama saja apakah sesuatu yang diibadahi disamping Allah itu berupa patung, orang shalih, Nabi, atau bahkan malaikat. Dan sama saja apakah tujuan pelakunya adalah demi mengangkat sosok-sosok tersebut sebagai sekutu Allah atau bukan, karena hakikat perbuatan mereka adalah syirik. Demikian pula apabila niatnya hanya sekedar menjadikan sosok-sosok itu sebagai perantara ibadah dan penambah kedekatan diri kepada Allah. Maka hal itu pun dihukumi syirik (lihatSyarh Kitab Kasyfu Syubuhaat, Syaikh Shalih Al-Fauzan)

Dua Pelajaran Berharga

Dari sepenggal kisah di atas maka ada dua buah pelajaran berharga yang bisa dipetik.Pertama; pengakuan seseorang bahwa hanya Allah lah pencipta, pemberi rezki dan pengatur segala urusan tidaklah cukup untuk membuat dirinya termasuk dalam golongan pemeluk agama Islam. Sehingga sekedar mengakui bahwasanya Allah adalah satu-satunya pencipta, penguasa dan pengatur belum bisa menjamin terjaganya darah dan hartanya. Bahkan sekedar meyakini hal itu belum bisa menyelamatkan dirinya dari siksaan Allah.

Kedua; apabila peribadatan kepada Allah disusupi dengan kesyirikan maka hal itu akan menghancurkan ibadah tersebut. Oleh sebab itu ibadah tidak dianggap sah apabila tidak dilandasi dengan tauhid/ikhlas (lihatSyarh Kitab Kasyfu Syubuhaat, Syaikh Shalih Al-Fauzan)

Dengan demikian sungguh keliru anggapan sebagian orang yang mengatakan bahwasanya tauhid itu cukup dengan mengakui Allah sebagai satu-satunya pencipta dan pemelihara alam semesta. Dan dengan modal anggapan yang terlanjur salah ini maka merekapun bersusah payah untuk mengajak manusia mengenali bukti-bukti alam tentang keberadaan dan keesaan wujud-Nya dan justru mengabaikan hakikat tauhid yang sebenarnya. Atau yang mengatakan bahwa selama orang itu masih mengucapkan syahadat maka tidak ada sesuatupun yang bisa membatalkan keislamannya. Atau yang membenarkan berbagai macam praktek kesyirikan dengan dalih hal itu dia lakukan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah. Atau yang mengatakan bahwa para wali yang sudah meninggal itu sekedar perantara untuk bisa mendekatkan diri mereka yang penuh dosa kepada Allah yang Maha Suci. Lihatlah kebanyakan praktek kesyirikan yang merebak di tengah-tengah masyarakat Islam sekarang ini, maka niscaya alasan-alasan semacam ini -yang rapuh serapuh sarang laba-laba- yang mereka lontarkan demi melapangkan jalan mereka untuk melestarikan tradisi dan ritual-ritual syirik.

‘Kita ‘Kan Tidak SebodohKafir Quraisy’

Barangkali masih ada orang yang bersikeras mengatakan,“Jangan samakan kami dengan kaum kafir Qurasiy. Sebab kami ini beragama Islam, kami cinta Islam, kami cinta Nabi, dan kami senantiasa meyakini Allah lah penguasa jagad raya ini, tidak sebagaimana mereka yang bodoh dan dungu itu!” Allahu akbar, hendaknya kita tidak terburu-buru menilai orang lain bodoh dan dungu sementara kita belum memahami keadaan mereka. Saudaraku, cermatilah firman Allah ta’ala,

قُلْ لِمَنِ الْأَرْضُ وَمَنْ فِيهَا إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (84) سَيَقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ (85) قُلْ مَنْ رَبُّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ (86) سَيَقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ (87) قُلْ مَنْ بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ يُجِيرُ وَلَا يُجَارُ عَلَيْهِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (88) سَيَقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ فَأَنَّى تُسْحَرُونَ (89)

“Katakanlah; ‘Milik siapakah bumi beserta seluruh isinya, jika kalian mengetahui ?’ Maka niscaya mereka akan menjawab, ‘Milik Allah’. Katakanlah,’Lalu tidakkah kalian mengambil pelajaran ?’ Dan tanyakanlah; ‘Siapakah Rabb penguasa langit yang tujuh dan pemilik Arsy yang agung ?’ Niscaya mereka menjawab,’Semuanya adalah milik Allah’ Katakanlah,’Tidakkah kalian mau bertakwa’ Dan tanyakanlah,’Siapakah Dzat yang di tangannya berada kekuasaan atas segala sesuatu, Dia lah yang Maha melindungi dan tidak ada yang sanggup melindungi diri dari azab-Nya, jika kalian mengetahui ?’ Maka pastilah mereka menjawab, ‘Semuanya adalah kuasa Allah’ Katakanlah,’Lantas dari jalan manakah kalian ditipu?.’”(QS. Al-Mu’minuun: 84-89)

Nah, ayat-ayat di atas demikian gamblang menceritakan kepada kita tentang realita yang terjadi pada kaum musyrikin Quraisy dahulu. Meyakini tauhid rububiyah tanpa disertai dengan tauhid uluhiyah tidak ada artinya. Maka sungguh mengherankan apabila ternyata masih ada orang-orang yang mengaku Islam, rajin shalat, rajin puasa, rajin naik haji akan tetapi mereka justru berdoa kepada Husain, Badawi, Abdul Qadir Al-Jailani. Maka sebenarnya apa yang mereka lakukan itu sama dengan perilaku kaum musyrikin Quraisy yang berdoa kepada Laata, ‘Uzza dan Manat. Mereka pun sama-sama meyakini bahwa sosok yang mereka minta adalah sekedar pemberi syafaat dan perantara menuju Allah. Dan mereka juga sama-sama meyakini bahwa sosok yang mereka jadikan perantara itu bukanlah pencipta, penguasa jagad raya dan pemeliharanya. Sungguh persis kesyirikan hari ini dengan masa silam. Sebagian orang mungkin berkomentar, “Akan tetapi mereka ini ‘kan kaum muslimin” Syaikh Shalih Al-Fauzan menjawab,“Maka kalau dengan perilaku seperti itu mereka masih layak disebut muslim, lantas mengapa orang-orang kafir Quraisy tidak kita sebut sebagai muslim juga ?! Orang yang berpendapat semacam itu tidak memiliki pemahaman ilmu tauhid dan tidak punya ilmu sedikitpun, karena sesungguhnya dia sendiri tidak mengerti hakikat tauhid”(lihat Syarh Kitab Kasyfu Syubuhaat, Syaikh Shalih Al-Fauzan)

Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi dan Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel www.muslim.or.id

http://indonesiabertauhid.com/kafir-quraisy-juga-mengenal-allah-dan-rajin-ibadah/


———————————————————————————————————————〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰

ZIYADAH 2

Membekali Diri Dengan Tauhid

Pengertian Tauhid

Syaikh Ibnu ‘Utsaimin –rahimahullah– memaparkan bahwa kata tauhid secara bahasa adalah kata benda yang berasal dari perubahan kata kerja wahhada – yuwahhidu yang bermakna menunggalkan sesuatu. Sedangkan dalam kacamata syari’at, tauhid bermakna mengesakan Allah dalam hal-hal yang menjadi kekhususan diri-Nya. Kekhususan itu meliputi perkara rububiyah, uluhiyah dan asma’ wa shifat (Al Qaul Al Mufid, 1/5)

Syaikh Hamad bin ‘Atiq menerangkan bahwa agama Islam disebut sebagai agama tauhid disebabkan agama ini dibangun di atas pondasi pengakuan bahwa Allah adalah Esa dan tiada sekutu bagi-Nya, baik dalam hal kekuasaan maupun tindakan-tindakan. Allah Maha Esa dalam hal Dzat dan sifat-sifat-Nya, tiada sesuatu pun yang menyerupai diri-Nya. Allah Maha Esa dalam urusan peribadatan, tidak ada yang berhak dijadikan sekutu dan tandingan bagi-Nya. Tauhid yang diserukan oleh para Nabi dan Rasul telah mencakup ketiga macam tauhid ini (rububiyah, uluhiyah dan asma’ wa shifat). Setiap jenis tauhid adalah bagian yang tidak bisa dilepaskan dari jenis tauhid yang lainnya. Oleh karena itu, barangsiapa yang mewujudkan salah satu jenis tauhid saja tanpa disertai dengan jenis tauhid lainnya maka hal itu tidak mungkin terjadi kecuali disebabkan dia tidak melaksanakan tauhid dengan sempurna sebagaimana yang dituntut oleh agama (Ibthal At Tandid, hal. 5-6)

Syaikh Muhammad bin Abdullah Al Habdan menjelaskan bahwa tauhid itu hanya akan terwujud dengan memadukan antara kedua pilar ajaran tauhid yaitu penolakan (nafi) dan penetapan (itsbat). ‘La ilaha’ adalah penafian/penolakan, maksudnya kita menolak segala sesembahan selain Allah. Sedangkan ‘illallah’ adalah itsbat/penetapan, maksudnya kita menetapkan bahwa Allah saja yang berhak disembah (At Taudhihat Al-Kasyifat, hal. 49)

Tauhid dan Iman Kepada Allah

Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan –hafizhahullah- menjelaskan bahwa hakekat iman kepada Allah adalah tauhid itu sendiri. Sehingga iman kepada Allah itu mencakup ketiga macam tauhi yaitu tauhid rububiyah, uluhiyah, dan asma’ wa shifat (Al Irsyad ila Shahih Al I’tiqad, hal. 29). Di samping itu, keimanan seseorang kepada Allah tidak akan dianggap benar kalau hanya terkait dengan tauhid rububiyah saja dan tidak menyertakan tauhid uluhiyah. Hal ini sebagaimana yang terjadi pada kaum musyrikin dahulu yang juga mengakui tauhid rububiyah. Meskipun demikian, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap memerangi dan mengajak mereka untuk bertauhid. Hal itu dikarenakan mereka tidak mau melaksanakan tauhid uluhiyah.

Urgensi Tauhid Bagi Setiap Insan

Kepentingan manusia untuk bertauhid sungguh jauh berada di atas kepentingan mereka terhadap makanan, minuman atau tempat tinggal. Kalau seseorang tidak makan atau minum, akibat terburuk yang dialami hanyalah sekedar kematian. Namun, kalau seseorang tidak bertauhid barang sekejap saja dan pada saat itu dia meninggal dalam keadaan musyrik, maka siksaan yang kekal di neraka sudah siap menantinya.

Allah ta’ala berfirman,

إِنَّه ُمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ

“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan sesuatu dengan Allah (dalam beribadah) maka sungguh Allah telah mengharamkan atasnya surga, dan tempat tinggalnya adalah neraka…”(QS. al-Ma’idah [5]: 72)

Bahkan amalnya yang bertumpuk-tumpuk selama hidup pun akan menjadi sia-sia apabila di akhir hidupnya dia telah berbuat syirik kepada Rabb-nya dan belum bertaubat darinya. Allah ta’ala berfirman,

لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

“Sungguh, jika kamu berbuat syirik, akan lenyaplah semua amalmu, dan kamu pasti akan tergolong orang yang merugi.” (QS. az-Zumar [39]: 65)

Dan, kalaulah kita mau merenungkan untuk apa kita diciptakan di alam dunia ini niscaya kita akan memahami betapa agung kedudukan tauhid dalam hidup ini. Allah ta’ala berfirman,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.”(QS. adz-Dzariyat [51]: 56). Makna beribadah kepada Allah di sini adalah mentauhidkan Allah.

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab –rahimahullah– mengatakan, “Apabila engkau telah mengetahui bahwasanya Allah menciptakan dirimu untuk beribadah, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya ibadah tidak akan disebut sebagai ibadah (yang hakiki) apabila tanpa disertaitauhid. Sebagaimana halnya sholat tidak disebut sebagai sholat jika tidak disertai dengan thaharah (bersuci). Maka apabila syirik merasuk ke dalam suatu ibadah, niscaya ibadah itu menjadi batal. Sebagaimana hadats jika terjadi pada (orang yang sudah melakukan) thaharah…” (Majmu’ah Tauhid, hal. 7)

Terkait dengan pentingnya tauhid ini, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Ketahuilah, sesungguhnya kebutuhan hamba untuk senantiasa beribadah kepada Allah tanpa mempersekutukan sesuatupun dengan-Nya merupakan kebutuhan yang tak tertandingi oleh apapun yang bisa dianalogikan dengannya. Akan tetapi, dari sebagian sisi ia bisa diserupakan dengan kebutuhan tubuh terhadap makanan dan minuman. Di antara keduanya sebenarnya terdapat banyak sekali perbedaan. Karena sesungguhnya jati diri seorang hamba adalah pada hati dan ruhnya. Padahal, tidak ada kebaikan hati dan ruh kecuali dengan (pertolongan) Rabbnya, yang tiada ilah (sesembahan) yang benar untuk disembah selain Dia. Sehingga ia tidak akan bisa merasakan ketenangan kecuali dengan mengingat-Nya. Seandainya seorang hamba bisa memperoleh kelezatan dan kesenangan dengan selain Allah maka hal itu tidak akan terus menerus terasa. Akan tetapi, ia akan berpindah dari satu jenis ke jenis yang lain, dari satu individu ke individu yang lain. Adapun Rabbnya, maka dia pasti membutuhkan-Nya dalam setiap keadaan dan di setiap waktu. Di mana pun dia berada maka Dia (Allah) senantiasa menyertainya.” (Majmu’ Fatawa, I/24. Dikutip dengan perantara Kitab TauhidSyaikh Shalih al-Fauzan, hal. 43)

Siapa yang merasa tauhidnya sudah hebat?!

Allah ta’ala mengisahkan do’a yang dipanjatkan oleh Nabi Ibrahim ‘alaihis salam di dalam ayat-Nya

وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الْأَصْنَامَ

“Dan jauhkanlah aku dan anak keturunanku dari penyembahan kepada arca-arca.” (QS. Ibrahim [14]: 35)

Ibrahim At Taimi mengatakan, “Lalu siapakah yang lebih merasa aman dari bencana kesyirikan selain Ibrahim[?]”

Syaikh Abdurrahman bin Hasan –rahimahullah– mengatakan, “Tidak ada lagi yang merasa aman dari terjatuh dalam kesyirikan selain orang yang bodoh terhadap syirik dan juga tidak memahami sebab-sebab yang bisa menyelamatkan diri darinya; yaitu ilmu tentang Allah, ilmu tentang ajaran Rasul-Nya yaitu mentauhidkan-Nya serta larangan dari perbuatan syirik terhadapnya.” (Fathul Majid, hal. 72)

Demikianlah sekilas mengenai pentingnya tauhid dalam kehidupan kita. Semoga kita tergolong hamba-hamba yang mentauhidkan Allah dengan sebenar-benarnya. Kalau orang semulia Nabi Ibrahim‘alaihis salam saja masih takut terjerumus syirik, lalu bagaimana lagi dengan orang seperti kita. Wallahul musta’an. Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa sallam. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.

 

Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi

Artikel www.muslim.or.id

http://indonesiabertauhid.com/membekali-diri-dengan-tauhid/

——————————————————————————————————————————–〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰

ZIYADAH 3

Mari Tinjau Kembali Istilah tentang Tauhid

#IndonesiaBertauhid

-Bro, pernah dengar gak ungkapan:
“Jangan syiriklah (iri) dengan keberhasilan gue”
“kalau saya sih gak munafik, butuh uang juga”

-Dalam istilah syariat kata: syirik dan munafik itu agak berbeda maknanya

-Begini bro, sebenarnya masalah istilah dan ungkapan jika sesuai dengan maksud bahasa itu sendiri gak masalah

-Kalau memang makna bahasa untuk masyarakat itu, makna syirik adalah iri dan dipahami mereka seperti itu, maka tidak masalah, ya karena itu bahasa mereka

-Akan tetapi yang menjadi masalah jika kita sebagai seorang muslim tidak paham makna ini secara syariat atau malah bisa bercampur sehingga mengkaburkan makna syariatnya

-Istilah Syirik dan munafik ini diajarkan dalam pelajaran TAUHID

-Syirik dalam makna syariat adalah lawan dari TAUHID yang bermakna menyekutukan Allah dalam hak-hak khusus Allah berupa ibadah, Syirik adalah larangan terbesar dalam agama

-Sedangkan munafik dalam syariat, ada dua yaitu:

1. Munafik i’tiqadiy (amalan Hati)
ada yang menyebutnya juga nifak akbar yang bisa membuat pelakunya keluar dari Islam dan mendapat adzab yang paling berat melebihi siksaan orang kafir di akhirat

Contoh nifak i’tiqodi:

-Mendustakan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam

-Mendustakan sebagian ajaran Rasulshallallahu ‘alaihi wa sallam

-Benci pada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam

-Benci pada sebagian ajaran Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam

-Senang melihat agama Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam direndahkan

-Tidak senang jika agama Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam mendapatkan kemenangan

JADI JANGAN SAMPAI KITA TIDAK SENANG ATAU TIDAK RIDHA DENGAN SATUPUN AJARAN ISLAM

Misalnya mungkin dia berat memakai jilbab, tetapi masih yakin bahwa itu wajib, hanya malas saja, maka tidak masuk munafik i’tiqadiy ini

Justru yang berjilbab, tetapi hatinya senang dengan hancurnya Islam, dialah munafik i’tiqady

2. Munafik amaliy (perbuatan)
ini tidak sampai mengeluarkan dari agama Islam, masih tetap muslim hanya saja diminta agar taubat nashuha dan bersungguh-sungguh dalam taubat

Contohnya sebagaimana hadits :

آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ، إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ

”Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga :
(1)Jika berbicara berdusta
(2) jika berjanji tidak menepati
(3) dan jika dipercaya dia berkhianat”
(HR. Bukhari dan Muslim)

dan dalam riwayat lain disebutkan :

وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ، وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ

”(4) Jika berselisih, maka dia akan berbuat dhalim,
(5) dan jika berjanji dia melanggar”.

-Semoga kita dijauhi dari sifat munafik karena para sahabat sangat dan orang shalih sangat khawatir terjerumus dalam hal ini

Penyusun: Raehanul Bahraen

indonesiabertauhid.com/mari-tinjau-kembali-istilah-tentang-tauhid/

——————————————————————————————————————————- 〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
Soal Latihan  BETAH Pekan 3

❗📑Sekedar Pengakuan Allah Adalah Pencipta Dan Pemberi Rezeki Saja Tidak Cukup 📑❗

1⃣. Apa tiga tanda kebahagiaan Seorang hamba?

2⃣. Apa yang dimaksud dengan hanif ?

3⃣. Apakah tujuan penciptaan manusia ? Mana dalilnya.

4⃣. Sebutkan contoh-contoh sifat kemunafikan yang mengeluarkan dari Islam .

5⃣.  Apa yang dimaksud dengan makna tauhid secara syariat ?

〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰

Jawaban Latihan Pekan 3

❗📑Sekedar Pengakuan Allah Adalah Pencipta Dan Pemberi Rezeki Saja Tidak Cukup 📑❗

1⃣. Bersyukur jika mendapat nikmat, bersabar jika mendapat musibah, bertaubat jika bermaksiat.

2⃣. Hanya menyembah Allah dan berlepas diri dari peribadatan kepada selainNya.

3⃣. Untuk beribadah kepada Allah semata. Adz Dzariyat : 56

4⃣. Mendustakan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam

❗Mendustakan sebagian ajaran Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam

❗Benci pada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam

❗Benci pada sebagian ajaran Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam

❗Senang melihat agama Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam direndahkan

❗Tidak senang jika agama Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam mendapatkan kemenangan

5⃣. Mengesakan Allah dalam hal-hal yang menjadi kekhususan diri-Nya. Kekhususan itu meliputi perkara rububiyah, uluhiyah dan asma’ wa shifat (Al Qaul Al Mufid, 1/5)

_Jazaakumullaahu khayran ‘alaa ihtimaamikum_
(Semoga Allaah membalas kalian dengan kebaikan atas perhatian kalian)

🌏Dengan Tauhid, Masuk Surga Sekeluarga🌎

Homeschooling, Lectures of Life, Parenting

KEUTAMAAN MENDIDIK ANAK DAN BERSABAR DENGAN PROSES

بسم الله الرحمن الرحيم

image

Ilmu sebelum amal. Seorang (Muslim) perlu mempelajari hal yang diperlukan sebelum berbuat dan mengambil keputusan, bukan? Demikian pula sebelum mengambil keputusan homeschooling atau sekolah.

Kajian kitab-kitab parenting* yang saya ikuti sebelumnya membuka cakrawala saya untuk bisa meluruskan praktek Homeschooling yang sudah berjalan tanpa landasan ilmu Diin yang cukup. Kajian-kajian itu menjadi landasan mengenai cara mendidik anak-anak Muslim berdasarkan aqidah yang shahih, kecerdasan emosional, serta adab yang ditunjukkan kepada Rabb, manusia, dan makhluk sekitarnya.

Bab-bab pengasuhan dalam kitab-kitab Islam ini sangat menyeluruh, mendalam, dan aplikatif. Kita akan tahu bahwa kita akan tiba di akhir-akhir pembahasan jika sudah menyentuh bagian ‘punishment’. Ya, hukuman – yang sebenarnya tidak seseram penerjemahannya.

Dan sebagai pengingat, peran saya di sini yaitu sebagai praktisi. Ya, praktisi pengasuhan anak. :) Jadi, mari belajar bersama.

KEUTAMAAN MENDIDIK ANAK DAN BERSABAR DENGAN PROSESNYA

– Mierza Miranti –

Mendidik anak adalah anugerah terbesar bagi seorang manusia. Anugerah ini memberikan kesempatan kepada orang tua untuk meraih amal-amal yang paling mulia. Ya, mulia dan bahagia dunia akhirat, insyaAllah. Tentu dengan syarat apabila amalan-amalan mendidik anak ini dijalani dengan ikhlas karena Allah dalam mengarahkan anak-anaknya kepada agama, akhlaq, dan pengajaran yang baik.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
فَوَاللَّهِ لأَنْ يُهْدَى بِكَ رَجُلٌ وَاحِدٌ خَيْرٌ لَكَ مِنْ حُمْرِ النَّعَمِ
“Demi Allah, sungguh satu orang saja diberi petunjuk (oleh Allah) melalui perantaraanmu, maka itu lebih baik dari unta merah.” (HR. Bukhari no. 2942 dan Muslim no. 2406, dari Sahl bin Sa’ad)

Bahagiakah kita sebagai orang tua jika ternyata SATU ORANG yang diberi petunjuk oleh Allah itu adalah anak-anak kita sendiri? Yang mana kita tahu bahwa mereka adalah SALAH SATU dari tiga perkara yang masih menyalurkan amalan meski setelah kita meninggal?

Sebagaimana hadits yang mahsyur dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau DOÁ ANAK YANG SHOLEH” (HR. Muslim no. 1631)

Pertanyaan berikutnya? Apakah anak yang sholeh itu sesuatu yang instan didapatkan sekeluarnya anak dari rahim sang Ibu? Apakah anak yang kita berikan segala yang ia mau akan menjadikannya anak yang Shalih? Apakah anak yang kita biarkan begitu saja sehingga dia akan terekspos dengan banyak hal dari kebenaran hingga penyimpangan dalam hidupnya akan menjadi anak yang shalih? Takutkah kita akan laporan pertanggung jawaban di hadapan Allah jika mengesampingkan kewajiban mendidik anak dengan sumber yang shahih?

Bukankah Rasulullah bersabda:
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ ِ
“Masing-masing kalian adalah pengembala, dan masing-masing kalian bertanggung jawab atas pengembalanya” (Muttafaqun’alaih)

Ya, kita adalah penggembala yang bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak kita. Kita tahu bahwa perjalanan mendidik itu tidak terjadi dalam hitungan hari. Kita juga tahu bahwa tenaga dan pikiran kita diperas untuk terus bergerak dan mendidik sementara harus menyelesaikan hal yang lain.

Kita lelah.

Kita pernah dan akan menghadapi hari-hari penuh tantangan yang memerlukan stok kesabaran yang (seharusnya) tidak pernah habis.

Sabar. Ya, sabar.

Sabar dalam mendidik anak, sayangnya, bukan hanya melihat anak-anak melakukan hal yang secara adaab tidak berterima, lalu kita kita hanya berucap, “Ah, masih anak-anak” – tanpa melakukan apapun.

Atau, pernah tahu kan ucapan yang mahsyur dari orang marah, ketika seseorang melihat sesuatu yang menguji kesabaran dan ia berkata, “Habis sudah kesabaranku!”

Ah, tidak, bukan itu. Sabar itu tidak pernah selesai seperti sinetron atau novel.

Bukankah kita tahu, Allah ta’ala berfirman (yang artinya), ”Mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS Al-Baqoroh : 153).

Islam mengajarkan Muslim untuk Sabar dalam 3 perkara *:
1. Menahan jiwa dalam menaati Allah
2. Menahan jiwa dari menjauhi kemaksiatan kepada Allah
3. Menahan jiwa dalam takdir Allah yang menimpa diri meski itu sangat menyakitkan dan menyusahkan.

Jadi, bersabarlah dengan pilihan pengasuhan yang kita ketahui shahih dengan segala konsekuensinya. Misalnya, ketika kita mendidik anak untuk berkata jujur sebagai bagian dari ketaatan, maka bersabarlah dalam mendidik mereka.

Mintalah kepada Allah kemudahan agar akhlaq jujur itu bisa kita contohkan, dalam segala situasi sesulit apapun, karena kita tahu berbohong adalah bermaksiat kepada Allah. Bersabarlah belajar dan terus belajar mencarai cara agar akhlaq ini kuat terpatri dalam jiwa anak.

Dan sabarlah, jika ternyata kita diuji dengan kenyataan bahwa anak-anak pernah berbohong dengan memberi hukuman terlemah dalam Islam yaitu menasehati. Ya, memberi nasihat adalah hukuman teringan yang bisa kita berikan.

Ingatlah bahwa setiap bayi lahir dalam keadaan fitrah. Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam menggambarkan hal itu dalam sabdanya,
”مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِه”
Orang tuanya lah yang akan menjadikan ia Yahudi, Nasrani atau Majusi” (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu)

Andaikan sejak kecil anak dibiasakan berperilaku jujur, insyaAllah hal itu akan sangat membekas dalam dirinya. Sebab mendidik di waktu kecil bagaikan mengukir di atas batu. 

Saat raga dan hati mulai lelah mendidik, ingatlah….
Dibutuhkan kesabaran dan ketekunan untuk mengukir di atas batu, namun ukiran terbaik akan indah, awet, dan tahan lama.

Semoga ini menjadi nasihat, terutama bagi diri saya sendiri. Semoga kita semua dimudahkan Allah dalam mengasuh generasi-generasi berikutnya. 

Catatan:
*Kitab-kitab parenting yang dimaksud dan telah saya pelajari dalam kajian bersama ulama adalah Al-Jâmi’ fi Ahkâm wa Âdâb Ash-Shibyan (Abu ‘Abdillah ‘Âdil bin Abdillâh Âlu Hamdân Al-Ghâmidi), serta Nida’ Ila Murobbiyin wal Murobbiyat dan Kayfa Nurabbi Auladana (Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu rahumahullah).

** Untuk mempelajari ini silahkan kunjungi https://rumaysho.com/9579-macam-sabar.html

Disusun dalam perjalanan klastulistiwa.com

Kajian Tauhid

[MURAJAAH KAJIAN 2]: BAHAYA KESYIRIKAN

🍥 SUMBER: KAJIAN WA BELAJAR TAUHID🍥

Setiap orang tentu tidak ingin nyawanya terbuang sia-sia. Mengapa ? Karena nyawa merupakan sesuatu yang paling berharga dan tidak ternilai dengan harta sebanyak apapun.

Sedemikian takut kita kehilangan nyawa sehingga apapun kita korbankan untuk mempertahankan nyawa kita. Bahkan tak jarang nyawa orang tercinta pun menjadi korban untuk mempertahankan nyawa kita sendiri. Padahal jarang di antara kita yang hidup lebih dari 100 tahun.

Pernahkah kita membayangkan ketika seorang dokter telah memvonis bahwa penyakit yang anda derita tidak akan sembuh, apapun yang anda dan dokter akan perbuat ?

Betapa hancur hati, luluh lantak rasa jiwa kita ketika mendengarkan ungkapan itu. Kenapa ? Karena kita sadar bahwa harapan hidup kita sudah tidak ada lagi. Harapan untuk menikmati kenikmatan dunia sudah tidak ada lagi. Harta yang berlimpah sudah tak telihat wah lagi. Istri yang cantik sudah tak memikat lagi. Anak tercintapun sudah tak berguna lagi.

Namun tahukah kita sakit, derita yang kita alami itu tidak ada apa-apanya jika dibandingkan pedihnya, beratnya siksa neraka Allah ‘Azza wa Jalla.

Ketika kita divonis Allah Subhana wa Ta’ala masuk ke dalam neraka dan kekal di dalamnya. Maka sakit yang kita rasakan di dunia tak berbanding sedikitpun dengan siksa yang akan menimpa kita.

Tahukah diri ini senjata utama agar kita tidak terjerembab dan tersungkur ke dalam neraka, kekal di dalamnya ? Senjata itu adalah tidak berbuat syirik kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala. Ampunan Allah Ta’ala-lah yang mampu menyelamatkan kita dari siksa neraka nan abadi.

Allah Subhana wa Ta’ala berfirman,

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَىٰ إِثْمًا عَظِيمًا.

Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang di bawah syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar”. (An Nisa : 48).

Ketika tidak ada ampunan maka nerakalah tempat kembali selamanya.

Allah Subhana wa Ta’ala tidak akan mengampuni dosa kemusyrikan padahal Dia adalah Dzat Yang Maha Luas Rahmat dan Kasih Sayang kepada hamba-hamba Nya. Namun ketika kita menyekutukan-Nya maka harapan mendapatkan rahmat sudah pupus. Karena pelanggaran yang kita perbuat merupakan dosa yang terbesar.

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ ۖ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

Sesungguhnya kesyirikan benar-benar kezholiman / dosa yang amat besar.” (Luqman: 13).

Ketika kita berani berbuat kesyirikan, maka telah diharamkan surga bagi kita. Tempat menetap selamanya adalah neraka dan tidak ada suatu apapun yang mampu menolong kita. Sebagaimana firman Allah ‘Azza wa Jalla,

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُثَلاثَةٍ وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلا إِلَهٌ وَاحِدٌ وَإِنْ لَمْ يَنْتَهُوا عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

Sesungguhnya barangsiapa yang melakukan kemusyrikan kepada Allah, maka pasti Allah mengharamkan baginya surga, tempatnya ialah neraka dan tidaklah ada bagi orang-orang zholim itu seorang penolongpun”. ( Al Maidah: 72)

Sebesar apapun amalan kita, siapapun kita, apapun kedudukan kita maka batallah, hancurlah seluruh amalan kita ketika berani berbuat kemusyrikan.

Allah Subhana wa Ta’ala berfirman,
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ.

Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan kepada (nabi-nabi) yang `sebelummu. Apabila kalian berbuat kemusyrikan, niscaya akan hapuslah seluruh amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi”. ( Az- Zumar : 65).

Para Nabi dan Rasul alaihimussalam menyadari betapa bahaya kemusyrikan sehingga lisan mereka tidak lupa memohon kepada Allah ‘Azza wa Jalla agar diri mereka, keluarga dan anak keturunan mereka dijauhkan dari perbuatan syirik. Diantaranya adalah doa kekasih Allah, Nabi Ibrahim ‘alaihissalam,

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَٰذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الْأَصْنَامَ
Dan ingatlah ketika Ibrahim berdoa, “Wahai Rabbku, jadikanlah negeri ini (Mekkah) menjadi negeri yang aman dan jauhkanlah diriku dan anak keturunanku dari penyembahan terhadap berhala”. (QS. Ibrahim: 35)

Pertanyaannya, Apakah diri kita lebih mulia dibandingkan dengan Nabi Muhammad Shallalahu ‘alaihi wa Sallam dan seluruh para nabi serta Rasul alaihumussalam ??!!

Semoga kita dan kaum muslimin benar-benar sadar akan bahaya syirik? Simaklah doa yang Nabi Shollalahu ‘alaihi wa Sallam ajarkan kepada Sahabatnya yang paling mulia Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu ketika Nabi Shallalahu ‘alaihi wa Sallam mengabarkan kepadanya bahwa syirik itu lebih samar dari jejak semut.

Yaa Allah, Sesungguhnya aku berlindung kepada Mu dari berbuat kesyirikan ketika aku mengetahuinya dan aku memohon ampunan Mu ketika aku tidak mengetahuinya”. (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad).

Mari ajak diri kita, pasangan, anak, keluarga kita dan masyarakat kita agar takut terhadap kemusyrikan. Mudah-mudahan kita termasuk ahlu tauhid dan terbebas dari kemusyrikan dengan segala bentuknya.

Alhamdulillaahilladzii bini’matihi tatimmush shaalihaat
(Segala puji bagi Allaah yang dengan nikmat-Nya lah segala kebaikan menjadi sempurna)

Tim Indonesia Bertauhid

———————————————————————————————————————————————–

ZIYADAH PERTAMA: HAKIKAT DAN BAHAYA SYIRIK

Pembaca yang mulia, jika Anda ditanya, “Apa yang Anda inginkan setelah Anda mengalami kematian?” Niscaya Anda akan menjawab, “Ingin masuk surga”. Ya, masuk surga merupakan keinginan naluriah yang dimiliki setiap manusia. Demikian pula, masuk neraka merupakan hal yang paling ditakuti manusia. Akan tetapi, apakah kita sudah memenuhi syarat masuk surga? Ataukah kita justru masuk kualifikasi orang yang pantasnya masuk neraka?

Pertanyaan di atas merupakan hal yang harus kita cerna secara mendalam. Karena jika kita ingin masuk surga, kita harus memenuhi syarat untuk bisa masuk ke dalamnya. Kita harus mengetahui bahwa syarat mutlak tersebut adalah kita mati dalam keadaan terbebas dari perbuatan syirik.

Mengenal Syirik

Syirik adalah mensejajarkan selain Allah dengan Allah, dalam hal yang merupakan kekhususan bagi Allah. Sebagai contoh, di antara kekhususan Allah adalah memberikan rezeki, artinya: hanya Allah-lah yang memiliki kemampuan memberikan rezeki kepada manusia. Kemudian, jika ada seseorang mendatangi kuburan keramat, kemudian berdoa mengharapkan rezeki kepada kuburan tersebut, maka ia telah jatuh ke dalam perbuatan syirik.

Cakupan Kekhususan Allah Ta’ala

Allah Ta’ala memiliki tiga cakupan kekhususan, yang tidak boleh disetarakan dengan makhluk. Jika ada seseorang menyetarakan, menyejajarkan, menyamakan, atau menyandingkan kekhususan tersebut kepada selain Allah, maka ia telah berbuat syirik. Kekhususan tersebut ialah:

Pertama, Kekhususan dalam Rububiyyah Allah

Rububiyyah adalah sifat yang ada pada Dzat pencipta, seperti kemampuan menciptakan makhluk, memberikan rezeki, menghidupkan makhluk, mematikan makhluk, dan mengatur alam semesta. Oleh karena itu, jika ada seorang meyakini bahwa Nyi Roro Kidul memiliki kemampuan mengatur laut selatan Jawa, maka ia telah jatuh ke dalam perbuatan syirik, meskipun secara lisan dan KTP-nya ia mengaku beragama Islam.

Demikian pula, jika seseorang meyakini bahwa dukun memiliki kemampuan mengatur jodoh, wali yang sudah mati di kuburan dapat memberikan rezeki, dewa-dewa dapat mengatur keberuntungan dan kesialan manusia, maka ia telah jatuh ke dalam perbuatan syirik.

Kedua, Kekhususan dalam Uluhiyyah Allah

Uluhiyyah adalah sifat khusus yang melekat pada Allah Ta’ala, yaitu bahwa Allah-lah satu-satunya Dzat yang berhak disembah dan diibadahi. Oleh karena itu, bentuk-bentuk peribadatan seperti sholat, puasa, berqurban, berdoa, dan sujud menyembah hanya boleh ditujukan kepada Allah Ta’ala semata.

Dengan demikian, jika ada seseorang menyembelih hewan, kemudian sembelihan itu ditujukan kepada pohon atau jin yang diyakini sebagai jin penunggu desa, maka ia telah jatuh ke dalam perbuatan syirik. Demikian pula, jika ada seseorang berdoa mengharapkan jodoh, kelancaran rezeki, atau kesehatan badan, tetapi ia berdoa kepada wali yang sudah mati di kuburan, maka ia telah jatuh ke dalam perbuatan syirik.

Ketiga, Kekhususan dalam Asma’ dan Sifat Allah Ta’ala

Allah Ta’ala memiliki asma’ (nama-nama) dan sifat yang khusus melekat pada Allah Ta’ala semata. Oleh karena itu, kita dilarang menyamakan asma’ dan sifat tersebut pada diri makhluk. Sebagai contoh, Allah memiliki nama dan sifat Al-’Aliim (Maha Mengetahui Segala Sesuatu). Maka, kita tidak boleh meyakini bahwa dukun mengetahui segala sesuatu.

Bahaya Syirik

Syirik merupakan materi yang harus kita bahas, karena syirik memiliki bahaya yang sangat besar. Kita mengenal bahaya tersebut, untuk kita hindari. Di antara bahaya tersebut adalah:

Pertama, Syirik Merupakan Dosa yang Terbesar

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Maukah aku beritahukan dosa besar yang paling besar? Para sahabat menjawab, “Tentu wahai rasulullah.”

Nabi melanjutkan, “Syirik kepada Allah, durhaka kepada orang tua, ….” (H.R. Bukhari Muslim)

Kedua, Allah Ta’ala Tidak Akan Mengampuni Dosa Syirik

Allah Ta’ala befirman (yang artinya),

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu. Barangsiapa berbuat syirik terhadap Allah, sungguh ia telah melakukan perbuatan dosa yang besar.” (Q.S. An-Nisaa’: 48)

Ketiga, Syirik Menghapuskan Seluruh Amal

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya),

“Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberikan petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Seandainya mereka berbuat syirik terhadap Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.” (Q.S. Al-An’am: 88).

Keempat, Pelaku Syirik Tidak Akan Masuk Surga dan Kekal di Dalam Neraka

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya),

“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata, ‘Sesungguhnya Allah adalah Al-Masih putra Maryam’, padahal Al-Masih sendiri berkata, ‘Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu!’ Sesungguhnya orang yang berbuat syirik terhadap Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka. Tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun.” (Q.S. Al Maidah: 72).

Kelima, Syirik Disebut sebagai Kedzaliman Terbesar

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya),

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya di waktu ia memberikan pelajaran kepadanya, ‘Hai anakku, janganlah kamu berbuat syirik terhadap Allah! Sesungguhnya syirik benar-benar merupakan kedzaliman yang besar’” (Q.S. Luqman: 13)

Islam Tak Cukup Hanya Pengakuan di Lisan dan Stempel di KTP

Setelah dibahas secara ringkas penjelasan mengenai syirik, kita perlu menyadari bahwa pengakuan diri sebagai seorang muslim, tidak cukup hanya ucapan di lisan dan pernyataan formalitas di KTP. Pernyataan diri sebagai seorang muslim, harus dibuktikan dengan keyakinan hati dan pelaksanaan amal yang nyata di anggota badan kita.

Jika kita telah meyakini bahwa Allah-lah satu-satunya sesembahan yang harus kita sembah, maka kita harus membuktikannya dengan mengingkari sesembahan-sesembahan yang lain berupa dewa-dewa, binatang, pohon keramat, ataupun berhala. Demikian pula, jika kita telah meyakini bahwa Allah-lah satu-satunya pencipta dan pengatur alam semesta, maka keyakinan kita tersebut tidak boleh kita campuri dengan keyakinan bahwa ada Dzat lain yang memiliki kemampuan memberikan rezeki, mengatur jodoh, mengatur takdir, dan mengatur umur manusia. Kita harus menetapkan bahwa Allah-lah satu-satunya yang memiliki kemampuan untuk itu.

Awas Syirik yang Tersembunyi!

Ada suatu perbuatan yang masuk kategori syirik, tetapi sering tidak disadari oleh banyak manusia. Perbuatan tersebut ialah Riya’. Riya’ adalah memperlihatkan atau memperdengarkan amal kepada manusia, agar memperoleh pujian mereka. Karena sering tidak disadari, riya’ disebut syirik yang tersembunyi. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih khawatir perbuatan riya’ ini terjadi pada umatnya, dibandingkan kekhawatiran beliau terhadap Al-Masih Ad-Dajjal.

Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya),

“Maukah aku beritahukan kepada kalian tentang sesuatu yang menurutku lebih aku khawatirkan menimpamu dibandingkan Al-Masih Ad-Dajjal?’

Para sahabat menjawab, ‘Baiklah ya rasulullah.’

Beliau pun melanjutkan, ‘Syirik tersembunyi, yaitu ketika seseorang berdiri melakukan shalat, dia perindah shalatnya itu karena mengetahui ada orang yang memerhatikannya.” (H.R. Ahmad, Hasan)

Penutup

Setelah kita mengetahui hakikat syirik, kita harus bersemangat untuk meninggalkan perbuatan tersebut dan memberikan peringatan kepada umat untuk tidak terjatuh ke dalamnya. Syirik tetap merupakan dosa besar yang tidak diampuni meskipun andai mayoritas masyarakat di sekitar kita melakukannya. Tidakkah kita ingat bahwa para nabi terdahulu, dimusuhi mayoritas masyarakat di sekitarnya hanya karena para nabi memberikan peringatan kepada mereka agar mentauhidkan Allah dan menjauhi syirik?

Semoga Allah Ta’ala memudahkan dan memberikan keistiqomahan kepada kita untuk senantiasa bertauhid kepada-Nya dengan semurni-murninya tauhid. Dan semoga Allah Ta’ala memberikan taufik kepada kita untuk dapat mengingkari dan menghindari perbuatan syirik. Allahumma Aamiin.

Penulis : Ginanjar Indrajati Bintoro (Alumni Ma’had Al ‘Ilmi Yogyakarta)

Murojaah : Ust. Afifi Abdul Wadud, BIS

artikel www.buletin.muslim.or.id

http://indonesiabertauhid.com/hakikat-dan-bahaya-syirik/
————————————————————————————–

ZIYADAH DUA: KOK KESYIRIKAN JADI LARANGAN TERBESAR DALAM ISLAM?

Pernah tahu atau pernah baca bahaya AIDS? ngeri banget dah. Maka dibuatlah publikasi dan sosialisasi besar-besaran tentang AIDS. Jadilah AIDS dikenal banyak oleh masyarakat. karena berbahaya juga buat masyarakat selain itu pelakunya yang rentan kena terkadang susah juga diberi tahu “ini lho faktor resikonya”.

Ini bukan nakut-nakuti lho, ternyata bahaya kesyirikan jauh-jauh lebih bahaya lagi dari bahaya AIDS. Kita sangat-sangat berharap, publikasi dan sosialisasinya besar-besaran dan masyarakat tahu tentang kesyirikan.  Mohon maaf, Karena terkadang pelakunya juga agak susah diberitahu. Semoga mereka mendapat hidayah dan kebaikan yang banyak

nih dia bahaya kesyirikan:

  1. Pelaku Kesyirikan diancam masuk neraka dan diharamkan masuk surga.[1] Bahkan bisa diancam kekal abadi dineraka lho…[2]
  1. Pelaku kesyirikan seluruh amalannya bisa terhapus tanpa tersisa sekali[3] Udah capek-capek beramal kebaikan, eh dihapus… bangkrut dah pas hari kiamat
  1. Pelaku kesyirikan tidak akan diampuni oleh Allah jika mati dan belum bertaubat dari kesyirikannya[4] Maksudnya, kalau dosa lainnya, ada kemungkinan diampuni walaupun mati belum bertaubat dari dosa itu, tentunya karena rahmat Allah
  1. Kesyirikan adalah kedzaliman yang paling dzalim dan dosa yang paling berdosa. Kalau misalnya Ibu kita dipukul di hadapan kita, tentu marah banget kan.. geram. Nah, ini Rabb kita lho, yang dilanggar haknya, semoga kita gak santai-santai aja atau malah masa bodoh dan pura-pura gak tahu?
  1. Kesyirikan itu hakikatnya merendahkan diri kepada makhluk plus pembodohan, padahal manusia itu mulia

Logikanya aja deh

-Masa’ ada sesajen makanan enak-enak buat ditaruh di laut, depan pohon “angker” dan dibiarkan membusuk, mendingkan di makan atau disumbangkan.

-Kepala Sapi dan kerbau yang enak banget dibuat gulai, eh digantung dijembatan atau ditanam dibawah bangunan supaya bangunannya awet dan permisi sama penunggu

-Udah jelas manusia makhluk mulia dan setan aslinya takut ama manusia, eh.. pas lewat pohon atau batu angker malah takut banget sambil bilang “permisi mbah”

-pernah denger gak ada hewan yang kotorannya direbutin buat “ngalap berkah”? coba tanya mbah google deh,  wah ini benar-benar “no comment”

Dan masih banyak lagi bahaya kesyirikan lainnya, kalau mau tahu ya belajar dan cari infromasi. Karena macamnya dan bentuk ada beberapa macam

Semoga kita dihindari bahaya keyirikan dan selalu bisa menjadi hamba Allah yang bertauhid

Penyusun:  Raehanul Bahraen

[1]  Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّهُ ُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ

“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun.” (QS. Al Maidah: 72).

[2] Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk” (QS. Al Bayyinah: 6).

[3] Allah Ta’ala berfirman,

وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al An’am: 88).

[4] Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An Nisa’: 48).

[5] Allah Ta’ala berfirman,

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”.” (QS. Lukman: 13).

وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا

“Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An Nisa’: 48).

http://indonesiabertauhid.com/kok-kesyirikan-jadi-larangan-terbesar-dalam-islam/

————————————————————————————–

ZIYADAH TIGA: AWAS, BAHAYA SYIRIK DI SEKITAR ANDA

 

Apa Itu Syirik?

Syirik kepada Allah adalah menjadikan sesuatu selain Allah sebagai tandingan bagi Allah dalam hal peribadahan, baik itu berdo’a kepadanya, meminta syafaat kepadanya, bertawakkal kepadanya, meminta pertolongan kepadanya, bernadzar untuknya, menyembelih dengan namanya, atau berkeyakinan bahwa dia dapat memberi manfaat dan menolak musibah.[1]

Ya, kesyirikan merupakan kejahatan yang paling besar kepada Allah. Hal ini disebabkan kesyirikan telah mengambil hak asasi Allah dan justru memberikannya kepada selain Allah. Hak Allah sendiri adalah hak untuk mendapatkan peribadahan dan tidak boleh diberikan kepada selain-Nya. Hal tersebut selaras dengan firman Allah Ta’ala yang artinya, ”Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah ( hanya ) kepada-Ku.” (Q.S Adz Dzariyat: 56) dan dalam firman-Nya yang lain yang artinya, ”Hanya kepadaMu lah kami beribadah dan hanya kepadaMu lah kami minta pertolongan.” (Q.S Al Fatihah: 5)

Berikut ini adalah beberapa bahaya kesyirikan. Dengan mengetahuinya, diharapkan kita bisa membenci dan menjauhi kesyirikan tersebut.

 

Kesyirikan merupakan kezhaliman terbesar

Hal ini ditunjukkan oleh firman Allah yang artinya, ”Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: ‘Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah)sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (QS Luqman: 13)

 

Kesyirikan merupakan dosa yang tidak diampuni oleh Allah

Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia akan mengampuni dosa selain syirik bagi siapa yang Dia kehendaki.” (Q.S An-Nisa’: 48). Dan dalam firman-Nya yang artinya, “Barangsiapa yang menyekutukan Allah, pasti Allah haramkan atasnya untuk masuk surga. Dan tempatnya adalah di neraka. Dan tidak ada bagi orang yang dhalim ini seorang penolongpun.” (Q.S Al-Ma’idah: 72).

Kedua ayat di atas menunjukkan bahwa Allah tidak akan mengampuni dosa kesyirikan yang dibawa mati. Allah tidak akan mengampuni dosa orang yang berbuat syirik (musyrik) sampai dia bertaubat kepada Allah. Jadi, kalau ada orang musyrik yang bertaubat (dengan sungguh-sungguh) dari kesyirikannya, maka dia akan diampuni oleh Allah. Sebagai contoh adalah sahabat Umar bin Khattabradiyallah anhu’ yang bertaubat dari gelapnya kesyirikan menuju kepada cahaya Islam. Bahkan dengan baiknya keislamannya, Allah pun meninggikan derajat beliau sebagai salah satu manusia pilihan yang beruntung menyertai dakwah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan termasuk dari manusia yang mendapat janji surga dari Allah Azza Wa Jalla.

 

Kesyirikan membuat pelakunya haram masuk surga dan kekal dalam neraka

Hal tersebut serasi dengan firman Allah Ta’ala yang artinya, “Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah adalah Al Masih putera Maryam”, padahal Al Masih (sendiri) berkata: “Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu” Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun.” (Q.S Al Maidah: 72)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Barangsiapa meninggal sedang ia berdo’a (memohon) kepada selain Allah sebagai tandingan (sekutu), niscaya ia masuk Neraka.”[2]

 

Kesyirikan menghapus seluruh amal kebaikan pelakunya

Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi–nabi) yang sebelummu: ‘Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.’” (Q.S Az Zumar: 65)

Ayat ini menerangkan bahwa para Nabi memiliki amal yang banyak saja telah diancam oleh Allah dengan dihapusnya seluruh amal mereka jika mereka berbuat syirik. Nah, lalu bagaimana lagi dengan diri kita yang amalannya masih sedikit dan malah berbuat syirik?

 

Kesyirikan membuat pelakunya kehilangan hak waris dan hak perwalian nikah

Pelaku kesyirikan kehilangan hak waris dari harta keluarganya yang muslim dan berlaku pula pada orang Islam yang kehilangan hak warisnya dari harta keluarganya yang kafir. Hal ini tercermin dari riwayat Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, ”Tidak boleh seorang muslim mewarisi orang kafir, dan tidak boleh orang kafir mewarisi orang muslim.”[3]

Adapun mengenai hak perwalian, maka orang musyrik tidak boleh menjadi wali nikah bagi anak perempuannya yang beragama islam.

 

Kesyirikan membuat pelakunya diharamkan memasuki kota Makkah

Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam firman-Nya yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Al Masjidil Haram sesudah tahun ini …” (Q.S At Taubah: 28)

 

Kesyirikan membuat hewan sembelihan orang musyrik menjadi haram dimakan

Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan. Sesungguhnya syaithan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu; dan jika kamu menuruti mereka, sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musyrik.” (Q.S Al-An’am: 121)

 

Kesyirikan membuat pelakunya haram dinikahi

Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Alloh mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Alloh menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.” (Q.S Al-Baqarah: 221)

 

Kesyirikan membuat pelakunya melakukan perbuatan yang tidak manfaat

Allah Ta’ala berfirman yang artinya, ”Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfa’atan, dan mereka berkata, ‘Mereka itu adalah pemberi syafa’at kepada kami di sisi Allah.’Katakanlah, ‘Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahuiNya baik di langit dan tidak (pula) di bumi.’ Mahasuci Allah dan Mahatinggi dari apa yang mereka persekutukan (itu).” (Q.S Yunus: 18)

 

Kesyirikan merupakan sumber dari segala ketakutan dan kecemasan

Allah Ta’ala berfirman yang artinya, ”Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut, disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu. Tempat kembali mereka ialah Neraka, dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang zhalim.” (Q.S Ali Imran: 151)

 

Kesyirikan merendahkan martabat manusia

Iya, kesyirikan telah merendahkan martabat manusia. Manusia yang seharusnya menghambakan diri kepada Zat yang Maha Agung, yaitu Allah Ta’ala, malah menghambakan diri kepada makhluk yang tidak sempurna. Orang musyrik telah berpindah dari penghambaan kepada Zat yang Maha Agung dan Sempurna kepada makhluk yang lemah dan banyak kekurangan. Hal tersebut senada dengan firman Allah Ta’ala yang artinya, ”Dan berhala-berhala yang mereka seru selain Allah, tidak dapat membuat sesuatu apapun, sedang berhala-berhala itu (sendiri) dibuat orang. (Berhala-berhala) itu benda mati, tidak hidup, dan berhala-berhala itu tidak mengetahui, bilakah penyembah-penyembahnya akan dibangkitkan.” (Q.S An-Nahl: 20-21).

 

Kesyirikan memecah-belah umat

Allah Ta’ala berfirman yang artinya, ”Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” (Q.S Ar-Ruum: 31-32)

 

Kesyirikan membuat pelakunya disiksa dan dihardik oleh malaikat

Allah Ta’ala berfirman yang artinya, ”Kalau kamu melihat ketika para malaikat mencabut nyawa orang-orang yang kafir, seraya memukul muka dan belakang mereka (dan berkata): “Rasakanlah olehmu siksa nereka yang membakar”, (tentulah kamu akan merasa ngeri). Demikian itu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, sesungguhnya Allah sekali kali tidak menganiaya hambaNya.” (QS. Al Anfal: 50-51)

 

Kesyirikan membuat pelakunya haram untuk dishalatkan jenazahnya dan diharamkan pula untuk dido’akan rahmat dan ampunan baginya

Allah Ta’ala berfirman yang artinya, ”Dan janganlah kamu (Muhammad) sekali-kali menshalatkan (jenazah) seorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburannya, sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan RasulNya, dan mereka mati dalam keadaan fasik.” (Q.S At Taubah : 84)

Demikianlah beberapa bahaya syirik yang patut diketahui. Semoga Allah menjauhkan kita semua dari perbuatan syirik dengan segala macamnya. [Rizki Mula Saputra]

artikel http://www.buletin.muslim.or.id

_____________

[1] Risalah Laailahaillallah, Asy Syaikh Muhammad Al Wushabi Al Abdali, hal 27.

[2] H.R. Bukhari

[3] H.R. Bukhari dan Muslim

http://indonesiabertauhid.com/awas-bahaya-syirik-di-sekitar-anda/

———————————————————————————————————————————————-

ZIYADAH EMPAT: TAUHID MENGAJARKAN AGAR MANUSIA MULIA, LEBIH TINGGI DERAJATNYA DARIPADA MAKHLUK YANG LAIN

#IndonesiaBertauhid

-Bro, begini, beberapa ajaran syirik itu, kadang gak sesuai dengan fitrah dan logika manusia dan membuat manusia menjadi lebih hina, padahal dalam AlQuran Allah telah memuliakan manusia dibanding makhluk lainnya

-Coba dipikir deh, masa’ ada hewan misalnya kerbau atau kambing yang dikeramatkan, yang Allah ciptakan untuk dimanfaatkan manusia sekarang dipelihara, diperlalukan istimewa, kalau gak nanti bisa kualat bahkan dimuliakan oleh manusia berlebihan

-Kalu gue sih, gue makan aja kerbaunya, lha memang diciptakan Allah untuk dimanfaatkan manusia, semua kerbau sama, yang bisa memberikan manfaat dan madharat hanya Allah, apalagi harga daging mahal bro.

-Begitu juga mau bangun jembatan dan bangunan, katanya sembelih kerbau, keyakinannya supaya bangunan kuat dan tanam kepala kerbau

-Kalu gue mah, yang logis-logis aja, kalau mau kuat ya diperbaiki arsitek dan bahan-bahannya, terus berdoa kepada Allah

-Trus lagi, katanya supaya gunung gak ngamuk mau meletus dan air laut pantai gak sering makan korban, katanya harus kasi sesembahan, ada buah-buah enak, makanan, daging yang di masak, pokoknya lezat-lezat bahkan ada uang juga bro, gak lupa ada acara ritual yang biayanya lumayan gedhe

-Kalu gue sih, itu semua gue makan atau kasi sumbangan warga sekitar, nah fenomena gunung meletus ya dicari sebabnya, begitu juga laut yang sering makan korban

-Begitu juga dengan ramalan, baca ramalan atau zodiak syirik, udah semangat mau keluar ama keluarga jalan-jalan, atau mau cari kerja, eh baca zodiak katanya ramalan hari ini lagi apes dan bangkrut, trus gak jadi keluar deh

-Kalu ane mah, keluar aja jalan-jalan, mumpung ada waktu bahagiain keluarga, yang logis aja, kecuali di luar ada angin puting beliung, ya jangan keluar 🙂

-Begitu juga kalau ada impian dan keinginan, misalnya mau masuk kuliah yang Favorit, si dukun yang syirik nyuruh harus cari ayam tiga warna dan sembelih di mana gitu sambil sebut nama-nama yang gak jelas gitu

Atau melakulan amalan ini dan amalan itu yang gak jelas dan gak ada hubungannya dengan tujuan tadi, misalnya supaya skipsi lancar dan diterima, kata dukunnya harus dibawa, dibacakan mantera dan dihanyutkan ke sungai apa gitu

-Yang logis aja bro, skripsi itu sering-sering konsul dan kejar terus dosennya, minimal lulus karena dosennya liat semangatmu

-Jadi bro ajaran TAUHID dan JANGAN SYIRIK jelas memuliakan manusia

Allah Ta’ala berfirman,

وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَم

َ“Dan sungguh kami telah memuliakan anak Adam.” (QS. Al Isra [17]: 70)

Penyusun: Raehanul Bahraen

http://indonesiabertauhid.com/tauhid-mengajarkan-agar-manusia-mulia-lebih-tinggi-derajatnya-daripada-makhluk-yang-lain/

———————————————————————————————————————————————–

ZIYADAH LIMA: MACAM-MACAM SYIRIK

Saudaraku, setelah di edisi kemarin kita dapat mengetahui hakikat kesyirikan maka kini kami ingin menjelaskan mengenai macam-macam syirik. Syirik tidak hanya menyembah berhala, menyembah selain-Nya namun riya’ juga merupakan syirik. Dengan demikian marilah saudariku kita simak penjelasan di bawah ini.

Pembagian syirik ada berbagai macam tergantung dikelompokkan pada kelompok yang mana.

Syirik yang Terkait dengan Kekhususan Allah Ta’ala

  1. Syirik di dalam Rububiyyah. Yaitu meyakini bahwa selain Allah mampu menciptakan, memberi rezeki, menghidupkan atau mematikan dan lainnya dari sifat-sifat rububiyyah.
  2.  Syirik di dalam Uluhiyyah.Yaitu meyakini bahwa selain Allah bisa memberikan madharat atau manfaat, memberikan syafaat tanpa izin Allah, dan lainnya yang termasuk sifat-sifat uluhiyyah.
  3. Syirik di dalam Asma’ wa Sifat. Yaitu seorang meyakini bahwa sebagian makhluk Allah memiliki sifat-sifat khusus yang Allah ta’alla miliki, seperti mengetahui perkara gaib, dan sifat-sifat lainnya yang merupakan kekhususan Rabb kita yang Maha Suci.

Syirik Menurut Kadarnya

  1. Syirik Akbar (besar).Yaitu syirik dalam keyakinan, dan hal ini mengeluarkan pelakunya dari agama islam.
  • Syirik dalam berdoa. Adalah merendahkan diri kepada selain Allah dengan tujuan untuk istighatsah dan isti’anah kepada selain-Nya.
  • Syirik dalam niat, kehendak dan maksud. Adalah manakala melakukan ibadah tersebut semata-mata ingin dilihat orang atau untuk kepentingan dunia semata.
  • Syirik dalam keta’atan. Yaitu menjadikan sesuatu sebagai pembuat syariat selain Allah Subhanahu wa Ta’ala atau menjadikan sesuatu sebagai sekutu bagi Allah dalam menjalankan syariat dan ridho atas hukum tersebut.
  • Syirik dalam kecintaan. Adalah mengambil makhluk sebagai tandingan bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Menyetarakan kecintaan makhluk dengan Allah.

2. Syirik Ashghar (kecil)

Yaitu riya’, hal ini tidak mengeluarkan pelakunya dari agama islam, akan tetapi pelakunya wajib untuk bertaubat. Akan tetapi bukan hanya riya’ saja yang termasuk syirik Ashgar. Riya’ termasuk Syirik Ashghar namun tidak semua Syirik Ashghar hanya berupa riya’.

  1. Syirik Khafi (tersembunyi) Yaitu seorang beramal dikarenakan keberadaan orang lain, hal ini pun termasuk riya’, dan hal ini tidak mengeluarkan pelakunya dari agama islam sebagaimana anda ketahui, namun pelakunya wajib bertaubat.

  1. Syirik Menurut Letak Terjadinya

  1. Syirik I’tiqodi.Syirik yang berupa keyakinan, misalnya meyakini bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah menciptakan kita dan memberi rizki pada kita namun di sisi lain juga percaya bahwa dukun bisa mengubah takdir yang digariskan kepada kita. Hal ini termasuk Syirik Akbar yang mengeluarkan pelakunya dari agama islam, kita berlindung kepada Allah dari hal ini.
  2. Syirik Amali. Yaitu setiap amalan fisik yang dinilai oleh syari’at islam sebagai sebuah kesyirikan, seperti menyembelih untuk selain Allah, dan bernazar untuk selain Allah dan lainnya.
  3. Syirik Lafzhi. Yaitu setiap lafazh yang dihukumi oleh syari’at islam sebagai sebuah kesyirikan, seperti bersumpah dengan selain nama Allah, seperti perkataan sebagian orang, “Tidak ada bagiku kecuali Allah dan engkau”, dan “Aku bertawakal kepadamu”, “Kalau bukan karena Allah dan si fulan maka akan begini dan begitu”, dan lafazh-lafazh lainnya yang mengandung unsur kesyirikan.

Dengan mengetahui beberapa kategori syirik diatas dapat membantu kita untuk menghindarinya agar tidak terjatuh dalam kesyirikan dalam bentuk apapun dan cara bagaimana pun. Semoga kita semua bisa terhindar dari syirik tersebut di manapun dan kapan pun jua. Wallohu a’lam bishowab.

Penyusun Ulang: Ummu Aufa

Muroja’ah: Ust. Abu Mushlih

Maraji’:

Penjelasan Al-Qaul Al-Mufid fii Adillati At-Tauhid (terj)

Artikel http://www.muslimah.or.id

http://indonesiabertauhid.com/macam-macam-syirik/

Kajian Tauhid

[MURAJAAH KAJIAN 1] Pentingnya Dakwah Tauhid Ke Keluarga Kita

🍥 SUMBER: KAJIAN WA BELAJAR TAUHID🍥

✏_1. Tentunya kita sangat sayang dan cinta kepada keluarga kita, orang tua tercinta, istri tersayang, anak-anak permata hati dan keluarga lainnya.

✏_2. Tentunya juga kita menginginkan yang terbaik bagi orang lain, lebih-lebih keluarga kita. Karena ini adalah salah satu  kesempurnaan iman.
Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda,

لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

“Tidaklah seseorang dari kalian sempurna imannya, sampai ia mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya” (HR. Bukhari)

✏_3. Cara paling baik menginginkan kebaikan kepada keluarga kita adalah dengan cara mengajaknya untuk beribadah kepada Allah, agar bisa masuk surga tertinggi dan berkumpul bersama melihat wajah Allah Ta’ala yang mulia serta terhindar dari neraka.

✏_4. Intinya adalah berdakwah kepada keluarga adalah yang paling utama dan paling diprioritaskan. Sebagaimana kita diperintahkan oleh Allah dalam Al-Quran,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ

“Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka, yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (QS. At-Tahrim : 6)

✏_5. Dari semua materi dakwah yang paling prioritas adalah dakwah tauhid yaitu dakwah agar beribadah kepada Allah semata , tidak menyekutukan-Nya dalam ibadah dan dalam hak-hak khusus Allah
Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam tatkala mengutus Mu’adz bin Jabal untuk berdakwah ke Yaman,

إِنَّكَ تَقْدَمُ عَلَى قَوْمٍ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَى أَنْ يُوَحِّدُوا اللَّهَ

“Sesungguhnya engkau akan mendatangi kaum dari ahli kitab. Maka jadikanlah dakwah engkau pertama kali pada mereka adalah supaya mereka mentauhidkan Allah Ta’ala.”  (HR. Bukhari dan Muslim)

✏_6. Sebagaimana tauhid adalah perintah terbesar dalam agama, maka kebalikannya yaitu syirik adalah larangan terbesar dalam agama. Maka kita juga perlu menjaga diri kita, keluarga dan kaum muslimin dari praktek kesyirikan.

✏_7. Karena dosa kesyirikan jika dibawa mati, yaitu belum bertobat sebelum meninggal maka dosanya tidak akan diampuni dan bisa masuk neraka
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang derajatnya di bawah kesyirikan itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An Nisa’: 48).

✏_8. Jika salah satu saja keluarga kita terjerumus dalam kesyirikan (semoga tidak ada, amin). Tentu kita tidak bisa berkumpul bersama di surga sekeluarga. Karena dosa kesyirikan bisa menyebabkan pelakunya kekal di neraka.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

إِنَّهُ ُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ

“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun.” (QS. Al Maidah: 72).

✏_9. Jadi, agar bisa berkumpul di surga bersama keluarga dan kaum muslimin, mari kita jaga diri kita, keluarga dan kaum muslimin dari kesyirikan dan kita saling menasehati agar senantiasa bertauhid. Karena tauhid adalah pelajaran seumur hidup dan terus diulang-ulang.

✏_10. Mari  kita lihat teladan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, beliau berusaha menjaga keluarganya dari praktek kesyirikan dan menjaga agar selalu bertauhid. Beliau berdakwah tauhid kepada bapaknya,

إِذْ قَالَ لِأَبِيهِ يَا أَبَتِ لِمَ تَعْبُدُ مَا لَا يَسْمَعُ وَلَا يُبْصِرُ وَلَا يُغْنِي عَنْكَ شَيْئًا

“Ingatlah ketika ia (Ibrahim) berkata kepada ayahnya; “Wahai Ayahku, mengapa engkau menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong engkau sedikitpun?”. (Maryam/19:42)

✏_11. Beliau juga berdakwah dan berdoa agar dirinya dan anak keturuan beliau dijauhkan dari kesyirikan

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ ءَامِنًا وَ اجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَن نَّعْبُدَ اْلأَصْنَامَ

“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata,”Ya Rabbku, jadikanlah negeri ini (Mekkah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.” (Ibrahim:35).

✏_12. Demikian juga orang-orang shalih pendahulu kita, mereka sangat berusaha menjaga tauhid keluarga mereka dan mencegah dari praktek kesyirikan. Luqman berpesan kepada anak-anaknya,

وَإِذْقَالَ لُقْمَانُ لابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَابُنَيَّ لاَتُشْرِكْ بِاللهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, pada waktu memberi pelajaran kepadanya,”Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar. ” (Luqman:13)

✏_13. Karenanya mari kita jaga diri kita, keluarga yang kita cintai serta kaum muslimin agar senantiasa bertauhid seumur hidup dengan keimanan yang tinggi dan terhindar sejauh-jauhnya dari dosa kesyirikan.

✏_14. Sekali lagi mari kita renungkan, dakwah tauhid di keluarga adalah dakwah prioritas utama jika kita memang sayang kepada keluarga kita. Jika memang orang tua kita masih sering ke dukun dan paranormal, adik masih sering lihat peramalan lewat zodiak perbintangan, kakak masih sering percaya dengan takhayul dan khurafat serta masih memberikan sesajenan. Maka kita usahakan semaksimal mungkin dakwah kepada mereka dengan cara yang lembut dan bijaksana.

✏_15. Semoga Allah menjaga diri kita, keluarga dan kaum muslimin agar senantiasa bertauhid dan dijauhkan dari kesyrikan dan semoga Indonesia menjadi negara bertauhid sehingga Allah melimpahkan keberkahan kepada negara kita, menjadi negara yang makmur, bahagia dan puncak kejayaan dalam naungan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

✏_16. Aamiin yaa mujibas saa-iliin (perkenankanlah, wahai Engkau yang mengabulkan doa)

✒ Tim Indonesia Bertauhid

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

ZIYADAH

🍥Pekan Pertama🍥

⬇⬇⬇⬇⬇⬇⬇⬇⬇⬇⬇⬇⬇⬇⬇⬇⬇⬇⬇⬇⬇⬇⬇⬇

Pembagian Tauhid Dalam Al Qur’an

Makna Tauhid

Tauhid secara bahasa merupakan
mashdar (kata benda dari kata kerja, ed) dari kata wahhada. Jika dikatakan wahhada syai’a artinya menjadikan sesuatu itu satu. Sedangkan menurut syariat berarti mengesakan Allah dalam sesuatu yang merupakan kekhususan bagi-Nya berupa rububiyah, uluhiyah , dan asma’ wa shifat ( Al-Qaulul Mufiiid Syarh Kitabi At-Tauhid I/7).

Kata tauhid sendiri merupakan kata yang terdapat dalam hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam , sebagaimana dalam hadits Mu’adz bin Jabal
radhiyallahu’anhu, “ Engkau akan mendatangi kaum ahli kitab, maka jadikanlah materi dakwah yang kamu sampaikan pertama kali adalah agar mereka mentauhidkan Allah ”. Demikan juga dalam perkataan sahabat Nabi, “ Rasulullah bertahlil dengan
tauhid ”. Dalam ucapan beliau
labbaika Allahumma labbaika, labbaika laa syariika laka labbaika, ucapan talbiyah yang diucapkan ketika memulai ibadah haji. Dengan demikian kata tauhid adalah kata syar’i dan terdapat dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (Syarh Al-‘Aqidah Ath-Thahawiyah li Syaikh Shalih Alu Syaikh 63).

Pembagian Tauhid dalam Al Qur’an

Pembagian yang populer di kalangan ulama adalah pembagian tauhid menjadi tiga yaitu tauhid rububiyah, uluhiyah , dan asma’ wa shifat .

Pembagian ini terkumpul dalam firman Allah dalam Al Qur’an:
ﺭَﺏُّ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﻭَﺍﺕِ ﻭَﺍﻟْﺄَﺭْﺽِ ﻭَﻣَﺎ ﺑَﻴْﻨَﻬُﻤَﺎ ﻓَﺎﻋْﺒُﺪْﻩُ ﻭَﺍﺻْﻄَﺒِﺮْ ﻟِﻌِﺒَﺎﺩَﺗِﻪِ ﻫَﻞْ ﺗَﻌْﻠَﻢُ ﻟَﻪُ ﺳَﻤِﻴّﺎً
“Rabb (yang menguasai) langit dan bumi dan segala sesuatu yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadah kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?” (Maryam: 65) .

Perhatikan ayat di atas:
(1). Dalam firman-Nya (ﺭَﺏُّ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﻭَﺍﺕِ ﻭَﺍﻟْﺄَﺭْﺽِ ) (Rabb (yang menguasai) langit dan bumi ) merupakan penetapan tauhid
rububiyah.
(2). Dalam firman-Nya (ﻓَﺎﻋْﺒُﺪْﻩُ ﻭَﺍﺻْﻄَﺒِﺮْ ﻟِﻌِﺒَﺎﺩَﺗِﻪِ ) (maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadah kepada-Nya ) merupakan penetapan tauhid uluhiyah .
(3). Dan dalam firman-Nya (ﻫَﻞْ ﺗَﻌْﻠَﻢُ ﻟَﻪُ ﺳَﻤِﻴّﺎً ) (Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia?) merupakan penetapan tauhid asma’ wa shifat.

Berikut penjelasan ringkas tentang tiga jenis tauhid tersebut:

1. Tauhid rububiyah . Maknanya adalah mengesakan Allah dalam hal penciptaan, kepemilikan, dan pengurusan. Di antara dalil yang menunjukkan hal ini adalah firman Allah:
ﺃَﻻَﻟَﻪُ ﺍﻟْﺨَﻠْﻖُ ﻭَﺍْﻷَﻣْﺮُ ﺗَﺒَﺎﺭَﻙَ ﺍﻟﻠﻪُ ﺭَﺏُّ ﺍﻟْﻌَﺎﻟَﻤِﻴﻦَ
“Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak Allah” (Al- A’raf: 54).

2. Tauhid uluhiyah atau tauhid ibadah . Disebut tauhid
uluhiyah karena penisbatanya kepada Allah dan disebut tauhid ibadah karena penisbatannya kepada makhluk (hamba). Adapun maksudnya ialah pengesaan Allah dalam ibadah, yakni bahwasanya hanya Allah satu-satunya yang berhak diibadahi. Allah
Ta’ala berfirman:
ﺫَﻟِﻚَ ﺑِﺄَﻥَّ ﺍﻟﻠﻪَ ﻫُﻮَ ﺍﻟْﺤَﻖُّ ﻭَﺃَﻥَّ ﻣَﺎﻳَﺪْﻋُﻮﻥَ ﻣِﻦ ﺩُﻭﻧِﻪِ ﺍﻟْﺒَﺎﻃِﻞُ
”Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang hak dan sesungguhnya yang mereka seru selain Allah adalah batil” (Luqman: 30).

3. Tauhid asma’ wa shifat. Maksudnya adalah pengesaan Allah ‘Azza wa Jalla dengan nama-nama dan sifat-sifat yang menjadi milik-Nya. Tauhid ini mencakup dua hal yaitu penetapan dan penafian. Artinya kita harus menetapkan seluruh nama dan sifat bagi Allah sebgaimana yang Dia tetapkan bagi diri-Nya dalam kitab-Nya atau sunnah nabi-Nya, dan tidak menjadikan sesuatu yang semisal dengan Allah dalam nama dan sifat-Nya. Dalam menetapkan sifat bagi Allah tidak boleh melakukan
ta’thil , tahrif, tamtsil , maupun
takyif.

Hal ini ditegaskan Allah dalam firman-Nya:
ﻟَﻴْﺲَ ﻛَﻤِﺜْﻠِﻪِ ﺷَﻲْﺀٌ ﻭَﻫُﻮَ ﺍﻟﺴَّﻤِﻴﻊُ ﺍﻟﺒَﺼِﻴﺮُ
”Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Asy-Syuura: 11) (Lihat Al-Qaulul Mufiiid I/7-10).

Sebagian ulama membagi tauhid menjadi dua saja yaitu tauhid dalam ma’rifat wal itsbat
(pengenalan dan penetapan) dan
tauhid fii thalab wal qasd (tauhid dalam tujuan ibadah). Jika dengan pembagian seperti ini maka tauhid rububiyah dan tauhid asma’ wa shifat termasuk golongan yang pertama sedangkan tauhid uluhiyah adalah golongan yang kedua (Lihat Fathul Majid 18).

Pembagian tauhid dengan pembagian seperti di atas merupakan hasil penelitian para ulama terhadap seluruh dalil-dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sehingga pembagian tersebut bukan termasuk bid’ah karena memiliki landasan dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Kaitan Antara Tauhid Rububiyah dan Uluhiyah

Antara tauhid rububiyah dan tauhid uluhiyah mempunyai hubungan yang tidak dapat dipisahkan. Tauhid rububiyah mengkonsekuensikan tauhid
uluhiyah . Maksudnya pengakuan seseorang terhadap tauhid
rububiyah mengharuskan pengakuannya terhadap tauhid
uluhiyah . Barangsiapa yang telah mengetahui bahwa Allah adalah Tuhannya yang menciptakannya dan mengatur segala urusannya, maka dia harus beribadah hanya kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya. Sedangkan tauhid uluhiyah terkandung di dalamnya tauhid rububiyah . Maksudnya, tauhid rububiyah termasuk bagian dari tauhid
uluhiyah . Barangsiapa yang beribadah kepada Allah semata dan tidak menyekutukan-Nya, pasti dia meyakini bahwa Allahlah Tuhannya dan penciptanya.

Hal ini sebagaimana perkatan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam:
ﻗَﺎﻝَ ﺃَﻓَﺮَﺀَﻳْﺘُﻢ ﻣَّﺎﻛُﻨﺘُﻢْ ﺗَﻌْﺒُﺪُﻭﻥَ {75} ﺃَﻧﺘُﻢْ ﻭَﺀَﺍﺑَﺂﺅُﻛُﻢُ ﺍْﻷَﻗْﺪَﻣُﻮﻥَ {76} ﻓَﺈِﻧَّﻬُﻢْ ﻋَﺪُﻭٌّ ﻟِّﻲ ﺇِﻻَّﺭَﺏَّ ﺍﻟْﻌَﺎﻟَﻤِﻴﻦَ {77} ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺧَﻠَﻘَﻨِﻲ ﻓَﻬُﻮَ ﻳَﻬْﺪِﻳﻦِ {78} ﻭَﺍﻟَّﺬِﻱ ﻫُﻮَ ﻳُﻄْﻌِﻤُﻨِﻲ ﻭَﻳَﺴْﻘِﻴﻦِ {79} ﻭَﺇِﺫَﺍﻣَﺮِﺿْﺖُ ﻓَﻬُﻮَ ﻳَﺸْﻔِﻴﻦِ {80} ﻭَﺍﻟَّﺬِﻱ ﻳُﻤِﻴﺘُﻨِﻲ ﺛُﻢَّ ﻳُﺤْﻴِﻴﻦِ {81} ﻭَﺍﻟَّﺬِﻱ ﺃَﻃْﻤَﻊُ ﺃَﻥ ﻳَﻐْﻔِﺮَ ﻟِﻲ ﺧَﻄِﻴﺌَﺘِﻲ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟﺪِّﻳﻦِ 82} }
“Ibrahim berkata: “Maka apakah kamu telah memperhatikan apa yang selalu kamu sembah (75), kamu dan nenek moyang kamu yang dahulu? (76), karena sesungguhnya apa yang kamu sembah itu adalah musuhku, kecuali Tuhan semesta alam (77), (yaitu Tuhan) Yang telah menciptakan aku, maka Dialah yang memberi petunjuk kepadaku (78), dan Tuhanku, Yang Dia memberi makan dan minum kepadaku (79), dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkanku (80), dan Yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali) (81), dan Yang amat aku inginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat (82)” (Asy- Syu’araa’: 75-82).

Tauhid rububiyah dan uluhiyah terkadang disebutkan bersamaan, maka ketika itu maknanya berbeda, karena pada asalnya ketika ada dua kalimat yang disebutkan secara bersamaan dengan kata sambung menunjukkan dua hal yang berbeda.

Hal ini sebagaimana dalam firman Allah:
ﻗُﻞْ ﺃَﻋُﻮﺫُ ﺑِﺮَﺏِّ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ {1} ﻣَﻠِﻚِ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ {2} ﺇِﻟَﻪِ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ 3} }
“Katakanlah;” Aku berlindung kepada Rabb (yang memelihara dan menguasai) manusia (1). Raja manusia (2). Sesembahan manusia (3)” (An-Naas: 1-3).

Makna Rabb dalam ayat ini adalah raja yang mengatur manusia, sedangkan makna
Ilaah adalah sesembahan satu-satunya yang berhak untuk disembah.

Terkadang tauhid uluhiyah atau
rububiyah disebut sendiri tanpa bergandengan. Maka ketika disebutkan salah satunya mencakup makna keduanya.

Contohnya pada ucapan malaikat maut kepada mayit di kubur:

“Siapa Rabbmu?”, yang maknanya adalah: “Siapakah penciptamu dan sesembahanmu?”

Hal ini juga sebagaimanan firman Allah:
ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺃُﺧْﺮِﺟُﻮﺍ ﻣِﻦ ﺩِﻳَﺎﺭِﻫِﻢ ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﺣَﻖٍّ ﺇِﻵَّ ﺃَﻥ ﻳَﻘُﻮﻟُﻮﺍ ﺭَﺑُّﻨَﺎ ﺍﻟﻠﻪُ
“(yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: ”Tuhan (Rabb) kami hanyalah Allah” (Al-Hajj: 40).

ﻗُﻞْ ﺃَﻏَﻴْﺮَ ﺍﻟﻠﻪِ ﺃَﺑْﻐِﻲ ﺭَﺑًّﺎ
“Katakanlah:”Apakah aku akan mencari Rabb selain Allah” (Al-An’am: 164).

ﺇِﻥَّ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻗَﺎﻟُﻮﺍ ﺭَﺑُّﻨَﺎ ﺍﻟﻠﻪُ ﺛُﻢَّ ﺍﺳْﺘَﻘَﺎﻣُﻮﺍ
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan “Rabb kami ialah Allah” kemudian mereka istiqamah” (Fushshilat: 30) .

Penyebutan rububiyah dalam ayat-ayat di atas mengandung makna uluhiyah ( Lihat Al Irsyad ilaa Shahihil I’tiqad 27-28).

Isi Al-Qur’an Semuanya Tentang Tauhid

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan bahwa isi Al-Qur’an semuanya adalah tentang tauhid.

Maksudnya karena isi Al-Qur’an menjelaskan hal-hal berikut:

1. Berita tentang Allah, nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, perbuatan-Nya, dan perkataan-Nya. Ini adalah termasuk tauhidul ‘ilmi al khabari (termasuk di dalamnya tauhid rububiyah danasma’ wa shifat ).

2. Seruan untuk untuk beribadah hanya kepada Allah semata dan tidak mempersekutukan-Nya. Ini adalah tauhidul iraadi at thalabi (tauhid uluhiyah ).

3. Berisi perintah dan larangan serta keharusan untuk taat dan menjauhi larangan. Hal-hal tersebut merupakan
huquuqut tauhid wa mukammilatuhu (hak-hak tauhid dan penyempurna tauhid).

4. Berita tentang kemuliaan orang yang bertauhid, tentang balasan kemuliaan di dunia dan balasan kemuliaan di akhirat. Ini termasuk jazaa’ut tauhid (balasan bagi ahli tauhid).

5. Berita tentang orang-orang musyrik, tentang balasan berupa siksa di dunia dan balasan azab di akhirat. Ini termasuk balasan bagi yang menyelisihi hukum tauhid.

Dengan demikian, Al-Qur’an seluruhnya berisi tentang tauhid, hak-haknya dan balasannya. Selain itu juga berisi tentang kebalikan dari tauhid yaitu syirik, tentang orang-orang musyrik, dan balasan bagi mereka (Lihat Fathul Majid 19).

Demikianlah sekelumit pembahasan tentang pembagian tauhid. Semoga Allah
Ta’ala senantiasa meneguhkan kita di atas jalan tauhid untuk mempelajarinya, mengamalkannya, dan mendakwahkannya.

***
Penyusun: dr. Adika Mianoki (Alumni Ma’had Al ‘Ilmi)
Artikel Muslimah.Or.Id

Lanjutkan membaca “[MURAJAAH KAJIAN 1] Pentingnya Dakwah Tauhid Ke Keluarga Kita”

Lectures of Life, Muslimah Session

Homeschooling : Pro dan Kontra

Source: http://www.doliferight.com | http://www.inflatablestudios.com

Sekarang semakin banyak orang tua (saya salah satunya, uhuk) yang lebih memilih homeschooling dibandingkan sekolah formal. Sepertinya metode ini semakin diterima di Indonesia.

‘Anak – anak homeschooling’ mulai terlihat (berkat sosmed) dapat bersaing dengan teman – teman mereka yang bersekolah formal dalam hal standarisasi pendidikan. Bahkan Universitas tidak lagi khawatir menerima anak – anak homeschooling karena mereka sudah terlatih untuk belajar mandiri sejak dini.

Artinya? Yup,  anak – anak ini bisa diandalkan untuk menghadapi tantangan.

Tetapi sebagaimana semua hal di dunia ini, homeschooling tentu memiliki pro dan kontra. Orang tua yang sangat peduli mengenai pendidikan anak, tentu akan menimbang dampak baik dan buruk homeschooling sebelum mengambil keputusan apakah akan menyekolahkan anak secara formal atau homeschooling.
Untuk itu mari kita lihat pro dan kontra penerapan homeschooling.

Pro Homeschooling
Dengan homeschooling, orang tua dapat menentukan beragam metode untuk mendidik anak mereka dan bisa tidak terlalu fokus pada bidang yang ‘mubazir’. Orang tua dapat mengintegrasikan pengetahuan yang akan diberikan sesuai dengan kemampuan, ketertarikan, dan kesiapan anak, termasuk mengintegrasikan nilai agama kedalamnya.

Sel in hal yang disebutkan tadi, berikut beberapa alasan lain yang menjadi alasan sebagian orang (termasuk kami) yang pro homeschooling :

Kebebasan mengajarkan ilmu agama – Banyak orang tua merasa bahwa dengan homeschooling memberikan mereka kesempatan untuk menggabungkan dan memberi pemahaman nilai – nilai agama dengan ilmu pengetahuan yang diajarkan sehari – hari.

Mendekatkan hubungan keluarga – Banyak keluarga homeschooling mengatakan bahwa homeschooling memiliki peran penting dalam mendekatkan hubungan keluarga. Waktu belajar bersama dapat membantu mendekatkan hubungan dalam keluarga.

Kondisi emosi yang stabil – Anak – anak homeschooling tidak perlu khawatir mereka akan ‘dibully’, mendapatkan tekanan akibat kompetisi di sekolah, sehingga mereka tidak harus tertekan baik fisik maupun mental menghadapi itu semua. Orang tua yang anaknya menjadi korban ‘bullying’ memilih homeschooling untuk melindungi anaknya dari dampak buruk.

Jadwal yang ramah anak – Salah satu hal yang menyenangkan dari homeschooling adalah anak dan orang tua dapat menyusun jadwal belajar sendiri sesuai kebutuhan. Anak tidak lagi stres dengan jadwal sekolah yang rutin dan ketat. Selain itu juga tidak ada pekerjaan rumah yang memberatkan anak.

Waktu istirahat yang cukup bagi anak – Dengan jadwal yang fleksibel maka anak dapat memiliki waktu istirahat yang cukup. Waktu tidur dan istirahat merupakan kebutuhan vital bagi anak yang dapat mempengaruhi fisik dan mental anak, khususnya anak – anak menjelang remaja dan remaja.

Kontra homeschooling

Banyaknya waktu yang dibutuhkan – Orang tua yang memilih homeschooling menghabiskan waktu lebih banyak untuk merencanakan, mengarahkan anak mereka dalam beraktivitas, serta turut berpartisipasi dalam kegiatan mereka. Idealnya ibu harus berada di rumah untuk secara penuh bertanggung jawab dalam pendidikan anak sementara ayah bekerja. Namun, bukan tidak mungkin jika keduanya bekerja. Hal ini akan menjadi tantangan bagi orang tua dalam membagi waktu untuk bekerja dan mendidik anak (saya salah satunya)

Keterbatasan keuangan Untuk melaksanakan homeschooling, salah satu orang tua harus mengorbankan pekerjaan penuh waktu mereka dan ini dapat menyebabkan masalah keuangan bagi sebagian keluarga. Tetapi bagaimanapun, kebanyakan orang tua mengatakan bahwa hal itu setimpal demi melihat anak mereka tumbuh dengan baik. Selain itu pada zaman sekarang sudah banyak pekerjaan non full time atu remote yang dapat memberikan penghasilan tambahan.

Kritikan dari orang lain – Ketika homeschooling semakin berkembang, tetap saja masih banyak orang yang memandang negatif homeschooling dan ini adalah hal biasa. Bahkan pandangan negatif ini berasal dari teman – teman dan keluarga dekat. Jika anda memilih homeschooling maka anda harus siap dengan kritikan dan pandangan negatif orang lain.

Setelah melihat pro dan kontra penerapan homeschooling, orang tua tentu lebih mudah mengambil keputusan apakah akan tetap bersekolah formal atau memilih homeschooling. Yang menjadi tujuan tentunya agar tercapai tujuan pendidikan dan demi tumbuh kembang anak yang baik. Selamat memilih Ayah dan Ibu.

Sumber (diadaptasi dari): http://www.publicschools.org/homeschooling-pros-cons/
http://school.familyeducation.com/home-schooling/parenting/29861.html

Lectures of Life, My Reflection, My Thoughts, Parenting

Sebelum Memulai Homeschooling

Ilmu sebelum amal. Yak, dalam memulai sekolah rumah pun sama. Jangan mentang-mentang homeschooling atau flexi-schooling terus kita tinggal liat kurikulum, beli buku, terus belajar sendiri atau sewa guru. Udah. Hayyaaaah, itu mah sama aja kayak pindah sekolah tapi fisiknya doang.

Sebelum mulai, sebaiknya memang kita konsultasi dulu dengan yang sudah memulai. Mereka yang sudah merasakan pahit getir homeschooling. #Cieeee *kibas jilbab*

Homeschooling is such a solution, kalau kata saya mah. Kita bisa fokus dengan ngaji, hobi, dan apapun. Plus, belajar pun lebih dalam lagi by the help of the world wide web sama guru atau narasumber yang bisa kita pilih sendiri. Kalau sekolah? Hyaaaaa… mana bisaaaaaa! Yang ada kita telan aja tuh segala kualitas guru, konten, sistem, pengajaran, manajemen, yang bisa jadi di bawah standar harapan kita.

Terus, karena tidak dipahamkan pelajaran, setelah sekolah full day, anak disiksa lagi dengan bimbel? Kali ikut kursus, wajar lah ya… Tapi, BIMBEL??? Hmm, terus, fungsi guru, sistem sekolah, dan prosedur sekolah untuk mencerdaskan dimana yaaa? Well, it’s illogical, isn’t it? *gagal paham*

image

Ah sudahlah… gak selesai-selesai ngomongin sekolah mah. Now, for a start , saya rangkumkan nih blog dan situs yang dibuat emak bapak para homeschooler, komunitas sekolah rumah, atau malah muridnya sendiri. Here we go, para mastah dan guru yang sudah berkecimpung lebih dulu (dan kemungkinan lebih tua dari saya, yes!) di dunia keren inih. Happy blogwalking. 🙂

1. Kumpulan blog ibu-ibu homeschooler muslim dari Pinterest
2. Middle Way Mom: Islam, Homeschooling, Parenting
3. TJ Homeschooling: Islamic Studies
4. Rahmah Muslim Homeschool
5. Islamic Studies on Pinterest
6. Happy Muslim Mama
7. Homeschool for Muslims
8. Iman Homeschool
9. A Muslim Homeschool
10. A Muslim Homeschool Journey
11. The Wired Homeschool
12. Eva Varga
13. Homeschool Scientists
14. Tea Cups in the Garden
15. This Reading Mama
16. The Home Scholar
17. Education Possible
18. Tyna’s Dynamic Homeschool Plus
19. Harrington Harmonies
20. Unschool Rules
21. Confession of a Homeschooler
22. Raising Lifelong Learners
23. Homeschool Creations
24. Living Montessori Now
25. Our Journey Westward
26. Blogs, She Wrote
27. Rumah Inspirasi
28. Blessed Learners
29. Komunitas2 Homeschooling Lainnya
30. Homeschooling Jakarta

Fiuuh… Masya Allah… Banyak ya? Padahal itu belum semua loooh… Harus semangat nih ngelmunya .

Bismillah.

Lectures of Life, Mierza's Own, Parenting

8 METODE PENDIDIKAN ANAK DALAM ISLAM

Alhamdulillah, akhirnya bisa keluar lagi untuk mengaji setelah melahirkan. Kajian dengan tema “Ibuku, Idolaku” yang disampaikan oleh Ummu Ihsan Choiriyah pada tanggal 27 Maret 2015 ini dimulai pada pukul 08.30. Ehem… dan kami pun datang jam 09.00 – terlambat 30 menit. Maklumlah adaptasi penambahan anggota baru yang mulai ikut kajian pertamanya di usianya yang 19 hari (cari alesan).

cutcastervector100823079number81Nah, dari paparan ummu Ihsan, saya mendapatkan sejata yang, subhanallah, sangat berguna dalam mendidik anak. Langsung aja ya… Berikut adalah ‘senjata’ yang saya maksud, yaitu 8 METODE PENDIDIKAN ANAK DALAM ISLAM:

  1. METODE KETELADANAN – Yang ini mah sudah jelas. Kalau dalam bahasa Inggris kita tahu peribahasa “Action speaks loder than words”, bukankah Rasulullah adalah suri tauladan yang terbaik seperti yang disebutkan dalam surat Al-Ahzab ayat 21: “Sungguh telah ada bagi kalian pada diri Rasulullah suri teladan yang baik bagi orang yang berharap kepada Allah, hari akhir dan bagi orang yang banyak mengingat Allah.” Akhlak dan perilaku beliau layak dijadikan contoh sehingga banyak yang jatuh cinta dengan Islam. Begitu pun ketika kita mengemban amanah sebagai ibu. Keteladanan yang baik sebagai sarana terpenting pendidikan. Karenanya, pastikan sesuai antara perkataan dan perbuatan.
  2. METODE BIMBINGAN DAN NASIHAT – Seperti yang dinasehatkan Lukman kepada anaknya. Berikanlah nasihat dengan kasih sayang. Namanya juga bocah, ya terkadang memang mereka melakukan kesalahan yang sama. Nah, disitulah kesempatan kita untuk mengulang-ulangi nasihat. Tapi, hati-hati, cari waktu bicara yang tepat, karena terlalu sering memberikan nasihat juga bisa membuat anak menjadi jenuh. Selain itu, jangan menasihati ketika kita sedang marah. Gunakan kata-kata yang sesuai serta berbicaralah kepada manusia sesuai dengan waktunya.
  1. METODE KISAH DAN CERITA – Jangankan anak-anak, ibu-ibu aja suka banget dengan metode ini. Kenapa? Karena metode ini dapat memindahkan khayalan dari kisah yang nyata. Dan dibandingkan dengan kisah-kisah dongeng yang entah pemerannya ada atau hanya di bayangan si penutur, kisah-kisah sahabat, thabi’in, atau kisah para nabi akan lebih inspirational karena itu benar-benar terjadi. Nah, pastikan ketika bercerita, sesuaikan dengan umurnya agar bisa dihubungkan dengan kondisi anak, plus berikan apresiasi jika mereka sudah melaksanakan sikap yang diceritakan.
  2. MENGAMBIL PELAJARAN DARI BERBAGAI PERISTIWA DAN KEJADIAN – Peristiwa sehari-hari akan memberikan pengaruh sikap terhadap kehidupannya. Dengan menggunakan peristiwa yang sudah mereka alami, orang tua harus jeli memilih cara menjadikannya sarana bimbingan, pengajaran, dan memperbaiki kesalahan.
  3. METODE PEMBIASAAN – Biasakan anak melakukan kebaikan. Sebab, dengan pembiasaan maka urusan yang banyak akan menjadi mudah, baik urusan agama maupun dunia. Contohnya yang gampang: bangun pagi buat shalat subuh dan membereskan mainan. 😀
  4. PANDAI MEMANFAATKAN WAKTU LUANG – Ingat hadits ini? Dari Ibnu Abbas, dia berkata: Nabi n bersabda: “Dua kenikmatan, kebanyakan manusia tertipu pada keduanya, (yaitu) kesehatan dan waktu luang”. [HR Bukhari, no. 5933]. Duh, kita tidak ingin kan anak kita tumbuh sebagai manusia yang tidak bisa memanfaatkan nikmat ini. Bisa rugi dunia dan akhirat nanti…. Makanya, setiap anak sedang memiliki waktu luang, manfaatkan dengan baik. Gali potensinya (yang syar’i dan positif lho, ya) kemudian didukung.
  1. BERIKAN MOTIVASI & APRESIASI BERUPA FASILITAS/ HADIAH – Asal disesuaikan waktunya dan frekuensinya, metode ini akan mengajarkan anak untuk berusaha, insyaAllah.
  2. METODE HUKUMAN YANG SYARI – Kalau di Islam, metode hukuman itu ada, lho… Kalau jaman sekarang disebut dengan konsekuensi (padahal mah sama.. lha wong sebelum ‘dihukum’, dikasih tau ‘konsekuensi’nya di Qur’an/ hadits kok -___-). Oke, fokus! Ehem.. cara menghukum itu tidak dengan fisik lho yaaa… apalagi di wajah. Bisa contohnya dengan mendiamkan, memberi hukuman yang mendidik dan sesuai dengan perbuatan yang mereka lakukan. Tapi ingat, metode ini diambil setelah kita mencoba ketujuh metode di atas semaksimal mungkin. Seperti hadits dari Rasulullah, “Perintakanlah anak-anak kalian untuk sholat ketika berumur 7 tahun, dan pukullah apabila mereka tidak mau sholat ketika berumur 10 tahun., dan pisahkan tempat-tempat tidur mereka.” [HR. Abu Daud dan At-Tirmidzi dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu’anhuma, Shahih Abi Daud: 509] Lha kan ada 3 TAHUN (dari usia 7 hingga 10 tahun) untuk mendidik sebelum orang tua diperbolehkan ‘memukul’. 3 tahun itu bukan waktu yang sebentar lho untuk mendisiplinkan anak.

Kemudian, sebelum daurah ditutup, Ummu Ihsan melontarkan pertanyaan “Berapa seharusnya kesetimbangan hadiah dan hukuman dalam Islam?”

Now, here’s the answer

Dari Ibnu ‘Abbâs Radhiyallahu anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang hadits yang beliau riwayatkan dari Rabb-nya Azza wa Jalla . Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allâh menulis kebaikan-kebaikan dan kesalahan-kesalahan kemudian menjelaskannya. Barangsiapa berniat melakukan kebaikan namun dia tidak (jadi) melakukannya, Allâh tetap menuliskanya sebagai satu kebaikan sempurna di sisi-Nya. Jika ia berniat berbuat kebaikan kemudian mengerjakannya, maka Allâh menulisnya di sisi-Nya sebagai sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat sampai kelipatan yang banyak. Barangsiapa berniat berbuat buruk namun dia tidak jadi melakukannya, maka Allâh menulisnya di sisi-Nya sebagai satu kebaikan yang sempurna. Dan barangsiapa berniat berbuat kesalahan kemudian mengerjakannya, maka Allâh menuliskannya sebagai satu kesalahan.” [HR. al-Bukhâri dan Muslim dalam kitab Shahiih mereka]

Tuh kaan…. jadi jangan seperti pemadam kebakaran, jika anak berbuat salah baru kita heboh, tapi ketika anak berbuat baik kita diam saja. Hadits tersebut seharusnya membuat orang tua agar selalu ingat untuk memberi apresiasi positif yang lebih besar dari hukuman. Karena hadiah terbaik itu bukan barang, tapi sikap dan apresiasi.

Nah, di sesi pertanyaan, ada satu pertanyaan yang menarik yang membuat saya ingin mencatatnya. Salah satu ibu bertanya tentang kondisi anaknya yang sangat aktif. Hampir semua sekolah Islam kewalahan dan tidak sanggup ‘mendidik’ anaknya dan akhirnya satu sekolah Islam inklusif yang sesuai bujet yang menerima. Tapi dia kuatir karena ‘konten agamanya’ tidak terlalu banyak.

Jawabannya Ummu Ihsan, masyaAllah, sungguh indah… Beliau berujar bahwa orang tua harus terus memberikan yang terbaik. Berarti kondisi tersebut sudah yang terbaik bagi si anak. Kita harus ingat bahwa hidayah itu di tangan Allah. Jangan merasa mentang-mentang kita sudah memilih sekolah yang tepat, anaknya pasti akan sesuai dengan cetakan yang kita mau. Ingatlah Nabi Nuh alaihi salam, putranya tidak memeluk Islam hingga akhir hayatnya dan istrinya pun membangkang. Padahal Ia adalah seorang rasul! Jadi ingat! Kita tidak bisa terlalu menyandarkan kepada usaha kita. Segala usaha harus selalu diiringi doa yang tulus kepada Allah.

Usai daurah, saya merasa banyak peer yang harus saya kejar nih dalam mendidik anak-anak. Banyak ilmu yang tidak saya tahu ternyata… Bismillah… Maka dari itu..saya harus meniatkan diri untuk terus belajar dan mendatangi majelis ilmu. Karena dengan ilmu yang bisa diamalkan membuat kita bisa lebih baik dari sebelumnya, insya Allah.  🙂

– Catatan Mierza Miranti – http://www.klastulistiwa.com

Lectures of Life, My Reflection, Teacher's Professional Development

Teachnology

This post is to share a professional development session I did in a workshop for the teachers of  Al Taqwa College, Indonesia. It is actually an introduction of how to use technology in the classroom, not merely to help as teaching tools. Following is the slide I used in the training. Feel free to use it.

As seen on the slides, there are some of my favorite techie tools such as hot potatoes and freemind. Yet, the links are unclickable. Well, if you require to have the links or files, you may leave your email on the comment section and inshaAllaah I would send it to you.

Lectures of Life, My Reflection, Teacher's Professional Development

Integrate Poverty Topic in ELT to Promote Character

Mierza's ICCE Pic 2011Well, this is my first presentation in international conference which is not language-related. I was interested with the ‘character improvement’ of my students, so I tried integrating poverty issues in my ELT (English Language Teaching). I was astonished since the lessons even taught me that I knew nothing about poverty. I learnt a lot from my students who have been living around and struggling to get out of it.

So, I tried to share to the world what we had done in the classroom and as a school system since at the moment the school also integrated the pillars of character. Surprisingly, most of the audience had no clue that the characters of the students would be best cultivated if it is part of the school system – more than just daily interventions.

Alhamdulillaah, I was fully supported by the school to present my paper there. Here are the slides and papers that I presented at the International Conference of Character Education held in University of Yogyakarta.

Lectures of Life, Muslimah Session

Jadi Muslimah Berahlak Baik itu COOL!

Bismillaah…

Berikut ini slide yang pernah dibuat untuk dipresentasikan pada Muslimah Session atau sesi kajian muslimah di sebuah sekolah menengah umum. Semoga bermanfaat.