Silakan klik di sini untuk mendapatkan dokumennya.
Mohon mengingat untuk menyaring isi sumber bacaan sesuai visi dan misi keluarga, ya.
Silakan klik di sini untuk mendapatkan dokumennya.
Mohon mengingat untuk menyaring isi sumber bacaan sesuai visi dan misi keluarga, ya.
Siap bersekolah atau menjadi pembelajar usia pendidikan dasar bukan sekedar bisa calistung, namun kita perlu mempertimbangkan kematangan dan kesiapan masuk sekolah atau adab pembelajar.
Kematangan biologis perlu dicapai sebelum anak masuk sekolah, termasuk kematangan otak untuk memahami konsep membaca, menulis, menghitung, dan memahami sudut pandang orang lain.
Kesiapan yang matang akan meminimalisasi masalah/hambatan yang muncul di kemudian hari.
Banyak masalah yang akan dihadapi anak yang tidak matang, seperti motorik halus yang tidak siap, mudah putus asa, daya tahan rendah, daya konsentrasi lemah, tiba-tiba mogok sekolah, sulit menyesuaikan diri, dan lemah dalam kemandirian.
Kesiapan apa saja yang harus dimatangkan sebelum anak masuk sekolah dasar?
1.Kematangan Fisik (Motorik kasar dan motorik halus)
Mampu mengontrol otot-ototnya sehingga dapat menulis, menggambar, mengerjakan keterampilan tangan seperti menempel, menggunting, menguntai, dsb. Ia pun mampu duduk diam dan tertib dalam waktu yang cukup lama.
2.Kematangan Kognitif
Mampu memahami penjelasan guru, dapat menjawab pertanyaan guru dengan kata-kata yang dapat dimengerti.
3. Kematangan Emosi
Tidak ketergantungana dengan keberadaan ibu, bersedia menerima otoritas lain (seperti ibu/bapak guru), mampu mematuhi aturan sekolah, adaptif dengan suasana sekolah, dapat mengendalikan emosinya, mampu mengatasi masalah-masalah dalam pergaulan, misalnya, kesedihan saat diejek teman/ tidak mudah menangis, serta siap menghadapi karakter orang dewasa (guru) yang berbeda- beda
4. Kematangan Sosial
Mandiri, mampu memilih kegiatan yang ingin dilakukannya, tidak ragu-ragu/takut dalam menentukan kegiatan,
memiliki kesadaran akan tugas yang dihadapinya, mampu menyelesaikan tugas yang dipilihnya, mampu memenuhi kebutuhan pribadinya (contoh tahu kapan harus minum, mau dan mampu membasuh diri setelah buang air kecil, mampu mandi sendiri, dan mampu mengambil makannya sendiri, tahu kapan ia mesti berganti baju).
Tugas dan Kegiatan Persiapan Kesiapan Sekolah
ASPEK | STIMULASI |
INTERAKSI SOSIAL | Waktu bermain: Ciptakan kesempatan bagi anak untuk berinteraksi dengan anak lain pada usia yang sama melalui waktu bermain dan kelompok bermain (komunitas). Game Board (Papan Permainan) : Mainkan permainan papan dengan anak untuk mengajarkan cara mengambil giliran, berbagi, menunggu dan kemampuan untuk mengatasi ketika seseorang tidak menang. Kelompok kecil: Dorong kelompok kecil anak-anak untuk bermain bersama. Visual: Gunakan visualisasi untuk membantu anak-anak memahami tentang giliran. Salam: Dorong anak-anak mengatakan salam dan menanggapi pertanyaan |
BERMAIN | Gaya bermain: Berikan kesempatan kepada anak untuk mengeksplorasi gaya permainan yang berbeda (misalnya permainan imajinatif, permainan konstruktif, permainan simbolik). Permainan peran: Luangkan 20-30 menit setiap hari untuk berinteraksi dan bermain dengan anak lain. Dalam kesempatan ini, modelkan bahasa yang akan cocok digunakan dalam situasi kehidupan nyata tertentu (misalnya jika bermain dengan dapur mainan, bicarakan tentang apa yang kita lakukan saat menyiapkan makanan). Stasiun bermain: Siapkan stasiun bermain yang mengajarkan gaya permainan yang berbeda . Misalnya: Main pembangunan seperti balok, kereta api, jigsaw puzzle, pasir, plastisin Permainan imajinatif: masak-masakan, kostum, main peran |
BAHASA | Buku: Bacakan kepada anak setiap hari untuk memaparkan mereka pada konsep bahasa yang berbeda. Kosa kata: Saat membaca buku, mintalah anak untuk menunjuk / menyebutkan gambar yang berbeda untuk memperluas kosa kata mereka. Jalan-jalan: Saat pergi jalan-jalan, tunjuk barang-barang dan sebut namanya. Kegiatan sehari-hari: Saat melakukan kegiatan sehari-hari, seperti menyiapkan mandi, mengatur meja, menyiapkan makan malam, atau memilih model pakaian, bahasa yang dapat digunakan / dipahami anak dalam situasi ini (misalnya sebelum mandi, kita doa masuk kamar mandi, menyalakan keran, siapkan sabun, buka pakaian) Mengikuti instruksi: Selama aktivitas sehari-hari, dorong anak untuk mengikuti instruksi 2-3 langkah (misalnya ambil topimu dan masuk ke mobil). Cuaca: Bicarakan tentang cuaca. Menghitung: Dorong anak untuk menghitung hal-hal yang digunakan/ dilihat, dibicarakan, dst Mengobrol saat makan bersama: Di meja makan, bicarakan secara bergiliran tentang apa yang telah dilakukan sepanjang hari. Warna & bentuk: Berbicara tentang warna dan bentuk yang berbeda. Konsep: Bicarakan tentang berbagai konsep seperti besar / kecil; di / dalam / di bawah; di depan / belakang / di samping; panjang / pendek; pendek / tinggi. Buku konsep: Bacalah buku-buku yang berbicara tentang berbagai konsep (mis. Di mana domba hijau? Binatang apa yang memakan daun?). Beri contoh: Ketika anak menggunakan tata bahasa atau struktur kalimat yang tidak akurat, berikan contoh kembali kepada mereka cara yang benar untuk mengatakannya (misalnya anak berkata: “Itu jatuh!” Orang tua: “Oh, gelasnya jatuh qadarullah.”). Waktu cerita: Cari waktu membacakan cerita dan ajukan pertanyaan tentang cerita tersebut. Murottal: setel murottal, bacakan surat-surat pendek ‘Scavenger hunt (berburu): Lakukan perburuan untuk mengikuti instruksi, perluas kosakata, dan bekerja sebagai tim. Halang rintang: Lakukan kegiatan halang rintang untuk mengajarkan konsep yang berbeda. Jadwal visual: Gunakan jadwal visual untuk menguraikan ekspektasi / aktivitas hari itu. Jurnal: Beri kesempatan kepada anak untuk membuat jurnal dengan menggambar lalu menyampaikan kepada orang tua apa yang telah mereka lakukan seharian. Konsep: Ajarkan konsep warna dengan memberi label pada kelompok aktivitas berbeda dengan warna berbeda. Kalender: Setiap hari bicarakan tentang hari dalam seminggu, bulan dalam setahun, cuaca, hari apa kemarin dan hari apa besok. Kliping: Buatlah ‘buku’ yang terdiri dari lembaran kertas yang disatukan dengan stapler untuk menyortir gambar ke dalam kategori yang berbeda seperti hewan, makanan, transportasi, pakaian |
PERKEMBANGAN EMOSIONAL | Perasaan: Bicarakan tentang perasaan dengan anak. Identifikasi emosi: verbalkan ketika kita melihat emosi tertentu pada anak yang berbeda, misalkan “Kamu sedang marah ya?” Ekspresi Wajah: Komentari ekspresi wajah saat membaca buku dan bicarakan tentang perasaan orang tersebut dan mengapa. Jelaskan Emosi: Bicarakan tentang cara untuk mengekspresikan emosi yang berbeda (misalnya ibu tertawa karena ibu bahagia; dia menangis karena sedih). Kuasai beberapa hadits dan ayat sederhana untuk mengingatkan adab, “Dik, jangan marah agar dapat surga.” Atau “Dik, rendahkan suara biar tidak seperti keledai” Peran Mainkan emosi yang berbeda. Jelaskan emosi: Ketika seorang anak merasakan hal tertentu, bicarakan dengan mereka tentang emosi mereka (misalnya jika seorang anak menangis model kepada mereka: “Kamu sedih karena kamu melukai lututmu” ATAU “Kamu menangis karena kamu sedih”) . Buku: Diskusikan emosi karakter dalam buku. |
LITERASI | Bacakan buku untuk anak setiap hari. Tunjuklah kata-kata dalam buku tersebut saat membacanya. Tunjuklah gambar-gambar dalam buku tersebut saat membaca ceritanya. Waktu membalik halaman halaman: himbaulah anak untuk membalik halaman-halaman buku, tetapi hanya setelah mereka selesai memperhatikan detail pada halaman. Contohkan untuk anak membaca buku dari depan ke belakang. Seleksi mandiri: Dorong anak untuk memilih buku untuk dibaca pada waktu cerita. Alfabet: Bermainlah dengan huruf-huruf Buku berima : Bacalah buku yang memiliki kata-kata berima Game: Mainkan game seperti “I spy” untuk membantu anak-anak berpikir tentang hal-hal yang dimulai dengan suara tertentu (misalnya, “Saya melihat dengan mata kecil saya sesuatu yang dimulai dengan t”). Waktu cerita: Miliki waktu cerita setiap hari. |
MOTOR BAGUS | Memotong dan menempel: Gunakan karton (lebih mudah dipegang) untuk memotong bentuk geometris dan membuat gambar. Menggambar: Sediakan model untuk menyalin atau menggambar satu bentuk pada satu waktu untuk disalin oleh anak. Mewarnai: Warnai bentuk-bentuk kecil untuk mendorong kontrol pensil dan meningkatkan daya tahan untuk keterampilan pensil. Maze/ Labirin: cari lembar kerja labirin yang menyenangkan untuk melatih keterampilan menggunakan pensil serta mengembangkan persepsi visual. Kerajinan: Dorong untuk memotong dan menempelkan berbagai potongan bahan bersama-sama untuk membuat sesuatu. Penyimpanan: Gunakan tas ziplock atau wadah sekrup atas untuk menyimpan mainan, untuk memastikan anak-anak berlatih menggunakan keterampilan motorik halus mereka saat mencoba mengakses mainan. Mainkan doh: Menggulung, meremas, mencubit dan membuat sesuatu dengan adonan mainan untuk meningkatkan kekuatan jari. |
KETERAMPILAN FISIK | Balapan berjalan dengan gerobak dorong untuk kekuatan tubuh bagian atas. Berenang adalah aktivitas seluruh tubuh yang akan membantu membangun kekuatan dan daya tahan karena anak terus-menerus bekerja melawan sejumlah kecil hambatan di dalam air. Jalan-jalan hewan: Berpura-pura menjadi berbagai binatang seperti kepiting, katak, beruang, atau cacing. Semua ini akan menggunakan berat badan anak sebagai daya tahan. Lempar bola atau bean bag: Berat tambahan bean bag akan membantu mengembangkan kekuatan dan daya tahan. Hopscotch untuk melompat, atau permainan lain yang mendorong latihan tugas / keterampilan secara langsung. # Rintangan: Penyelesaian rintangan yang sesuai dengan usia akan membantu mengembangkan daya tahan. Keterampilan bola: Tingkatkan pengalaman dan kepercayaan diri anak untuk mencoba keterampilan bola. |
Referensi:
Andia Kusuma Damayanti, Rachmawati. 2016. Kesiapan Anak Masuk Sekolah Ditinjau dari Dukungan Orang Tua dan Motivasi Belajar. Psikovidya Vol. 20 No.1 April 2016.
Endang Supartini. 2006. Pengukuran Kesiapan Sekolah. Jurnal Pendidikan Khusus Vol. 2 No. 2, Nop 2006.
Mierza Miranti. 2018. AHA! Pelatihan Kurikulum Homeschooling Usia Dini
“Bukankah Rasulullah itu dermawan?
Bukankah Rasulullah itu qonaah?
Paling pantang sikapnya menyakiti orang lain?
Paling pantang melukai perasaan orang tuanya?” celoteh si 3 th.
“Kata siapa itu, Nak?”
“Ustadz Maududi Abdullah,” katanya.
Teaser potongan kajian itu memang salah satu yang sering didengar. Terkadang teaser kajian dari Ustadz Badru dan ustadz lain juga ia sebutkan, selain juga beberapa potongan ayat dan hadits.
Celoteh.. ya.. celoteh maasyaaAllah barakallaahu fiih. Kami tidak menyangka akses wifi 24 jam yang awalnya kami gunakan untuk bekerja, sambil full streaming Rodja selama kami bangun, ternyata berdampak demikian. .
Teringat nasihat ustadz Syafiq, “Jangan memasukan pencuri ke rumah kita.” Apapun yang kita masukan untuk anak-anak dengar, lihat, baca, tonton… itulah yang dapat mempengaruhi jiwanya. .
Barakallaahu fiikum bagi insan yang sudah membangun dan mengembangkan TV-TV dakwah. Semoga semakin menyebar dan berdampak bagi lebih banyak keluarga.
[Bismillah: Catatan ini sesuai apa yang disimak dan kurang lebihnya adalah kesalahan pencatat. Foto buku bukanlah yang dikaji, melainkan hadiah untuk si sulung (11th) dari ustadz karena bertanya, “Bagaimana cara saya menjaga akhlak jika mau masuk pesantren dan ternyata teman-teman tidak bersikap baik”]
===============
Mendidik Generasi Robbani
Ustadz Fazhrudin Nu’man
ASASI EXPO, 3 November 2018
Oleh Mierza Miranti
Tujuan utama kita: At Tahrim ayat 6
Ibnu Umar menafsirkan ayat ini ” Berikan pendidikan kepada anakmu karena kalian akan dimintai pertanggung jawaban apa yg anda ajarkan dan didikan kepada mereka”
Dibalik itu semua ada tanggungjawab pendidikan anak: Bagaimana caranya muncul dari RT kita muncul anak shalih, qurata ayun.
Sodaqoh jariyah, ilmu bermanfaat, dan anak shalih yg senantiasa mendoakan ayah dan bunda.
Anak shalih itu meskipun tidak mendoakan, tetap sampai pahala kepada kita ketika meninggal, karena anak-anak itu hasil didikan kita dahulu. Mendidik anak itu kewajiban dan kebutuhan.
Dalam Ali Imron: 79 disebutkan kalimat “jadilah kalian generasi Robbani”
Ibnu Abbas menyebutkan bahwa “Generasi Robbani adalah generasi yg berakal, bijak, dan memahami agama.”
Robbani diambil dari dua kata, disandarkan kepada Rabb (jamaknya)
Artinya:
1. Generasi yg banyak ibadah kepada Allah dan banyak ilmunya.
2. Generasi yg mengurus manusia sehingga bisa mengurus saudaranya (tidak mementingkan diri sendiri)
Imam at Thabrani “Rabbaniyun adalah tulang punggung manusia, jadi sandaran, generasi yg jadi andalan dalam fiqh, agama, dan dunia.”
Ketika membayangkan generasi rabbani, jangan hanya bayangkan anak kita. Kita pun harus menjadi generasi rabbani.
Ciri-ciri generasi rabbani:
1. Generasi yang senantiasa tegar, semangat, kokoh, berdiri di atas tauhid yang lurus.
2. Senantiasa istiqomah di atas sunnah Rasulullah dan salafish shalih sbg imam dan tauladan yang diikuti
3. Generasi yang senantiasa menjunjung tinggi di atas ilmu dan amal, menjauhi maksiat
4. Generasi yang semangat mengajarkan ajaran islam, amal maruf nahi munkar di atas ajaran yang benar
5. Generasi yang menyejukan pandangan dengan akhlak yang mulia dan adab
Ambillah doa untuk meminta kepada Allah
❤ Doa nabi Ibrahim “Rabbi habli minash shalihin”
❤ Doa nabi Zakaria
❤ Surat Al Furqon 74
Bagaimana menjadi generasi Robbani:
1. Al walidain al shalihah (orangtua yang shalih)
2. Al biah al shalihah (lingkungan yang baik)
3. Al ilmu as shahihah (ilmu yang benar)
4. Al mualim al robbani. (Guru baik dan ahlussunnah)
5. Al abdul halal (semua asupan yg halal
====================
1 . Al walidain al shalihah (orangtua yang shalih)
Keshalihan/ keburukan ini berpengaruh besar, setelah Allah. Merekalah madrasah pertama
Kedua orangtua shalih dapat membangun rumah tangga di atas keshalihan dan berdoa diatasnya.
LIHAT: kisah nabi Musa dan Nabi Khidr dalam al kahf tentang dinding rumah anak yatim yang diperbaiki nabi Khidr atas sebab orangtuanya yang shalih
Ibnu katsir: “Keshalihan seorang berpengaruh dalam keturunannya di dunia dan akhirat.”
“Seorang bayi terlahir suci, orangtuanyalah yang menjadikan Yahudi, Nasrani, Majusi” (Muttafaq alaih)
Berpikirlah sebelum menikah untuk mencetak generasi Robbani.
Aisyah radhiyallaahu anha, ” Hendaklah kalian memilih teman yg baik untuk menaruh benih.”
CEK: Wanita dinikahi karena 4 hal….
Cari juga pria yg shalih “bila ada laki-laki yang kalian ridhai akhlak dan agamanya maka nikahkankah kepadanya, sebab jika tidak, maka akan terjadi bencana di muka bumi dan kerusakan yang melanda”
Kenapa ortu harus shalih?
1. Orangtua shalih akan amanah
2. Akan memulihkan pendidikan terbaik serta memerintahkan mereka dalam ketaatan
3. Akan menjadi qudwah yg baik
4. Menjaga dr yg merusak
5. Akan memohon kepada Allah untuk kebaikan anaknya
———
2. Al biah as shalihah (lingkungan yang baik)
Syaikh Athiyyah “Setiap anak asalnya lahir dalam keadaan fitrah, apabila tumbuh dalam fitrahnya niscaya akan tumbuh dalam hidayah…. ”
CEK KISAH: Jaman bani Israil tentang sang pembunuh 100 nyawa. Ketika ia ingin taubat dinasihati “Pergilah engkau ke negeri yg disana orang-orang menyembah Allah bersama orang shalih, jangan kembali ke negerimu tempat orang-orang yang buruk”
Rasulullah, “Agama seseorang akan seperti agama temannya, maka hendaklah setiap kalian melihat dengan siapa ia berteman”
Yang harus dijaga
1. Lingkungan keluarga (apa masih ada maksiat? Musik?)
2. Lingkungan masyarakat (cek tetanggamu sebelum pindah)
3. Lingkungan sekolah tempat velajar
Di Mekah Madinah tidak ada pesantren karena lingkungannya sudah pesantren, tidak ada ikhtilat, musik
Maka carilah sekolah yg tanpa ikhtilat, musik, dan syariat sesuai Quran sunnah denggan pelayanan salafush shalih.
=============
3. Al ilmu as shahihah (ilmu yang benar)
Ilmu adalah fondasi pencetak generasi, pengubah karakter.
Hanya dengan ilmu orang bisa:
1. Mengenal Allah
2. Ibadah dengan benar
3. Mengetahui halal haram
4. Berakhlak mulia
5. Berdakwah amal maruf mahir munkar
Hasan al Basri, “Kalau tidak (taat?) ilmu agama, seseorang akan seperti binatang”
Menuntut ilmu ada 2:
1. Mubah —> math, sains, kedokteran
2. Wajib —> agama dalam Quran, sunnah, pemahaman salafush shalih. INILAH STANDAR ILMU
Barangsiapa yg dikehendaki baik oleh Allah, maka pahamkan ia terhadap agamanya.
Ilmu adalah apa-apa yang pernah diucapkan Allah, Rasul, dan sahabatnya. Mereka adalah orang-orang yang memiliki ketangguhan ilmu. Setelah jaman Rasulullah, sahabat-sahabat yg dijamin surga.
Ahlussunnah yang dimaksud adalah mereka yang memahami agama dengan benar sesuai pemahaman salafush shalih.
Kalau ada kuisioner di jaman jahiliyah, siapa yg paling zalim, jawabannya Umar bin Khattab. Tapi lihat setelah masuk Islam, Umar jadi umat terbaik.
“AKU wariskan kepada kalian 2 perkara, tidak akan sesat jika kalian berpegang teguh, yaitu kitab Allah dan sunnah rasulNya.”
Kata nabi di akhir jaman kalian akan ada perselisihan yang banyak, maka hendaknya kalian berpegang pada tuntunanku dan tuntunan sahabatku.
=========
4. Al mualim al robbani. (Guru baik dan ahlussunnah)
Kenapa belajar agama malah bisa menjadikan seorang lulusan berpemahaman Syiah? Khawarij? ISIS? —>>> KARENA GURUNYA MENGAJARKAN DEMIKIAN
Guru memiliki tanggung jawab besar.
Kalau bisa jadilah guru karena “Sesungguhnya Allah dan malaikat, seluruh penduduk. . Seluruh yg di bumi. .. semua mendoakan kebaikan.” <<< cek hadits lengkapnya.
Karakter guru Robbani:
1. Memiliki keikhlasan (betul-betul ingin membetulkan anak didiknya karena Allah
2. Shalih, memiliki kekuatan taqwa ilallah
3. Beraqidah yang shahih dan manhaj yang lurus
4. Memiliki kekuatan ilmu yg berlandaskan quran sunnah salafush shalih
5. Memiliki kemuliaan akhlak dan keluhuran budi pekerti (jika anak didik takut kepada kita, maka kita harus koreksi diri)
Hati-hati kabar akhir jaman ” akan muncul guru-guru yang mengajak manusia ke neraka jahannam”
Hendaknya kalian melihat darimana kalian melihat darimana mengambil agama kalian, sehingga diduga apabila darinkalangan Ahlussunnah maka ambillah ilmunya.
Imam Malik “Ilmu ini adalah daging dan darah kalian dan akan ditanya di hari kiamat maka hendaklah kalian melihat darimana mengambilnya.”
=========
5. Al abdul halal (semua asupan yg halal
Imam atau Tsahuri ” siapa yang makanan. Halal pasti badannya akan menaati Allah dan barangsiapa siapa memakan makanan haram pasti badannya bermaksiat kepada Allah.”
Para ulama dulu ketika tidak bangun malam, mereka cek makanan mereka.
Ibnul Qayim “Makanan haram bisa melemahkan jiwa”
Al Baqoroh 168, jangan ikutin langkah syaitan. Nabi Adam yang memakan buah menjadi pelajaran.
Makanan haram bisa menghalangi ibadah.
An Nisa: 10 ..
“Setiap daging yang tumbuh dari nasabah haram maka neraka lebih uatam baginya” (HR Muslim)
Abu Bakar memakan sesuatu dari pembantunya, lalu ia makan dr hasil dukun, lalu ia berusaha memuntahkannya.
Bismillah…
Setiap orang tua muslim pasti ingin mendidik anaknya agar bisa mentauhidkan ALLAH dan beribadah dengan benar berdasarkan apa yang diajarkan Rasulullah. Tapi mungkin derasnya informasi, rujukan, dan rekomendasi saat ini membuat orang tua bingung mengambil keputusan. Salah satunya mengenai boleh tidaknya anak kecil diajak melihat prosesi Qurban. Kebingungan itu terlihat dariiii… linimasa sosmed saya hehe.
Jawaban yang tepat, jika Anda, saya, atau siapapun yang BELUM faqih dalam bidang agama adalah TIDAK TAHU – terutama jika kita belum bertanya kepada ulama. Kesampingkan gelar sarjana/master/doktor Pendidikan, Psikologi, Filsuf, Pakar Parenting atau gelar apapun jika kita tidak memiliki ilmu agama yang memadai. Jangan berikan pendapat yang mengandalkan logika manusia dan pengalaman kita yang terbatas. CUKUP KATAKAN TIDAK TAHU.
Lalu, tanyakan kepada para ahli, ustadz, asatidz, atau ulama. Karena merekalah yang menguasai ilmu agama, yang mengkaji (BUKAN HANYA MEMBACA) puluhan kitab BERULANG-ULANG, dan menyampaikannya kepada umat. Karena ulama adalah yang memiliki ketakutan yang sesungguhnya kepada ALLAH, bukan kita (saya deng) yang hanya seorang awam.
Sebentar. Jadi paham ya urutannya.
1. Jika kita (yang awam ini) ditanya dan kita benar tidak tahu, JANGAN JADIKAN RUJUKAN ILMU DUNIA (PENDIDIKAN BARAT, PSIKOLOGI, APALAGI FILSAFAT) untuk menjawabnya.
2. Pergilah kepada ulama dan tanyakan masalahnya.
Nah… Karena saya tinggal di sekitar Tangerang Selatan, maka saya pergi bertanya kepada 2 ustadz yang secara rutin menggelar kajian di daerah ini, disamping melontarkan pertanyaan pada sebuah grup Islam ilmiah BISA yang menyandarkan kajiannya pada Al Qur’an dan Sunnah dalam pemahaman salafush shalih atau orang-orang shalih terdahulu
“Boleh/ tidak mengajak anak kecil melihat penyembelihan hewan Qurban? Apakah ada dalil/ fatwa/ contoh mengenai ini? Usia berapa boleh/tidaknya anak menyaksikan penyembelihan? Saya merasa bingung karena masing2 berhujjah dengan pendapat atau ilmu dunia atau psikologi.”
1. Pertama dari Grup BIAS atau Bimbingan Islam ini dibimbing oleh Ustadz Firanda, Ustadz Abdullah Roy, dan Asatidz lainnya. Lumayan lama menunggu lainya, sampai saya tertidur. Tapi alhamdulillah, keesokan harinya akhirnya dijawab seperti ini:
“Ilmu filsafat dan psikologi modern tidak akan selaras dgn hukum islam. Kebanyakan ilmu2 tersebut merusak Aqidah. Bukankah Shohibul Qurban (kepala keluarga & anggota keluarganya ) di sunnahkan untuk memotong sendiri..atau jika tidak memotong sendiri.. disunnahkan menyaksikan penyembelihan hewan qurbannya. Qurban adalah IBADAH. Qurban adalah AMAL SHALEH. Qurban adalah Menegakkan TAUHID ( Menyembelih hanya untuk ALLAH..bukan selainnya). Tidakkah ini memang selayak nya diajarkan oleh orang tua MUSLIM..sedini mungkin kepada anak2 keturunan mereka..??”
2. Dari Ustadz Aep Sapulloh, salah seorang Asatidz di area Tangerang Selatan juga menyebutkan hal yang senada:
“Boleh (mengajak anak menyaksikan – Red). Tidak ada dalil yg melarang.. Dan mengajarkan syariat kurban pd anak tentu dianjurkan dengan cara sebaik mungkin.”
3. Dari Ustadz Muhtarom, salah seorang Asatidz yang sudah lama memberikan kajian Islam di area Tangerang Selatan, beliau menjawab:
“Jangan dengarkan para ahli psikologi. Lihat Rasulullah, beliau tidak pernah melarang anak-anak menyaksikan penyembelihan kurban, berapapun umur mereka.”
Setiap pendidik yang berpegangan pada Al Qur’an dan Sunnah, dengan pemahaman yang benar, pasti akan melontarkan jawaban yang sama. Maka, seharusnya ilmu yang kita miliki, dari mulai pedagogi hingga psikologi, menjadi jalan yang ‘mempermudah’ orang tua menjalani syariat dan mengajarkan syariat – bukan melarang atau menginspirasi orang tua untuk mengikuti pemahaman ilmu dunia yang sudah pasti keterbatasannya.
Jangan salahkan Qurban atau prosesi Qurban yang katakanlah membuat seorang anak trauma (atau orang tua trauma saat kecil). Tapi, tanyakan kepada diri kita, sudahkah kita menghujamkan tauhid ke dada-dada anak kita? Sudah kita berilmu tentangnya? Sudahkah kita mempelajari tentang rukun iman sebelum rukun Islam? Seberapa sering kita menghujamkan rukun iman ke dada-dada anak kita sebelum berkutat dengan prosesi dalam rukun Islam?
Jika kita belum bisa, janganlah memicingkan mata kepada keluarga yang berhasil membelajarkan anak-anaknya yang masih kecil. Justru, buang jauh-jauh gelar kita dan rendahkan diri… cari tahu bagaimana cara orang tua tersebut bisa membelajarkan anaknya sejak dini tanpa menimbulkan yang disebut dengan trauma. Orang-orang tua ini mampu mengarahkan sisi sensitif anak bukan pada ‘ketakutan akan kekejaman penyembelihan’ BUKAAAAN. Hati-hati, kita bisa menjadi pencela syariat ALLAH jika kita melakukannya. Sisi sensitif anak bisa kita arahkan pada rasa haru.
ADA! ^^ Berikut contoh dari beberapa teman dalam memahamkan hal ini kepada anaknya yang saya dapat sewaktu berdiskusi di sosmed:
Ummu Allegra
Sebenarnya bagaimana cara kita menjelaskan ke anak ya, tentang esensi ibadah kurban. Yang dikembalikan lagi kepada pengagungan thd syariat ALLAH.. Karena ketaatan kita pada ALLAH…
Insyaa ALLAH anak bisa paham. Walaupun mungkin awal2nya anak kecil menangis karena kasihan lihat domba ada darahnya (kejadian sama anakku yg usia 2,5 thn ^^ , padahal dombanya sudah ditutupin terpal tubuhnya jd tdk terlihat lukanya). Memang perasaan anak2 halus ya..namun ketika dijelaskan, dg bahasa yg sederhana, bahwa kita melakukan ini karena ALLAH perintahkan untuk menyembelih hewan kurban di hari raya kurban. Nanti sebagiannya kita bisa berikan ke fakir miskin, dan kita mendapat bagian yang untuk kita masak. Lalu kita bisa berhari raya bersama…
Kalau adik makan ayam goreng, kan ayamnya juga disembelih dengan nama ALLAH. Supaya halal. Lalu dipotong-potong baru dimasak.
Sama kan dengan domba-domba ini juga. Disembelih jg harus menyebut nama ALLAH supaya halal. Nanti bisa dimasak dan dimakan bersama.
Fitrahnya anak2 ya memang, perasaan mereka kan lembut.
Namun khawatirnya jatuhnya jd mencela syariat , kalau akhirnya ortunya jg malah jd punya pikiran iya yha kejam hewan disembelih, dan membiarkan anakna jd vegetarian krn alasan tsb. Kita kan umat muslim, kita ikuti syariat yg diajarkan Rasulullah Shallallahu Alaihi wasallam.
Wallahualam…Laah selama ini makan baso emangnya ga nyadar sapinya mesti disembelih dulu trus dijadikan daging giling?
Lidya Alfianasta Rachman
“Aku setuju sama contoh yang terakhir juga mba, azka udah liat pemotongan hewan juga kmrn, tapi jauh sebelumnya dikasih penjelasan dulu, pemahaman dulu, dan setelah liat ditanya perasaan nya gimana, takut sedih atau gimana, azka bilang azka agak sedih, tapi azka udah tau kalo itu kan perintah Allah.”
Adriana
Anak2ku mlh demen liat proses penyembelihan…cuma blg…Kk liatny jd pengen nangis…terharu…., sepuphny mlh ampe nangis.. .#bhndiskusi… Dari usia dini pd liat
Maasyaa Allah… saya harus berterima kasih juga kepada kaka Rezki Ayuu Hermawan yang sudah membuka diskusi. Saya pun banyak tercerahkan. Barakallahu fiikum Buibuuu. Semoga kita dimudahkan mendidik anak di atas ilmu yang haq.
Seliweran lagi kasus perundungan (bullying) yang dilakukan oleh mahasiswa dan anak kelas 7 SMP. Hmmm…. berkat medsos, kasus ini bisa mencuat yaa. Padahal perundungan sudah berlalu sejak lama, bahkan sejak saya SMP yang kira-kira 20 tahun lalu. Kasusnya yaaa sama, dari mulai mengejek, menjambak, hingga menelanjangi, bahkan bisa menyebabkan kematian.
Bismillah. Pada tahun ini, Klastulistiwa tidak ikut menulis tentang mengisi Ramadhan seperti tahun sebelumnya, karena banyak blog-blog keren dari para mastah printable yang memudahkan emak malas eh praktis seperti sayah. Maka kali iniii, saya akan menuliskan beberapa hal yang bisa digunakan untuk persiapan menyambut lebaran aja yaaa. Saya persembahkan tulisan ini bagi keluarga praktis (tsaaah) yang bisa jadi tidak punya waktu banyak karena ikut iktikaf full 10 hari atau terpaksa mudik dan menyambut tamu di tempat tujuan. Apa saja persiapan menyambut lebaran ituuuu?
Ini dia daftar yang bisa diunduh, dibaca, ditonton, dikerjakan, dan dibuat bersama keluarga sebelum, saat, dan setelah Idul Fitri:
Baiklah.. sepertinya sudah semua. Terima kasiiih wa jazzakumullahu khairan katsira untuk semua yang telah menyediakan sumber-sumber belajar yang menyenangkan ini. Yuks, skrol-skrol ke bawah. Semoga bermanfaat.
***Mierza Ummu Abdillah***
Saya deg-degan kalau ngomongin permasakan hahaha. Tapi, alhamdulillah… jaman sekarang semua dimudahkan sekali. Pulang iktikaf di malam lebaran dan harus cuzzz ke tempah Mbah ga bikin mati gaya. Apalagi sekarang ada SO GOOD Siap Masak dan SO GOOD ayam potong yang higienis. Resep-resep pun bertebaran di jagad maya, seperti di situs Dapur SoGood.
Nah untuk kreasi masak-masak sekejap dengan bahan apa adanya (karena lagi mudik), ini dia kreasi saya:
Buat saya yang penganut kepraktisan sepanjang masa, ini bakal jadi resep favorit selamanya nyehehe.
Bahan-bahan:
Cara Membuat Kue Dadar (Pengganti Kebab):
Tadaaa… Yuk, santap selagi hangat. Ga sampe 15 menit deh masak ini. Saya suka! Saya suka!
Hihi.. jadi bisa fokus lagi deh main bersama anak-anak sambil menerima tamu. #EmakPraktis #BPNxSOGOOD
Oh iya… biar ga mati gaya bareng anak-anak, berikut persiapan Idul Ftri yang saya janjikan di atas yaaa. Selamat mengunduh, mencetak, membuat, menonton, dan membersamai anak-anak.
Ini penting kan yaaaa. Apalagi kalau ada anak-anak yang perlu dipahamkan mengenai hal ini. Karena bentuk cinta kepada Rasulullah berarti mengikutinya, bukan? Nah, alhamdulillah safe browser favorit keluarga kami, yufid, telah menyediakan Video Idul Fitri Ala Rasulullah (yaaaaay!) seperti di bawah ini. Bagi yang mau mengunduh dan menonton offline, sila klik di sini yaaaa.
Nah, untuk adik-adik, silahkan membaca atau mengunduh e-book tentang Adab-Adab Merayakan Idul Fitri dari situs keren favorit kami Muslim Kecil berikut ini. Oiya, kalau kesulitan, bisa diunduh di GDrive kami di sini
Meski katanya siiiih sekarang udah ga jamannya kirim-kirim kartu karena ada media online, tapi menurut saya…kirim-kiriman kartu membuat penerima merasa istimewa. Berikut adalah beberapa kartu yang dibuat oleh anak sulung (10 tahun) dan anak tengah saya (6 tahun) bersamaan dengan masa mereka berjibaku dengan amalan-amalan Ramadhan. Tidak perlu susah-susah merangkai kata dalam kartu lebaran, karena anak-anak sudah membuat simbol yang tinggal print lalu ditempel untuk dipecahkan oleh si penerima. Hadeeeeuh…. malah dikasih soal wkwkwk.
Kartu-kartu tersebut mereka buat manual menggunakan kertas A4 dan cat air. Tapi, jika teman-teman lebih memilih mendesain sendiri, ada juga beberapa situs yang menyediakan template seperti mynameart.com dan canva.com Silahkan dipilih yaaaa….
Nah, kalau yang ini tujuannya sebagai obat anteng. Kan ada tuuh beberapa acara yang didesain untuk dewasa, tapi anak-anak kan memang harus dibawa. Supaya ga gadget melulu, ada baiknya kita siapkan beberapa printables yang memang didesain keren dan penuh ilmu ini, meski dibuat untuk anak-anak.
Kalau yang ini terus terang saya ga sempet cetak saat Ramadhan. Tapi karena masih relevan, insyaAllah saya mau pakai untuk persiapan menyambut atau merayakan lebaran. Beberapa halaman dari printable dari Muslim Kecil ini masih relevan dengan tema hari raya dan isinya bisa jadi bahan diskusi sebagai review pengetahuan Islam anak saat mengerjakannya. Oh, iya bisa juga diunduh di sini ya.
Nah, kalau printable ini pasti tahulaaah: fenomenal beeeeuuud di jagad maya, apalagi di kalangan homskuler. Dibuat oleh mba Echa Maharani yang emang cunggih soal hand-lettering and creating-creating (abaikan grammar), printable ini sangaaat bermanfaat untuk ‘memberdayakan’ anak dalam hal melakukan pekerjaan rumah tangga. Eh, maksudnya.. biar mereka bahagia gituuu melakukannya. Kan ini life skills yang membuat emak dan calon mertua bahagia kan yaaa. Ya, kaaan? Ya, kaaan? #tring Pas bangetlah untuk persiapan menyambut lebaran, terutama dalam hal percepatan kerapihan rumah wkwkwk. Nah, ini dia penampakannya. Yang mau unduh bisa klik link ini untuk langung ke blognya mba Echa atau klik untuk mengunduh dari GDrive kami di sini.
Printable keren dari Muslim Kecil ini juga masih relevan juga untuk dikerjakan ulang. Ada ilmu tentang hilal dan tentang puasa sebagai salah satu rukun Islam yang bisa kita review bersama anak-anak. Bisa diunduh di situs Muslim Kecil atau di GDrive kami dengan klik link ini.
Untuk adik-adik yang suka mewarnaiii, ada printable dari Coloring Kids seperti di bawah ini. Silahkan diunduh dengan klik link ini yaaa.
Pasti udah nebak kaaaan kalau ini bukan saya yang buat wkwkwkw. Tentunya kalau ada orang yang lebih berilmu, maka kita serahkan saja pada ahlinya. Lagi pula, kemampuan jepret-jepret saya yang biasa aja membuat hiasan yang nampak indah di mata ciptaan Allah ini nampak biasa aja di kamera buatan manusia. (Keren kan ngelesnya)
Untuk masalah dekorasi, saya suka sekali blog Martha Stewart yang bisa diklik pada tautan ini. Elegan daaaan GA RIBET. Nah, dua kata terakhir ini yang paling saya suka.
Untuk desain-desain printable seperti kartu ucapan untuk hantaran, hiasan meja, kartu ucapan, penanda meja, atau banner bisa klik tautan ke Yemen Link ini. Oh iya, blog tersebut juga dikelola oleh orang tua Homeschoolers lho hehe. Mangga dikepoin.
Daaan tentunyaaaa, tiada lebaran tanpa gema takbir. Keluarga kami sempat tinggal di sebuah site yang sepiiiii dari gema takbir. Saat itu, kami terpikir untuk mengunduh MP3 lebaran ini. Rasanya hangaaaaat. Silahkan klik TAUTAN INI untuk mendapatkannya ya. Oiya, saya mengambilnya dari link ini.
Berbicara tentang hilal, ada baiknya juga kita review ilmu ini bersama anak-anak saat kecil agar mereka benar-benar paham. Kita bisa melakukannya dengan kegiatan membuat fase bulan seperti yang saya lakukan pada Ramadhan tahun lalu atau dengan menonton tayangan berikut:
https://m.youtube.com/watch?v=aqt1Dqwf7_k
Dari tayangan di atas, kita bisa melanjutkan dengan diskusi tentang bagaimana umat Islam di seluruh dunia merayakan Idul Fitri melalui film di bawah ini:
Ini nih, pertanggung jawaban ijazah Sastra Ingris saya. Pelajaran ini saya ambil dari British Council. Temanya berhubungan dengan Idul Fitri dan bisa didapatkan pada tautan yang ada yaaaa. Semoga bisa meningkatkan kecakapan berbahasa. Selengkapnya, silahkan unduh di sini .
Bagi seorang Ibu, rasanya bahagia melihat anak-anak tumbuh dengan rasa empati yang tinggi terhadap sesama. And Ramadhan is the perfect time to grow them great. Pada bulan mulia ini pula, Bebelac yang memahami tumbuh kembang anak lebih dari sekedar fisik dan kognitif semata, mengadakan kegiatan #JuaraHebatKebaikan untuk menginspirasi para ibu. Caranya, dengan berkegiatan positif bersama sang buah hati untuk menjadi juara hebat kebaikan.
Bersyukur sekali saya bisa mengajak anak-anak mengikuti rangkaian acara Juara Hebat Kebaikan ini. Banyak ilmu pengasuhan yang saya dapatkan melalui talkshow bersama bu Pinky dari Dandelion dan bu Rinrin dari Nutricia. Talkshow ini yang berharga memberikan banyak tips yang berharga untuk menjadikan anak-anak bertumbuh tidak hanya IQ, tapi juga EQ-nya secara seimbang.
Salah satu ilmu penting yang bisa kita terapkan untuk menjadikan anak juara hebat kebaikan adalah perlunya satu keluarga untuk berkolaborasi dalam mendidik empati anak. Salah satunya melalui apresiasi yang spesifik, spontan, dan diberikan di berbagai situasi (to grow them great, of course). Dukungan sosial lain yang sangat penting adalah dengan memberikan ruang kepada anak untuk melakukan kebaikan disertai pendampingan selama proses berlangsung. Salah satunya melalui bermain peran bersama anak-anak, menjadikan diri kita sebagai role model, dan bersama-sama melakukan kegiatan-kegiatan sosial, terutama pada bulan Ramadhan seperti ini.
Bagaimana tahap perkembangan mereka yang cenderung egosentris disertai perkembangan logika belum sempurna ? Itulah pentingnya memahami ilmu pengasuhan dan development stages. Justru masa-masa ini adalah saat yang tepat untuk menanamkan sifat-sifat baik karena akan kuat tertanam dalam diri anak. Melalui penanaman sikap ini, anak akan akan membangun rasa percaya diri lebih dini untuk berempati. Mereka lebih mudah mandiri dan berinisiatif (untuk melakukannya) karena ia merasa mampu. Itulah sebagian ilmu yang saya dapatkan dalam talkshow pengasuhan kemarin.
Bagian yang paling kami membuat terenyuh adalah kebersamaan kami dengan anak-anak dari Rumah Yatim. Anak-anak yang diundang khusus oleh Bebelac ini diperkenankan untuk bermain bersama sebelum prosesi acara. Ketika anak saya memberikan buku gambar kepada salah satu anak yatim, ia mengetahui bahwa orang dewasa yang berada dalam ruangan bersama mereka itu bukanlah orang tuanya, melainkan pengasuh dan pengganti ayah (dan ibu) mereka sudah tiada. Tetiba, anak itu pun memeluk ibunya lebih erat. Oh my…. Yes Dear.. we should be grateful.. alhamdulillah. The occasion hopefully will grow them great.
Terima kasih banyak Bebelac untuk kesempatan, ilmu, dan inspirasinya. Program keren dan bermanfaat untuk sesama ini berhasil mendukung saya memberikan stimulasi yang tepat untuk anak-anak, tidak hanya IQ tapi juga EQ mereka. Bagaimana tidak, setiap partisipasi Juara Hebat Kebaikan berupa foto atau video dan cerita aksi hebat kebaikan buah hati yang diunggah ke http://www.bebeclub.co.id/juarahebatkebaikan pada 5 Mei hingga 30 Juni 2017, berarti akan ada 1 donasi yang diberikan untuk Rumah Yatim. Keren kaan?
Below is our action to #GrowThemGreat
Itu aksiku, mana aksimu? Yuk, masih ada waktu bagi Ibu dan sang buah hati untuk ikut serta. Ayo menjadi inspirasi untuk terus menanamkan pentingnya melakukan kebaikan pada anak sejak dini dan jadikan si Kecil Juara Hebat Kebaikan yang menjadi salah satu keutamaan mendidik anak.
VLOG ini adalag persembahan istimewa klastulistiwa.com untuk Bebelac #GrowThemGreat #JuaraHebatKebaikan
Bahwa bisa jadi, perusahaan sudah tidak lagi membayar tinggi untuk pekerjaan yang membayar jumlah jam. Bukan lagi kuantitas tapi kualitas. Bukan lagi kehadiran tapi selesainya tuntutan. Bukan lagi jobdesc tapi job expectation.
Tenaaang… ada beberapa kecakapan hidup yang bisa kita ajarkan kepada anak-anak sejak mereka masih kecil. Kecakapan hidup ini insyaAllah akan memudahkan mereka meraih (bukan mengejar) dunia.
Ini bukan baca dalam calistung model baru masuk sekolah yaaa. Membaca disini yaitu mencari ilmu dari bacaan dan tahu bagaimana cara mengenali bacaan bergizi. Jauhkan TV! Saya serius. Membaca buku bergizi akan memberikan stimulasi pada otak anak untuk berpikir kreatif dan kritis dalam menghadapi tantangan. Contohnya? Saya baru masuk dunia telecommuting ini baru-baru ini kok. Tawaran pertama adalah review produk-produk elektronik yang mbuh dulu saya blass ga ngerti apaan artinya. Tapi alhamdulillah Mama rahimahallah mengajari saya pentingnya membaca. Saya cari tahu apa saja yadan melengkapi diri untuk bisa menyesuaikan diri dengan ekspektasi klien.. dan saya bertahan alhamdulillah.
Jauhkan mereka dari bahasa alay hahaha. Boleh lah kenal bahasa itu asal mereka dikenalkan cara berbahasa ibu secara lisan dan tertulis. Ngobrol banyak-banyak, setelah membaca buku bergizi tentunya, akan membangun banyak kosa kata untuk mereka miliki. Kosa kata ini penting untuk membangun bahasa. Ajarkan pula anak-anak kita untuk berani berbicara di depan orang lain – sesuai tatanan syariat.
Kalau ini pengalaman pribadi. Saya baru belajar bahasa Inggris pada usia SMP tanpa kursus. Tapiiii, saya dicemplungkan oleh Ibu ke dalam beberapa klub percakapan! Megap-megap gapapalah, katanya. Tapi hasilnya? Masya Allah, I survived the language.
InsyaAllah itulah yang saya terapkan kepada anak-anak. Saya TIDAK mengajarkan bahasa Inggris sejak kecil. Anak-anak saya saya kuatkan dulu bahasa Ibu, serta bahasa Arab untuk mereka pakai sebagai ilmu alat. Tapi untuk komunikasi dalam bahasa lain, insyaAllah akan saya mulai dari usia minimal 10 tahun. Yes, just like what my late mum did. Dan ternyata benar kata pepatah: ‘Bahasa menghaluskan budi.’
Dengan 3 kecakapan hidup dasar ini banyaaak GenY yang menyebrang menjadi GenZ. Menghilangkan ketakutan akan ‘ga bisa makan papan’ eh… ‘hidup mapan’. Lagipula, bukankah dunia ini hanya sementara? Mapan hanya bisa didapatkan dalam kehidupan setelah kematian. ^_^
So, parents… Are you ready?
Huwaaaat? Skip challenge yang lagi viral itu? Yang permainannya menekan dada sekeras-kerasnya dan menyebabkan pingsan atau kejang-kejang itu?
Yess… yang itu. Yang ramai-ramai dibagikan para remaja dengan hestek #skipchalllenge yang katanya kekinian itu. Ng.. sebenarnya siiiih ga baru-baru banget.
Huwaaat??? Ga baru-baru bangeeet?
Hedeeeeh… iyeeees. Jaman saya lagi ngehits dulu, nama permainannya Yoko-yokoan (mungkin terinspirasi dari film legenda ular putih hihi) Terus jamannya Paksu lebih lama lagi, namanya surup-surupan.
Saya saat itu gimana? Yaaaa… berasa waw aja gituh: mereka berani. Tapi cuma bisa senyum dan melipir ketika ada yang mengajak wkwkwk.
Yup. I chose NOT to do it. Biarin dah dikata ga keren. Ga gahul. Kenapa harus malu dengan standar yang dibuat orang lain? Begitu pesan Mama saya, rahimahallah, yang berhasil membantu saya mendefinisikan kata keren dalam KBBM: Kamus Besar Bahasa Mierza.
Kalau ada hal ‘keren’ yang dilakukan teman-teman, Mama tanya ‘Kenapa ya harus gitu? Itu tujuannya apa? Kalau buat… kenapa gak…” dst dsb dki dllaj. Beliau selalu bersedia mendengar, meski setelah memarahi sebentar kalau saya ketauan ikutan aneh-aneh hahaha… Tapi selanjutnya ya saya dibantu dalam mencari solusi. Tanpa label. Sampai teman-teman kuliah saya menyebut saya dan Rahimahallah Gilmore Girls saking kompaknya.
Oke balik lagi ke skip challenge tadi. Akhirnya, sebagai orang yang pernah merasa ‘remaja’, saya sampai pada kesimpulan ini. Anak-anak abegeh itu ituuu.. yang pada sekip2 chellenj, mereka jarang ditanya ‘KENAPA’ sama orang2 dewasa sekitarnya. Jarang dilibatkan. Jadi, IMO… ya itu murni bukan kesalahan mereka.
Itu hasil dari pelabelan dari KITA. Dari pengabaian kita. Wong kita sebagai orang dewasa juga belum apa-apa udah berburuk sangka sih.
Huwaaat??? Yu don seeei!
-_- Masuk ke contoh deh. Misalkan ketika kita melihat remaja (yang kita kenal) gayanya agak ajaib, apa yang kita lakukan? Kalau kita ujug-ujug memarahi, nyindir, melototin, atau malah menjaut sambil bilang pait pait pait.. yaaa kita termasuk orang dewasa yang doyan melabel atau mengabaikan.
Akibatnya? Yaaaa kayak cermin deh. Anak-anak itu bisa jadi akan mengiyakan label dari kita. Bisa jadi mereka akan menyukai pengabaian yang kita lakukan. “Ok fine, gue beli! Gitu kasarnya”
Lalu, mungkin kita bertanya: “Tapi kaan.. adabnya gimanaaa? Masa depannya gimana kok yo kayak gituuuu modelnya? Dimana ilmu agamanya?? Orang tuanya pasti didiknya ga bener. Anak jaman sekarang. Generasi alay tuh. Pasti kena harta haram.” Nah kaan.. nah kaaan. Well, that’s labelling.
Okeee.. okee.. saya ga bilang mereka ga salah loooh. Saya fokus pada KITA. Iyes, KITAAAA. Kita yang (ga semuanya memang) telah melabel dan mengabaikan anak remaja itu. What have we done about it? Cuma heboh share2 aja mah malah bikin mereka pada semangat melakukan yang lebih ajaib lagi. Trust me, been there done that. Adrenalin, meeeen…. yang begituh aja viral, apalagi yaang…. silahkan isi titik-titiknya.
Mulai ga setuju soal pelabelan dan pengabaian? Hehe.. bagaimana jika saya katakan bahwa kita memperlakukan pemuda-pemudi itu (ganti kata remaja yah) TIDAK seperti Rasulullah memperlakukan mereka?
Hmmm.. coba renungkan kembali deh, jika ada seorang pemuda (yang kita kenal yaaa… anggap aja tetangga) datang pada kita bertanya.. hanya bertanya loh ya… “Bu, di komplek ini saya boleh berzina?”
Apa jawaban Anda?
A. Langsung menegur “Ga boleh, dosa!”
B. Membiarkan, ga enak soalnya sama tetangga.
C. Ngamuk, marah-marah.
D. Menantang akalnya untuk berpikir.
Jika Anda memilih D dengan mengarahkannya pada dalil, makaaa.. masyaAllah… Anda mengambil cara yang dilakukan Rasulullah dalam menghadapi pemuda-pemuda yang ajaib pola pikirnya ini. Serius.
Inget ga kisah seorang pemuda yang datang kepada Rasulullah dan berkata, “Wahai Rasulullah, izinkan aku berzina!” dalam hadits shahih riwayat Ahmad? Orang-orang sekitarnya pada menghardik kan? Tapi, apa yang Rasulullah lakukan?
Rasulullah bilang ga, “Heleh, mikirnya ke situ mulu” atau.. “pasti deh anak muda jaman sekarang” (inga2.. tetep ada yg ga percaya dengan Islam tho saat itu).
Ngga. Rasulullah malah mengajaknya mendekat. Menantang akalnya untuk berpikir melalui pertanyaan-pertanyaan seperti, “Relakah engkau jika ibumu dizinai orang lain? Putrimu? Saudari kandungmu? dan seterusnya… (nash lengkapnya ada di bagian bawah postingan ini di klastulistiwa.com ya)
Abis nasehatin itu, apa yang Rasulullah lakukan? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meletakkan tangannya di dada pemuda tersebut sembari berkata, “Ya Allah, ampunilah kekhilafannya, sucikanlah hatinya, dan jagalah kemaluannya.”
Nah kaaaan… Pemuda itu didoakaaan saudara-saudaraaaa… bukannya dinyinyirin, disumpahin, dijauhin, dst, dsb, dki, dllaj.
See? Jadi, sebelum melabel atau membiarkan mereka, sudahkah kita berdialog? Bertanya? Mencari tahu? Mendekati mereka? Atau kita mencukupkan diri dengan pelarangan dari Mendikbud tentang si sekip ini? (Baru dimuat media baru-baru ini, Buibuuuu)
Hedeeeh… kalau cuma larang-larang, yang ada itu akun-akun Instagram digembok deh… Eit… viral teuteup: di kalangan sendiri. Efeknya? Yaaa kita ga bisa tau lagi apa yang mereka lakukan. Lebih bahaya mana???
.
Kalau ternyata mengubah remaja seluruh Indonesia masih terlalu gegap gempita, yuks kita mulai dululah dari pemuda-pemudi yang terdekat. Mulai dari anak kita, saudara kita, tetangga kita, anak teman kita. Libatkan mereka dalam percakapan. Libatkan diri kita dalam dunia mereka. Tahan semua label negatif. Mereka hanya ingin didengarkan, dipahami, dan diluruskan dengan cara yang baik.
Tapiii… usahakan jangan terlibat lho yaaa. Maksudnya jangan malah ikutan sekip2an wkwkwk. Yakin deh, mereka punya istilah buat orang dewasa seperti ini: sok asik. Mereka ga butuh orang dewasa yang sok asik. Yang mereka butuhkan orang dewasa yang konsisten. Yang bersedia mendengarkan. Yang mengarahkan tanpa melabel.
Yuks, latih cara berkomunikasi dengan para pemuda harapan bangsa ini. Belajar cara komunikasi seperti Rasulullah melalui nash-nash yang shahih agar tuh ilmu ga masuk kuping kiri keluar kanan.
Yang pastiiii… selalu minta bantuan Allah agar kita dianugrahi generasi penerus yang diberkahi. Doakan.. doakan.. doakan… doakan generasi ini tanpa lelah. Bukankah “Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka?” (Ar Ra’d:11)
Catatan:
Berikut hadits yang dimaksud dalam posting ini…
Suatu hari ada seorang pemuda yang mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, izinkan aku berzina!”
Orang-orang pun bergegas mendatanginya dan menghardiknya, “Diam kamu! Diam!”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Mendekatlah.”
Pemuda itu pun mendekat lalu duduk.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Relakah engkau jika ibumu dizinai orang lain?”
“Tidak, demi Allah, wahai Rasul!” sahut pemuda itu.
“Begitu pula orang lain, tidak rela kalau ibu mereka dizinai.”
Lanjut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Relakah engkau jika putrimu dizinai orang?”
“Tidak, demi Allah, wahai Rasul!” pemuda itu kembali menjawab.
“Begitu pula orang lain, tidak rela jika putri mereka dizinai.”
“Relakah engkau jika saudari kandungmu dizinai?”
“Tidak, demi Allah, wahai Rasul!”
“Begitu pula orang lain, tidak rela jika saudara perempuan mereka dizinai.”
“Relakah engkau jika bibi – dari jalur bapakmu – dizinai?”
“Tidak, demi Allah, wahai Rasul!”
“Begitu pula orang lain, tidak rela jika bibi mereka dizinai.”
“Relakah engkau jika bibi – dari jalur ibumu – dizinai?”
“Tidak, demi Allah, wahai Rasul!”
“Begitu pula orang lain, tidak rela jika bibi mereka dizinai.”
Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meletakkan tangannya di dada pemuda tersebut sembari berkata, “Ya Allah, ampunilah kekhilafannya, sucikanlah hatinya, dan jagalah kemaluannya.”
Setelah kejadian tersebut, pemuda itu tidak pernah lagi tertarik untuk berbuat zina.
*) Lihat hadits riwayat Ahmad, no. 22211; sanadnya dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani.
Di sebuah grup percakapan virtual, terdapat sebuah diskusi yang dimulai dengan pertanyaan sebagai berikut:
“Si sulung yang berusia 4 tahun, perempuan, tidak mudah bersosialisasi di tempat baru, tidak mau masuk PAUD, dan hanya mau menurut dengan ayahnya saja dan jauh dengan saya sebagai ibunya. Ia punya adik berusia 20 bulan. Sepertinya dia merasa iri dengan adiknya. Saya sudah mencoba sabar mendekatinya dan menunjukkan perhatian dan memberikan pengertian padanya. Bahwa ibu sayang, adik juga sayang dengan kakak. tapi dia selalu melawan jika dengan saya. Apa pengalaman bunda dalam mengatasi masalah sanak tersebut?”
(Catatan: pertanyaan ini sudah diijinkan untuk dibagikan oleh penanya)
Ah ya.. Panik. Mungkin itu yang kita alami sebagai ibu-ibu muda yaaa. Kita? Kamu aja kaleee? Iya baiklah.. Cuma saya aja yang ibu muda karena masih muda. #apasih
Tapi pertanyaan ini memang buaaaanyak muncul dari beberapa ibu muda seperti saya (#okecukupmierza!) Terutama, saat lingkungan ‘memvonis’ anak kita yang dibawah 5 tahun itu dianggap balita yang susah bergaul. Rasa baper pun semakin menguat ketika di saat yang sama ada anak yang dibilang ‘berani, mau bergaul’ tepat setelah anak kita disebut balita ngga gahul.
Padahal oh padahal…
Usia emas ini memang saatnya yang tepat untuk menanamkan nilai-nilai aqidah, moral, dan adab. Dengan bonding yang kuat dengan orang tuanya, insya Allah anak akan kuat dan percaya diri menunjukan nilai yang sesuai dengan apa yang diajarkan orang tuanya dalam pergaulan sosial.
Seperti nasihat Lukman yang tidak lekang digerus zaman, yang pertama dilakukan adalah menghadirkan Allah di waktu-waktu mustajab untuk berdoa. Dan tentunya, pada saat mengobrol dengan anak. Jadi, ketika anak tidak bersama kita, kita sandarkan kepada Allah untuk menjaga hatinya.
Dia akan PD bilang ‘Kata Umiiiii…’ ketika dihadapkan pada hal-hal yang tidak sesuai visi misi keluarga dan agama. Dan ini bisa terjadi jika Allah sudah membangun chemistry dengan orang tua. Ada skenario, insyaAllah, kenapa Allah membuatnya menjadi ‘pemalu‘ di hadapan teman-temannya pada usia-usia ini. Karena itulah saat kita menjadi temannya.
Jadi, jangan kuatir jika anak kita dicap sebagai balita yang susah berteman. Karena inilah kesempatan untuk membangun masa-masa ‘muraqabah’ di masa depan. Merasa dilihat Allah.
Untuk membangun komunikasi dengan orang tua, tidak bisa seperti Tarzan yang berkata, “Kamu duduk. Saya Tarzan” atau seperti radio yang tidak berhenti siaran. Membangun komunikasi dengan anak membutuhkan ilmu agar apa yang kita ucapkan sesuai dengan tingkat pemahaman anak kita. Agar inti pesan kita sampai.
Agar adil, saya akan memberi contoh dari pengalaman saja. Saya membiasakan diri menggunakan kalimat pendek yang sebisa mungkin tidak lebih dari 5 kata. Berjeda. Sambil berlutut, atau ndeprok di lantai.
Ketika anak enggan atau melawan, saya akan lebih serius mengambil waktu. Menggunakan suara yang lebih datar, dalam, dan tegas. Sebisa mungkin tidak emosi, meski ini syusyah, karena lebih mudah untuk teriak. PR-nya adalah memberikan ‘nasihat’ saat anak moodnya baik.
Mengenai lebih dekat dengan ayah? Oh, itu rejekiiii. Lihatlah betapa banyak bersliweran ibu-ibu galau yang merasa suaminya tidak turut serta dsalam pengasuhan. Sampai ada wacana “Fatherless Country” segala. Maka, mari bersyukur saja, jangan dijauhkan dengan ayahnya. Sambil mempraktikan cara berkomunikasi yang berterima. Jangan lupa peluk dan sampaikan terima kasih kepada sang partner hidup yang bersedia mengambil peran dalam pengasuhan. 😉
Lagi-lagi agar adil, saya akan berbagi pengalaman pribadi. Oh bukaaaan.. saya bukan psikolog apalagi pakaarrr pengasuhan anak. Saya praktisi.. seperti buibu semua.
Baiklah, saya memiliki 3 anak berusia 10, 5, dan 1 tahun. Saya melibatkan sulung dan tengah dalam mengurus si bayi. Mengapresiasi setiap hal kecil yang mereka lakukan. Apresiasi atau pujian menurut saya penting untuk membangun persepsi anak akan hal mana yang baik untuk dilakukan. Di dunia luar nanti, pelukan dan apresiasi Bunda akan selalu dibutuhkan.
Ya iyaaa… Ingatkan terus Bun, beribu kali pun tak mengapa… Bukankah Nabi Nuh pun tak lelah mengingatkan anaknya hingga tersapu air bah? Karena anak-anak memang ujian untuk orang tuanya. Semoga Allah memudahkan kita dalam perjalanan pengasuhan ini untuk mendidik generasi muslim masa depan.
Baca Juga:
“Anaknya Anteng, ya.” Tips Membawa Anak ke Tempat Umum
Kenapa Malu Punya Anak Pemalu?
Balita Anda Suka Berteriak? Ini Tipsnya
Mierza Miranti
klastulistiwa.com
Hadiah adalah cara yang diajarkan dalam pengasuhan Islam. Sistem ini telah terbukti melahirkan generasi2 shalih terdahulu lho. Jangan takut menerapkannya, bahkan jika imbalannya itu berbentuk uang (untuk ukuran saat ini). Jika diajarkan dengan benar, diiringi tauhid, zuhud, dan pemahaman shahih dari Qur’an dan Sunnah berdasarkan salafush shalih, insyaAllah akan jauuuh dari kata ‘suap’ seperti yang digadang2 oleh beberapa ‘ahli’ parenting masa kini.
Sistem imbalan kami, misalnya, dijalankan berdasarkan usia dan tingkat kesulitan. Isma yang 5th akan berbeda penerapanannya dengan Jenna yg 10th. Amplop pada di gambar misalnya. Itu amplop pengumpulan imbalan yang rencananya untuk beli sendal.
Haaaaa.. sendaaaal? Kenapa ga dibelikan orang tua? Ya karena yang sudah ada masih cukup dan berguna. Sudah taulaaaah fungsi menabung dan sabar untuk mendapatkan barang incaran bagi anak-anak.
Untuk Isma (5 yo) jatahnya adalah mengumpulkan 5 token. 1 token diberikan setiap hari JIKA ia bisa menyelesaikan 3 pekerjaan rumah (membereskan mainan, membersihkan tempat makan, dan tempat tidur seluruh keluarga). Jika 1 luput/ tidak dilakukan dengan benar, maka tidak ada imbalan. 5 token tersebut lalu ditukar dengan 2 pilihan: jajan sebesar 5 ribu atau menabung sebanyak 10 ribu. Dan, Isma memilih menabung untuk membeli sendal. Kebetulan sandal incaran Isma harganya lumayan, jadi ia harus menunggu beberapa minggu untuk mendapatkannya.
See… imbalan dalam Islam itu insyaAllah banyak banget kan faidahnya? Jangan lupa iringi terus dengan doa ya… itu sebaik-baik pelindung hati agar semua Allah yang jaga. Bismillah.
Pengasuhan yang sukses jarang mengambil jalan pintas. Orang tua yang sukses cenderung memilih jalan yang panjang dan membutuhkan motivasi yang kuat. Orangtua yang memiliki keteguhan tidak hanya mengambil kumpulan kutipan motivasi dari internet saja. Orang tua yang termotivasi mengambil jalan panjang dan berliku dalam mempraktekan sambil belajar – sambil menikmati keberhasilan-keberhasilan kecil dalam perjalanan pengasuhannya.
Menumbuhkan motivasi yang kuat memerlukan empat nutrisi utama ini: Doa (bantuan yang selalu ada), Kompetensi (merasa efektif dan percaya diri), Otonomi (memiliki pilihan dan kemauan) dan Memiliki Keterikatan (perasaan dirawat dan merawat orang lain). Keempat hal ini akan meningkatkan ketekunan belajar, menumbuhkan minat mendidik anak, meningkatkan kualitas hubungan pribadi, menjaga kesehatan fisik, dan mengatur emosi. Doa, Kompetensi, Otonomi dan Keterikatan tidak hanya memberikan dorongan, tetapi memungkinkan kita untuk tetap termotivasi pada saat-saat menantang.
***Mierza Miranti – klastulistiwa.com***
Pilih waktu-waktu mustajab untuk melakukannya. Kita memerlukan kekuatan yang lebih besar dari sekedar seminar pengasuhan buatan manusia. Percayalah, kekuatan tidak nampak ini akan menampakkan kekuatannya di saat yang tepat. Taruh surga firdaus sebagai tujuan utama motivasi pengasuhan kita melalui doa. Pilih ‘coach’ tersempurna yang menciptakan kita. Pilih ‘role model’ terbaik yang menuntun kita.
Bagi orang tua yang sering menghadiri seminar atau workshop pengasuhan pasti hafal dengan pola para trainer. Ya, kita akan diminta membahas berbagai keinginan dan harapan untuk bisa mengelola masalah perilaku, seperti amarah, untuk tujuan tertentu. Tidak peduli apa tujuannya, kuncinya adalah mendapatkan langkah-langkah tindakan yang spesifik dan rencana pengasuhan di masa depan, bukan?
That’s it! Cari motivasi pengasuhan kita. Jangan hanya menyebutkan, ‘Agar anak nurut’, misalnya. Uraikan tujuan yang lebih spesifik, penting, dan terukur.
Setelah tujuan terwujud, pajang gambar, kutipan, atau karya seni di dinding yang mengingatkan kita tentang tujuan yang telah ditetapkan. Ini akan menjadi bukti pencapaian tujuan pengasuhan kita dan insyaAllah dapat meningkatkan kepercayaan diri dan kompetensi. Rayakan keberhasilan dengan menulisnya, sampaikan kepada teman yang peduli, atau bahkan dalam update status kita.
Ingatlah bahwa peningkatan kompetensi adalah seperangkat keterampilan yang diperoleh dari waktu ke waktu melalui usaha dan pengalaman. Kita harus berlatih dan belajar dari kegagalan serta pengalaman untuk menjadi orang tua yang lebih kompeten.
Berapa banyak dari kita yang benar-benar memilih dan mau menjadi orang tua? Berapa banyak pikiran sadar dan ilmu yang kita terapkan ke dalam pengasuhan kita? Mari tanyakan pada diri sendiri apa yang ingin kita perjuangkan sebagai orangtua.\
Kita memiliki pilihan dalam hal ini.
Membangun otonomi dimulai dengan memilih apa yang paling penting bagi kita. Memilih nilai-nilai untuk kita yakini dan tanamkan, lalu secara sukarela bertindak sesuai dengan nilai-nilai yang diyakini (Nilai bagi saya sebagai muslim adalah nilai yang sesuai dengan Qur’an dan sunnah, berdasarkan pemahaman sahabat Rasulullah dan orang-orang shalih terdahulu).
Mari berefleksi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti:
Untuk meningkatkan keterikatan, buatlah hubungan dengan orang lain melalui kelompok orangtua, komunitas pengasuhan, organisasi masyarakat, tempat bermain, jalan-jalan pagi, forum online, atau bahkan komite sekolah (atau komunitas homeschooling). Bangun energi untuk diri kita agar dapat mengurus orang lain. Energi ini secara tidak langsung akan membantu kita merawat diri kita sendiri.
Ingat, peran sebagai orang tua tidak mengenal garis finish selama kita masih hidup.
Sepanjang jalan, ibu kita, ayah, kakek-nenek, dan teman-teman memberi kita dorongan dan pengakuan yang membangkitkan keterikatan dan perasaan kekeluargaan. Kita semua telah mengambil jalan panjang tanpa jalan pintas ini.
Maka, jika kita merasa motivasi pengasuhan positif berangsur memudar, mari periksa keempat bahan bakar ini. Iringi langkah dan berikan diri motivasi melalui doa, kompetensi, otonomi dan keterkaitan setiap harinya. Semangat. Parents!
Fondasi terpenting yang membuat kami memilih homeschooling adalah menerapkan pentingnya birrul walidain. Banyak nasihat yang dulu belum kami terapkan. Contohnya saja, sikap-sikap seperti memotong ucapan orang tua, mendahulukan dunia daripada orang tua, hingga memamerkan pengetahuan di hadapan orang tua sebelum diijinkan yang dulu saya anggap sebagai ‘sikap aktif, lucu, berani, dan menggemaskan’. Ah… ternyata saya… salah. 😦
Adalah kisah Haiwah bin Syarih yang menyadarkan saya tentang hal ini. Beliau, seorang imam kaum muslimin, sedang duduk dalam majelis untuk mengajarkan ilmu. Lalu, beliau BERANJAK MENINGGALKAN MAJELIS untuk menuruti ibunya yang memanggil, “Berdirilah wahai Haiwah, beri makan ayam-ayam itu!”
Bayangkan. Sebuah majelis! Di hadapan murid-muridnya, beliau memilih menuruti ibunya untuk memberi makan ayam!
“Ah, anak jaman sekarang mah mana maaau!” mungkin begitu tanggapan kita. Kiiitaaa? Saya aja kali. Sikap saya dulu begitu karena belum tahu bahwa kita bisa menanamkan kepada Anak-anak adab-adab dan akhlak mulia ini. Bisa, insya Allah, setelah memahami urgensi serta cara menanamkannya.
Allah Ta’ala berfirman,
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu” (QS. Lukman: 14).
Yang dimaksud ihsan dalam ayat di atas yaitu menyampaikan setiap kebaikan kepada keduanya semampu kita dan bila memungkinkan mencegah gangguan kepada keduanya. Menurut Ibnu ‘Athiyah, kita juga wajib mentaati keduanya dalam hal-hal yang mubah (yang diperbolehkan syari’at), dan harus mengikuti apa-apa yang diperintahkan keduanya dan menjauhi apa-apa yang dilarang (selama tidak melanggar batasan-batasan Allah ‘Azza wa Jalla).
Sedangkan ‘uququl walidain adalah gangguan yang ditimbulkan seorang anak terhadap keduanya, baik berupa perkataan maupun perbuatan. Contoh gangguan berupa perkataan, yaitu mengucapkan “ah” atau “cis”, berkata dengan kalimat yang keras atau menyakitkan hati, menggertak, mencaci maki dan lain-lain. Sedangkan yang berupa perbuatan adalah berlaku kasar, seperti memukul dengan tangan atau kaki bila orang tua menginginkan sesuatu atau menyuruh untuk memenuhi keinginannya, membenci, tidak mempedulikan, tidak bersilaturrahim, atau tidak memberi nafkah kepada kedua orang tuanya yang miskin. (Sumber)
Ada beberapa cara yang kami coba terapkan setelah menerima ilmu ini. Penuh ups and down tentunya. Tapi, alhamdulillah. Setelah setahun menerapkannya dalam pendidikan rumah, kami melihat banyak sekali perubahan nyata dalam sikap anak-anak. Berikut beberapa di antaranya:
Allah berfirman di dalam surat Al-Isra’ ayat 23.
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا
“Dan Rabb-mu telah memerintahkan kepada manusia janganlah ia beribadah melainkan hanya kepadaNya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya. Dan jika salah satu dari keduanya atau kedua-duanya telah berusia lanjut disisimu maka janganlah katakan kepada keduanya ‘ah’ dan janganlah kamu membentak keduanya” [Al-Isra : 23]
Pertanyaannya: apakah hal ini bisa ditanamkan semenjak kecil? Ya, insyaAllah bisa. Dengan membedakan suara saat berbicara dengan teman dan orang tua. Dan ketika anak meninggikan suara saat berbicara, sebaiknya kita yang tenang. Minta ia mengulang dengan tone yang lebih rendah.
Allah berfirman di dalam surat Al-Isra’ ayat 24.
وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
“Dan katakanlah kepada keduanya perkataan yang mulia dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang. Dan katakanlah, “Wahai Rabb-ku sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangiku di waktu kecil” [Al-Isra : 24]
Ini bisa kita terapkan ketika anak melewati tahap egosentrisnya. Sekiranya usia 7 tahun. Misalkan, ketika anak mendapatkan keberhasilan, kita selalu menisbatkannya kepada Allah. Tentu kita memberikan apresiasi, namun jangan lupa mengucapkan MasyaAllah dan Barakallahu fiik. Bacakan kisah-kisah shahih penggugah jiwa sebagai contoh akhlak yang baik seperti ini. Selanjutnya, terus mengingatkan mereka untuk melakukannya.
Dalam pendidikan sekarang ini, terdapat sebuah pendapat bahwa anak yang ‘berani mengemukakan pendapat’ di hadapan orang yang lebih tua adalah hal yang baik. Bahkan, sikap seperti itu dianggap kritis. Oh, yaaa… dulu saya juga menganggap begitu karena ketidak tahuan saya. Hingga saya menemukan sebuah riwayat mengenai Abdullah bin Umar radhiallahu’anhu dalam menerapkan adab ini.
Beliau berkata:
كنَّا عندَ النَّبيِّ صلَّى اللهُ عليْهِ وسلَّمَ فأتيَ بِجُمَّارٍ، فقالَ: إنَّ منَ الشَّجرةِ شجَرةً، مثلُها كمَثلِ المسلِمِ ، فأردتُ أن أقولَ: هيَ النَّخلةُ، فإذا أنا أصغرُ القومِ، فسَكتُّ، فقالَ النَّبيُّ صلَّى اللهُ عليْهِ وسلَّمَ: هيَ النَّخلةُ
“kami pernah bersama Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam di Jummar, kemudian Nabi bersabda: ‘Ada sebuah pohon yang ia merupakan permisalan seorang Muslim’. Ibnu Umar berkata: ‘sebetulnya aku ingin menjawab: pohon kurma. Namun karena ia yang paling muda di sini maka aku diam’. Lalu Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam pun memberi tahu jawabannya (kepada orang-orang): ‘ia adalah pohon kurma’” (HR. Al Bukhari 82, Muslim 2811).
Umar saat itu tahu jawabannya. Tapi, apa yang ia lakukan? DIAM. He didn’t take the moment (to show-off). Dan itu: adab.
Kita bisa memahamkan ini kepada anak-anak, insyaAllah. Saat mereka seperti akan menyela pembicaraan, kita bisa meminta mereka menunggu sampai kita selesai berbicara lalu tanyakan “Tadi kamu mau bicara apa, Sayang?”
Jika sudah terbiasa dengan adab ini, insyaAllah kita cukup mengingatkan mereka dengan isyarat, tanpa bicara. Oh ya… pastikan kita juga melakukan hal yang sama agar menjadi contoh adab bagi anak-anak kita. 🙂
Dalam ayat 24 surat Al Isra di atas juga disebutkan adab untuk mendoakan kedua orang tua. Membiasakan anak untuk melakukannya di saat-saat doa diijabah atau saat kita terhimpit kesulitan insya Allah akan membuat anak terbiasa melakukannya. Semoga kita juga tidak lalai mendoakan orang tua agar menjadi contoh bagi anak-anak yaaa.
Membiasakan anak dan diri mencium tangan orang tua adalah bentuk penghormatan dan kasih sayang. Aisyah radhiyallahu’anha menceritakan kasih sayang yang terjalin antara Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam dengan putrinya; Fathimah radhiyallahu’anha,
“وَكَانَتْ إِذَا دَخَلَتْ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَامَ إِلَيْهَا فَقَبَّلَهَا وَأَجْلَسَهَا فِي مَجْلِسِهِ، وَكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ عَلَيْهَا قَامَتْ مِنْ مَجْلِسِهَا فَقَبَّلَتْهُ وَأَجْلَسَتْهُ فِي مَجْلِسِهَا”.
“Bahwa Fatimah bila berkunjung kepada Nabi shallallahu’alaihiwasallam, maka beliaupun berdiri menghampirinya dan menciumnya lalu mempersilahkannya untuk duduk di tempat duduknya. Dan Nabi shallallahu’alaihiwasallam apabila mengunjunginya, Fatimah juga bangkit dari tempat duduknya lalu menciumnya serta mempersilahkannya untuk duduk di tempat duduknya”. HR. Tirmidzy dan dinilai sahih oleh al-Hakim juga adz-Dzahaby.
Sebenarnya, masih banyak adab-adab dan akhlak mulia lain yang diajarkan seperti membantu meringankan pekerjaan mereka, tidak memanggil orang tua dengan namanya, menjaga nama baik orang tua, memuliakan kerabat dan teman mereka, memberi nafkah pada mereka bila mampu, menziarahi makamnya bila telah wafat, dan masih banyak adab yang lainnya. Semoga dimudahkan untuk meneruskannya dalam tulisan berikutnya sebagaimana tulisan ini adalah lanjutan seri sebelumnya. Semoga bermanfaat.
Tulisan ini merupakan bagian dari seri…
7 LANDASAN PENDIDIKAN RUMAH BAGI MUSLIM
[LANDASAN #1] MEMILIH VISI DAN MISI
[LANDASAN #3] ADAB DAN AKHLAK KEPADA ORANG TUA
[LANDASAN #4] AUTO-PILOT HOMESCHOOL
Jika ditanyakan tentang tujuan, visi, misi, kurikulum homeschooling, seharusnya ya tidak jauh dengan kurikulum pendidikan kehidupan seorang muslim. Ada urutan pembelajaran yang telah tersedia untuk orang tua Muslim agar tidak galau melangkah dalam mendidik, seperti yang pernah saya tulis di sini. Jadi, seharusnya kita tidak perlu takut ketika mendapat pertanyaan, “Kalau orang tuanya meninggal, bagaimana anak yang homeschooling itu?” Ingatkah perjalanan Nabi Khidr yang tetiba membetulkan dinding rumah yang hampir ambruk dalam surat Al Kahf, yang ternyata adalah rumah seorang Yatim? Allah yang menjaga anak yang memiliki orang tua yang shalih itu, agar ketika dewasa si anak bisa memanfaatkan harta yang terpendam di dalamnya. Dongeng? Bukaaan. Ini ada dalam Al Qur’an. Para ahli tafsir menyebutkan bahwa Allah akan menjaga keturunan seseorang yang shalih, walaupun sang orang tua telah meninggal dunia. Jadi bagaimana? Apa yang menjadi urutan pertama kurikulum pendidikan rumah?
Tulisan ini adalah kelanjutan dari tulisan saya sebelumnya dalam seri Landasan Homeschooling Islami yang diambil dari suart Luqman. Untuk landasan kedua, diambil dari ayat berikut…
Allah Ta’ala berfirman,
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”.” (QS. Lukman: 13).
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Lukman menasehati anaknya yang tentu amat ia sayangi, yaitu dengan nasehat yang amat mulia. Ia awali pertama kali dengan nasehat untuk beribadah kepada Allah semata dan tidak berbuat syirik kepada Allah dengan sesuatu apa pun.”
Lalu, bagaimana konkritnya? Jangan kuatir, telah ada contoh dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk menanamkan aqidah.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam At-Tirmidzi dengan sanad yang hasan. Ibnu Abbas, nak paman Nabi, Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma bercerita,
“Pada suatu hari aku pernah berboncengan di belakang Nabi (di atas kendaraan), beliau berkata kepadaku: “Wahai anak, aku akan mengajari engkau beberapa kalimat: Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya engkau akan dapati Allah di hadapanmu. Jika engkau memohon, mohonlah kepada Allah. Jika engkau meminta tolong, minta tolonglah kepada Allah. Ketahuilah. kalaupun seluruh umat (jin dan manusia) berkumpul untuk memberikan satu pemberian yang bermanfaat kepadamu, tidak akan bermanfaat hal itu bagimu, kecuali jika itu telah ditetapkan Allah (akan bermanfaat bagimu). Ketahuilah. kalaupun seluruh umat (jin dan manusia)berkumpul untuk mencelakakan kamu, tidak akan mampu mencelakakanmu sedikitpun, kecuali jika itu telah ditetapkan Allah (akan sampai dan mencelakakanmu). Pena telah diangkat, dan telah kering lembaran-lembaran”.
Semua hal yang disebutkan Rasulullah kepada Ibnu Abbas di atas tidak lain dan tidak bukan adalah penanaman tauhid. Salah satu hal terpenting ketika anak bertanya, “Allah dimana, Ummi?” ya kita jawab sesuai apa yang ada dalam Al Qur’an surat Thaha ayat 5 “Ar-Rahman beristiwa di atas ‘Arsy”
Dimana makna istiwa adalah tinggi dan meninggi terdapat dalam riwayat Al-Bukhari dari tabi’in.
Begitu pula dari hadits riwayat Muslim dan Abu Daud:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada seorang budak wanita, “Dimana Allah?”. Budak tersebut menjawab, “Allah di langit”. Beliau bertanya pula, “Siapa aku?” budak itu menjawab, “Engkau Rasulullah”. Rasulllah kemudian bersabda, “Bebaskan dia, karena sesungguhnya dia adalah wanita mu’minah”.
Setahun homeschooling bukan sebentar yaaa.. tapi belum lama juga sih. Namun, alhamdulillah, kami bersyukur telah Allah pilih untuk mendapatkan hidayah sunnah dan ilmu tentang tauhid. Ya, aqidah yang lurus.
Bukan sekali atau dua kali kami menemukan diri tercenung dengan dahsyatnya penghambaan dan penyerahan diri anak-anak kepada Allah. Katakanlah, ketika mereka sangaaaat menginginkan sesuatu. Sangat jarang sekali mereka meminta sesuatu (yang mahal) dengan redaksi, “Umi, aku ingin ini.” Tapi, mereka menggantinya dengan kalimat seperti, “Umi, kalau Allah kasih rizki lewat Umi, boleh beli ini?” dan diskusi pun berlanjut dengan kemanfaatan yang mereka mau itu.
Atau seperti gambar di bawah ini.
.
Anak-anak, masyaAllah, meminta langsung kepada Allah di sepertiga malam setelah tahu hadits Rasulullah bahwa Allah turun ke langit dunia pada setiap sepertiga malam terakhir ini. For every wish they know their parents could not afford!
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Rabb kita Tabaraka wa Ta’ala turun ke langit dunia pada setiap malam yaitu ketika sepertiga malam terakhir, (kemudian) Dia berfirman, ‘Barang siapa berdoa kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan, barang siapa meminta kepada-Ku, niscaya akan Aku berikan, dan barang siapa memohon ampun kepada-Ku, niscaya akan Aku ampuni.’”
Hadits ini dinukil dengan sanad yang shahih dari generasi ke generasi dan mencapai derajat mutawatir, karena hadits ini diriwayatkan dari sejumlah sahabat Nabi. (klik untuk sumber)
Begitu pula ketika mereka tidak mendapatkan apa yang mereka mau. Atau, ketika mereka tetiba mendapatkan apa yang telah lama mereka idamkan dan tidak mungkin dibelikan orang tuanya. Tauhid. Ya, landasan inilah yang membuat perjalanan mendidik menjadi sangat dimudahkan Allah. A truly scientific way of parenting. Setidaknya, itu yang kami rasakan hingga detik ini. Anda boleh beda, kok. Pilihan dan konsekuensi ada di tangan masing-masing keluarga. 🙂
Tulisan ini merupakan bagian dari seri…
7 LANDASAN PENDIDIKAN RUMAH BAGI MUSLIM
[LANDASAN #1] MEMILIH VISI DAN MISI
[LANDASAN #3] ADAB DAN AKHLAK KEPADA ORANG TUA
[LANDASAN #4] AUTO-PILOT HOMESCHOOL
Konyol. Itu yang ada dalam pikiran saya ketika membaca berita tentang gagalnya program boneka untuk mencegah kehamilan remaja di US ini.
Ya, gimana nggak konyol. Akarnya yang penting dalam mendidik anak remaja aja ga diberantas.
Mendidik Anak Remaja
Selama para remaja itu terpapar oleh setiap LAGU, ACARA TV, FILM, hingga IKLAN (ow yes, even your tv cables, sodara2) yang mengekspoitasi seksualitas, mau program mendidik anak remaja semahal apapun juga ga mempan. Seksualitas adalah barang dagangan yang laku. Tinggal dipoles cantik lalu dipromosikan dengan cantik kepada anak-anak KEMANAPUN di muka bumi ini, SELAMA ADA MEDIA. Media ini mengajari anak-anak kita harus pakai baju apa, punya apa, sampe social dan relationship goals!
Keren kan? -_-
.
Jadi, masihkah kita (orang tua) dengan pede mengirim anak-anak ke mall, bioskop, acara sekolah, tetangga, dan rumah teman tanpa supervisi?
.
Yuuuhuuu… banyak sudah penelitian yang menunjukkan otak usia remaja ini belum terbentuk sempurna untuk mengambil pilihan yang tepat (apalagi kalau orang tuanya tidak mengajari). Terus, kita tega-teganya menempatkan mereka dalam situasi dimana sulit sekali untuk berkata tidak, gitu?
.
Ah, mari ingatkan diri untuk memproteksi anak-anak kita meski mereka sudah remaja. Mendidik mereka mengambil pilihan sehat. Tidak lepas begitu aja karena pengasuhan tidak seperti Wajib Belajar 9 Tahun.
.
Bukankah Rasulullah terus mendidik anaknya meski sudah menikah bahkan cucunya? Ow yes… karena pengasuhan berlangsung seumur hidup. Kita masih berlabel orang tua.
Since, unfortunately, society has forgotten parents the need to protect teens from themselves.
Kadang-kadang, orang tua (sayaa Buuu maksudnya) suka merasa bingung dalam mencari cara membimbing anak bertanggung jawab. Eh, ternyata… resep orangtua jaman dulu masih dipake looh jaman sekarang. Caranya yaaaa dengan membuat mereka tahu kalau mereka dibutuhkan dan memberikan kontribusi kepada sekitarnya. Apa ituu? Ajak ngepel bersama alias melakukan pekerjaan rumah tangga (silahkan tepuk tangan buibu).
Teganya kau, Mak. Iyes. InsyaAllah ketegaan ini menumbuhkan bibit-bibit tanggung jawab ketika mereka dewasa. Itu tujuannya.
Membimbing Anak Bertanggung Jawab Pake Ngepel? Gak Ilmiah, Ih!
Eiiit.. siapa itu yang bilang ga ilmiah, hah? Sini temuin ane. Kita ngeteh bareng maksudnya.
Nih yaaa… udah banyaaak penelitian tentang ini. Salah satunya dilakukan oleh Roger W. McIntire, professor di bidang psikologi Universitas Maryland yang juga penulis buku Raising God Kids in Tough Times. Beliau nih yang mengatakan bahwa seorang anak harus memiliki beberapa tanggung jawab. Tapiiii….. ada caranya yaaah dalam membimbing anak bertanggung jawab melalui pekerjaan rumah. Ihik.. jangan seperti saya yang sempat melakukan kesalahan dalam ‘mengajak’ anak. Karena itu, pastikan beberapa hal yang merusak proses dan cara membimbing anak bertanggung jawab ini dijauhi. Inget yaaa.. DIJAUHI (daripada nyesel ga berkesudahan seperti saya huhuuuuu).
Berikut Tips-Tips yang Bisa Dilakukan Agar Terhindar Dari Kesalahan
Begitu ceritanya. Dan, apakah kami masih melakukan pola ini dalam kehidupan homeschooling kami? Tentu saja. Sampai saat inikami masih menikmatina (emaknya terutama hehehehe). Semoga kita semua terus dimudahkan membimbing anak bertanggung jawab baik melalui ngepel bersama atau apapun itu namanya yaaa. Semangat! ^_^
If you are under 13 years of age, then please do not use the Service. There are lots of other great web sites for you. Talk to your parents about what sites are appropriate for you.
Itulah kalimat yang dapat ditemukan pada laman Terms of Service (ToS) Youtube ini. Dan ToS ini pun berlaku pada beberapa layanan generik Google lainnya, seperti Blogspot, Google, dan Gmail. Intinya, jika anak kita masih berusia di bawah 13 tahun, maka kita harus mencari alternatif layanan yang ramah anak. Bukankah kita sudah teredukasi dengan baik (setidaknya melalui dunia maya) bahwa ada yang disebut dengan bahaya predator online?
Bahkan National Geographic dalam link ini pun menyebutkan bahwa anak-anak Indonesia sangat rawan diburu predator seks dunia maya. Lalu, bagaimana jika terlanjur? Nahhh, simak terus artikel ini untuk mendapatkan jawabannya, ya. ^_^
Oke, sebelum membahas tentang bahaya predator online, kita cari tahu dulu definisi predator online. Manusia jenis ini yang pasti bukan mahluk unyu, melainkan manusia berbahaya dan harus dihindari.
Banyak definisi yang bisa kita temukan di internet. Salah satunya dari situs iPredator yang mendefinisikan manusia jenis ini sebagai mahluk yang memanfaatkan anak kecil hingga orang dewasa untuk dimanfaatkan secara seksual atau tujuan buruk lainnya. Predator online memiliki banyak cara untuk menarik calon korban dan memanfaatkan kelengahan mereka. Biasanya, korban yang tidak menyadarinya saking ‘baiknya’ profil yang ditampilkan. Biasanya akun-akun yang dipakai adalah akun palsu karena memang dibuat untuk tujuan yang tidak baik.
Banyak definisi yang bisa kita temukan di internet. Salah satunya dari situs iPredator yang mendefinisikan manusia jenis ini sebagai mahluk yang memanfaatkan anak kecil hingga orang dewasa untuk dimanfaatkan secara seksual atau tujuan lainnya. Predator online memiliki banyak cara untuk menarik calon korban, tapi korban yang lengah tentu tidak menyadarinya saking ‘baiknya’ profil yang ditampilkan. Biasanya akun-akun yang dibuat adalah akun palsu karena memang dibuat untuk tujuan yang tidak baik.
Masih ingat peribahasa ‘Serigala berbulu domba’? Nah, peribahasa ini cocok sekali menggambarkan predator online yang terkadang disebut juga sebagai predator seksual, cyber predator, atau predator internet.
Tahukah Anda? Ternyata jumlah data korban kejahatan melalui internet yang melapor dan terdeteksi itu hanya berupa fenomena gunung es. Artinya, kasus-kasus kejahatan yang diakibatkan oleh mahluk-mahluk ini sangat banyaaaaak dan harus diwaspadai, terutama oleh orang tua. Di Indonesia, terutama, keberadaan predator online sangat sulit dilacak karena memang membuat akun palsu di media sosial dan mengganti-ganti no telfon itu sangat mudah – bahkan murah. Tentunya, mencegah predator ‘memasuki rumah’ kita menjadi solusi terbaik – well, setidaknya bagi kami.
Ini personal preference lho yaaaa. Alasannya? Karena, perjalanan hidup anak kecil hingga dewasa itu kan puanjaaang, insyaAllah. Kegiatan anak melalui internet seperti jadi Yutuber asik, endorser terkenal, online marketter kaya, atau bisa segala macam melalui internet itu ternyata belum tentu mendatangkan manfaat bagi dirinya. Apalagi jika menggunakan platform yang tidak sesuai umur. Jika memang suatu layanan, rumah, tempat, acara, benda, atau apapun itu memang menyasar usia di atas 13 tahun, ya nurut dan kreatif aja. Kan, buat kebaikan anak-anak kita jugaaa. Jika memang passion-nya di bidang itu, ya akan ketemu jalannya. Pasti ada alasan dibaliknya, kok. Baca agreement-nya dan cari alternatif yang aman. Pilihlah layanan-layanan yang aman dan khusus dibuat untuk anak-anak, misalnya YouTube Kids atau apa saja yang tidak mengsyaratkan umur.
Nah, yang pertama harus kita lakukan ya menerima dengan ikhlas dulu yaaa. Kata-kata “Tapi kaaaaan…” disimpen dulu di lemari. Setelah terima, kita bisa mulai dengan beberapa step seperti:
Semoga anak-anak kita terus Allah jaga agar tetap aman dan tetap mendapatkan manfaat dari berselancar di dunia maya.
Mengajak anak ke majelis ilmu terkadang masih terasa horor bagi sebagian orangtua. Padahal sebenarnya, anak-anak punya kemampuan untuk bersikap dengan baik di tempat kajian kok. Hanya memang, perlu persiapan ekstra sebelum dan saat kajian berlangsung agar anak anteng. Simak di artikel ini yaaa, setelah curhat berikut. ^_^
Mungkin sebagai orang tua, kita sering tidak sadar melabel atau under-estimate kemampuan anak. Belum apa-apa, kita sudah berkata:
“Kalau anak saya sih ga bisa diem.”
Dan, yang lebih sedih…
“Anak saya sih nakal. Gak mungkin bisa anteng.”
Oh my… 😦 Be careful, parents. Our words are our prayers. Dulu saya sering ‘disumpahin’ ketika anak ketiga saya yang laki-laki itu lahir. Belum juga bisa jalan, sudah kena label:
“Namanya juga anak lanang.”
Terkadang ditambahkan…
“Naaah.. dapet anak laki deh. Ga mungkin bisa diem.” -____-
Seriously, Pak/ Bu. Mosok yo anak saya disumpahin gituuuu. Huhuuuuu…. Tapi, ya sudahlah. Karena saya memang baru merasakan punya anak laki-laki, saya senyum dan berdoa ajalah agar Allah mudahkan.
Tempat kajian tempat umum juga kan yaaa. Nah, seperti anak-anak perempuan saya, saya persiapkan segala hal juga untuk anak laki-laki tercinta seperti yang saya pernah posting di sini . Tapi saya modifikasi sedikit, setelah beberapa penguatan dan masukan dari teman-teman serta ustadz/ ustadzah yang concern dengan pendidikan anak. Berikut hal-hal yang saya persiapkan sebelum datang ke kajian:
Bahagianyaaa kalau memang disediakan Children Corner. Ada juga situasi dimana panitia mengijinkan membawa anak tapi dengan catatan ‘harus dijaga agar tidak mengganggu jamaah lain’. Nah, kalau yang begini berarti kita harus amanah. Tapi, jangan baper juga kalau ternyata panitia tidak mengijinkan. Anak-anak harus dijaga kehormatannya dan kita harus mendidik juga adab menjadi tamu yang baik melalu cara kita merespon aturan dari panitia. Jadi, clear ya.
Eit… tapi bukan buat menakut-nakuti lho yaaaa. Di tahap ini kita memberikan anak kesempatan untuk mengkomunikasikananak kebutuhan kita. Iyaaa… kebutuhan kita mengapa perlu hadir di tempat itu. Utarakan manfaat duduk di majelis ilmu dan bagaimana kita sangat bersyukur kalau bisa fokus sepenuhnya di majelis itu. Saya pribadi memberikan imbalan jika anak sukses duduk anteng di kajian. Jangan bayangkan reward seperti gadget lho yaaa. Cukup jajan satu macam kue, buah, atau minuman sehat sepulang dari sana, karena memang sehari-hari mereka tidak dibiasakan jajan. Kok, imbalan? Sogokan dong? Hlaah.. kan kiiiita yang perlu. Dan mereka sebenarnya punya hak untuk tidak ikut kaaan? Jadi wajar (menurut saya) jika kita berterima kasih dengan level pikir konkret yang mereka tahu: hadiah.
Anak yang kenyang adalah anak yang bahagia! Well, setidaknya mereka tidak meraung kelaparan di tempat yang menuntut mereka untuk duduk sesuai tuntutan orang dewasa. Siapkan cemilan sehat dan sebisa mungkin jangan yang berkemasan. Ini supaya anak-anak ga heboh aja kresek-kresek terus tanya “Sampahnya dibuang kemana, Umi?” yang akhirnya mempengaruhi attention span mereka. Plus, siapkan quiet activities yang mereka suka. Kalau anak-anak saya sukanya bawa mewarnai, gunting-tempel, balok (tapi bawa beberapa aja ya), puzzle, dan tablet yang sudah diisi video edukasi tanpa suara (we don’t do games ^_^).
Buat apa? Ya, mencari posisi yang nyaman untuk anak dan dekat pintu keluar – tapi tidak menghalangi orang yang lalu lalang. Nah kan, banyak syarat lokasinya. Maka dari itu, bisa memiliki posisi yang nyaman itu penting banget. Oh iya, tambahan satu lagi mengenai posisi: pastikan dekat tembok. Hehehe. Kenapa dekat tembok? Soalnya, bisa aja terjadi satu situasi dimana kita harus meninggalkan barang-barang yang dibawa untuk menenangkan anak kita keluar. Ingat lho, kita kan harus mendidik anak menghormati hak orang lain yang datang ke kajian sekaligus menyelamatkan kehormatannya. Nah, ini berhubungan dengan poin berikutnya.
Bu Mierza, beneran? Buat apa? -___-“
Serius lhooo… kan kita harus siap di segala kondisi kan yaaaa. Kalau tetiba kita lihat anak kita mulai ancang-ancang menangis.. HAP… langsung gendong ke luar. Jangan tunggu sampai nangis kejeer! Perhatikan sinyal-sinyal yang diberikan anak. Setelah dia siap, masuk lagi. Mau nangis lagi? Keluar, HAP.. gendong ke luar, tenangkan, buat perjanjian, dan masuk lagi.
Kalau terjadi ketiga kalinya gimanaaaaa? Boleh lakukan ritual itu lagi atau pulang. Sangat situasional.. kan Ibu/ ayah yang tahu si anak tho? Sekuatnya ajaaa. Kalau kita punya barang-barang di dalam, yaaa.. tunggu sampai kajian selesai. Sampaikan kepada anak bahwa kita paham kalau dia ngerasa gak nyaman. Jangan dimarahi apalagi dibuat trauma. Tarik bibir dan senyuuuum.. bilang “Nanti kita coba lagi yaaaa.” Tetap tanamkan rasa cinta terhadap ruang-ruang ilmu.
Kalau anak berhasil anteng, meski setengah atau malah seperempat waktu kajian.. jangan lupaaaa apresiasi yaaa. Ini penting banget untuk membuat merasa mampu mengendalikan diri. Kalau masih belum berhasil, coba terus dan mohon kemudahan kepada Allah. Ingat.. jangan batasi kemampuan kita dan anak-anak. Bismillah.
Allah is the One who can make the impossible happen, rite? 😉
Jadi… yuuuuk, kita biasakan mendudukan anak di majelis-majelis ilmu.
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.