cara memulai homeschooling
Homeschooling

Cara Memulai Homeschooling Untuk Keluarga Muslim

Bismillah….

Laman ini semoga bisa membantu keluarga muslim yang ingin memulai homeschooling sesuai Qur’an dan Sunnah, berdasarkan pemahaman orang-orang shalih terdahulu (sahabat, thabiin, dan thabiut thabi’in).

Jangan sungkan untuk meninggalkan pertanyaan di kolom komentar atau jika terdapat tema yang belum saya tuliskan. SILAHKAN KLIK PADA TAUTAN DI BAWAH INI  dan selamat berpetualang di klastulistiwa.  ^_^

 

Homeschooling, Homeschooling Starter Kit

KENAPA HARUS HOMESCHOOLING?

Posting ini merupakan resume Kuliah WhatsApp Grup Parenting United pada hari Kamis, 10 november 2016. Semoga Bermanfaat. ^_^

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

KENAPA HARUS HOMESCHOOLING?

Mierza Miranti | klastulistiwa.com

Moderator : Bunda Iis
Comoderator : Bunda Tiena
Peresume : Rizki

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

Jawabannya ada pada pertanyaan itu sendiri.

Lho, kok? -_-

Lha iya.. pastikan dulu “Kenapa harus Homeschooling (HS)?”

Apakah ini adalah pilihan sadar setelah mencari ilmu dan istikharah, terpaksa, diminta, ikutan, atau melarikan diri dari sesuatu? Siapkah dengan konsekuensinya, termasuk bertemu 24 jam sehari? Sudahkah siap jika ada masalah? Ayahnya ikut nyemplung atau malah ga setuju?

Kalau masalah-masalah basic ‘Kenapa harus HS’ ini telah terjawab, insyaAllah masalah teknis dari metode sampai ijazah akan dapat jawabannya.

* * *

Lalu, kenapa kami pilih Homeschooling?

Jawaban kami… untuk mencapai visi-misi keluarga :

ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁَﻣَﻨُﻮﺍ ﻗُﻮﺍ ﺃَﻧْﻔُﺴَﻜُﻢْ ﻭَﺃَﻫْﻠِﻴﻜُﻢْ ﻧَﺎﺭﺍً
“ Wahai orang-orang beriman, lindungilah dirimu dan keluargamu dari Api Neraka” (QS. At-Tahrim ayat 6).

Homeschooling adalah ikhtiar yang kami rasa lebih mudah karena hampir semua kami lakukan sendiri. Dari memilih materi, alat, guru, sampai evaluasi.

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

💕 Assalamu’alaikum bu Mierza 😊

💝 Wa’alaikum salaam warahmatullahi wabarakatuh. 😃
Salam kenal bu Iis

💕 Salam kenal juga bu Mierza..
Terima kasih atas kesediaannya mengisi kulwap di group PU ini ya bu Mierza😊

💝Sama-sama. 😊

💕Sebelum masuk ke pertanyaan boleh sedikit bercerita tentang perjalan homeschoolingnya bu Mierza..
Dengan anak 3 semuanya homeschooling kah bu?

💕 Versi pendek ya. 😅
Baik. Saya baru memulai HS setahun ini. Meski impian itu sudah sempat saya tulis di Jakarta Post 8 th yang lalu, tapi baru menyadari tahun lalu. Anak pertama saya sempat sekolah 2 th. Lalu, kami memutuskan HS, karena ingin saja. Dari sisi kami karena kami cukup perfectionist, di sisi anak karena dia ga rela ibunya mengajar orang lain. Tidak ada masalah yang melatar belakangi. HS ini sudah jadi keputusan kami setelah istikharah.  (Note: anak kedua dan ketiga masih ‘main’)
Perjalanannya naik turun tentu saja. Tidak ada yang mudah, tapi tantangan-tantangan itu kami lalui bersama, hingga alhamdulillah kami masih ingin HS setelah melihat hasilnya. 😊
Ketika menyekolahkan, ada beberapa ‘idealisme pengasuhan’ yg harus dikorbankan. Disesesuaikan dengan ekspektasi dan kondisi lembaga, ortu lain, media, dll.

🌱🌱🌱🌱 Tanya jawab 🌱🌱🌱🌱

1 Assalamu’alaikum bu Mierza..
Untuk pendidikan anak-anak saya (6th dan 4th) saya ingin menerapkan HS karena khawatir dengan penyimpangan perilaku anak-anak jaman sekarang. Harapan saya, dengan HS akan bisa meminimalisasi pengaruh negatif dari perilaku menyimpang yang sekarang ini sedang marak di Indonesia..
Cuma…ada beberapa teman saya berpendapat bahwa HS akan membuat anak “steril”.. Dan itu tidak baik untuk perkembangan sosialisasi anak..apakah benar demikian? #lila
☑ Wa’alaikum salaam warahmatullah, mba Lila. Steril? Bisa jadi. Bukankah orang tua diminta memilihkan teman yang baik untuk anak-anaknya? Agar anak-anak terpercik minyak wangi, bukan bau dari pandai besi? Jika pertanyaan klasik seperti ‘tidak ada teman’, mari kita kembalikan makna teman. Di sekolah, anak di’kelas’kan, diberi strata. Apakah mereka dibekali dengan ilmu berteman lintas kelas? Apakah guru selalu ada untuk mendampingi agar anak-ank tahu adab berteman? HS-er bisa berteman tidak hanya dengan teman sekelas, tapi sekelurahan.. yang terpilih. 😄

2 1. Bu, pembuatan kurikulum HS apakah bisa dilakukan sendri berdasarkan visi misi keluarga?
2. Terkait masalah sosialiasi anak yang mengikuti HS, sering dikhawatirkan akan ada efek kurangnya nilai sosial dan sosialiasi pada diri anak, sehingga anak menjadi tidak peka terhadap lingkungan, padahal dia bisa bermain dengan tetangga. Mohon tanggapnnya? #Shabrina_PU Jatim
☑1. Bisa.
2. Sekolah yang dibatasi dinding tinggi, diberi jadwal untuk berada dengan anak ‘1 level’ selama itu… bisakah membuat anak peka? Kalau dari pengalaman pribadi, anak saya sangat pemalu dan dilabel pasif meski jadi kesayangan guru dan ranking 1. Tapi pulang sekolah, semua adab yang saya ajarkan luntur. Tas dilempar, adiknya nangis dibiarkan. Alhamdulillah… setahun ini Allah mudahkan untuk membuka hatinya.. dia jadi lebih peka dengan kondisi sekitar dan terakhir memilih untuk membagikan ilmu bahasa Arab dengan menjadi guru bagi teman2nya.

3
3.السلام عليكم ورحمةالله وبركاته bu mierza ,
Saya mau bertanya , apakah HS yang bu mierza jalankan pakai kurikulum? Kalau boleh apa yang ibu ajarkan ke anak-anak? Apakah ada pelajaran sekolahnya? Atau fokus ke minat dan bakat anak? Trus, untuk nanti ujiannya bagaimana proses ngurusnya? Karena saya dengar sekarang kalau anak anak yang HS, apabila mau ujian UN, harus ada NISNnya. Maaf kalau pertanyaannya banyak. Syukran ibu 😊 Wassalam #ummujihad
☑Wa’alaikum salaam warahmatullahi wabarakatuh. Salam kenal, Ummu Jihad. ‘Kurikulum’ saya berdasarkan visi misi keluarga tadi ‘qu anfusakum wa ahlikum naaro’. Jadi, saya tempatkan tauhid dan ilmu diin pertama kali. Duduk di majelis-majelis ilmu. Memastikan konten-konten pelajaran sesuai Quran dan Sunnah, sambil membantu anak menemukan bakatnya. Saya lebih cenderung menempatkan bakat di urutan berikut setelah ilmu diin. Karena bakat itu harusnya membantu dia terhindar dari api neraka, bukan mendekatinya. Apalagi dengan menganggap ‘bakat’ lebih penting lalu melupakan tujuan awalnya sebagai muslim. Jangan sampai begitu. Contoh, mengejar bakat sampai melupakan shalat, pergi shafar sendirian (kalau perempuan) demi mengejar ‘ilmu’, menyepelekan ilmu wajib yang harusnya diketahuinya lebih dulu. Na’udzubillahi min dzalik. Semoga keluarga kita semua dijauhkan dari hal-hal ini.

Wa fiik barakallahu. Oh, afwan. 😅 Untuk NISN, bisa didapatkan dengan ikut PKBM yang terdaftar. Bisa dicek di http://bindikmas.kemdikbud.go.id/nilem/ Bun
Ada juga opsi sekolah payung.. tp saya ga berani sarankan karena sama aja artinya anak2 terjejal pelajaran2

4Assalamualaikum bu Mierza..
Ada kah panduan atau rule yang bisa dipegang untuk ber-HS?
Anak saya baru 15 bulan..
Saya mau mempersiapkan sedini mungkin tentang HS jadi nanti kalau sudah saatnya saya tidak bingung lagi..
#rizkina
☑ Masih main bu. Insya Allah masih lama ya. Boleh intip-intip ke sini untuk persiapan.

5 Assalamu’alaikum bu Mierza Miranti, saya mau bertanya:
1. Apa kelebihan & kekurangan dr homeschooling?
2. Bagaimana jika nantinya anak merasa bosan dengan homeschooling?
#debby_PU jatim
☑Wa ‘alaikum salaam warahmatullahi wabarakatuh.
1. Kelebihannya banyak. Salah satunya bisa memilih materi, lingkungan, dan guru. Kekurangannya, orang tua bisa jadi lebih lelah, baik dalam mengeksekusinya, atau menghadapi arus yang berlawanan.

2. Belum tahu karena belum terjadi 😅

6Assalaamu’alaikum…bu sy mau tanya…bagaimana bu Mirza melaksanakan HS tiap harinya? Apakah ada jadwal jam sekian sampai sekian..atau kah tidak terjadwalkan? Jadi selama ada kesempatan ya belajar selama seharian itu ato bgaimana? #habibah
☑Saya tidak ada ‘jadwal mata pelajaran’ – hanya target. Anak-anak memilih 3 ilmu diin, 3 pelajaran, dan 3 pekerjaan rumah setiap harinya. Jika tercapai sebelum jam 2, insyaAllah diberi bintang yang jika tercapai (sejumlah tertentu) mendapatkan reward. Tapi jangan bayangkan yg hebat2 yaa..  reward-nya cukup jajan 1 macam di minimarket. 😄

Biasanya kalau anak2 ingin main cepet dapat waktu bermain, mereka bangun sebelum subuh untuk hafalan/ muraja’ah. Kenapa targetnya sampai jam 2? Karena saya juga harus kerja 😅

Saat ini anak-anak tahfiz dgn guru dua kali seminggu. Hafalan sehari2 di rumah dengan saya di cek kesempurnaannya oleh ustadzahnya. 😊

Saya pakai At Tuqo untuk ilmu diin, untuk materi saya ambil pokoknya saja. Disesuaikan. 😄

7. Saya punya murid dulu SD-nya HS, sekarang sekolah boarding. Saya lihat perkembangannya luar biasa susahnya Bu ketika ia melewati 2 keadaan yang berbeda. Di boarding dia susah penyesuaian dan dia mengaku lebih nyaman HS karena bisa memilih teman yang dia suka saja, tidak suka keramaian, sering cekcok dengan teman yang tidak disuka. Nah pertanyaan saya, prinsip dan pola pikirnya seperti itu masih bisa diubah atau menetap dan bagaimana supaya mengarahkan pikiran dia agar tidak terlalu terpaku dnegan tidak cinta sosial#
Apri

☑Salam, Bu Apri. Tergantung pendampingan, Bu. Jika fasilitator/ guru/ musyrif hingga sistem sekolah mampu menyampaikan dan mendidik mengenai adab berteman, insyaAllah bisa. Bukankah lembaga sebaiknya siap menerima input apapun (karena sudah diterima kan anaknya) dan mengolahnya agar menjadi output sesuai visi misi lembaga? Kesamaan pesantren dan HS adalah minimnya campur tangan orang tua lain, sehingga seharusnya lebih mudah mendidik masalah sosialisasi. Ini berdasarkan pengalaman aja sih waktu mengajar di boarding school. 😊

💕Alhamdulillah. Jazakillahu khairan Ceu Mir atas sharing2 ilmu perHSannya. Sedikit banyak membuka mata sudut pandang lain bagi kami.

Cepat skali ya waktu.pertanyaan msh antri 😂
Semoga ilmu dan informasi-informasi yang Ceumir share dpt bermanfaat buat teman-teman ibu-ibu ketje di grup ini yang ingin dan sedang menerapkan HS bg putra/inya.

💝 Wa jazzakumullaahu khairan katsira semua. Mohon maaf jika ada kata2 yang salah. Terima kasih atas kesempatannya berkenalan dengan ibu-ibu ketje pembelajar hebat. MasyaAllah banget deh pertanyaannya 😅🙏🏻

💕Sebelum kami akhiri, ada yg ingin disampaikan ceumier sbgi penutup ?

💝Homeschooling itu ada loh. 😁 Salah satu pilihan, selain sekolah, yang harus diambil dengan istikharah dan dilalui dengan ilmu. Jadi? HS apa jangan niiih? Hehe.. jawabannya pilih sendiri ya. Selamat memilih. 😘

Homeschooling, My Reflection, Parenting

KURIKULUM UNTUK ORANG TUA (HOMESCHOOLERS) MUSLIM

KURIKULUM UNTUK ORANG TUA (HOMESCHOOLERS) MUSLIM

*Mierza ummu Abdillah*

“Cieee yang homeschooler…. masa orang tuanya perlu kurikulum?”

 Baiklah, kita bahas tentang kurikulum dulu ya. Karena kita di Indonesia, kita pakai acuan nasional, yaitu Diknas.

Kurikulum menurut UU No. 20/ 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 19 adalah “seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.

Garis bawahi kata TUJUAN PENDIDIKAN. Sebagai muslim, sebagai orang tua, apa tujuan kita?

Pasti udah sering mendengar ayat yang artinya iniii kaaan:

 “Wahai orang-orang yang beriman, lindungilah diri kalian dan keluarga kalian dari neraka…” (QS. At-Tahrim: 6).

love isnot enoughBagaimanakah cara melindungi ‘kita dan keluarga kita’? Cukupkah dengan cinta dan ketulusan?

Nope. Love is not enough.

Bukankah kita sudah banyak melihat contoh orang tua yang mencintai anaknya dengan tulus dan melakukan apapun yang anaknya minta atas nama cinta? Lalu bagaimana kelanjutannya? Teman-teman disini pasti tahulaah jawabannya: Iyesss… kita butuh ilmu.

Banyaaak sekali yang harus kita pelajari, dari mulai ilmu agama hingga ilmu berkomunikasi. Islam memberikan kurikulum yang ajiiib dalam soal mendidik anak  ini, terutama soal akidah sebagai ilmu pertama yang layak dikenalkan pertama kali. Singkatnya, begini ‘kurikulum dasar’ bagi orang tua sang pendidik adab yang sebenarnya bisa bertambah berlipat-lipat sesuai karakteristik keluarga:

  1. AQIDAH

Inilah modal dasar dalam mendidik, agar anak hanya menyandarkan diri kepada Allah. Memberikan hadiah tak mengapa, asal ajarkan anak meminta kepada Allah saat menjanjikannya. Disinilah kita bisa menancapkan aqidah di hati mereka.

Nabi shallallahu’alaihiwasallam telah memberi contoh dalam pondasi dalam jiwa anak. Dalam riwayat Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma, yang artinya “Jika engkau memohon, mohonlah kepada Allah. Dan jika engkau meminta pertolongan, mintalah kepada Allah”. (HR. Tirmidzi – Hasan sahih).  Dengan terus mencamkan ini, insyaAllah ketika mereka tak bisa mendapatkan apa yang mereka mau, itulah yang terbaik dari Allah.

Lihatlah wasiat Nabi Yaqub pada surat Al Baqarah ayat 133 ketika hendak meninggal dunia. Yang ditanyakan bukan berapa nilai di ijazah atau penghasilan anak-anaknya, tapi siapa yang disembah? Bukankah kita juga tidak tahu apakah besok kita masih bisa bangun dan ‘menjaga’ anak-anak dengan semua ilmu parenting kita? Siapa lagi yang akan menjaga mereka selain yang menciptakannya?

  1. ILMU TENTANG TATA CARA IBADAH

Dari Ibnu Abbas radliallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Perintahkanlah anak kalian untuk shalat ketika mereka berusia 7 tahun. Dan pukullah mereka untuk dipaksa shalat, ketika mereka berusia 10 tahun.”(HR. Abu Daud 495 dan dishahihkan al-Albani)

Hadits ini juga pasti sudah sangat dikenal. Tapi, sudahkah kita memiliki ilmu tentang bagaimana tata caranya? Atau yang penting pukul aja kalau mereka ga mau nurut shalat? Kita punya banyak waktu sebelum ‘memerintahkan mereka’, bukan? Bukankah semua setiap perkataan, perbuatan, hingga yang kita pikirkan akan dimintai pertanggungjawaban? Jadi, mari gunakan masa-masa mumayyiz mereka (di bawah 7 tahun) untuk mulai mencari ilmu yang shahih tentang cara beribadah.

  1. ILMU TENTANG AKHLAK

Oh, yaaa.. banyak sudah kita lihat di linimasa ketika selfie yang ‘tidak beradab’ bocah menjadi kekinian. L Karena itu, kita perlu sekali mempersiapkan amunisi ilmu adab bagi anak, baik itu terhadap Allah, orangtua, teman, tetangga,  dan adab sehari-hari. Sebelum mengajari mereka tentang bagaimana cara berbicara kepada orang tua, makan, minum, bertamu, berbicara, tidur, masuk kamar mandi, belajar dan banyaaak lagi… mari kita cari tahu praktek Rasulullah dan menerapkannya terlebih dulu.

  1. ILMU TENTANG DOA

Doa ini senjata orang beriman dan tentunya orangtua generasi rabbani. Sungguh hanya karena Allah segala sesuatu itu terjadi, bukan semata-mata karena kecanggihan kita mendidik anak. Ada banyak doa shahih yang bisa kita amalkan untuk kebaikan keluarga. Selain yang dicontohkan Rasulullah, beberapa doa juga terdapat di Qur’an seperti dalam doa nabi Nuh dalam surat Nuh ayat 28, doa dalam surat Al-Furqan ayat 74, dan doa nabi Ibrahim untuk anak-anaknya menjadi orang yang menegakkan shalat dalam QS. Ibrahim ayat 40.

  1. ILMU DLL, DST, DSB, DKI, DLLAJ (ABAIKAN 2 SINGKATAN TERAKHIR)

Iyesss… ada banyak ilmu yang kita butuhkan dalam mendidik generasi masa depan. You name it. Dari mulai seni  berinteraksi dan berkomunikasi dengan anak, strategi menghadapi anak berdasarkan sifat dan karakternya, cara membangun PD anak, cara menumbuhkan potensi dan bakat anak, cara memotivasi, dan baaanyaaak lagi. Alhamdulillah, kita diberikan banyak kemudahan mengakses buku-buku bergizi, kajian-kajian yang mengisi hati, grup-grup pengasuhan yang memompa semangat, seminar dan workshop pengasuhan yang mencerahkan,  pengalaman-pengalaman pengasuhan yang terlihat berhasil dalam prosesnya, dan segala sumber belajar dari yang bersertifikat seperti guru beneran seperti iou.com sampai yang gratis dan menyenangkan macam coursera.

Memangnya boleh? InsyaAllah, selama tidak bertentangan dengan syariat.   Bagaimana tahunya?  Belajar media literacy – karena gak semua yang dikatakan internet itu benar.

Daaan… untuk ilmu syar’i, mari belajar dengan tahapan yang benar karena ilmu syar’i itu bertingkat-tingkat dan membutuhkan ulama yang benar-benar utuh memahaminya. Boleh intip https://klastulistiwa.com/2016/05/20/homeschoolers-pun-perlu-tahu-tahap-tahap-belajar-ilmu-syari/ untuk beberapa tahapannya.

LALU, KAPAN KURIKULUM INI BERAKHIR???

Tentunya tidak setamat SMA, S1, S2, S3, atau saat SK kerja berakhir yaaa. Ibaratnya ‘homeschooling’ itu tidak pernah berakhir. Dan kita, orang tua, adalah homeschoolers seumur hidup meski nanti anak-anak yang kita didik bukan lagi ‘homeschoolers’ di rumah kita. Mereka akan menjadi homeschoolers di rumah mereka selanjutnya.

Karena rumah adalah sekolah.

 

 

 

Homeschooling, Homeschooling Starter Kit

[VLOG] How to Homeschool Ala Klastulistiwa

Yaaay.. Alhamdulillah… selesai sudah video tutorial cara  homeschooling ala keluarga kami! Iyesss.. itu video pertama kami di Youtube tanpa movie maker apps yang sudah terhapus di lappie karena mempertahankan OS jaman lawas tapi ORI (uhuk!).

Etapi.. etapiiii…. thanks to Smartfren yang dikenalkan oleh Blog Emak Gaoel,  gak ada program pun gak masalah tuuu. Edit-edit bahagia via onlie tetep bisa gratisan (makanya ga bisa ngilangin watermark hehe). Hasilnya ga malu-maluin lah sebagai nubi di peryutuban.

Kalau ada yang tanya, “Lha, how to homeschool lagiiiii? Kan dulu pernah posting ituuuuu?” Ehem… yang ini beda. Ini apdet ya know… kekinian…

Poin-poin penting seperti di bawah ini akan terus ada sebagai pengingat, bahwa:

  1. Homeschooling itu unik, berdasarkan ciri, how-to-homeschool-ala-klastulistiwa.jpgvisi, dan misi keluarga masing-masing. Jadi model HS perjalanan klastulistiwa yang kami jalani belum tentu sesuai dengan model HS keluarga lainnya. Makanya, kenali dan terus cari tahu agar puzzle-puzzle itu pun membentuk jadi visi-misi kamu (tsaaah).
  2. Ketika sudah siap dengan pilihan untuk homeschooling, mulai dan teruslah bangun chemistry dengan seluruh anggota keluarga, terutama si buah hati kesayangan.
  3. Gali potensi diri, anak, hingga komunitas yang bersentuhan dengan keseharian.
  4. Eksplorasi semua sumber dan cara belajar agar proses berilmu lebih holistik.
  5. Mengingatkan diri sendiri agar pembelajaran itu berlaku buat seluruh keluarga, tidak hanya anak yang diajari saja.
  6. Menghargai proses dan tidak terpaku pada hasil melulu. Kenapa? Karena dalam proses belajar terkandung banyak nilai dan keahlian yang penting dalam proses persiapan anak menghadapi kehidupan.
  7. Membekali anak untuk masa depan dunia akhirat, bukan cuma ‘biar lulus dan dapat nilai bagus’. Jadi, coret-coret di seragam pas kelulusan? Hadeeeuh… masih musim ya? -_-
  8. Berjejaring dengan banyak komunitas pembelajar, dari mulai yang isinya homeschoolers, anak satu kelurahan, anak-anak masjid,  perkumpulan berbasis hobi, kemasyarakatan, sampai ROHIS Berkemajuan yang lagi viral sekarang (ciee cieee). Kalau kami lebih memilih komunitas ketimbang kursus-kursusan. Karena ya itu tadi, anak-anak juga ikut proses berlembaga bukan dilembagakan. Ga cuma bayar terus marah-marah karena hasil gak sesuai harapan (ini cuma contoh lhooo – jangan baper).

Nah… adakah yang membedakan posting yang ini dengan posting sebelumnya? Tentu saja ada. Apa ituuu?

Tadaaa! Yang sekarang ada videonya.  *krik krik krik*

Baiklah… Selamat menikmati dan abaikan watermarknya ya.

Salam,
Mierza Ummu Abdillah

Homeschooling, Homeschooling Starter Kit

Homeschooling Parents Pun Perlu Tahu Tahap-Tahap Belajar Ilmu Syar’i

image

“Kalau homeschooling, yang ngajar agama siapa?”

Guru dan homeschooling.

Itu salah satu pertanyaan yang (biasanya) paling sering ditanyakan setelah seseorang tahu bahwa satu keluarga memutuskan untuk gak sekolah.

Kalau dulu, saya mungkin bisa dengan pede mengatakan, “Ya fasilitasi aja. Kan sekarang ada Pakde Google. Belajar bareng. Ilmu agama? Kan ada yufid. Ada aplikasi.  Kajian tematik? Banyak. Kurang apa lagi???” Dan benih ujub dan kesombongan pun perlahan mulai mengakar di hati.

Sampai suatu ketika, dalam sebuah majelis ilmu syar’i yang berjalan di atas manhaj salafush shalih, hati ini pun tertampar. Seorang ibu yang nyata-nyata menjadi madrasah pertama bagi anak-anaknya perlu mengkaji  ilmu-ilmu itu terlebih dulu – idealnya. Karena….

BELAJAR AGAMA ITU ADA TAHAPANNYA.

Baik itu aqidah, tafsir, hadits, fiqih, ilmu bahasa, sirah, semuanya!

Imam Ali bin Abil ‘Izzi Al-Hanafi rohimahulloh berkata: “Barangsiapa berbicara tanpa ilmu, maka sesungguhnya dia hanyalah mengikuti hawa-nafsunya, dan Allah telah berfirman:

وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِّنَ اللهِ

Dan siapakah yang lebih sesat dari pada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun (Al-Qashshash:50)” (Kitab Minhah Ilahiyah Fii Tahdzib Syarh Ath-Thahawiyah, hal: 393)

Alhamdulillah. Tamparan itu berbekas ilmu. Lalu, apa sajakah tahapan-tahapan itu ?

  1. Cari guru dan kitab yang benar.
  2. Untuk ILMU AQIDAH, agar tahapannya  benar, seorang penuntut ilmu sebaiknya memulai dengan kitab Al Ushul Ats Tsalatsah, lalu Al Qawaid Al Arba’, Kasyfus Syubhat dan Risalah Ushulil Iman. InsyaAllah, pendidikan pokok in akan mengokohkan akidah yang benar. Setelahnya, seorang penuntut ilmu bisa melanjutkan pada Kitab At Tauhid, Al Aqidah Al Washithiyyah milik Imam Mujaddin Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, kemudian Al Hamawiyyah, lalu At Tadmuriyyah, dan  Al Aqidah Ath Thahawiyyah. Setelah mutqin, seorang pembelajar dapat melanjutkan pada pembahasan sunnah yang terkenal diantaranya Ushul I’tiqad Ahlis Sunnah milik Al Laalikaa-i, Kitab As Sunnah milik Al Khallal, Kitab As Sunnah milik Abdullah bin Ahmad bin Hambal , Al Ibanah milik Ibnu Bathah Al’Akbari, dan Kitab At Tauhid milik Ibnu Khuzaimah dan banyaaaak kitab-kitab lain yang termasuk dalam bidang ini.
  3. Untuk ILMU TAFSIR, yang paling masyhur tentunya kitab Tafsir Ibni Katsir (774H) rahimahullah dan Kitab Tafsir As Sa’di (1376H) rahimahullah. Lebih khusus lagi, Mukhtashar Tafsir Ibni Katsir milik Muhammad Nasib Ar Rafi’i. Jika mampu menyelesaikan kitab-kitab tadi, maka pelajarilah Tafsir Al Baghawi (516H).
  4. Untuk ILMU HADITS, seorang penuntut ilmu hendaknya memulai dari Al Arba’in An Nawawiyah untuk dihafal dan dipahami, juga membaca penjelasan yang terkandung di dalamnya. Lalu hendaknya secara bertahap mempelajari Umdatul Ahkam kemudian Bulughul Maram, juga dengan syarah-nya. Kemudian, setelah itu barulah ia mampu untuk mempelajari Shahihain (Shahih Bukhari dan Shahih Muslim) dan Kutubus Sittah.
  5. Untuk ILMU FIQIH, tidak cukup hanya membaca hadits-hadits. Perlu sekali mengkaji kitab-kitab fiqih seperti Umdatul Fiqhi yang merinci permasalahan-permasalahan furu’ atau kitab Zaadul Mustaqni. Di antara syarah yang mudah dipelajari adalah kitab As Syarh Al Mumthi’ yang ditulis oleh Syaikh Al Allamah Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin.
  6. Sedangkan dalam Sirah Nabawiyyah, mulailah dengan mempelajari Mukhtashar Sirah Nabawiyyah. Kemudian, bisa mempelajari Sirah Nabawiyyah milik Ibnu Hisyam. No worries karena di zaman ini, alhamdulillah, kitab-kitab sirah sudah banyak yang diringkas. Tapi, tetaplah berhati-hati untuk mengkonsultasikan kitab tersebut kepada para guru yang diakui keilmuannya.

Done, then. Banyak kaaan?

Permasalahan berikutnya adalah… bagaimana kalau guru tersebut tidak ada, atau tempatnya jauh, atau tidak mungkin melakukan perjalanan karena safar tanpa mahram?

Tenang. Ada solusinya, insyaAllah.

Azzamkan dalam hati perkara menemui guru ini. Beli (atau download kalau ada) kitab-kitab tadi atau minimal terjemahannya. Baca lalu catat poin-poin yang penting dan ingin diketahui. Kumpulkan dan bawalah ketika ada kesempatan. Minta terus kemudahan kepada Allah. Bukankah Allah sebaik-baik penolong?

Referensi:

Kajian kitab Al-Jâmi’ fi Ahkâm wa Âdâb Ash-Shibyan karangan Abu ‘Abdillah ‘Âdil bin Abdillâh Âlu Hamdân Al-Ghâmidi

Tahapan Dalam Menuntut Ilmu

Bahaya Bicara Agama Tanpa Ilmu

https://almanhaj.or.id/2764-kaidah-kaidah-menuntut -ilmu.html

Homeschooling, Lectures of Life, Parenting

KEUTAMAAN MENDIDIK ANAK DAN BERSABAR DENGAN PROSES

بسم الله الرحمن الرحيم

image

Ilmu sebelum amal. Seorang (Muslim) perlu mempelajari hal yang diperlukan sebelum berbuat dan mengambil keputusan, bukan? Demikian pula sebelum mengambil keputusan homeschooling atau sekolah.

Kajian kitab-kitab parenting* yang saya ikuti sebelumnya membuka cakrawala saya untuk bisa meluruskan praktek Homeschooling yang sudah berjalan tanpa landasan ilmu Diin yang cukup. Kajian-kajian itu menjadi landasan mengenai cara mendidik anak-anak Muslim berdasarkan aqidah yang shahih, kecerdasan emosional, serta adab yang ditunjukkan kepada Rabb, manusia, dan makhluk sekitarnya.

Bab-bab pengasuhan dalam kitab-kitab Islam ini sangat menyeluruh, mendalam, dan aplikatif. Kita akan tahu bahwa kita akan tiba di akhir-akhir pembahasan jika sudah menyentuh bagian ‘punishment’. Ya, hukuman – yang sebenarnya tidak seseram penerjemahannya.

Dan sebagai pengingat, peran saya di sini yaitu sebagai praktisi. Ya, praktisi pengasuhan anak. :) Jadi, mari belajar bersama.

KEUTAMAAN MENDIDIK ANAK DAN BERSABAR DENGAN PROSESNYA

– Mierza Miranti –

Mendidik anak adalah anugerah terbesar bagi seorang manusia. Anugerah ini memberikan kesempatan kepada orang tua untuk meraih amal-amal yang paling mulia. Ya, mulia dan bahagia dunia akhirat, insyaAllah. Tentu dengan syarat apabila amalan-amalan mendidik anak ini dijalani dengan ikhlas karena Allah dalam mengarahkan anak-anaknya kepada agama, akhlaq, dan pengajaran yang baik.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
فَوَاللَّهِ لأَنْ يُهْدَى بِكَ رَجُلٌ وَاحِدٌ خَيْرٌ لَكَ مِنْ حُمْرِ النَّعَمِ
“Demi Allah, sungguh satu orang saja diberi petunjuk (oleh Allah) melalui perantaraanmu, maka itu lebih baik dari unta merah.” (HR. Bukhari no. 2942 dan Muslim no. 2406, dari Sahl bin Sa’ad)

Bahagiakah kita sebagai orang tua jika ternyata SATU ORANG yang diberi petunjuk oleh Allah itu adalah anak-anak kita sendiri? Yang mana kita tahu bahwa mereka adalah SALAH SATU dari tiga perkara yang masih menyalurkan amalan meski setelah kita meninggal?

Sebagaimana hadits yang mahsyur dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau DOÁ ANAK YANG SHOLEH” (HR. Muslim no. 1631)

Pertanyaan berikutnya? Apakah anak yang sholeh itu sesuatu yang instan didapatkan sekeluarnya anak dari rahim sang Ibu? Apakah anak yang kita berikan segala yang ia mau akan menjadikannya anak yang Shalih? Apakah anak yang kita biarkan begitu saja sehingga dia akan terekspos dengan banyak hal dari kebenaran hingga penyimpangan dalam hidupnya akan menjadi anak yang shalih? Takutkah kita akan laporan pertanggung jawaban di hadapan Allah jika mengesampingkan kewajiban mendidik anak dengan sumber yang shahih?

Bukankah Rasulullah bersabda:
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ ِ
“Masing-masing kalian adalah pengembala, dan masing-masing kalian bertanggung jawab atas pengembalanya” (Muttafaqun’alaih)

Ya, kita adalah penggembala yang bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak kita. Kita tahu bahwa perjalanan mendidik itu tidak terjadi dalam hitungan hari. Kita juga tahu bahwa tenaga dan pikiran kita diperas untuk terus bergerak dan mendidik sementara harus menyelesaikan hal yang lain.

Kita lelah.

Kita pernah dan akan menghadapi hari-hari penuh tantangan yang memerlukan stok kesabaran yang (seharusnya) tidak pernah habis.

Sabar. Ya, sabar.

Sabar dalam mendidik anak, sayangnya, bukan hanya melihat anak-anak melakukan hal yang secara adaab tidak berterima, lalu kita kita hanya berucap, “Ah, masih anak-anak” – tanpa melakukan apapun.

Atau, pernah tahu kan ucapan yang mahsyur dari orang marah, ketika seseorang melihat sesuatu yang menguji kesabaran dan ia berkata, “Habis sudah kesabaranku!”

Ah, tidak, bukan itu. Sabar itu tidak pernah selesai seperti sinetron atau novel.

Bukankah kita tahu, Allah ta’ala berfirman (yang artinya), ”Mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS Al-Baqoroh : 153).

Islam mengajarkan Muslim untuk Sabar dalam 3 perkara *:
1. Menahan jiwa dalam menaati Allah
2. Menahan jiwa dari menjauhi kemaksiatan kepada Allah
3. Menahan jiwa dalam takdir Allah yang menimpa diri meski itu sangat menyakitkan dan menyusahkan.

Jadi, bersabarlah dengan pilihan pengasuhan yang kita ketahui shahih dengan segala konsekuensinya. Misalnya, ketika kita mendidik anak untuk berkata jujur sebagai bagian dari ketaatan, maka bersabarlah dalam mendidik mereka.

Mintalah kepada Allah kemudahan agar akhlaq jujur itu bisa kita contohkan, dalam segala situasi sesulit apapun, karena kita tahu berbohong adalah bermaksiat kepada Allah. Bersabarlah belajar dan terus belajar mencarai cara agar akhlaq ini kuat terpatri dalam jiwa anak.

Dan sabarlah, jika ternyata kita diuji dengan kenyataan bahwa anak-anak pernah berbohong dengan memberi hukuman terlemah dalam Islam yaitu menasehati. Ya, memberi nasihat adalah hukuman teringan yang bisa kita berikan.

Ingatlah bahwa setiap bayi lahir dalam keadaan fitrah. Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam menggambarkan hal itu dalam sabdanya,
”مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِه”
Orang tuanya lah yang akan menjadikan ia Yahudi, Nasrani atau Majusi” (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu)

Andaikan sejak kecil anak dibiasakan berperilaku jujur, insyaAllah hal itu akan sangat membekas dalam dirinya. Sebab mendidik di waktu kecil bagaikan mengukir di atas batu. 

Saat raga dan hati mulai lelah mendidik, ingatlah….
Dibutuhkan kesabaran dan ketekunan untuk mengukir di atas batu, namun ukiran terbaik akan indah, awet, dan tahan lama.

Semoga ini menjadi nasihat, terutama bagi diri saya sendiri. Semoga kita semua dimudahkan Allah dalam mengasuh generasi-generasi berikutnya. 

Catatan:
*Kitab-kitab parenting yang dimaksud dan telah saya pelajari dalam kajian bersama ulama adalah Al-Jâmi’ fi Ahkâm wa Âdâb Ash-Shibyan (Abu ‘Abdillah ‘Âdil bin Abdillâh Âlu Hamdân Al-Ghâmidi), serta Nida’ Ila Murobbiyin wal Murobbiyat dan Kayfa Nurabbi Auladana (Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu rahumahullah).

** Untuk mempelajari ini silahkan kunjungi https://rumaysho.com/9579-macam-sabar.html

Disusun dalam perjalanan klastulistiwa.com

Homeschooling, Homeschooling Starter Kit, My Reflection

Ketika Tekad itu Menebal

WHY I HOMESCHOOL

Saat ini saya sedang diklat PAUD selama 2 bulan di Jogja. Ilmu mengajar disini diambil dari beberapa sumber, diantaranya kitab para ulama seperti Kaifa Nurobbi Auladana, Nida, dan Jaami’ul Ahkaami fi Aadaabi Shibyan.

Dan… masya Allah…
Semua perjalanan kami sebagai Homeschooling family terjawab disini…

Ada dua dalil yang disebut2 terus di semua kitab. Dan masyaAllah, sangat menguatkan saya dan keluarga untuk melanjutkan homeschooling:

Yang Pertama
Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,

وَاللَّهِ َلأَنْ يَهْدِيَ اللَّهُ بِكَ رَجُلاًوَاحِدًا خَيْرٌ لَكَ مِنْ حُمْرِ النَّعَمِ

Demi Allah Azza wa Jalla , sesungguhnya Allah Azza wa Jalla memberi hidayah kepada seseorang melalui tanganmu lebih baik bagimu dari pada memperoleh unta merah (Hadits shahih, riwayat Bukhari & Muslim)

Yang Kedua
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

Kemarin ustadz mengkonfirmasi seorang HSer parent insyaAllah bisa mendapat keempatnya… dengan ijin Allah. 😍😍😍

image

Mierza Miranti
Kisah Klastulistiwa
di gerimis sore Jogja
5 Maret 2016

Homeschooling, Homeschooling Starter Kit

Belajar Adab di MOS Aishahomeschool

Meski hanya mengajarkan satu atau dua anak, MOS atau Masa Orientasi Siswa itu penting lho di homeschooling Islami. Di Aishahomeschool, kami menghabiskan satu bulan penuh mempelajari Adab-Adab Penuntut Ilmu.

Bagaimana caranya?
Karena Aisha Jenna masih 8 tahun, Aqeela Isma 4 tahun, tentu bahasanya disesuaikan dengan usia. Cara menyampaikannya dengan beragam cara, dari mulai diskusi, berkisah ( bersumber dari cerita nabi, rasul, shahabat, thabiin, thabiut thabiin), main, cut-paste activity, menonton klip yutub, sampai membuat display ( yang akhirnya dipajang di pintu depan.

image
Kami memutuskan untuk menempelkan di pintu. Hehe.

Apa saja adab-adab itu?

Berikut diantara adab-adab yang selayaknya diperhatikan ketika seseorang menuntut ilmu. Memang tidak persis seperti yang kami bahas di masa orientasi, sih, tapi berhubung file saya hilang (curhat) inilah inti yang bisa saya bagikan.

1⃣ Mengikhlaskan niat dalam menuntut ilmu

Seseorang tidak akan mendapat ilmu yang bermanfaat jika ia tidak ikhlas karena Allah.

Orang yang menuntut ilmu bukan karena mengharap wajah Allah termasuk orang yang pertama kali dipanaskan api neraka untuknya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang menuntut ilmu syar’i yang semestinya ia lakukan untuk mencari wajah Allah dengan ikhlas, namun ia tidak melakukannya melainkan untuk mencari keuntungan duniawi, maka ia tidak akan mendapat harumnya aroma surga pada hari kiamat.” (HR. Ahmad)

2⃣ Rajin berdoa kepada Allah Ta’ala, memohon ilmu yang bermanfaat

Hendaknya setiap penuntut ilmu senantiasa memohon ilmu yang bermanfaat kepada Allah Ta’ala dan memohon pertolongan kepadaNya dalam mencari ilmu serta selalu merasa butuh kepadaNya.

Rasulallah shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan kita untuk selalu memohon ilmu yang bermanfaat kepada Allah Ta’ala dan berlindung kepadaNya dari ilmu yang tidak bermanfaat.

3⃣ Bersungguh-sungguh dalam belajar dan selalu merasa haus ilmu

Dalam menuntut ilmu syar’i diperlukan kesungguhan. Tidak layak para penuntut ilmu bermalas-malasan dalam mencarinya. Kita akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat dengan izin Allah apabila kita bersungguh-sungguh dalam menuntutnya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam barsabda, “ Dua orang yang rakus yang tidak pernah kenyang: yaitu (1) orang yang rakus terhdap ilmu dan tidak pernah kenyang dengannya dan (2) orang yang rakus terhadap dunia dan tidak pernah kenyang dengannya.” (HR. Al-Baihaqi)

4⃣ Menjauhkan diri dari dosa dan maksiat dengan bertaqwa kepada Allah Ta’ala

Seseorang terhalang dari ilmu yang bermanfaat disebabkan banyak melakukan dosa dan maksiat. Sesungguhnya dosa dan maksiat dapat menghalangi ilmu yang bermanfaat, bahkan dapat mematikan hati, merusak kehidupan dan mendatangkan siksa Allah Ta’ala.

5⃣ Tidak boleh sombong dan tidak boleh malu dalam menuntut ilmu

Sombong dan malu menyebabkan pelakunya tidak akan mendapatkan ilmu selama kedua sifat itu masih ada dalam dirinya.

Imam Mujahid mengatakan,

لاَ يَتَعَلَّمُ الْعِلْمَ مُسْتَحْىٍ وَلاَ مُسْتَكْبِرٌ

“Dua orang yang tidak belajar ilmu: orang pemalu dan orang yang sombong” (HR. Bukhari secara muallaq)

6⃣ Mendengarkan baik-baik pelajaran yang disampaikan ustadz, syaikh atau guru

Allah Ta’ala berfirman, “… sebab itu sampaikanlah berita gembira itu kepada hamba-hambaKu, (yaitu) mereka yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik diantaranya. Mereka itulah orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan merekalah orang-orang yang mempunyai akal sehat.” (QS. Az-Zumar: 17-18)

7⃣ Diam ketika pelajaran disampaikan

Ketika belajar dan mengkaji ilmu syar’i tidak boleh berbicara yang tidak bermanfaat, tanpa ada keperluan, dan tidak ada hubungannya dengan ilmu syar’i yang disampaikan, tidak boleh ngobrol. Allah Ta’ala berfirman, “dan apabila dibacakan Al-Quran, maka dengarkanlah dan diamlah agar kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-A’raaf: 204)

8⃣ Berusaha memahami ilmu syar’i yang disampaikan

Kiat memahami pelajaran yang disampaikan: mencari tempat duduk yang tepat di hadapan guru, memperhatikan penjelasan guru dan bacaan murid yang berpengalaman. Bersungguh-sungguh untuk mengikat (mencatat) faedah-faedah pelajaran, tidak banyak bertanya saat pelajaran disampaikan, mengulang pelajaran setelah kajian selesai dan bersungguh-sungguh mengamalkan ilmu yang telah dipelajari.

9⃣ Menghafalkan ilmu syar’i yang disampaikan

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Semoga Allah memberikan cahaya kepada wajah orang yang mendengar perkataanku, kemudian ia memahaminya, menghafalkannya, dan menyampaikannya. Banyak orang yang membawa fiqih kepada orang yang lebih faham daripadanya…” (HR. At-Tirmidzi).

Dalam hadits tersebut Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa kepada Allah Ta’ala agar Dia memberikan cahaya pada wajah orang-orang yang mendengar, memahami, menghafal, dan mengamalkan sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka kita pun diperintahkan untuk menghafal pelajaran-pelajaran yang bersumber dari Al-Quran dan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

10⃣ Mengikat ilmu atau pelajaran dengan tulisan

Ketika belajar, seorang penuntut ilmu harus mencatat pelajaran dan poin-poin penting agar ilmu yang disampaikannya tidak hilang dan terus tertancap dalam ingatannya setiap kali ia mengulangi pelajarannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ikatlah ilmu dengan tulisan” (HR. Ibnu ‘Abdil Barr)

11⃣ Mengamalkan ilmu syar’i yang telah dipelajari

Menuntut ilmu syar’i bukanlah tujuan akhir, tetapi sebagai pengantar kepada tujuan yang agung, yaitu adanya rasa takut kepada Allah, merasa diawasi oleh-Nya, taqwa kepada-Nya, dan mengamalkan tuntutan dari ilmu tersebut. Dengan demikian, barang siapa saja yang menuntut ilmu bukan untuk diamalkan, niscaya ia diharamkan dari keberkahan ilmu, kemuliaan, dan ganjaran pahalanya yang besar.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perumpamaan seorang alim yang mengajarkan kebaikan kepada manusia, kemudian ia melupakan dirinya (tidak mengamalkan ilmunya) adalah seperti lampu (lilin) yang menerangi manusia, namun membakar dirinya sendiri.” (HR Ath-Thabrani)

Sumber kajian Adab: Tematik BISA

Referensi:
Disarikan dari berbagai sumber..

Lectures of Life, Muslimah Session

Homeschooling : Pro dan Kontra

Source: http://www.doliferight.com | http://www.inflatablestudios.com

Sekarang semakin banyak orang tua (saya salah satunya, uhuk) yang lebih memilih homeschooling dibandingkan sekolah formal. Sepertinya metode ini semakin diterima di Indonesia.

‘Anak – anak homeschooling’ mulai terlihat (berkat sosmed) dapat bersaing dengan teman – teman mereka yang bersekolah formal dalam hal standarisasi pendidikan. Bahkan Universitas tidak lagi khawatir menerima anak – anak homeschooling karena mereka sudah terlatih untuk belajar mandiri sejak dini.

Artinya? Yup,  anak – anak ini bisa diandalkan untuk menghadapi tantangan.

Tetapi sebagaimana semua hal di dunia ini, homeschooling tentu memiliki pro dan kontra. Orang tua yang sangat peduli mengenai pendidikan anak, tentu akan menimbang dampak baik dan buruk homeschooling sebelum mengambil keputusan apakah akan menyekolahkan anak secara formal atau homeschooling.
Untuk itu mari kita lihat pro dan kontra penerapan homeschooling.

Pro Homeschooling
Dengan homeschooling, orang tua dapat menentukan beragam metode untuk mendidik anak mereka dan bisa tidak terlalu fokus pada bidang yang ‘mubazir’. Orang tua dapat mengintegrasikan pengetahuan yang akan diberikan sesuai dengan kemampuan, ketertarikan, dan kesiapan anak, termasuk mengintegrasikan nilai agama kedalamnya.

Sel in hal yang disebutkan tadi, berikut beberapa alasan lain yang menjadi alasan sebagian orang (termasuk kami) yang pro homeschooling :

Kebebasan mengajarkan ilmu agama – Banyak orang tua merasa bahwa dengan homeschooling memberikan mereka kesempatan untuk menggabungkan dan memberi pemahaman nilai – nilai agama dengan ilmu pengetahuan yang diajarkan sehari – hari.

Mendekatkan hubungan keluarga – Banyak keluarga homeschooling mengatakan bahwa homeschooling memiliki peran penting dalam mendekatkan hubungan keluarga. Waktu belajar bersama dapat membantu mendekatkan hubungan dalam keluarga.

Kondisi emosi yang stabil – Anak – anak homeschooling tidak perlu khawatir mereka akan ‘dibully’, mendapatkan tekanan akibat kompetisi di sekolah, sehingga mereka tidak harus tertekan baik fisik maupun mental menghadapi itu semua. Orang tua yang anaknya menjadi korban ‘bullying’ memilih homeschooling untuk melindungi anaknya dari dampak buruk.

Jadwal yang ramah anak – Salah satu hal yang menyenangkan dari homeschooling adalah anak dan orang tua dapat menyusun jadwal belajar sendiri sesuai kebutuhan. Anak tidak lagi stres dengan jadwal sekolah yang rutin dan ketat. Selain itu juga tidak ada pekerjaan rumah yang memberatkan anak.

Waktu istirahat yang cukup bagi anak – Dengan jadwal yang fleksibel maka anak dapat memiliki waktu istirahat yang cukup. Waktu tidur dan istirahat merupakan kebutuhan vital bagi anak yang dapat mempengaruhi fisik dan mental anak, khususnya anak – anak menjelang remaja dan remaja.

Kontra homeschooling

Banyaknya waktu yang dibutuhkan – Orang tua yang memilih homeschooling menghabiskan waktu lebih banyak untuk merencanakan, mengarahkan anak mereka dalam beraktivitas, serta turut berpartisipasi dalam kegiatan mereka. Idealnya ibu harus berada di rumah untuk secara penuh bertanggung jawab dalam pendidikan anak sementara ayah bekerja. Namun, bukan tidak mungkin jika keduanya bekerja. Hal ini akan menjadi tantangan bagi orang tua dalam membagi waktu untuk bekerja dan mendidik anak (saya salah satunya)

Keterbatasan keuangan Untuk melaksanakan homeschooling, salah satu orang tua harus mengorbankan pekerjaan penuh waktu mereka dan ini dapat menyebabkan masalah keuangan bagi sebagian keluarga. Tetapi bagaimanapun, kebanyakan orang tua mengatakan bahwa hal itu setimpal demi melihat anak mereka tumbuh dengan baik. Selain itu pada zaman sekarang sudah banyak pekerjaan non full time atu remote yang dapat memberikan penghasilan tambahan.

Kritikan dari orang lain – Ketika homeschooling semakin berkembang, tetap saja masih banyak orang yang memandang negatif homeschooling dan ini adalah hal biasa. Bahkan pandangan negatif ini berasal dari teman – teman dan keluarga dekat. Jika anda memilih homeschooling maka anda harus siap dengan kritikan dan pandangan negatif orang lain.

Setelah melihat pro dan kontra penerapan homeschooling, orang tua tentu lebih mudah mengambil keputusan apakah akan tetap bersekolah formal atau memilih homeschooling. Yang menjadi tujuan tentunya agar tercapai tujuan pendidikan dan demi tumbuh kembang anak yang baik. Selamat memilih Ayah dan Ibu.

Sumber (diadaptasi dari): http://www.publicschools.org/homeschooling-pros-cons/
http://school.familyeducation.com/home-schooling/parenting/29861.html

My Reflection

Pikirkan Ini Sebelum Memutuskan Homeschooling

image

Beralih dari sekolah formal ke homeschooling (atau memulai homeschooling ditengah budaya schooling) merupakan suatu langkah besar. Untuk itu orang tua perlu mempertimbangkannya dengan baik.

Apa saja yang harus dipertimbangkan sebelum memilih homeschooling?

Beberapa hal berikut dapat menjadi pertimbangan orang tua  sebelum memutuskan menerapkan homeschooling.

Komitmen terhadap waktu
Kegiatan homeschooling cenderung menghabiskan waktu yang lebih banyak. Kegiatan homeschooling tidak hanya duduk mempelajari buku – buku selama berjam – jam. Ada banyak kegiatan lain seperti eksperimen dan proyek – proyek yang harus dilakukan, pekerjaan anak yang harus diperiksa, belajar di lingkungan luar seperti taman, pelajaran tahsin, tahfiz, dan masih banyak lagi. Orang tua dan anak harus mempunyai komitmen dan disiplin kuat dalam menjalani homeschooling.

Mengorbankan kehidupan pribadi
Agak lebay sih bahasanya, tapi saya belum menemukan padanannya. Alasannya karena ya… orang tua homeschooling memiliki sangat sedikit waktu untuk diri mereka sendiri (atau ini cuma saya aja yah?). Dapat dikatakan bahwa orang tua dan anak selalu bersama – sama hampir 24 jam dalam seminggu. Sehingga orang tua harus siap mengorbankan kehidupan pribadinya.

Kondisi keuangan keluarga
Homeschooling mungkin tidak menghabiskan biaya sebesar sekolah formal, akan tetapi membutuhkan peran orang tua yang sangat besar sehingga salah satu orang tua harus mengorbankan pekerjaan full time mereka. Hal ini tentu berdampak besar bagi keluarga yang mengandalkan dua pemasukan. Eh, tapi bukan tidak mungkin loh jika keduanya bekerja. Kalau saya ingat, nanti, saya akan posting tentang hal ini.

Sosialisasi
Orang tua harus memberi perhatian lebih dalam hal sosialisasi anak dengan orang lain. Karena anak tidak bersekolah formal seperti anak – anak pada umumnya, sosialisasi anak harus benar – benar diperhatikan. Kebaikan homeschooling adalah orang tua memiliki kontrol lebih dalam hal kontak sosial anak dengan orang lain. Sehingga anak lebih terjaga dari tindakan buruk lingkungan. Komunitas homeschooling dapat menjadi salah satu pilihan anak untuk bersosialisasi. Atau bagi Muslim, ini saatnya memperbanyak silaturahmi.

Pengaturan rumah tangga
Orang tua homeschooling harus mampu mengatur pekerjaan rumah tangga dan kegiatan homeschooling berjalan dengan baik. Ini bukan curhat, tapi pekerjaan rumah tangga harus dikerjakan dengan baik, sementara   kegiatan homeschooling juga harus berjalan baik. Kegiatan homeschooling tentu berpengaruh pada kondisi rumah yang bisa jadi lebih berantakan sehingga membutuhkan tugas ekstra.

Kesepakatan kedua orang tua
Sangat penting untuk kedua orang tua sepakat dalam menerapkan homeschooling. Akan sangat sulit menerapkan homeschooling jika salah satu pasangan ada yang menolak. Jika pasangan anda menolak cobalah untuk meneliti dan berbicara dengan orang lain untuk mencari solusinya.

Apakah anak bersedia/tertarik?
Ketertarikan anak akan sangat menentukan karena anak yang akan menjalaninya. Yang utama tentu keputusan orang tua, tetapi jika anak menolak tentu akan sulit untuk menerapkan homeschooling.

Satu tahun untuk satu masa pendidikan
Homeschooling bukanlah komitmen seumur hidup, banyak keluarga yang menerapkannya per tahun kemudian dievaluasi kembali apakah tetap menjalankan homeschooling atau tidak. Bisa saja orang tua dan anak merasa sudah saatnya untuk bersekolah formal.

Apakah orang tua merasa tertekan untuk mengajar?
Jika anda dapat membaca dan menulis, maka anda mampu untuk mengajar anak anda. Kurikulum dan materi – materi pembelajaran akan membantu anda dalam merencanakan dan menjalankan pendidikan. Anda dapat meminta bantuan orang lain jika mendapat kesulitan atau mencari tutor untuk beberapa subjek pelajaran yang sulit.

Pengalaman orang lain
Akan sangat membantu jika anda mendengarkan alasan orang lain memilih homeschooling. Anda dapat belajar dari pengalaman orang lain dan menjadi pertimbangan sebelum memilih homeschooling.

Itulah hal – hal yang harus dipertimbangkan sebelum memilih homeschooling. Semoga bermanfaat ya…

Sumber : http://homeschooling.about.com/od/gettingstarted/a/homeschool4you.htm

Homeschooling Starter Kit

Apa Itu Homeschooling?

Pengertian Homeschooling

image

Homeschooling adalah suatu model pendidikan alternatif yang berbasis di rumah dan diselenggarakan oleh keluarga. 

Jadi homeschooling bukanlah suatu lembaga yang menyerupai sekolah/ kursus melainkan suatu metode pendidikan yang berbasis di rumah, di mana penentu kebijakannya adalah keluarga.

HOMESCHOOLING ADALAH GAYA HIDUP

Ayah dan ibunya merupakan CEO yang menddesain, melaksanakan, dan menevaluasi praktik homeschooling. Beberapa keluarga memilih struktur yang sangat akademis, ada yang menggunakan metode – metode tertentu, ada yang memakai metode eklektik atau mengambil beberapa metode. Ada yang menggunakan guru, interaksi satu banding satu, sampai mengikut sertakan ke kelas-kelas khusus, ada yang menggunakan penyedia kurikulum online namun tetap diajari orang tuanya sendiri.

Apapun keputusannya, itu semua menyesuaikan dengan kebutuhan anak yang ditentukan oleh keluarga. Walaupun disebut homeschooling, bukan berarti proses belajar melulu diadakan di rumah. Proses belajar bisa dilaksanakan di taman, pasar, kolam, peternakan, dan dimana saja.

Sekarang di Indonesia juga mulai banyak bermunculan flexi school yang dinamai homeschooling

Flexi school adalah metode pendidikan yang memadukan antara orang tua dan sekolah, di mana anak terdaftar di  lembaga tetapi memiliki jadwal yang fleksibel. Anak bisa memilih mau sekolah hari apa saja, sisanya anak belajar ‘sendiri’ di luar sekolah. Basis kurikulumnya mengikuti kurikulum nasional dengan modifikasi.

Beberapa alasan orang tua lebih memilih flexy school adalah karena kondisi kesehatan anak yang tidak stabil, lebih memilih metode pendidikan di rumah akan tetapi masih membutuhkan sekolah formal untuk menyajikan beberapa subjek yang belum bisa dilaksanakan orang tua, masih takut atau menolak untuk sekolah (biasanya anak – anak yang baru mulai sekolah), dan lain – lain.

Homeschooling vs Flexi School

Pilih yang mana? Itu semua tergantung kebutuhan dan kondisi orang tua dan anak saya rasa, apakah orang tua merasa sudah mampu menjalankan homeschooling atau masih membutuhkan peran sekolah dalam pendidikan anak. Dan yang paling penting mana yang paling diinginkan dan tepat untuk si anak.

Jika orang tua sudah mampu menyelenggarakan pendidikan seutuhnya serta mendedikasikan waktu (yang saya rasa cukup banyak) untuk anak maka saya rasa homeschooling merupakan pilihan tepat. Lain hal jika orang tua merasa belum mampu menyediakan pendidikan seutuhnya serta memiliki waktu yang terbatas, tentu saja flexi school bisa menjadi pilihan.Pada akhirnya semua dikembalikan pada anak, mana yang lebih cocok dan diminati anak.

Tapi ingat yaaa… HOMESCHOOLING ITU BUKAN LEMBAGA

Lectures of Life, My Reflection, My Thoughts, Parenting

Sebelum Memulai Homeschooling

Ilmu sebelum amal. Yak, dalam memulai sekolah rumah pun sama. Jangan mentang-mentang homeschooling atau flexi-schooling terus kita tinggal liat kurikulum, beli buku, terus belajar sendiri atau sewa guru. Udah. Hayyaaaah, itu mah sama aja kayak pindah sekolah tapi fisiknya doang.

Sebelum mulai, sebaiknya memang kita konsultasi dulu dengan yang sudah memulai. Mereka yang sudah merasakan pahit getir homeschooling. #Cieeee *kibas jilbab*

Homeschooling is such a solution, kalau kata saya mah. Kita bisa fokus dengan ngaji, hobi, dan apapun. Plus, belajar pun lebih dalam lagi by the help of the world wide web sama guru atau narasumber yang bisa kita pilih sendiri. Kalau sekolah? Hyaaaaa… mana bisaaaaaa! Yang ada kita telan aja tuh segala kualitas guru, konten, sistem, pengajaran, manajemen, yang bisa jadi di bawah standar harapan kita.

Terus, karena tidak dipahamkan pelajaran, setelah sekolah full day, anak disiksa lagi dengan bimbel? Kali ikut kursus, wajar lah ya… Tapi, BIMBEL??? Hmm, terus, fungsi guru, sistem sekolah, dan prosedur sekolah untuk mencerdaskan dimana yaaa? Well, it’s illogical, isn’t it? *gagal paham*

image

Ah sudahlah… gak selesai-selesai ngomongin sekolah mah. Now, for a start , saya rangkumkan nih blog dan situs yang dibuat emak bapak para homeschooler, komunitas sekolah rumah, atau malah muridnya sendiri. Here we go, para mastah dan guru yang sudah berkecimpung lebih dulu (dan kemungkinan lebih tua dari saya, yes!) di dunia keren inih. Happy blogwalking. 🙂

1. Kumpulan blog ibu-ibu homeschooler muslim dari Pinterest
2. Middle Way Mom: Islam, Homeschooling, Parenting
3. TJ Homeschooling: Islamic Studies
4. Rahmah Muslim Homeschool
5. Islamic Studies on Pinterest
6. Happy Muslim Mama
7. Homeschool for Muslims
8. Iman Homeschool
9. A Muslim Homeschool
10. A Muslim Homeschool Journey
11. The Wired Homeschool
12. Eva Varga
13. Homeschool Scientists
14. Tea Cups in the Garden
15. This Reading Mama
16. The Home Scholar
17. Education Possible
18. Tyna’s Dynamic Homeschool Plus
19. Harrington Harmonies
20. Unschool Rules
21. Confession of a Homeschooler
22. Raising Lifelong Learners
23. Homeschool Creations
24. Living Montessori Now
25. Our Journey Westward
26. Blogs, She Wrote
27. Rumah Inspirasi
28. Blessed Learners
29. Komunitas2 Homeschooling Lainnya
30. Homeschooling Jakarta

Fiuuh… Masya Allah… Banyak ya? Padahal itu belum semua loooh… Harus semangat nih ngelmunya .

Bismillah.