My Reflection

Mengajari Calistung Kepada Balita Tanpa ‘Mengajari’ (Bagian 6)

Insyaallah jika memungkinkan akan menaruh sesi-sesi sebelumnya.

Homeschooling, Mierza's Own, My Reflection, Parenting

APA YANG MASUK KE RUMAH, ITULAH YANG KELUAR DARI LISAN DAN LAKU MEREKA

“Bukankah Rasulullah itu dermawan?
Bukankah Rasulullah itu qonaah?
Paling pantang sikapnya menyakiti orang lain?
Paling pantang melukai perasaan orang tuanya?” celoteh si 3 th.

“Kata siapa itu, Nak?”
“Ustadz Maududi Abdullah,” katanya.

Teaser potongan kajian itu memang salah satu yang sering didengar. Terkadang teaser kajian dari Ustadz Badru dan ustadz lain juga ia sebutkan, selain juga beberapa potongan ayat dan hadits.

Celoteh.. ya.. celoteh maasyaaAllah barakallaahu fiih. Kami tidak menyangka akses wifi 24 jam yang awalnya kami gunakan untuk bekerja, sambil full streaming Rodja selama kami bangun, ternyata berdampak demikian. .

Teringat nasihat ustadz Syafiq, “Jangan memasukan pencuri ke rumah kita.” Apapun yang kita masukan untuk anak-anak dengar, lihat, baca, tonton… itulah yang dapat mempengaruhi jiwanya. .

Barakallaahu fiikum bagi insan yang sudah membangun dan mengembangkan TV-TV dakwah. Semoga semakin menyebar dan berdampak bagi lebih banyak keluarga.

 

Activity Ideas, Mainan Edukasi, MEDIA BELAJAR

15 IDE BELAJAR MENGGUNAKAN PASIR KINETIK

Anak-anak belajar melalui bermain, termasuk ketika mereka bermain pasir kinetik. Saat bermain dengan media ini, anak memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi, membuat, dan memecahkan tantangan. Selain itu, banyak manfaat yang mereka dapat ketika bermain pasir, beberapa diantaranya adalah:
1. Mengembangkan keterampilan motorik halus
2. Melatih koordinasi tangan & koordinasi mata
4. Memberi ruang kreativitas dan imajinasi
5. Mengasah sensory
6. Pengembangan bahasa dan kosakata dengan pendampingan yang baik
7. Mengatasi tantangan
8. Memecahkan masalah masalah

Nah kaaan.. selain untuk bermain, klastulistiwa.com juga menggunakan pasir kinetik untuk media belajar dan stimulasi lho. Apa saja yaa yang bisa kita pelajari dengan media ini?

1. Mengenal huruf latin/ hijaiyah dengan mencetaknya dengan tangan atau cetakan.
2. Meniru huruf/ angka di pasir menggunakan jari.
3. Mencari mainan huruf latin/ hijaiyah yang disembunyikan di pasir.
4. Melatih tulisan tangan di pasir.
5. Mengeja/ menulis kata di pasir
6. Membangun bentuk geometri 3 dimensi
7. Mencetak bentuk geometri 2 dimensi
8. Masak-masakan (mengukur, menakar, memindahkan)
9. Belajar konsep pecahan dengan membagi bulatan
10. Belajar jam
11. Memindahkan pasir dari wadah satu ke lainnya menggunakan sendok
12. Sensory bin
13. Menanam di dalam rumah
14. Mencari mainan angka yang disembunyikan di pasir.
15. Membuat dan mencetak beragam objek yang dipelajari. Lebih seru lagi melibatkan mainan lain seperti truk atau excavator!

Keren kaaan manfaatnya.. ayooo main!

 

Pasir kinetik bisa dibeli di http://instagram.com/geraiuma ya.

Lectures of Life, Parenting

CATATAN KAJIAN @ASESI2018 MENDIDIK GENERASI ROBBANI

[Bismillah: Catatan ini sesuai apa yang disimak dan kurang lebihnya adalah kesalahan pencatat. Foto buku bukanlah yang dikaji, melainkan  hadiah untuk si sulung (11th) dari ustadz karena  bertanya, “Bagaimana cara saya menjaga akhlak jika mau masuk pesantren dan ternyata teman-teman tidak bersikap baik”]

IMG-20181103-WA0013

===============

Mendidik Generasi Robbani
Ustadz Fazhrudin Nu’man
ASASI EXPO, 3 November 2018

Oleh Mierza Miranti

 

Tujuan utama kita: At Tahrim ayat 6

Ibnu Umar menafsirkan ayat ini ” Berikan pendidikan kepada anakmu karena kalian akan dimintai pertanggung jawaban apa yg anda ajarkan dan didikan kepada mereka”

Dibalik itu semua ada tanggungjawab pendidikan anak: Bagaimana caranya muncul dari RT kita muncul anak shalih, qurata ayun.

Sodaqoh jariyah, ilmu bermanfaat, dan anak shalih yg senantiasa mendoakan ayah dan bunda.

Anak shalih itu meskipun tidak mendoakan, tetap sampai pahala kepada kita ketika meninggal, karena anak-anak itu hasil didikan kita dahulu. Mendidik anak itu kewajiban dan kebutuhan.

Dalam Ali Imron: 79 disebutkan kalimat “jadilah kalian generasi Robbani”
Ibnu Abbas menyebutkan bahwa “Generasi Robbani adalah generasi yg berakal, bijak, dan memahami agama.”

Robbani diambil dari dua kata, disandarkan kepada Rabb (jamaknya)

Artinya:

1. Generasi yg banyak ibadah kepada Allah dan banyak ilmunya.
2. Generasi yg mengurus manusia sehingga bisa mengurus saudaranya (tidak mementingkan diri sendiri)

Imam at Thabrani “Rabbaniyun adalah tulang punggung manusia, jadi sandaran, generasi yg jadi andalan dalam fiqh, agama, dan dunia.”
Ketika membayangkan generasi rabbani, jangan hanya bayangkan anak kita. Kita pun harus menjadi generasi rabbani.
Ciri-ciri generasi rabbani:
1. Generasi yang senantiasa tegar, semangat, kokoh, berdiri di atas tauhid yang lurus.
2. Senantiasa istiqomah di atas sunnah Rasulullah dan salafish shalih sbg imam dan tauladan yang diikuti
3. Generasi yang senantiasa menjunjung tinggi di atas ilmu dan amal, menjauhi maksiat
4. Generasi yang semangat mengajarkan ajaran islam, amal maruf nahi munkar di atas ajaran yang benar
5. Generasi yang menyejukan pandangan dengan akhlak yang mulia dan adab

Ambillah doa untuk meminta kepada Allah
❤ Doa nabi Ibrahim “Rabbi habli minash shalihin”
❤ Doa nabi Zakaria
❤ Surat Al Furqon 74

Bagaimana menjadi generasi Robbani:
1. Al walidain al shalihah (orangtua yang shalih)
2. Al biah al shalihah (lingkungan yang baik)
3. Al ilmu as shahihah (ilmu yang benar)
4. Al mualim al robbani. (Guru baik dan ahlussunnah)
5. Al abdul halal (semua asupan yg halal

====================
1 . Al walidain al shalihah (orangtua yang shalih)

Keshalihan/ keburukan ini berpengaruh besar, setelah Allah. Merekalah madrasah pertama
Kedua orangtua shalih dapat membangun rumah tangga di atas keshalihan dan berdoa diatasnya.

LIHAT: kisah nabi Musa dan Nabi Khidr dalam al kahf tentang dinding rumah anak yatim yang diperbaiki nabi Khidr atas sebab orangtuanya yang shalih

Ibnu katsir: “Keshalihan seorang berpengaruh dalam keturunannya di dunia dan akhirat.”

“Seorang bayi terlahir suci, orangtuanyalah yang menjadikan Yahudi, Nasrani, Majusi” (Muttafaq alaih)

Berpikirlah sebelum menikah untuk mencetak generasi Robbani.

Aisyah radhiyallaahu anha, ” Hendaklah kalian memilih teman yg baik untuk menaruh benih.”

CEK: Wanita dinikahi karena 4 hal….

Cari juga pria yg shalih “bila ada laki-laki yang kalian ridhai akhlak dan agamanya maka nikahkankah kepadanya, sebab jika tidak, maka akan terjadi bencana di muka bumi dan kerusakan yang melanda”
Kenapa ortu harus shalih?
1. Orangtua shalih akan amanah
2. Akan memulihkan pendidikan terbaik serta memerintahkan mereka dalam ketaatan
3. Akan menjadi qudwah yg baik
4. Menjaga dr yg merusak
5. Akan memohon kepada Allah untuk kebaikan anaknya

———
2. Al biah as shalihah (lingkungan yang baik)

Syaikh Athiyyah “Setiap anak asalnya lahir dalam keadaan fitrah, apabila tumbuh dalam fitrahnya niscaya akan tumbuh dalam hidayah…. ”

CEK KISAH: Jaman bani Israil tentang sang pembunuh 100 nyawa. Ketika ia ingin taubat dinasihati “Pergilah engkau ke negeri yg disana orang-orang menyembah Allah bersama orang shalih, jangan kembali ke negerimu tempat orang-orang yang buruk”

Rasulullah, “Agama seseorang akan seperti agama temannya, maka hendaklah setiap kalian melihat dengan siapa ia berteman”

Yang harus dijaga
1. Lingkungan keluarga (apa masih ada maksiat? Musik?)
2. Lingkungan masyarakat (cek tetanggamu sebelum pindah)

3. Lingkungan sekolah tempat velajar

 

Di Mekah Madinah tidak ada pesantren karena lingkungannya sudah pesantren, tidak ada ikhtilat, musik

Maka carilah sekolah yg tanpa ikhtilat, musik, dan syariat sesuai Quran sunnah denggan pelayanan salafush shalih.
=============
3. Al ilmu as shahihah (ilmu yang benar)

Ilmu adalah fondasi pencetak generasi, pengubah karakter.
Hanya dengan ilmu orang bisa:
1. Mengenal Allah
2. Ibadah dengan benar
3. Mengetahui halal haram
4. Berakhlak mulia
5. Berdakwah amal maruf mahir munkar
Hasan al Basri, “Kalau tidak (taat?) ilmu agama, seseorang akan seperti binatang”

Menuntut ilmu ada 2:
1. Mubah —> math, sains, kedokteran
2. Wajib —> agama dalam Quran, sunnah, pemahaman salafush shalih. INILAH STANDAR ILMU

Barangsiapa yg dikehendaki baik oleh Allah, maka pahamkan ia terhadap agamanya.

Ilmu adalah apa-apa yang pernah diucapkan Allah, Rasul, dan sahabatnya. Mereka adalah orang-orang yang memiliki ketangguhan ilmu. Setelah jaman Rasulullah, sahabat-sahabat yg dijamin surga.

Ahlussunnah yang dimaksud adalah mereka yang memahami agama dengan benar sesuai pemahaman salafush shalih.

Kalau ada kuisioner di jaman jahiliyah, siapa yg paling zalim,   jawabannya Umar bin Khattab. Tapi lihat setelah masuk Islam, Umar jadi umat terbaik.

“AKU wariskan kepada kalian 2 perkara, tidak akan sesat jika kalian berpegang teguh, yaitu kitab Allah dan sunnah rasulNya.”

Kata nabi di akhir jaman kalian akan ada perselisihan yang banyak, maka hendaknya kalian berpegang pada tuntunanku dan tuntunan sahabatku.
=========
4. Al mualim al robbani. (Guru baik dan ahlussunnah)

Kenapa belajar agama malah bisa menjadikan seorang lulusan berpemahaman  Syiah? Khawarij? ISIS? —>>> KARENA GURUNYA MENGAJARKAN DEMIKIAN

Guru memiliki tanggung jawab besar.

Kalau bisa jadilah guru karena “Sesungguhnya Allah dan malaikat, seluruh penduduk. . Seluruh yg di bumi. .. semua mendoakan kebaikan.” <<< cek hadits lengkapnya.
Karakter guru Robbani:
1. Memiliki keikhlasan (betul-betul ingin membetulkan anak didiknya karena Allah
2. Shalih, memiliki kekuatan taqwa ilallah
3. Beraqidah yang shahih dan manhaj yang lurus
4. Memiliki kekuatan ilmu yg berlandaskan quran sunnah salafush shalih
5. Memiliki kemuliaan akhlak dan keluhuran budi pekerti (jika anak didik takut kepada kita, maka kita harus koreksi diri)

Hati-hati kabar akhir jaman ” akan muncul guru-guru yang mengajak manusia ke neraka jahannam”

Hendaknya kalian melihat darimana kalian melihat darimana mengambil agama kalian, sehingga diduga apabila darinkalangan Ahlussunnah maka ambillah ilmunya.

Imam Malik “Ilmu ini adalah daging dan darah kalian dan akan ditanya di hari kiamat maka hendaklah kalian melihat darimana mengambilnya.”

 

=========

5. Al abdul halal (semua asupan yg halal

Imam atau Tsahuri ” siapa yang makanan. Halal pasti badannya akan menaati Allah dan barangsiapa siapa memakan makanan haram pasti badannya bermaksiat kepada Allah.”

Para ulama dulu ketika tidak bangun malam, mereka cek makanan mereka.
Ibnul Qayim “Makanan haram bisa melemahkan jiwa”

Al Baqoroh 168, jangan ikutin langkah syaitan. Nabi Adam yang memakan buah menjadi pelajaran.

Makanan haram bisa menghalangi ibadah.

An Nisa: 10 ..
“Setiap daging yang tumbuh dari nasabah haram maka neraka lebih uatam baginya” (HR Muslim)

Abu Bakar memakan sesuatu dari pembantunya, lalu ia makan dr hasil dukun, lalu ia berusaha memuntahkannya.

 

 

My Reflection

BUAT JAM MATAHARI YUK BUAT CEK KIBLAT

BUAT JAM MATAHARI YUK BUAT CEK KIBLAT

*Mierza Ummu Abdillah*

Jumuah selalu istimewa. Tapi jumat yang sekarang lebih istimewa… Kenapaaa?

Karena, matahari tepat berada di atas ka’bah.

Ini saya dapet dari mba Anne Adzkia, blogger yang homeschooling mum yang keyen ituuu loooh. Nah, jam 16.18 hari ini (27 Mei 2018) adalah saat yang tepat buat cek posisi kiblat.

image
PENGUMUMAAAAN

Ehem… berhubung anak2 emang ga (pernah) sekolah, langsung ajalah diajak buat jam matahari (bapake yang ajak, deng).

Susaahkaah? Tentu tidak…

Yang gampang ajalah, pake kardus – atau dalam kasus saya cover buku gambar bekas – sama kertas dan lem.

Caranya:
1. Buat dasarnya
2. Buat segitiga berdiri (kalau saya pakai kardus lagi di dalamnya)
3. Lem di tempat yang seharusnya.

image
Jam Matahari yang Njawani

Udah deehhhh.

Pas jam 4.18 sore, bawa keluar sesuai petunjuk gambar pengumuman di atas. Terus,  cari arah kiblat yang bayangannya ada di belakang segitiga (Ng… deskripsinya bener ga nih? Liat gambar jamnya aja yaaa)

Gampang tho? Ya jangan susah susah… karena cucian menunggu. Hehe… maklum, cari masalah jadi emak2 homskuler tapi ga punya ART (curhat).

Semoga bermanfaat. ^_^

Homeschooling, My Reflection, Parenting

KURIKULUM UNTUK ORANG TUA (HOMESCHOOLERS) MUSLIM

KURIKULUM UNTUK ORANG TUA (HOMESCHOOLERS) MUSLIM

*Mierza ummu Abdillah*

“Cieee yang homeschooler…. masa orang tuanya perlu kurikulum?”

 Baiklah, kita bahas tentang kurikulum dulu ya. Karena kita di Indonesia, kita pakai acuan nasional, yaitu Diknas.

Kurikulum menurut UU No. 20/ 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 19 adalah “seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.

Garis bawahi kata TUJUAN PENDIDIKAN. Sebagai muslim, sebagai orang tua, apa tujuan kita?

Pasti udah sering mendengar ayat yang artinya iniii kaaan:

 “Wahai orang-orang yang beriman, lindungilah diri kalian dan keluarga kalian dari neraka…” (QS. At-Tahrim: 6).

love isnot enoughBagaimanakah cara melindungi ‘kita dan keluarga kita’? Cukupkah dengan cinta dan ketulusan?

Nope. Love is not enough.

Bukankah kita sudah banyak melihat contoh orang tua yang mencintai anaknya dengan tulus dan melakukan apapun yang anaknya minta atas nama cinta? Lalu bagaimana kelanjutannya? Teman-teman disini pasti tahulaah jawabannya: Iyesss… kita butuh ilmu.

Banyaaak sekali yang harus kita pelajari, dari mulai ilmu agama hingga ilmu berkomunikasi. Islam memberikan kurikulum yang ajiiib dalam soal mendidik anak  ini, terutama soal akidah sebagai ilmu pertama yang layak dikenalkan pertama kali. Singkatnya, begini ‘kurikulum dasar’ bagi orang tua sang pendidik adab yang sebenarnya bisa bertambah berlipat-lipat sesuai karakteristik keluarga:

  1. AQIDAH

Inilah modal dasar dalam mendidik, agar anak hanya menyandarkan diri kepada Allah. Memberikan hadiah tak mengapa, asal ajarkan anak meminta kepada Allah saat menjanjikannya. Disinilah kita bisa menancapkan aqidah di hati mereka.

Nabi shallallahu’alaihiwasallam telah memberi contoh dalam pondasi dalam jiwa anak. Dalam riwayat Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma, yang artinya “Jika engkau memohon, mohonlah kepada Allah. Dan jika engkau meminta pertolongan, mintalah kepada Allah”. (HR. Tirmidzi – Hasan sahih).  Dengan terus mencamkan ini, insyaAllah ketika mereka tak bisa mendapatkan apa yang mereka mau, itulah yang terbaik dari Allah.

Lihatlah wasiat Nabi Yaqub pada surat Al Baqarah ayat 133 ketika hendak meninggal dunia. Yang ditanyakan bukan berapa nilai di ijazah atau penghasilan anak-anaknya, tapi siapa yang disembah? Bukankah kita juga tidak tahu apakah besok kita masih bisa bangun dan ‘menjaga’ anak-anak dengan semua ilmu parenting kita? Siapa lagi yang akan menjaga mereka selain yang menciptakannya?

  1. ILMU TENTANG TATA CARA IBADAH

Dari Ibnu Abbas radliallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Perintahkanlah anak kalian untuk shalat ketika mereka berusia 7 tahun. Dan pukullah mereka untuk dipaksa shalat, ketika mereka berusia 10 tahun.”(HR. Abu Daud 495 dan dishahihkan al-Albani)

Hadits ini juga pasti sudah sangat dikenal. Tapi, sudahkah kita memiliki ilmu tentang bagaimana tata caranya? Atau yang penting pukul aja kalau mereka ga mau nurut shalat? Kita punya banyak waktu sebelum ‘memerintahkan mereka’, bukan? Bukankah semua setiap perkataan, perbuatan, hingga yang kita pikirkan akan dimintai pertanggungjawaban? Jadi, mari gunakan masa-masa mumayyiz mereka (di bawah 7 tahun) untuk mulai mencari ilmu yang shahih tentang cara beribadah.

  1. ILMU TENTANG AKHLAK

Oh, yaaa.. banyak sudah kita lihat di linimasa ketika selfie yang ‘tidak beradab’ bocah menjadi kekinian. L Karena itu, kita perlu sekali mempersiapkan amunisi ilmu adab bagi anak, baik itu terhadap Allah, orangtua, teman, tetangga,  dan adab sehari-hari. Sebelum mengajari mereka tentang bagaimana cara berbicara kepada orang tua, makan, minum, bertamu, berbicara, tidur, masuk kamar mandi, belajar dan banyaaak lagi… mari kita cari tahu praktek Rasulullah dan menerapkannya terlebih dulu.

  1. ILMU TENTANG DOA

Doa ini senjata orang beriman dan tentunya orangtua generasi rabbani. Sungguh hanya karena Allah segala sesuatu itu terjadi, bukan semata-mata karena kecanggihan kita mendidik anak. Ada banyak doa shahih yang bisa kita amalkan untuk kebaikan keluarga. Selain yang dicontohkan Rasulullah, beberapa doa juga terdapat di Qur’an seperti dalam doa nabi Nuh dalam surat Nuh ayat 28, doa dalam surat Al-Furqan ayat 74, dan doa nabi Ibrahim untuk anak-anaknya menjadi orang yang menegakkan shalat dalam QS. Ibrahim ayat 40.

  1. ILMU DLL, DST, DSB, DKI, DLLAJ (ABAIKAN 2 SINGKATAN TERAKHIR)

Iyesss… ada banyak ilmu yang kita butuhkan dalam mendidik generasi masa depan. You name it. Dari mulai seni  berinteraksi dan berkomunikasi dengan anak, strategi menghadapi anak berdasarkan sifat dan karakternya, cara membangun PD anak, cara menumbuhkan potensi dan bakat anak, cara memotivasi, dan baaanyaaak lagi. Alhamdulillah, kita diberikan banyak kemudahan mengakses buku-buku bergizi, kajian-kajian yang mengisi hati, grup-grup pengasuhan yang memompa semangat, seminar dan workshop pengasuhan yang mencerahkan,  pengalaman-pengalaman pengasuhan yang terlihat berhasil dalam prosesnya, dan segala sumber belajar dari yang bersertifikat seperti guru beneran seperti iou.com sampai yang gratis dan menyenangkan macam coursera.

Memangnya boleh? InsyaAllah, selama tidak bertentangan dengan syariat.   Bagaimana tahunya?  Belajar media literacy – karena gak semua yang dikatakan internet itu benar.

Daaan… untuk ilmu syar’i, mari belajar dengan tahapan yang benar karena ilmu syar’i itu bertingkat-tingkat dan membutuhkan ulama yang benar-benar utuh memahaminya. Boleh intip https://klastulistiwa.com/2016/05/20/homeschoolers-pun-perlu-tahu-tahap-tahap-belajar-ilmu-syari/ untuk beberapa tahapannya.

LALU, KAPAN KURIKULUM INI BERAKHIR???

Tentunya tidak setamat SMA, S1, S2, S3, atau saat SK kerja berakhir yaaa. Ibaratnya ‘homeschooling’ itu tidak pernah berakhir. Dan kita, orang tua, adalah homeschoolers seumur hidup meski nanti anak-anak yang kita didik bukan lagi ‘homeschoolers’ di rumah kita. Mereka akan menjadi homeschoolers di rumah mereka selanjutnya.

Karena rumah adalah sekolah.

 

 

 

Homeschooling, Homeschooling Starter Kit

[VLOG] How to Homeschool Ala Klastulistiwa

Yaaay.. Alhamdulillah… selesai sudah video tutorial cara  homeschooling ala keluarga kami! Iyesss.. itu video pertama kami di Youtube tanpa movie maker apps yang sudah terhapus di lappie karena mempertahankan OS jaman lawas tapi ORI (uhuk!).

Etapi.. etapiiii…. thanks to Smartfren yang dikenalkan oleh Blog Emak Gaoel,  gak ada program pun gak masalah tuuu. Edit-edit bahagia via onlie tetep bisa gratisan (makanya ga bisa ngilangin watermark hehe). Hasilnya ga malu-maluin lah sebagai nubi di peryutuban.

Kalau ada yang tanya, “Lha, how to homeschool lagiiiii? Kan dulu pernah posting ituuuuu?” Ehem… yang ini beda. Ini apdet ya know… kekinian…

Poin-poin penting seperti di bawah ini akan terus ada sebagai pengingat, bahwa:

  1. Homeschooling itu unik, berdasarkan ciri, how-to-homeschool-ala-klastulistiwa.jpgvisi, dan misi keluarga masing-masing. Jadi model HS perjalanan klastulistiwa yang kami jalani belum tentu sesuai dengan model HS keluarga lainnya. Makanya, kenali dan terus cari tahu agar puzzle-puzzle itu pun membentuk jadi visi-misi kamu (tsaaah).
  2. Ketika sudah siap dengan pilihan untuk homeschooling, mulai dan teruslah bangun chemistry dengan seluruh anggota keluarga, terutama si buah hati kesayangan.
  3. Gali potensi diri, anak, hingga komunitas yang bersentuhan dengan keseharian.
  4. Eksplorasi semua sumber dan cara belajar agar proses berilmu lebih holistik.
  5. Mengingatkan diri sendiri agar pembelajaran itu berlaku buat seluruh keluarga, tidak hanya anak yang diajari saja.
  6. Menghargai proses dan tidak terpaku pada hasil melulu. Kenapa? Karena dalam proses belajar terkandung banyak nilai dan keahlian yang penting dalam proses persiapan anak menghadapi kehidupan.
  7. Membekali anak untuk masa depan dunia akhirat, bukan cuma ‘biar lulus dan dapat nilai bagus’. Jadi, coret-coret di seragam pas kelulusan? Hadeeeuh… masih musim ya? -_-
  8. Berjejaring dengan banyak komunitas pembelajar, dari mulai yang isinya homeschoolers, anak satu kelurahan, anak-anak masjid,  perkumpulan berbasis hobi, kemasyarakatan, sampai ROHIS Berkemajuan yang lagi viral sekarang (ciee cieee). Kalau kami lebih memilih komunitas ketimbang kursus-kursusan. Karena ya itu tadi, anak-anak juga ikut proses berlembaga bukan dilembagakan. Ga cuma bayar terus marah-marah karena hasil gak sesuai harapan (ini cuma contoh lhooo – jangan baper).

Nah… adakah yang membedakan posting yang ini dengan posting sebelumnya? Tentu saja ada. Apa ituuu?

Tadaaa! Yang sekarang ada videonya.  *krik krik krik*

Baiklah… Selamat menikmati dan abaikan watermarknya ya.

Salam,
Mierza Ummu Abdillah

Homeschooling

Ibu, Mari Didik Anak Untuk Dapat Duduk di Majelis Ilmu

***Mierza ummu Abdillah***

duduk dengan ulama

Linimasa sempat riuh rendah dengan pro dan kontra membawa atau tidak membawa anak ke majelis ilmu. Padahal, bukan tingkah polah si anak yang menjadi masalah. Tapi kita. Ya, kita. Orang tuanya.

Sudahkah kita mendidik anak untuk dapat dapat duduk bermajelis? Sudahkah kita mempelajari  adab penuntut ilmu? Apakah kita telah membekali dengan ilmu pengasuhan yang memadai? Apa kita benar-benar all out dalam menjaga anak kita atau kita bahagia melihatnya berjalan kesana kemari mengganggu yang lain sedang kita asik sendiri? Apa saja yang kita persiapkan untuk bisa duduk bersama anak di majelis ilmu? Berapa lama kita menyiapkannya? Sudahkah dihitung durasi dan apa saja yang kita persiapkan?

Tunggu… Apa kita sudah kita mencoba? Sekali? Dua puluh kali? Apa kita lelah dan memilih untuk menunggu saja anak besar? Jika ya, itu belum mencoba namanya. Itu berhenti berusaha. Mencoba itu artinya saat anda membaca ini, anda masih berjuang untuk datang bersama anak-anak meski hanya dua menit pertama, lalu Anda keluar. Dan akan ada terus episode itu hingga Allah memperkenannya duduk di majelis dengan adab seorang penuntut ilmu.

“Anak saya kinestetik. Gak bisa diem. Apa bisa?”

InsyaAllah. Allah yang menjadikan segalanya mungkin. Saya sudah berkecimpung di dunia pendidikan selama belasan tahun sebagai pendidik dan saya sudah sering melihat anak yang dicap kinestetik mampu duduk memperhatikan dengan lama dan benar. Tapi, tentunya itu bukan sesuatu yang instan. Perlu perjuangan yang insyaAllah bermanfaat bagi keluarga kita.

“Tapi, itu berat. Saya malu dilihat yang lain.”

I’ve been there, felt that, still do. Tapi, tidakkah kita ingin anak-anak kita seperti apa yang mereka lihat? Mencontoh dari para ahli ilmu dan pencari ilmu? Mencontoh manusia-manusia yang mendatangi majelis demi mendapat ilmu? Mendidik seperti salafush shalih dan ulama-ulama setelahnya?

Dari Abi ‘Ashim: “Aku pergi bersama anakku menemui Ibnu Juraij, padahal anakku masih kurang dari 3 tahun. Beliau menyampaikan hadits dan Al Qur’an”. Kemudian Abu Ashim berkata, “Tidak mengapa untuk diajarkan kepada anak ini hadits dan Al Qur’an pada usia demikian dan yang semisalnya.” [Al Kifayal lil Khatib]*

Berkata Imam Malik, “Ibuku kemudian memegang diriku dan memakaikan pakaian yang disingsingkan, lalu beliau meletakkan sesuatu yang tinggi di kepalaku dan memakaikan sorban di atasnya.” Kemudian Ibuku berkata, “Pergilah sekarang dan catatlah.” (Almuhadits Alfashil)*

Mendidik itu memang tidak ringan. Ungkapan ‘It takes a village to raise a child’ itu akan kita dapatkan dalam majelis ilmu, insyaAllah. Coba tengok apa yang dikatakan Zakariya bin Ziyad An Nabawiy di bawah ini.

Adalah guru kami telah berkata: “Duduklah kaliam bersama para ulama, dikarenakan jika kamu benar, mereka akan memujimu. Dan jika kamu salah, mereka akan mengajarimu. Dan jika kamu tidak punya ilmu, maka mereka tidak akan mencercamu. Dan janganlah kamu duduk dengan orang-orang yang jahil (tidak punya ilmu), karena jika kamu benar, mereka tidak akan memujimu. Dan jika kamu tidak tahu tentang sesuatu, maka mereka akan mencercamu. Dan, apabila mereka bersaksi untukmu, maka (kesaksian) mereka tidak akan bermanfaat bagimu.”(Akbaril Qudhah)*

Mungkin kita mendapat pengalaman yang tidak menyenangkan, seperti mendapat cibiran, pandangan sinis, sampai ucapan yang tidak menyenangkan dari beberapa gelintir penghuni majelis. Tapi ingat, parenting has ups and downs, doesn’t’t it? Selain itu, masih baaanyak penghuni majelis ilmu yang bersedia membantu kita mendidik anak. Ya, mendidik. Jadi yaaaa… nikmati perjalanan mendidik itu. Take it. Don’t leave it. Coz’ it’s well worth the result – insyaAllah.

*Kutipan diambil dari kajian rutin kitab Al-Jâmi’ fi Ahkâm wa Âdâb Ash-Shibyan.

My Reflection

Pikirkan Ini Sebelum Memutuskan Homeschooling

image

Beralih dari sekolah formal ke homeschooling (atau memulai homeschooling ditengah budaya schooling) merupakan suatu langkah besar. Untuk itu orang tua perlu mempertimbangkannya dengan baik.

Apa saja yang harus dipertimbangkan sebelum memilih homeschooling?

Beberapa hal berikut dapat menjadi pertimbangan orang tua  sebelum memutuskan menerapkan homeschooling.

Komitmen terhadap waktu
Kegiatan homeschooling cenderung menghabiskan waktu yang lebih banyak. Kegiatan homeschooling tidak hanya duduk mempelajari buku – buku selama berjam – jam. Ada banyak kegiatan lain seperti eksperimen dan proyek – proyek yang harus dilakukan, pekerjaan anak yang harus diperiksa, belajar di lingkungan luar seperti taman, pelajaran tahsin, tahfiz, dan masih banyak lagi. Orang tua dan anak harus mempunyai komitmen dan disiplin kuat dalam menjalani homeschooling.

Mengorbankan kehidupan pribadi
Agak lebay sih bahasanya, tapi saya belum menemukan padanannya. Alasannya karena ya… orang tua homeschooling memiliki sangat sedikit waktu untuk diri mereka sendiri (atau ini cuma saya aja yah?). Dapat dikatakan bahwa orang tua dan anak selalu bersama – sama hampir 24 jam dalam seminggu. Sehingga orang tua harus siap mengorbankan kehidupan pribadinya.

Kondisi keuangan keluarga
Homeschooling mungkin tidak menghabiskan biaya sebesar sekolah formal, akan tetapi membutuhkan peran orang tua yang sangat besar sehingga salah satu orang tua harus mengorbankan pekerjaan full time mereka. Hal ini tentu berdampak besar bagi keluarga yang mengandalkan dua pemasukan. Eh, tapi bukan tidak mungkin loh jika keduanya bekerja. Kalau saya ingat, nanti, saya akan posting tentang hal ini.

Sosialisasi
Orang tua harus memberi perhatian lebih dalam hal sosialisasi anak dengan orang lain. Karena anak tidak bersekolah formal seperti anak – anak pada umumnya, sosialisasi anak harus benar – benar diperhatikan. Kebaikan homeschooling adalah orang tua memiliki kontrol lebih dalam hal kontak sosial anak dengan orang lain. Sehingga anak lebih terjaga dari tindakan buruk lingkungan. Komunitas homeschooling dapat menjadi salah satu pilihan anak untuk bersosialisasi. Atau bagi Muslim, ini saatnya memperbanyak silaturahmi.

Pengaturan rumah tangga
Orang tua homeschooling harus mampu mengatur pekerjaan rumah tangga dan kegiatan homeschooling berjalan dengan baik. Ini bukan curhat, tapi pekerjaan rumah tangga harus dikerjakan dengan baik, sementara   kegiatan homeschooling juga harus berjalan baik. Kegiatan homeschooling tentu berpengaruh pada kondisi rumah yang bisa jadi lebih berantakan sehingga membutuhkan tugas ekstra.

Kesepakatan kedua orang tua
Sangat penting untuk kedua orang tua sepakat dalam menerapkan homeschooling. Akan sangat sulit menerapkan homeschooling jika salah satu pasangan ada yang menolak. Jika pasangan anda menolak cobalah untuk meneliti dan berbicara dengan orang lain untuk mencari solusinya.

Apakah anak bersedia/tertarik?
Ketertarikan anak akan sangat menentukan karena anak yang akan menjalaninya. Yang utama tentu keputusan orang tua, tetapi jika anak menolak tentu akan sulit untuk menerapkan homeschooling.

Satu tahun untuk satu masa pendidikan
Homeschooling bukanlah komitmen seumur hidup, banyak keluarga yang menerapkannya per tahun kemudian dievaluasi kembali apakah tetap menjalankan homeschooling atau tidak. Bisa saja orang tua dan anak merasa sudah saatnya untuk bersekolah formal.

Apakah orang tua merasa tertekan untuk mengajar?
Jika anda dapat membaca dan menulis, maka anda mampu untuk mengajar anak anda. Kurikulum dan materi – materi pembelajaran akan membantu anda dalam merencanakan dan menjalankan pendidikan. Anda dapat meminta bantuan orang lain jika mendapat kesulitan atau mencari tutor untuk beberapa subjek pelajaran yang sulit.

Pengalaman orang lain
Akan sangat membantu jika anda mendengarkan alasan orang lain memilih homeschooling. Anda dapat belajar dari pengalaman orang lain dan menjadi pertimbangan sebelum memilih homeschooling.

Itulah hal – hal yang harus dipertimbangkan sebelum memilih homeschooling. Semoga bermanfaat ya…

Sumber : http://homeschooling.about.com/od/gettingstarted/a/homeschool4you.htm

Homeschooling

Mengapa Memilih Homeschooling: Itu Mimpi Saya 8 Tahun yang Lalu

Ya, memulai homeschooling atau sekolah berbasis keluarga rasanya seperti mimpi. Mimpi yang pernah saya tuliskan ketika saya masih mengajar 8 tahun lalu di sekolah swasta. Saat itu saya terheran-heran dengan keputusan beberapa orang tua yang mengambil langkah untuk memulai homeschooling yang saat itu masih asing. Saya juga sempat termakan prasangka akan si anak dan orang tua mengenai keputusan mereka. Mengapa memilih homeschooling menjadi pemicu rasa penasaran saya.

Sadar mulai melabel manusia, saya mulai melakukan riset kecil-kecilan. Hasil riset ini iseng-iseng saya kirimkan ke surat kabar. Dan, alhamdulillah, ini menjadi tulisan pertama saya yang dimuat Jakarta Post:

Why Opt for HSInti dari tulisan saya adalah beberapa alasan yang dipilih orang tua emngapa memilih homeschooling untuk anaknya. Dan tahukah anda, sebenarnya kesemuanya itu juga menjadi alasan saya. Berikut daftarnya:

  1. Homeschooling adalah tempat yang tepat untuk menanamkan nilai agama dan tauhid. Didalamnya tentu terdapat etika, norma, moral, dan karakter sesuai ajaran agama saya: Islam yang semoga dalam prakteknya sesuai dengan manhaj yang lurus.
  2. Merekatkan keluarga. Betapa tidak? Kami akan bersama 24 jam sehari, 7 hari seminggu.
  3. Bebas memilih dan mendesain kurikulum yang kami mau. Ini tentunya tidak bisa dengan bebas kita pilih di sekolah manapun karena keinginan setiap orang tua berbeda. Saya ingin integrasi Islam dalam pembelajaran anak-anak saya.
  4. Homeschooling memberikan kesempatan untuk melaksanakan, memonitor, dan mengevaluasi pembelajaran yang tepat untuk anak sendiri.
  5. Memberikan lingkungan yang yang sesuai untuk dicontoh, terutama hingga masa SD selesai. Tapi ini bukan berarti tidak bergaul. Hanya, orang tua selalu dapat mengawasi dan mengarahkan anak-anaknya akan adab yang sesuai.
  6. Waktu pembelajaran yang lebih fleksibel.
  7. Memanfaatkan segala sumber belajar yang sangat dekat hubungannya dengan anak.

Itu keinginan saya 8 tahun lalu. Saat ini, keinginan itu telah berkembang setelah mengalami perjalanan hidup sebagai pengajar di beberapa sekolah. Bersentuhan dengan beragam sistem sekolah membuat saya takut bahwa sistem yang saya pilih tidak menjadikan anak saya menjadi pribadi yang utuh.

Bagaimanakah akhir bentuk perkembangan itu? Tunggu tulisan saya berikutnya ya, insyaAllah.

Lectures of Life, My Reflection, My Thoughts, Parenting

Sebelum Memulai Homeschooling

Ilmu sebelum amal. Yak, dalam memulai sekolah rumah pun sama. Jangan mentang-mentang homeschooling atau flexi-schooling terus kita tinggal liat kurikulum, beli buku, terus belajar sendiri atau sewa guru. Udah. Hayyaaaah, itu mah sama aja kayak pindah sekolah tapi fisiknya doang.

Sebelum mulai, sebaiknya memang kita konsultasi dulu dengan yang sudah memulai. Mereka yang sudah merasakan pahit getir homeschooling. #Cieeee *kibas jilbab*

Homeschooling is such a solution, kalau kata saya mah. Kita bisa fokus dengan ngaji, hobi, dan apapun. Plus, belajar pun lebih dalam lagi by the help of the world wide web sama guru atau narasumber yang bisa kita pilih sendiri. Kalau sekolah? Hyaaaaa… mana bisaaaaaa! Yang ada kita telan aja tuh segala kualitas guru, konten, sistem, pengajaran, manajemen, yang bisa jadi di bawah standar harapan kita.

Terus, karena tidak dipahamkan pelajaran, setelah sekolah full day, anak disiksa lagi dengan bimbel? Kali ikut kursus, wajar lah ya… Tapi, BIMBEL??? Hmm, terus, fungsi guru, sistem sekolah, dan prosedur sekolah untuk mencerdaskan dimana yaaa? Well, it’s illogical, isn’t it? *gagal paham*

image

Ah sudahlah… gak selesai-selesai ngomongin sekolah mah. Now, for a start , saya rangkumkan nih blog dan situs yang dibuat emak bapak para homeschooler, komunitas sekolah rumah, atau malah muridnya sendiri. Here we go, para mastah dan guru yang sudah berkecimpung lebih dulu (dan kemungkinan lebih tua dari saya, yes!) di dunia keren inih. Happy blogwalking. 🙂

1. Kumpulan blog ibu-ibu homeschooler muslim dari Pinterest
2. Middle Way Mom: Islam, Homeschooling, Parenting
3. TJ Homeschooling: Islamic Studies
4. Rahmah Muslim Homeschool
5. Islamic Studies on Pinterest
6. Happy Muslim Mama
7. Homeschool for Muslims
8. Iman Homeschool
9. A Muslim Homeschool
10. A Muslim Homeschool Journey
11. The Wired Homeschool
12. Eva Varga
13. Homeschool Scientists
14. Tea Cups in the Garden
15. This Reading Mama
16. The Home Scholar
17. Education Possible
18. Tyna’s Dynamic Homeschool Plus
19. Harrington Harmonies
20. Unschool Rules
21. Confession of a Homeschooler
22. Raising Lifelong Learners
23. Homeschool Creations
24. Living Montessori Now
25. Our Journey Westward
26. Blogs, She Wrote
27. Rumah Inspirasi
28. Blessed Learners
29. Komunitas2 Homeschooling Lainnya
30. Homeschooling Jakarta

Fiuuh… Masya Allah… Banyak ya? Padahal itu belum semua loooh… Harus semangat nih ngelmunya .

Bismillah.