komunitas homeschooling, komunitas homeschoolig tangerang, komunitas homeschoolig jakarta
Homeschooling, Homeschooling Communities

AHA! in the GarDEEN Insya Allah Ada di Villa Dago Tangsel Lho

AHA! in the GarDEEN Insya Allah Ada di Villa Dago Tangsel Lho

🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂

Di sini kita akan belajar bareng bu Mierza dengan:

🍭 Sesi seru art & craft

🍭 Menjalin persahabatan

🍭 Beragam keterampilan sehari-hari

🍭 Pengenalan Bahasa Arab untuk Anak (bareng ka Jenna)

🍭 Mendengarkan kisah-kisah penuh hikmah umat terdahulu

 

⏰4X Sabtu/Tema

Mulai 14 Oktober 2017

Kelompok laki-laki 09.30-11.30

Kelompok perempuan 12.30-14.30

 

🏡 Rumah Teh Ulfah

Villa Dago Serua Pamulang Tangerang Selatan

 

INVESTASI

Biaya modul tematik, flash cards, poster, atau media belajar lain dengan konten pilihan Rp100,000/4x pertemuan (boleh dicicil per pertemuan/ subsidi bagi yang memerlukan)

>>>> Pendaftaran Rp100,000 bagi yang belum bergabung dengan kegiatan offline Sahabat Klastulistiwa (AHA dan SIDDIQ). Biaya ini digunakan untuk subsidi teman2 yang kesulitan membayar dan uang kas kegiatan.

 

 

==========

NARAHUBUNG

Teh Ulfah 081313120391 (WA)

Ceu Mierza t.me/klastulistiwa

facebook.com/klastulistiwa

https://klastulistiwa.com/2017/08/13/jadisahabat/

🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂

AHA! (Aqeela Home Academy)

IkhtiarMenujuGenerasiMudaBeradab dan BerakhlakMulia

cara mendidik anak dalam islam
Homeschooling Starter Kit, Landasan Homeschooling Islam, Parenting

[Landasan Pendidikan Rumah #3] Adab Kepada Orang Tua

Fondasi terpenting yang membuat kami memilih homeschooling adalah menerapkan pentingnya birrul walidain. Banyak nasihat yang dulu belum kami terapkan. Contohnya saja, sikap-sikap seperti memotong ucapan orang tua, mendahulukan dunia daripada orang tua, hingga memamerkan pengetahuan di hadapan orang tua sebelum diijinkan yang dulu saya anggap sebagai ‘sikap aktif, lucu, berani, dan menggemaskan’. Ah… ternyata saya… salah. 😦

Tergugah Sebuah Kisah

Adalah kisah Haiwah bin Syarih yang menyadarkan saya tentang hal ini. Beliau, seorang imam kaum muslimin, sedang duduk dalam majelis untuk mengajarkan ilmu. Lalu, beliau BERANJAK MENINGGALKAN MAJELIS untuk menuruti ibunya yang memanggil, “Berdirilah wahai Haiwah, beri makan ayam-ayam itu!”

Bayangkan. Sebuah majelis! Di hadapan murid-muridnya, beliau memilih menuruti ibunya untuk memberi makan ayam!

“Ah, anak jaman sekarang mah mana maaau!” mungkin begitu tanggapan kita. Kiiitaaa? Saya aja kali. Sikap saya dulu begitu karena belum tahu bahwa kita bisa menanamkan kepada Anak-anak adab-adab dan akhlak mulia ini. Bisa, insya Allah, setelah memahami urgensi serta cara menanamkannya.

Pentingnya Berbakti

Allah Ta’ala berfirman,

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu” (QS. Lukman: 14).

Yang dimaksud ihsan dalam ayat di atas yaitu menyampaikan setiap kebaikan kepada keduanya semampu kita dan bila memungkinkan mencegah gangguan kepada keduanya. Menurut Ibnu ‘Athiyah, kita juga wajib mentaati keduanya dalam hal-hal yang mubah (yang diperbolehkan syari’at), dan harus mengikuti apa-apa yang diperintahkan keduanya dan menjauhi apa-apa yang dilarang (selama tidak melanggar batasan-batasan Allah ‘Azza wa Jalla).

Sedangkan ‘uququl walidain adalah gangguan yang ditimbulkan seorang anak terhadap keduanya, baik berupa perkataan maupun perbuatan. Contoh gangguan berupa perkataan, yaitu mengucapkan “ah” atau “cis”, berkata dengan kalimat yang keras atau menyakitkan hati, menggertak, mencaci maki dan lain-lain. Sedangkan yang berupa perbuatan adalah berlaku kasar, seperti memukul dengan tangan atau kaki bila orang tua menginginkan sesuatu atau menyuruh untuk memenuhi keinginannya, membenci, tidak mempedulikan, tidak bersilaturrahim, atau tidak memberi nafkah kepada kedua orang tuanya yang miskin. (Sumber)

Penanaman Konkret Adab Kepada Orang Tua

Ada beberapa cara yang kami coba terapkan setelah menerima ilmu ini. Penuh ups and down tentunya. Tapi, alhamdulillah. Setelah setahun menerapkannya dalam pendidikan rumah, kami melihat banyak sekali perubahan nyata dalam sikap anak-anak. Berikut beberapa di antaranya:

1. Lemah lembut dalam Sikap &Tutur Kata

Allah berfirman di dalam surat Al-Isra’ ayat 23.

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا

“Dan Rabb-mu telah memerintahkan kepada manusia janganlah ia beribadah melainkan hanya kepadaNya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya. Dan jika salah satu dari keduanya atau kedua-duanya telah berusia lanjut disisimu maka janganlah katakan kepada keduanya ‘ah’ dan janganlah kamu membentak keduanya” [Al-Isra : 23]

 

Pertanyaannya: apakah hal ini bisa ditanamkan semenjak kecil? Ya, insyaAllah bisa. Dengan membedakan suara saat berbicara dengan teman dan orang tua. Dan ketika anak meninggikan suara saat berbicara, sebaiknya kita yang tenang. Minta ia mengulang dengan tone yang lebih rendah.

2. Merendahkan Diri di Hadapannya

Allah berfirman di dalam surat Al-Isra’ ayat 24.

وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا

“Dan katakanlah kepada keduanya perkataan yang mulia dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang. Dan katakanlah, “Wahai Rabb-ku sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangiku di waktu kecil” [Al-Isra : 24]

Ini bisa kita terapkan ketika anak melewati tahap egosentrisnya. Sekiranya usia 7 tahun. Misalkan, ketika anak mendapatkan keberhasilan, kita selalu menisbatkannya kepada Allah. Tentu kita memberikan apresiasi, namun jangan lupa mengucapkan MasyaAllah dan Barakallahu fiik. Bacakan kisah-kisah shahih penggugah jiwa sebagai contoh akhlak yang baik seperti ini. Selanjutnya, terus mengingatkan mereka untuk melakukannya.

3. Tidak Mendahului Dalam Berkata

Dalam pendidikan sekarang ini, terdapat sebuah pendapat bahwa anak yang ‘berani mengemukakan pendapat’ di hadapan orang yang lebih tua adalah hal yang baik. Bahkan, sikap seperti itu dianggap kritis. Oh, yaaa… dulu saya juga menganggap begitu karena ketidak tahuan saya. Hingga saya menemukan sebuah riwayat mengenai Abdullah bin Umar radhiallahu’anhu dalam menerapkan adab ini.

Beliau berkata:

كنَّا عندَ النَّبيِّ صلَّى اللهُ عليْهِ وسلَّمَ فأتيَ بِجُمَّارٍ، فقالَ: إنَّ منَ الشَّجرةِ شجَرةً، مثلُها كمَثلِ المسلِمِ ، فأردتُ أن أقولَ: هيَ النَّخلةُ، فإذا أنا أصغرُ القومِ، فسَكتُّ، فقالَ النَّبيُّ صلَّى اللهُ عليْهِ وسلَّمَ: هيَ النَّخلةُ

kami pernah bersama Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam di Jummar, kemudian Nabi bersabda: ‘Ada sebuah pohon yang ia merupakan permisalan seorang Muslim’. Ibnu Umar berkata: ‘sebetulnya aku ingin menjawab: pohon kurma. Namun karena ia yang paling muda di sini maka aku diam’. Lalu Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam pun memberi tahu jawabannya (kepada orang-orang): ‘ia adalah pohon kurma’” (HR. Al Bukhari 82, Muslim 2811).

Umar saat itu tahu jawabannya. Tapi, apa yang ia lakukan? DIAM. He didn’t take the moment (to show-off). Dan itu: adab.

Kita bisa memahamkan ini kepada anak-anak, insyaAllah. Saat mereka seperti akan menyela pembicaraan, kita bisa meminta mereka menunggu sampai kita selesai berbicara lalu tanyakan “Tadi kamu mau bicara apa, Sayang?”

Jika sudah terbiasa dengan adab ini, insyaAllah kita cukup mengingatkan mereka dengan isyarat, tanpa bicara. Oh ya… pastikan kita juga melakukan hal yang sama agar menjadi contoh adab bagi anak-anak kita. 🙂

4. Mendoakan Kedua Orang Tua

Dalam ayat 24 surat Al Isra di atas juga disebutkan adab untuk mendoakan kedua orang tua. Membiasakan anak untuk melakukannya di saat-saat doa diijabah atau saat kita terhimpit kesulitan insya Allah akan membuat anak terbiasa melakukannya. Semoga kita juga tidak lalai mendoakan orang tua agar menjadi contoh bagi anak-anak yaaa.

5. Mencium Tangan Orang Tua

Membiasakan anak dan diri mencium tangan orang tua adalah bentuk penghormatan dan kasih sayang. Aisyah radhiyallahu’anha menceritakan kasih sayang yang terjalin antara Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam dengan putrinya; Fathimah radhiyallahu’anha,

“وَكَانَتْ إِذَا دَخَلَتْ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَامَ إِلَيْهَا فَقَبَّلَهَا وَأَجْلَسَهَا فِي مَجْلِسِهِ، وَكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ عَلَيْهَا قَامَتْ مِنْ مَجْلِسِهَا فَقَبَّلَتْهُ وَأَجْلَسَتْهُ فِي مَجْلِسِهَا”.

“Bahwa Fatimah bila berkunjung kepada Nabi shallallahu’alaihiwasallam, maka beliaupun berdiri menghampirinya dan menciumnya lalu mempersilahkannya untuk duduk di tempat duduknya. Dan Nabi shallallahu’alaihiwasallam apabila mengunjunginya, Fatimah juga bangkit dari tempat duduknya lalu menciumnya serta mempersilahkannya untuk duduk di tempat duduknya”. HR. Tirmidzy dan dinilai sahih oleh al-Hakim juga adz-Dzahaby.

Sebenarnya, masih banyak adab-adab dan akhlak mulia lain yang diajarkan seperti membantu meringankan pekerjaan mereka,  tidak memanggil orang tua dengan namanya, menjaga nama baik orang tua, memuliakan kerabat dan teman mereka, memberi nafkah pada mereka bila mampu, menziarahi makamnya bila telah wafat, dan masih banyak adab yang lainnya. Semoga dimudahkan untuk meneruskannya dalam tulisan berikutnya sebagaimana tulisan ini adalah lanjutan seri sebelumnya. Semoga bermanfaat.


 

Tulisan ini merupakan bagian dari seri…

LANDASAN PENDIDIKAN RUMAH BAGI MUSLIM

[LANDASAN #1] MEMILIH VISI DAN MISI

[LANDASAN #2] TANAMKAN TAUHID

[LANDASAN #3] ADAB DAN AKHLAK KEPADA ORANG TUA

[LANDASAN #4] AUTO-PILOT HOMESCHOOL

[LANDASAN #5] MURAQABAH

[LANDASAN #6] AMAL MA’RUF NAHI MUNKAR DAN SABAR

[LANDASAN #7] MENDIDIK KOMUNIKATOR YANG TAWADHU

Landasan Homeschooling Islami
Homeschooling Starter Kit, Landasan Homeschooling Islam

[LANDASAN SEKOLAH RUMAH #1] MEMILIH VISI DAN MISI YANG TEPAT

Bismillah…

p_20160106_100514.jpgSetahun sudah menjalani homeschooling dan masih terus melakukan evaluasi. Alhamdulillah, landasan yang sudah dipilihkan Allah ini sangat sempurna. Ternyata benar, mendidik anak di atas pendidikan Islam akan membuat perjalanan mendidik menjadi sangat dimudahkan oleh Allah. Life skill atau kecakapan hidup yang harus diajarkan pertama kali dalam homeschooling Islami ini memang seharusnya dipenuhi. Kecakapan hidup ini berupa ilmu mengenai kewajiban, tujuan hidup, dan kesempurnaan tata cara beribadah sesuai Alquran dan sunnah sebagaimana disampaikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala :

“Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (QS. At Tahrim: 6)

Mencari Landasan Homeschooling Bagi Muslim

Terkadang orang tua bingung dalam mencari visi dan misi pendidikan keluarganya. Padahal, jika ilmu diin dikuasai, maka sungguh orang tua tidak perlu bingung lagi. Ternyata Al Qur’an saja bahkan telah melengkapi kita, para pendidik generasi Islam, dengan contoh mendidik dalam Al Qur’an. Inilah yang seharusnya menjadi landasan homeschooling Islami yang dijalankan oleh Muslim. Semua visi misi pendidikan rumah telah dibawakan dalam surat khusus yang berkisah nasihat dari Luqman.

Siapakah Luqman?

Luqman menurut Ibnu ‘Abbas adalah budak dari Habasyah (Ethiopia dan sekitarnya). Sa’id bin Al Musayyib menyebutkan ciri-cirinya, yaitu berkulit hitam dari Sudan, bibirnya tebal dan kakinya pecah-pecah sebagaimana kata Mujahid. Luqman adalah qodhi dari Bani Isroil (Zaadul Masiir, 6: 318).

Lihatlah Allah meninggikan mereka yang berilmu tanpa memangdang warna kulitnya. Sungguh pendidikan seperti ini sangat murni dan menginspirasi, bukan?

Luqman pula merupakan seorang laki-laki yang dikaruniai ilmu agama dan kebenaran dalam ucapannya. Meski beliau membuat fatwa pada masa Nabi Dawud, beliau tidak malu meninggalkan fatwanya untuk menimba ilmu kepada Nabi Dawud. Itulah hikmah yang dianugerahkan Allah ta’ala kepada Luqman, seperti firman-Nya:

Landasan Homeschooling Islami

وَلَقَدْ آَتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ

Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Luqman…”. (QS. Lukman: 12)

Untuk mengetahui apa itu hikmah, berikut ini penjelasan yang saya ambil dari situs rumaysho.com, yang ditulis oleh Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal, MSc:

Yang dimaksud hikmah di sini, ada dua pendapat di kalangan para ulama. Mayoritas ulama berpandangan bahwa hikmah adalah kepahaman dan logika. Sedangkan ulama lainnya berpendapat bahwa hikmah ada nubuwwah (kenabian). Para ulama lalu berbeda pendapat apakah Lukman adalah seorang Nabi. Sa’id bin Musayyib, Mujahid dan Qotadah berpendapat bahwa Lukmah hanyalah orang yang diberi hikmah dan bukan seorang Nabi. Sedangkan ‘Ikrimah berpendapat bahwa Lukman adalah seorang Nabi. Namun pendapat pertama yang menyatakan  Lukman hanyalah orang yang mendapatkan hikmah, itulah yang lebih tepat (Lihat Zaadul Masiir, 6: 317-318).

Dari Sa’id bin Abi ‘Arubah, dari Qotadah, ia berkata mengenai firman Allah Ta’ala (yang artinya), “Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Lukman”. Maksud hikmah adalah memahami Islam. Dan Lukman bukanlah Nabi dan ia pun tidak diberi wahyu.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 11: 52).

Ibnu Katsir mengatakan bahwa hikmah adalah kepahaman, ilmu dan ta’bir (penjelasan). (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 11: 52).

Syaikh As Sa’di menyatakan bahwa hikmah akan membuahkan ilmu, bahkan amalan. Oleh karenanya, hikmah ditafsirkan dengan ilmu yang bermanfaat dan amalan sholeh. Beliau rahimahullah juga mengatakan, “Hikmah adalah ilmu yang benar dan pengetahuan akan berbagai hal dalam Islam. Orang yang memiliki hikmah akan mengetahui rahasia-rahasia di balik syari’at Islam. Jadi orang bisa saja ‘alim (memiliki banyak ilmu), namun belum tentu memiliki hikmah.” (Taisir Al Karimir Rahman, 648).

Insya Allah, pada tulisan-tulisan berikutnya akan dituliskan ayat-ayat selanjutnya dari surat Luqman ini. Tentunya ayat-ayat ini menjadi pedoman pendidikan anak Muslim yang tidak akan lekang oleh waktu. Dalam hal ini, nasihat bagi kami, penyelenggara homeschooling Islami dalam mendidik keluarga sendiri.

Untuk enam landasan lainnya, silahkan klik tautan di bawah ini.

LANDASAN PENDIDIKAN RUMAH BAGI MUSLIM

[LANDASAN #1] MEMILIH VISI DAN MISI

[LANDASAN #2] TANAMKAN TAUHID

[LANDASAN #3] ADAB DAN AKHLAK KEPADA ORANG TUA

[LANDASAN #4] AUTO-PILOT HOMESCHOOL

[LANDASAN #5] MURAQABAH

[LANDASAN #6] AMAL MA’RUF NAHI MUNKAR DAN SABAR

[LANDASAN #7] MENDIDIK KOMUNIKATOR YANG TAWADHU

 

Homeschooling, Homeschooling Starter Kit

Kurikulum Homeschooling Nasional SD-SMA

Laman ini didedikasikan khusus untuk para orang tua yang kebingungan mencari kurikulum untuk homeschooling yang dikelola berbasis keluarga. Yang dimaksudkan adalah kurikulum nasional ya.

Berikut saya unggah link SK-KD untuk Ayah Bunda kelola di HS anaknya. Caranya gampang kok. Ini yang saya lakukan di Aishahomeschool:

  1. Ketahui level anak anda, misalkan 1 SD
  2. Unduh unit pendidikan yang sesuai pendidikan anak, misal SD. Oh iya, saya mengunggah SK-KD dan Paket. Kedua folder isinya sama yaaa… Jadi, cukup pilih salah satu saja.
  3. Buka folder unit (misal SD). Oh iya, isi dari Kejar Paket dan SD/MI itu sama yaaa… hanya ingin mengunggah untuk alasan pentingL biar Ayah Bunda tahu.
  4. Pilih mata pelajaran yang ingin anda ajarkan. Anda boleh mengajarkan semua mata pelajaran yang terdapat ddalam folder, tapi kalau kami hanya yang diujikan saja (PKN, BI, IPA, IPS, Matematika + agama Islam)
  5. Lihat Kompetensi Dasar.. KD adalah apa yang harus Ayah Bunda capai dalam pembelajaran buah hati. Carilah pembelajaran/ kegiatan yang menyenangkan dengan KD tersebut – yang kalau bisa berdasarkan Bloom Taxonomy yang intinya adalah mengajarkan anak dengan  6 tahap pembelajaran. Dari mudah ke gampang. Dari nyata ke abstrak akan lebih baik.

 

Contoh ya.

Kita ambil pelajaran Bahasa Indonesia. Jika Kompetensi Dasarnya adalah menyebutkan tokoh dalam kisah thabi’in, maka kegiatannya dapat melihat dari kata kerja setiap level Taksonomi Bloom (lihat gambar di atas) adalah:

Remembering (level mengingat): Recall (menyebutkan kembali nama tokoh)

Understanding (level memahami) : Describe (menyebutkan ciri-ciri tokoh)

Applying (level aplikasi) : Choosing (memilih karakter yang sesuai dengan tokoh)

Nah, jika masih kelas awal, biasanya hanya akan sampai level Understanding . Tapi kalau anak anda tingkat ingin tahunya tinggi, jangan takut untuk melanjutkan ke tahap berikutnya. Oh iya, kita juga bisa cari kegiatan-kegiatan yang menyenangkan di internet loooh. Tinggal ketik kata kunci dari KD atau lebih bagus lagi kata kerja dari Taksonomi Bloom.

Aaaaaa… pusiiing!

Hehehe… tenang..  ada life hack-nya kok. Tinggal unduh aja buku-buku gratis dari BSE. Tinggal kunjungi Pertal Buku Sekolah Elektronik Kemdikbud di bse.kemdikbud.go.id.     Tapi, saaran saya, silahkan lihat materi dan perkaya dengan hands-on experience yang beredar luas di dunia maya.

Baiklah, silahkan unduh Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang Ayah Bunda perlukan dari tautan di bawah ini:

  1.  SK-KD SD atau Paket A
  2. SK-KD SMP atau Paket B
  3. SK-KD SMA atau Paket C

Demikian. Selamat belajar. 🙂