Education Management, My Thoughts

Lebih Baik Diam? (Ketiadaan Manajemen Keluhan)

Sebuah organisasi yang baik terbentuk dari kontribusi seluruh pihak, baik dari atasan maupun bawahan.  Begitu juga dengan sekolah. Institusi pendidikan dianggap berhasil ketika mampu memprediksi masalah, bukan hanya mengatasi.

Kemampuan memprediksi ini hanya akan muncul di institusi yang  sehat. Ada dua karakter yang sebaiknya dimiliki sekolah sehat, yaitu mampu menerima masukan dan kepemimpinan yang kuat. Bagaimana bisa? Oke, kita beberkan di bawah ini:

Yang pertama adalah manajemen keluhan atau complaint management yang baik. Sekolah yang sehat adalah sekolah yang mampu mengelola semua masukan dan keluhan baik dari dalam maupun dari luar. Dari luar bisa berarti dari orang tua, siswa, dan komunitas. Dari dalam bisa didapatkan dari guru, staf, dan manajemen sekolah.

Mungkin saat ini anda berpikir, “Seharusnya dari dalam itu berupa masukan, bukan keluhan.” Ya, mungkin idealnya demikian. Tapi, ayolah….  keluhan itu berasal dari ketidak mampuan orang yang mengeluh.

Katakanlah yang mengeluh itu adalah guru. Mereka melakukan itu bisa jadi karena area penyelesaiannya terlalu luas seperti sistem yang berantakan atau di luar wewenang, atau ketika sekolah memiliki kepala sekolah, yang abai dan tidak cakap, misalnya. Maka, wajar jika mereka mengeluh. Yang menjadi perhatian seharusnya adalah follow up dari keluhan tersebut, bukan siapa yang mengeluh.

Adalah sebuah kesalahan besar ketika guru atau siapapun yang mengeluh ini dibungkam demi pencitraan. APA YANG HARUS DICITRAKAN??? Setiap keluhan yang dibungkam dan lama atau tidak di follow up akan menumpuk laksana gunung es.

Belum lagi ketika kepala sekolah yang seharusnya menjadi penghubung antara pemilik dan guru memilih diam demi keberlanjutan hajat hidup pribadi dan melupakan amanah sebagai pemimpin.

Nah, berarti kita masuk ke pembahasan kedua yaitu kepemimpinan yang kuat sebagai ciri sekolah sehat. Beruntung saya berada di bawah pengayoman para pimpinan berkualitas di sekolah sebelumnya: Al Izhar, Tunas Muda, Sugar Group, dan Al Taqwa. Dari merekalah saya banyak belajar mengenai ilmu kepemimpinan.

Sungguh saya akan super galau jika berada di bawah kepemimpinan yang represif, yang meminta guru untuk diam demi pencitraan. Ada lho, sekolah seperti itu.. Yang kepala sekolahnya memilih diam dan melupakan amanah, yang penting aman dan keluarga kenyang. Yang gurunya tidak dianggap profesional sehingga tidak perlu diikat dengan kontrak. Yang pemiliknya lebih mementingkan bisnis daripada anak didik dengan merumahkan guru di tengah tahun ajaran tanpa diberi bimbingan lebih dulu. Lha wong perusahaan aja dapet SP sampai 3X kok, masa sekolah yang nyata-nyata merupakan institusi pendidikan tidak mendidik para pendidiknya.

Tapi lagi – lagi saya bersyukur karena keempat sekolah yang saya sebutkan di atas sangat profesional dan bukan jenis sekolah yang ‘khilaf ‘ tadi. Semoga siapapun guru,orang tua, dan siswa yang bertahan di sekolah tersebut dapat membantu sekolah bangkit dari kekhilafan.

Sungguh diam yang demikian membawa konsekuensi yang besar, yaitu hilangnya kepercayaan orang tua sebagai konsumen. Maka, tidak heran jika orang tua akhirnya memindahkan anaknya dan memilih sekolah lain. image

Nah, setelah membaca artikel ini, masihkah anda percaya bahwa diam lebih baik di setiap kesempatan? Saya kembalikan jawaban dan konsekuensinya ke tangan anda.

Education Management, My Thoughts

Turnover Guru: Apa dan Kenapa

Tulisan ini akan menyoal turnover dalam bidang SDM ya. Sebenarnya ada padanan kata bahasa Indonesia untuk turnover ini, yaitu perpindahan atau pergantian. Tapi, berhubung kata turnover (menurut saya) jauh lebih familiar, jadi saya akan memakainya dalam tulisan ini.

Definisi turnover itu sendiri, yang saya terjemahkan dari businessdictionary , adalah jumlah karyawan yang direkrut untuk menggantikan karyawan yang mengundurkan diri atau diberhentikan dalam jangka waktu tertentu.

Kata karyawan disini akan kita ganti dengan kata guru yang merupakan salah satu komponen terpenting dalam menentukan kualitas sekolah. Kualitas kinerja guru yang baik sering berdampak positif bagi perkembangan anak didik.

Begitu pula dengan masa kerja guru di sekolah tersebut. Sekolah Sekolah yang memiliki kemampuan retensi guru yang baik, atau dengan kata lain tidak sering bongkar pasang guru,  terbukti berpengaruh dalam menjaga dan meningkatkan kualitas pengembangan profesi, jumlah siswa, penjadwalan, perencanaan kurikulum, kenyamanan kerja, dan menghindarkan sekolah tersebut dari potensi ‘chaos’.

Seperti bola es yang terjadi dalam sekolah dengan turnover tinggi, faktor-faktor di atas akan mempengaruhi operasional sekolah secara makro, atmosfir kerja yang tidak menyenangkan, merusak citra sekolah, dan pada akhirnya terjadi hal yang paling tidak diinginkan: mencederai proses belajar mengajar. Seperti hasil riset William Sanders dalam Teachers Magazine (2000), anak-anak didik yang belajar di sekolah yang memiliki kemampuan retensi guru akan merasa nyaman dan mampu meningkatkan prestasi akademik.

Lalu, apa yang menyebabkan tingginya turnover? Apakah hanya gaji dan remunerasi? Guess what?
image

Yup, berdasarkan banyak riset yang dilakukan bidang manajemen seperti uang dilakukan Galluphttp:// www.gallup.com/businessjournal/106912/turning-around-your-turnover-problem.aspx, ternyata bukan uang alasan utama tingginya turnover.

Mari kita lihat prosentase berikut:

image

Ternyata, alasan moneter hanya mendapat porsi 22%. Sisanya yang 78% terbagi menjadi beberapa alasan seperti job security, jenjang karier, gaya manajemen, ketidak cocokan pekerjaan, dan penjadwalan/ fleksibilitas. Kelima hal tersebut disebabkan oleh ketidak cakapan manajemen dalam menganalisis dan mengelola talent yang dimiliki organisasinya.

Dalam cakupan sekolah, siapakah yang disebut manajemen itu?

Manajemen sekolah termasuk dalamnya setiap pengelola yang merupakan pengambil keputusan, baik strategis maupun operasional. Berarti, dalam hal ini, manajemen sekolah itu termasuk ketua dan anggota yayasan, kepala sekolah, wakil kepala sekolah, hingga koordinator.

Semua pengambil keputusan tadi paling bertanggung jawab atas tingginya tingkat turnover . Tidak ada satu pun bagian yang bisa mencuci tangan karena koordinasi yang baik dimulai dari analisis diri dan mengakui kesalahan.

Lalu, bagaimana selanjutnya? Bisakah kita atasi masalah ini?
Tunggu lanjutannya, ya, insyaAllah. 🙂

Education Management

Dalami Karakter Calon Guru Dengan Teknik Wawancara Ini

INETRVIEW“Kok kinerjanya tidak seperti saat wawancara, ya?”

Mungkin kalimat ini pernah anda dengar atau mungkin pernah anda lontarkan jika anda bekerja sebagai manajer sekolah. Atau bahkan, mungkin saat ini anda bertanya-tanya akan keefektifan proses rekrutmen yang anda lakukan. Jika iya, maka anda adalah seorang pemimpin yang reflektif.

Sekarang ini, saya akan berbagi sebuah metode wawancara yang dikenal dengan nama

Behavioral Event Interview atau BEI

Secara sederhana, BEI adalah suatu teknik yang meminta calon karyawan atau guru untuk menceritakan dengan RUNTUT situasi atau pengalaman NYATA SECARA DETIL pada saat mereka mengajar di tempat sebelumnya atau belajar di universitas (untuk yang merekrut fresh graduate). Jadi, memang hasil wawancaranya tersebut adalah kisah sang kandidat dalam menyelesaikan masalah tertentu dalam pekerjaan atau pendidikan sebelumnya.

Mungkin di titik ini anda akan bertanya: “Waduh… Apa saja yang ditanyakan pada saat wawancara? Apa mungkin bisa langsung bercerita begitu saja? Ada tekniknya?”

Yup, tentu saja. BEI menyebutnya dengan teknik STAR.

STAR Technique

Begini langkahnya:

  • PERSIAPAN – Sebelum dimulai, kandidat ‘dipersiapkan’ untuk menjawab dalam beberapa detik setelah diperdengarkan pertanyaan tentang suatu kejadian di masa kerja/ pendidikan yang lalu. Pertanyaannya sebaiknya detil, seperti : “Sebutkan satu proyek yan pernah anda pimpin?” atau sejenisnya.
  • SITUATION (SITUASI) – dimana penanya menggali situasi genting pada event tersebut.
  • TASK (TANTANGAN DAN EKSPEKTASI) – Intinya, apa yang dilakukan, dengan cara apa, siapa yang telibat, dan seterusnya.
  • RESULTS (HASIL) – Apa saja pencapaian, prestasi, bahkan hingga kegagalan yang dialami.

BEI dianggap salah satu metode yang cukup cerdas dalam menggali karakter calon guru karena kandidat tidak bisa memoles jawaban sebelumnya. Jawaban ini juga dapat memprediksi kesesuaian kultur sang kandidat dengan sekolah kita dengan menggali respon yang nyata berdasarkan keahlian, pengetahuan, sikap, karakter, sampai filosofi hidupnya.

Apakah teknik ini selalu berhasil? Sangat tergantung kualitas pertanyaan atau probing yang dilakukan pewawancara. Jadi, ya, memang perlu latihan untuk menjadi pewawancara BEI yang handal. 🙂

Nah, berikut saya lampirkan slide presentasi yang saya bawakan tentang tema ini. Slide ini bisa anda unduh jika ingin tahu dan mempraktekan teknik ini. Dan, jika anda memerlukan trainer, jangan sungkan hubungi saya untuk berkolaborasi.

Selamat mencoba.

Salam,

Mierza Miranti

 

Education Management

Pemimpin Sekolah yang Efektif (Bagian 2)

Posting ini adalah kelanjutan dari tulisan sebelumnya, yaitu Apakah Anda Pemimpin yang Efektif? (Bagian 1) . Posting tersebut membahas 3 kriteria pertama seorang pemimpin sekolah yang efektif, yaitu:

  1. Menunjukkan kepemimpinan atau leadership
  2. Memiliki kemampuan mendisiplinkan siswa
  3. Memiliki sistem yang berkelanjutan dan holistik untuk mengevaluasi kinerja

Pada posting kali ini, saya akan melanjutkan kriteria pemimpin yang efektif berikutnya.

4.Mengembangkan dan Mengevaluasi Program Sekolah

Bagian ini merupakan peran penting dri seorang pemimpin sekolah. Program yang berhasil adalah program yang dapat mengembangkan kemampuan siswa di sekolah melalui pengalaman yang bernilai. Inilah kurikulum tersembunyi yang sesungguhnya, atau yang ramai disebut dengan ‘pendidikan karakter’. Program yang efektif harus mencakup beragam area untuk memberikan ‘pengalaman’ ini.

Jika sekolah merupakan sekolahyang baru, ada baiknya sebelum dibuka atau pada awal tahun, pemimpin sekolah menginvestigasi program yang diterapkan di sekolah lain. Membuka telinga lebar-lebar untuk masukan sangatlah penting. Jangan tersinggung jika ada beberapa guru atau orang tua yang mengatakan “Di sekolah saya sebelumnya, ada program begini dan begitu.” atau “Kenapa tidak begini atau begitu saja?” atau kalimat yang semisalnya. Karena, siapa tahu program yang disebutkan tersebut bisa efektif diterapkan di sekolah setelah dikembangkan dan dievaluasi.

Selain itu, perlu sekali melakukan evaluasi atas program  yang sedang berjalan setiap tahunnya. Contohnya saja, jika sekolah memiliki program membaca yang tidak memotivasi anak untuk membaca, maka saatnya untuk meninjau ulang keefektifan program dan melakukan penyesuaian untuk meningkatkan kualitas program tersebut.

 

5.Meninjau Ulang Kebijakan dan Prosedur

Seorang pemimpin sekolah, terutama kepala sekolah memiliki tugas untuk membuat, meninjau ulang, menghilangkan, dan mengedit kebijakan dan prosedur setiap tahunnya. Kebijakan dan prosedur sekolah ini sebaiknya tercetak di buku penghubung karena buku penghubung  bukan hanya berfungsi sebagai ‘catatan harian’ tapi juga mampu meningkatkan kualitas pendidikan siswa. Kualitas pendidikan ini bisa tercapai dengan memastikan setiap individu mengikuti kebijakan dan prosedur sebagai budaya sekolah dan ‘kurikulum terselubung’ sekolah tersebut.

Apa sajakah kebijakan dan prosedur minimal yang harus dicantumkan di buku penghubung?

  1. Prosedur kehadiran dan keterlambatan
  2. Prosedur kedisiplinan dan konsekuensinya
  3. Kebijakan penggunaan telepon genggam
  4. Kebijakan seragam
  5. Code of Conduct setiap penghuni kampus

 

 

6. Membuat jadwal

Proses pembuatan jadwal setiap tahun adalah tantangan yang akan selalu ada untuk para pemimpin sekolah. Ada beragam jadwal yang harus dimasukan dalam rutinitas sekolah, termasuk diantaranya jadwal bel sekolah, piket, penggunaan laboratorium, penggunaan perpustakaan, dll. Kroscek masing-masing jadwal sangat penting untuk memastikan beban guru sama satu dengan yang lain – meski tidak mungkin bisa memuaskan semua pihak.  Seorang pemimpin sekolah juga harus menjadi fleksibel dan selalu siaga untuk mengubah jadwal jika diperluka.

 

7. Mendelegasikan tugas

Banyak pemimpin yang masih sulit mendelegasikan tugas karena kuatir akan kemampuan anak buahnya. Namun, perlu diketahui bahwa, pendelegasian akan banyak membantu anak buah untuk mengembangkan kemampuan kepemimpinan dan menyingkat waktu pengerjaan. Cobalah mencari tahu pihak-pihak yang dapat dipercaya atau dilatih untuk mengerjakan pekerjaan yang didelegasikan. Selanjutnya, cobalah memberikan rasa trust kepada mereka. Sekolah yang tidak bersifat one-man show akan jauh lebih sehat dalam hal membina hubungan antar pekerjanya.

 

8. Menjalin Hubungan Baik dengan Orang Tua dan Komunitas

Membangun hubungan yang baik dengan orang tua pembelajar dapat memberi banyak kemudahan dalam proses pendidikan. Salah satunya adalah ketika sekolah mengadapi masalah displin, situasi akan sagat mudah diatasi jika orangtua mendukung keputusan sekolah dan turut mendidik anak dengan kultur yang diharapkan.

Selain itu, membangun hubungan dengan komunitas, baik secara individu maupun bisnis, daoat sangat membantu operasional sekolah. Beberapa keuntungan diantaranya adalah kemudahan mendapatkan donasi, waktu pribadi, dan dukungan positif lainnya.

 

9. Merekrut Guru dan Staf yang Berkualitas

Hal yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah sumber daya insani sekolah. Merekrut orang yang tepat dapat mempermudah pekerjaan semua orang yang terlibat di dalam sistem. Salah satu cara mencari SDM yang berkualitas adalah dengan melakukan wawancara.

Namun, memang terkadang para pemimpin sekolah ini tidak memiliki waktu yang cukup untuk melakukan wawancara. UNtuk itu, perlu dilakukan beberapa tahap screening khusus yang bisa dilakukan oleh pihak-pihak yang didelegasikan. Tahap penyaringan tersebut diantaranya adalah:

  • Mengirimkan surel berisi beberapa pertanyaan untuk melihat antusiasme atau kesesuaian awal. Hal ini berguna untuk menghemat waktu kedua belah pihak.
  • Melakukan serangkaian tes tertulis dan tes mengajar/ unjuk kerja.

Nah, jika proses di atas telah dilakukan, maka pemimpin sekolah dapat memutuskan untuk melakukan wawakcara. Ada baiknya mengundang pihak lainyang dipercaya untuk mendapatkan umpan balik yang berbeda. Terdapat beberapa cara rekrutmen yang sesuai untuk sekolah, diantaranya yaitu dengan Behavioral Event Interview atau STAR. Ini akan dibahas lebih mendalam dalam posting saya selanjutnya.


Memang tidak mudah menjadi seorang pemimpin yang efektif, namun tentunya tidak mungkin selama pemimpin tersebut mau terus belajar untuk menjadikan dirinya efektif. Semoga paparan peran-peran dapat membantu para pengambil keputusan di sekolah. Selamat belajar. 🙂

Education Management

Pemimpin Sekolah yang Efektif? (Bagian 1)

Posting yang ini merupakan operasionalisasi dari posting saya sebelumnya yaitu:

Perangkat Manajemen Sekolah yang Efektif.

Saya beruntung mengenal beberapa pimpinan sekolah, baik itu kepala sekolah, koordinator guru, pengelola sekolah, dan yang siapapun yang bertanggung jawab dalam manajemen sekolah. Dari mereka, saya banyak mengamati dan akhirnya menerapkan ilmu ketika saya mengemban amanah sebagai manajer sekolah.

Tentu tidak mudah ya menjadi seorang pimpinan sekolah. Perlu banyak waktu, tenaga, kelapangan hati, dan kerja cerdas. Para pemimpin tersebut saya pandang mampu mengatasi segala rintangan yang menghadang demi memberikan yang terbaik bagi siapapun pihak yang ada di sekolah.Mereka sangat layak disebut pemimpin sekolah yang efektif.

Di bawah ini, saya ambil beberapa persamaan peran yang membuat mereka dianggap sebagai pemimpin yang efektif. Apa sajakah itu?

1. Menunjukan kepemimpinan atau leadership

Pemimpin yang efektif selalu menjadi contoh anak buahnya. Kepemimpinan ini ditunjukan dengan sikap yang positif (atau mudahnya nggak gampang sakit hati :P), selalu antusias, selalu siap mengatasi kesulitan dalam keseharian operasional sekolah, dan yang paling utama mau mendengar anak buahnya.

Intinya, seorang pemimpin itu selalu available bagi guru, staf, orang tua, siswa, dan komunitas pembelajar sekolah lainnya. Kalau dilihat dari sikap, nih, seorang pemimpin yang baik itu selalu nampak tenang dalam situasi tersulit, berpikir panjang sebelum bertindak, dan mengedepankan kepentingan sekolah di atas kepentingan pribadi. Mereka bahkan siap untuk mengambil peran di luar jobdesc yang diamanahkan.

2. Mampu mendisiplinkan siswa 

Pimpinan sekolah, mau tidak mau, harus mengambil peran sebagai pihak yang mendisiplinkan siswa: terutama kepala sekolah dan wakasek kesiswaan.

Eit, tapi jangan salah… seorang pemimpin sekolah yang bergerak di bidang yang tidak berhubungan langsung dengan siswa pun memeliki peran ini, lho. Setidaknya, mereka memperlakukan siswa dengan standar kedisiplinan yang sama yang diharapkan sekolah.

Siapakah yang membuat standar kedisiplinan ini? Kepala sekolah (dan terkadang bagian kesiswaan) tentunya.

Lalu, bagaimanakah cara membuat standar kedisiplinan ini. Pertama, pastikan semua pihak tahu langkah-langkah konkrit yang harus dilakukan untuk setiap masalah kedisiplinan serta konsekuensinya. Jadi, hanya kasus-kasus beratlah yang ditangani langsung bagian kesiswaan atau kepala sekolah. Seorang pimpinan yang baik akan mendengarkan dan mengumpulkan sebanyak mungkn bukti sebelum memberikan konsekuensi maupun pinalti. Dan, yang penting tapi sering dianggap remeh adalah selalu mendokumentasikan isu-isu disiplin untuk setiap tindakan yang dilakukan.

3. Mengevaluasi bawahannya

Biasanya, seorang pemimpin yang efektif cenderung memiliki anak buah yang efektif juga. Misalkan, kepala sekolah atau koordinator guru yang efektif biasanya memiliki guru-guru yang efektif. Kepala Tata Usaha biasanya memiliki staf yang efektif.

Lho? Kok bisa?

Tentu saja. Karena pimpinan yang efektif selalu menginformasikan ekspektasi di awal, melakukan induction atau pengawalan tugas di awal, melakukan kunjungan kelas atau meninjau proses pekerjaan secara rutin, dan mengumpulkan informasi sebanyak mungkin mengenai kualitas kerja anak buah.

Yang terpenting, informasi ini dikomunikasikan secara berkala dengan cara yang positif, terutama jika terdapat ekspektasi yang belum tercapai. Intinya, seorang pemimpin tidak perlu menunggu akhir masa jabatan bawahannya untuk mengevaluasi, terutama jika peningkatan mutu proses dan hasil kerja adalah tujuannya.

Hmm…. Keren, kan? Tapi apa iya ada pemimpin yang demikian? Tentu saja. Merekalah yang menginspirasi saya menerbitkan tulisan ini agar bisa meracuni pimpinan sekolah yang lain. Ini baru bagian satu, lho…. Saya akan teruskan di posting bagian dua untuk racun-racun berikutnya. Biar nggak kepanjangan bacanya. 🙂

Salam,

Mierza Miranti

Education Management, My Reflection

Perangkat Manajemen Sekolah yang Efektif

Source: http://gambarumahminimalis.comManajemen yang efektif. Kata ini pasti sering kita dengar di lingkungan profesional manapun. Namun kali ini, klastulistiwa.com ingin berfokus pada bidang  manajemen sekolah.

Untuk dapat dikatakan efektif, manajemen sekolah perlu memiliki perangkat dasar yang menjadi pilar dalam menopang kualitas sekolah. Ketiadaan salah satu dari perangkat ini dapat membuat visi dan misi yang dijalankan secara strategis hingga operasional menjadi berantakan.

Nah, posting kali ini akan membahas empat perangkat manajemen sekolah yang efektif. Apa sajakah perangkat itu?

1.    Adanya leadership dalam manajemen sekolah

Inilah WAJAH sebuah sekolah. Merekalah para pemimpin dan pengelola sekolah. Mereka dapat disebut sebagai kepala sekolah, wakil kepala sekolah, koordinator, manajer sekolah, atau pihak manapun yang mengembang tugas untuk mengambil keputusan strategis dan operasional.

Well, mengembangkan kemampuan memimpin atau leadership itu gampang-gampang sulit. Salah satunya adalah kemampuan mengelola trust atau rasa percaya antara staf, siswa, orang tua, dan anggota komunitas sekolah lainnya. Seorang pemimpin sekolah perlu mengetahui perannya dan filosofi kepemimpinan sekolah yang mengikutinya. Selain itu, pemimpin sekolah juga harus membangun komunitas pembelajar dan mengambil keputusan strategis dan operasional.

Jadi sebenarnya, stempel leadership dapat diberikan berdasarkan kesepakatan bersama para stakeholder setelah melihat peran sang pemimpin. Jika salah satu dari stakeholeder, misalkan guru atau orang tua, meragukan leadership pengelola sekolah, maka yang harus legowo menjadi pendengar dan pembelajar adalah sang pemegang otoritas tersebut.

2.    Program sekolah yang berkualitas

Inilah NYAWA sebuah sekolah. Pengelola sekolah yang profesional perlu memiliki andil dalam perancangan program sekolah. Yang dimaksud disini adalah, program sekolah tidak bisa digagas oleh satu orang saja untuk kemudian diinstruksikan. Itu ONE MAN SHOW namanya.

JIka memang terdapat visi dan misi yang harus dijaga, program tetap harus dibicarakan antar pengelola strategis sekolah. Bukankah yang direkrut adalah mereka yang dianggap memiliki visi dan misi yang sama? Kekuatan musyawarah  akan membuat sebuah program lebih kaya karena dikembangkan dalam beberapa perspektif. Selain itu, keikutsertaan lebih dari satu pengelola strategis akan membuat evaluasi program menjadi lebih objektif.

3.    Evaluasi guru dan manajemen yang holistik

Inilah yang menjadi JANTUNG sekolah. Semua pihak pasti setuju bahwa guru menentukan kualitas proses dan hasil belajar-mengajar. Lagi-lagi, tantangan pengelola sekolah menghadapi tantangan dalam menentukan cara mengevaluasi guru. Karena, tidak hanya evaluasinya yang penting, namun langkah selanjutnya dari hasil evaluasi tersebut.

Sebagai organisasi pembelajar, sekolah tidak seharusnya berhenti pada fungsi evaluasi sebagai alat pemilihan guru yang efektif dan guru yang tidak berkualitas. Karea itu, evaluasi perlu dilakukan secara berkala untuk melihat keinginan guru untuk belajar. Bukankah guru merupakan role model bagi murid-muridnya? 🙂

Hasil dari evaluasi ini, selain berdampak pada guru, juga seharusnya memiliki dampak perubahan bagi sekolah. Dari hasil analisis, manajemen dapat mengetahui efektifitas yang dimilikinya selama satu tahun ajaran mengelola sekolah. Jika evaluasi ini dilakukan secara holistik, bukan tidak mungkin sekolah akan bertumbuh menjadi sekolah yang lebih baik setiap tahunnya.

4.    Kebijakan dan prosedur yang kuat

Kebijakan dan prosedur sekolah merupakan TULANG PUNGGUNG sebuah sekolah. Setiap sekolah yang efektif memiliki ciri kebijakan dan prosedur yang kuat dan ditaati oleh seluruh komponen sekolah.

Kekuatan ini tidak hanya didapatkan dari tulisan di atas kertas yang dibagikan di awal tahun ajaran atau tercetak di website dan buku penghubung sekolah. Kekuatan ini bisa didapatkan dengan pengawasan dan evaluasi yang berkelanjutan dari manajemen sekolah. Menuliskan dan merevisi kebijakan dan prosedur sekolah bukanlah kelemahan, namun kekuatan sekolah yang dinamis dan dapat melihat keuntungan jangka panjang dari proses pembelajaran sebagai manajemen sekolah.

Setiap sekolah pasti ingin dikatakan sebagai sekolah yang efektif sebagaimana pengelola sekolah ingin dikatakan profesional. Namun, stempel itu tentunya tidak melekat dengan sendirinya. Perlu kerja keras dan cerdas dalam mewujudkannya. Visi dan misi akan hanya menjadi tulisan indah di atas kertas tanpa pengejawantahan secara operasional.

Karena itu, posting klastulistiwa.com mengenai manajemen sekolah efektif tidak akan berhenti hingga paparan umum dan idealis saja. Tunggu posting selanjutnya, dimana klastulistiwa.com akan memaparkan secara operasional masing-masing dari empat kategori di atas. Insya Allah.