Homeschooling, My Reflection, Parenting

KURIKULUM UNTUK ORANG TUA (HOMESCHOOLERS) MUSLIM

KURIKULUM UNTUK ORANG TUA (HOMESCHOOLERS) MUSLIM

*Mierza ummu Abdillah*

“Cieee yang homeschooler…. masa orang tuanya perlu kurikulum?”

 Baiklah, kita bahas tentang kurikulum dulu ya. Karena kita di Indonesia, kita pakai acuan nasional, yaitu Diknas.

Kurikulum menurut UU No. 20/ 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 19 adalah “seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.

Garis bawahi kata TUJUAN PENDIDIKAN. Sebagai muslim, sebagai orang tua, apa tujuan kita?

Pasti udah sering mendengar ayat yang artinya iniii kaaan:

 “Wahai orang-orang yang beriman, lindungilah diri kalian dan keluarga kalian dari neraka…” (QS. At-Tahrim: 6).

love isnot enoughBagaimanakah cara melindungi ‘kita dan keluarga kita’? Cukupkah dengan cinta dan ketulusan?

Nope. Love is not enough.

Bukankah kita sudah banyak melihat contoh orang tua yang mencintai anaknya dengan tulus dan melakukan apapun yang anaknya minta atas nama cinta? Lalu bagaimana kelanjutannya? Teman-teman disini pasti tahulaah jawabannya: Iyesss… kita butuh ilmu.

Banyaaak sekali yang harus kita pelajari, dari mulai ilmu agama hingga ilmu berkomunikasi. Islam memberikan kurikulum yang ajiiib dalam soal mendidik anak  ini, terutama soal akidah sebagai ilmu pertama yang layak dikenalkan pertama kali. Singkatnya, begini ‘kurikulum dasar’ bagi orang tua sang pendidik adab yang sebenarnya bisa bertambah berlipat-lipat sesuai karakteristik keluarga:

  1. AQIDAH

Inilah modal dasar dalam mendidik, agar anak hanya menyandarkan diri kepada Allah. Memberikan hadiah tak mengapa, asal ajarkan anak meminta kepada Allah saat menjanjikannya. Disinilah kita bisa menancapkan aqidah di hati mereka.

Nabi shallallahu’alaihiwasallam telah memberi contoh dalam pondasi dalam jiwa anak. Dalam riwayat Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma, yang artinya “Jika engkau memohon, mohonlah kepada Allah. Dan jika engkau meminta pertolongan, mintalah kepada Allah”. (HR. Tirmidzi – Hasan sahih).  Dengan terus mencamkan ini, insyaAllah ketika mereka tak bisa mendapatkan apa yang mereka mau, itulah yang terbaik dari Allah.

Lihatlah wasiat Nabi Yaqub pada surat Al Baqarah ayat 133 ketika hendak meninggal dunia. Yang ditanyakan bukan berapa nilai di ijazah atau penghasilan anak-anaknya, tapi siapa yang disembah? Bukankah kita juga tidak tahu apakah besok kita masih bisa bangun dan ‘menjaga’ anak-anak dengan semua ilmu parenting kita? Siapa lagi yang akan menjaga mereka selain yang menciptakannya?

  1. ILMU TENTANG TATA CARA IBADAH

Dari Ibnu Abbas radliallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Perintahkanlah anak kalian untuk shalat ketika mereka berusia 7 tahun. Dan pukullah mereka untuk dipaksa shalat, ketika mereka berusia 10 tahun.”(HR. Abu Daud 495 dan dishahihkan al-Albani)

Hadits ini juga pasti sudah sangat dikenal. Tapi, sudahkah kita memiliki ilmu tentang bagaimana tata caranya? Atau yang penting pukul aja kalau mereka ga mau nurut shalat? Kita punya banyak waktu sebelum ‘memerintahkan mereka’, bukan? Bukankah semua setiap perkataan, perbuatan, hingga yang kita pikirkan akan dimintai pertanggungjawaban? Jadi, mari gunakan masa-masa mumayyiz mereka (di bawah 7 tahun) untuk mulai mencari ilmu yang shahih tentang cara beribadah.

  1. ILMU TENTANG AKHLAK

Oh, yaaa.. banyak sudah kita lihat di linimasa ketika selfie yang ‘tidak beradab’ bocah menjadi kekinian. L Karena itu, kita perlu sekali mempersiapkan amunisi ilmu adab bagi anak, baik itu terhadap Allah, orangtua, teman, tetangga,  dan adab sehari-hari. Sebelum mengajari mereka tentang bagaimana cara berbicara kepada orang tua, makan, minum, bertamu, berbicara, tidur, masuk kamar mandi, belajar dan banyaaak lagi… mari kita cari tahu praktek Rasulullah dan menerapkannya terlebih dulu.

  1. ILMU TENTANG DOA

Doa ini senjata orang beriman dan tentunya orangtua generasi rabbani. Sungguh hanya karena Allah segala sesuatu itu terjadi, bukan semata-mata karena kecanggihan kita mendidik anak. Ada banyak doa shahih yang bisa kita amalkan untuk kebaikan keluarga. Selain yang dicontohkan Rasulullah, beberapa doa juga terdapat di Qur’an seperti dalam doa nabi Nuh dalam surat Nuh ayat 28, doa dalam surat Al-Furqan ayat 74, dan doa nabi Ibrahim untuk anak-anaknya menjadi orang yang menegakkan shalat dalam QS. Ibrahim ayat 40.

  1. ILMU DLL, DST, DSB, DKI, DLLAJ (ABAIKAN 2 SINGKATAN TERAKHIR)

Iyesss… ada banyak ilmu yang kita butuhkan dalam mendidik generasi masa depan. You name it. Dari mulai seni  berinteraksi dan berkomunikasi dengan anak, strategi menghadapi anak berdasarkan sifat dan karakternya, cara membangun PD anak, cara menumbuhkan potensi dan bakat anak, cara memotivasi, dan baaanyaaak lagi. Alhamdulillah, kita diberikan banyak kemudahan mengakses buku-buku bergizi, kajian-kajian yang mengisi hati, grup-grup pengasuhan yang memompa semangat, seminar dan workshop pengasuhan yang mencerahkan,  pengalaman-pengalaman pengasuhan yang terlihat berhasil dalam prosesnya, dan segala sumber belajar dari yang bersertifikat seperti guru beneran seperti iou.com sampai yang gratis dan menyenangkan macam coursera.

Memangnya boleh? InsyaAllah, selama tidak bertentangan dengan syariat.   Bagaimana tahunya?  Belajar media literacy – karena gak semua yang dikatakan internet itu benar.

Daaan… untuk ilmu syar’i, mari belajar dengan tahapan yang benar karena ilmu syar’i itu bertingkat-tingkat dan membutuhkan ulama yang benar-benar utuh memahaminya. Boleh intip https://klastulistiwa.com/2016/05/20/homeschoolers-pun-perlu-tahu-tahap-tahap-belajar-ilmu-syari/ untuk beberapa tahapannya.

LALU, KAPAN KURIKULUM INI BERAKHIR???

Tentunya tidak setamat SMA, S1, S2, S3, atau saat SK kerja berakhir yaaa. Ibaratnya ‘homeschooling’ itu tidak pernah berakhir. Dan kita, orang tua, adalah homeschoolers seumur hidup meski nanti anak-anak yang kita didik bukan lagi ‘homeschoolers’ di rumah kita. Mereka akan menjadi homeschoolers di rumah mereka selanjutnya.

Karena rumah adalah sekolah.

 

 

 

Homeschooling, Homeschooling Starter Kit

[VLOG] How to Homeschool Ala Klastulistiwa

Yaaay.. Alhamdulillah… selesai sudah video tutorial cara  homeschooling ala keluarga kami! Iyesss.. itu video pertama kami di Youtube tanpa movie maker apps yang sudah terhapus di lappie karena mempertahankan OS jaman lawas tapi ORI (uhuk!).

Etapi.. etapiiii…. thanks to Smartfren yang dikenalkan oleh Blog Emak Gaoel,  gak ada program pun gak masalah tuuu. Edit-edit bahagia via onlie tetep bisa gratisan (makanya ga bisa ngilangin watermark hehe). Hasilnya ga malu-maluin lah sebagai nubi di peryutuban.

Kalau ada yang tanya, “Lha, how to homeschool lagiiiii? Kan dulu pernah posting ituuuuu?” Ehem… yang ini beda. Ini apdet ya know… kekinian…

Poin-poin penting seperti di bawah ini akan terus ada sebagai pengingat, bahwa:

  1. Homeschooling itu unik, berdasarkan ciri, how-to-homeschool-ala-klastulistiwa.jpgvisi, dan misi keluarga masing-masing. Jadi model HS perjalanan klastulistiwa yang kami jalani belum tentu sesuai dengan model HS keluarga lainnya. Makanya, kenali dan terus cari tahu agar puzzle-puzzle itu pun membentuk jadi visi-misi kamu (tsaaah).
  2. Ketika sudah siap dengan pilihan untuk homeschooling, mulai dan teruslah bangun chemistry dengan seluruh anggota keluarga, terutama si buah hati kesayangan.
  3. Gali potensi diri, anak, hingga komunitas yang bersentuhan dengan keseharian.
  4. Eksplorasi semua sumber dan cara belajar agar proses berilmu lebih holistik.
  5. Mengingatkan diri sendiri agar pembelajaran itu berlaku buat seluruh keluarga, tidak hanya anak yang diajari saja.
  6. Menghargai proses dan tidak terpaku pada hasil melulu. Kenapa? Karena dalam proses belajar terkandung banyak nilai dan keahlian yang penting dalam proses persiapan anak menghadapi kehidupan.
  7. Membekali anak untuk masa depan dunia akhirat, bukan cuma ‘biar lulus dan dapat nilai bagus’. Jadi, coret-coret di seragam pas kelulusan? Hadeeeuh… masih musim ya? -_-
  8. Berjejaring dengan banyak komunitas pembelajar, dari mulai yang isinya homeschoolers, anak satu kelurahan, anak-anak masjid,  perkumpulan berbasis hobi, kemasyarakatan, sampai ROHIS Berkemajuan yang lagi viral sekarang (ciee cieee). Kalau kami lebih memilih komunitas ketimbang kursus-kursusan. Karena ya itu tadi, anak-anak juga ikut proses berlembaga bukan dilembagakan. Ga cuma bayar terus marah-marah karena hasil gak sesuai harapan (ini cuma contoh lhooo – jangan baper).

Nah… adakah yang membedakan posting yang ini dengan posting sebelumnya? Tentu saja ada. Apa ituuu?

Tadaaa! Yang sekarang ada videonya.  *krik krik krik*

Baiklah… Selamat menikmati dan abaikan watermarknya ya.

Salam,
Mierza Ummu Abdillah

Homeschooling, Homeschooling Starter Kit, Parenting

Dua Pilihan: Cari Guru atau Berilmu

“Hah??? Anak-anakmu homeschooling? Terus yang ngajar siapaaaaa?”

Karena ini masih jadi pertanyaan favorit, mari kita lanjutkan posting tentang guru dan homeschooling ya.

Baiklah.

Idealnya yang jadi guru pada awal-awal masa pendidikan adalah kita, orang tuanya.

“Lha, kan ga punyaaa ilmunyaaaaa!”

Iyesss…. permisalannya begini… Kalau kita cuma punya beras, penanak nasi, dan tungku berbahan bakar kayu saat lapar (settingnya ga ada uang loh ya), apa yang harus dilakukan?

Terus, kalau ga bisa masak pake tungku kayu itu gimana? Apa iya ga usah makan? *krik krik krik*

Bisa jadi setiap Ibu memiliki cara sendiri. Kalau model saya yang punya kuota, ya browsing atau tanya grup masak-masak. Ibu yang canggih ilmu interpersonalnya bisa mulai tebar pesona ke tetangga. Atau, ada Ibu yang lebih memilih barter sama warung nasi terdekat untuk menukar sekilo beras dengan sebungkus nasi – saking ga mau masak .

Well, sama aja seperti homeschooling. Setiap keluarga punya visi dan misi yang berbeda. Dari sana aja bisa terlihat cara yang berbeda dalam mendidik anak. Ada yang memilih untuk berilmu duluuuu, belajar bareng di satu majelis ilmu, sampai memilihkan guru.

picsart_05-20-05.23.53.jpgGaris bawahi kata MEMILIHKAN GURU loh yaa, bukan memilih sekolah atau meminta lembaga lain untuk menyeleksi guru yang you-don’t-say kayak gimana. KITA a.k.a. ORANG TUA (yang memilih homeschooling) jauh lebih leluasa untuk bisa memilih pendidik adab anak-anak kita. Ya. Pendidik adab adalah kata yang dipakai oleh para salafush shalih saking pentingnya peran guru ini.

Jadi paham yaaaaa….

Next discussion: kualitas apa yang harus kita miliki sebagai pendidik adab? Atau, untuk siapapun yang mendidik dan mengajar anak-anak kita nanti, apa saja kriterianya?

Hmmm…. berhubung kita muslim, tentu kriteria-kriteria ini harus berdasarkan sumber yang shahih lho yaaaa….

Karena saya duluan ikut kajian kitab-kitab* parenting Islam yang keren, saya tuliskan beberapa poin kriteria pendidik adab di bawah ini ya. Semoga bisa menjadi cermin untuk memantaskan diri atau menyeleksi pengajar anak-anak kita. Oh ya.. saya ingatkan dulu. Saya ini cuma lebih dulu ikut kajian loh ya, bukan berarti lebih pinter atau shalihah. (Eh… tapi boleh kok diaminkan.:) )

FOKUS. So, what makes an educator?

1. Dari kalangan ahlus sunah

Maksud dari kalangan ahlus sunnah itu adalah siapapun yang mengikuti ajaran Rasulullah, para sahabat, dan generasi setelahnya yang mengikuti Rasulullah. Untuk ilmu-ilmu syar’i, ini penting sangat sebagai fondasi yang kokoh, terutama di masa-masa awal kehidupan. Daaan… ternyata Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam sedari dulu telah memperingatkan hal ini dalam hadits yang artinya:

“Telah berpecah kaum Yahudi menjadi tujuh puluh satu golongan ; dan telah berpecah kaum Nashara menjadi tujuh puluh dua golongan; sedang umatku akan berpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan, semuanya akan masuk neraka kecuali satu. Maka kami-pun bertanya, siapakah yang satu itu ya Rasulullah? ; Beliau menjawab: yaitu orang-orang yang berada pada jalanku dan jalannya para sahabatku di hari ini” [HR. Tirmidzi]

2. Punya kemampuan dan ilmu

Nah, kan, ilmu lagi. Lha iya, kalau ga ada ilmu, gimana ngajarnya? Syarat-syarat ilmu yang perlu dimiliki seorang pengajar itu salah tiganya dapat dijelaskan dalam hadits berikut ketika Nabi mengutus Mu’adz bin Jabal sendirian ke Yaman.

Sebagaimana dalam Shohihain dari hadits Ibnu Abas, Rasululloh bersabda (yang artinya) :

“Sungguh kamu akan menjumpai satu kaum dari ahli kitab, apabila kamu mendatangi merkea maka dakwahilah untuk bersaksi syahadatain, bila mereka mentaatimu dalam hal itu maka beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan atas mereka sholat lima waktu setiap harinya. Bila mereka mentaatimu dalam hal itu maka beritahukanlah bahwa Allah telah mewajibkan atas mereka shodaqah (zakat) yang diambil dari orang kaya mereka dan dibagikan kepada orang-orang fakir mereka. Apabila mereka mentaatimu dalam hal ini maka hati-hatilah dari harta-harta kesayangan mereka dan takutlah dari do’a orang mazhlum, karena tidak ada hijab antaranya dengan Allah. (HR Al Bukhori).

Dari hadits di atas, terdapat 3 faedah mengenai ilmu yang perlu dimiliki seorang pendidik:

a. Punya ilmu (syar’i). Muadz dipilih untuk berangkat SENDIRIAN karena ilmu.

b. Mengetahui kondisi yang didakwahi. Dalam mendidik anak-anak pun begitu. Cari tahu bagaimana cara mendidik yang benar sesuai kondisi mereka, dari mulai usia hingga gaya belajar. Semuanya.

c. Mengetahui cara berdakwah. Setelah mendapat diagnosa awal, kita harus tahu mau diapakan itu hasil diagnosanya? Cari ilmunya agar apa yang anak-anak pelajari benar-benar dipahami dan diamalkan. Jangan sibuk ngajar sendiri, tapi anak ga ngerti. Gitu kali ya intinya.

Terus, buat yang memilih mendatangi guru bagaimana? Ya idealnya orang tua duluan yang memenuhi kriteria itu, minimal nomor 2 dan 3, agar bisa memberi wasiat kepada sang pendidik adab.

3. Bisa menjadi contoh yang baik

Ini mah jelas yaaa… GuRu pan singkatan dari diGUgu dan diTIru. Untuk muslim ya jelaslah, siapa yang layak jadi idola. Allah telah mengabarkan dalam Qur’an surat Al Ahzab ayat 21, yang artinya:

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”

4. Mengamalkan Ilmunya

Ini sudah seriiing disinggung dalam posting posting sebelumnya. Sungguh ngeri euy, sanksinya bagi pendidik yang ga melakukan apa yang dia ucapka..

Wahai orang-orang yang beriman, kenapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. As-Shaff: 2-3)

5. Memiliki Sifat Tawadhu Terhadap Ilmu

Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan,

“Salah satu tanda kebahagiaan dan kesuksesan adalah tatkala seorang hamba semakin bertambah ilmunya maka semakin bertambah pula sikap tawadhu’ dan kasih sayangnya.”

Lalu, mengenai ilmu ini, beliau melanjutkan,

“Dan tanda kebinasaan yaitu tatkala semakin bertambah ilmunya maka bertambahlah kesombongan dan kecongkakannya.  “Ini adalah karunia dari Rabb-ku untuk menguji diriku. Apakah aku bisa bersyukur ataukah justru kufur.” (QS. An Naml : 40).” (Al Fawa’id, hal. 149).

Ah, dengan kemudahan menebarkan ilmu dengar satu klik ini sungguh mengerikan dampaknya. Saat menulis ini pun, ada rasa kuatir akan adanya rasa ujub yang bersemayam di hati. Semoga tidak. Semoga bukan. Doakan jangan. Semoga kita menjadi pendidik adab yang mampu menerima kebenaran, meski dari anak kecil.

Done. Alhamdulillah. Jadi, belajar dulu.. belajar lagi.. belajar teruuuus. Insya Allah. Semangat yaaa para pendidik adab. ^____^

*Kitab-kitab yang dimaksud di atas diantaranya adalah Al-Jâmi’ fi Ahkâm wa Âdâb Ash-Shibyan (Abu ‘Abdillah ‘Âdil bin Abdillâh Âlu Hamdân Al-Ghâmidi), serta Nida’ Ila Murobbiyin wal Murobbiyat dan Kayfa Nurabbi Auladana (Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu rahumahullah).

Sumber lain:

http://klikuk.com/kaedah-memahami-islam/

Ilmu Menumbuhkan Sifat Tawadhu’

Homeschooling, Homeschooling Starter Kit

Homeschooling Parents Pun Perlu Tahu Tahap-Tahap Belajar Ilmu Syar’i

image

“Kalau homeschooling, yang ngajar agama siapa?”

Guru dan homeschooling.

Itu salah satu pertanyaan yang (biasanya) paling sering ditanyakan setelah seseorang tahu bahwa satu keluarga memutuskan untuk gak sekolah.

Kalau dulu, saya mungkin bisa dengan pede mengatakan, “Ya fasilitasi aja. Kan sekarang ada Pakde Google. Belajar bareng. Ilmu agama? Kan ada yufid. Ada aplikasi.  Kajian tematik? Banyak. Kurang apa lagi???” Dan benih ujub dan kesombongan pun perlahan mulai mengakar di hati.

Sampai suatu ketika, dalam sebuah majelis ilmu syar’i yang berjalan di atas manhaj salafush shalih, hati ini pun tertampar. Seorang ibu yang nyata-nyata menjadi madrasah pertama bagi anak-anaknya perlu mengkaji  ilmu-ilmu itu terlebih dulu – idealnya. Karena….

BELAJAR AGAMA ITU ADA TAHAPANNYA.

Baik itu aqidah, tafsir, hadits, fiqih, ilmu bahasa, sirah, semuanya!

Imam Ali bin Abil ‘Izzi Al-Hanafi rohimahulloh berkata: “Barangsiapa berbicara tanpa ilmu, maka sesungguhnya dia hanyalah mengikuti hawa-nafsunya, dan Allah telah berfirman:

وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِّنَ اللهِ

Dan siapakah yang lebih sesat dari pada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun (Al-Qashshash:50)” (Kitab Minhah Ilahiyah Fii Tahdzib Syarh Ath-Thahawiyah, hal: 393)

Alhamdulillah. Tamparan itu berbekas ilmu. Lalu, apa sajakah tahapan-tahapan itu ?

  1. Cari guru dan kitab yang benar.
  2. Untuk ILMU AQIDAH, agar tahapannya  benar, seorang penuntut ilmu sebaiknya memulai dengan kitab Al Ushul Ats Tsalatsah, lalu Al Qawaid Al Arba’, Kasyfus Syubhat dan Risalah Ushulil Iman. InsyaAllah, pendidikan pokok in akan mengokohkan akidah yang benar. Setelahnya, seorang penuntut ilmu bisa melanjutkan pada Kitab At Tauhid, Al Aqidah Al Washithiyyah milik Imam Mujaddin Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, kemudian Al Hamawiyyah, lalu At Tadmuriyyah, dan  Al Aqidah Ath Thahawiyyah. Setelah mutqin, seorang pembelajar dapat melanjutkan pada pembahasan sunnah yang terkenal diantaranya Ushul I’tiqad Ahlis Sunnah milik Al Laalikaa-i, Kitab As Sunnah milik Al Khallal, Kitab As Sunnah milik Abdullah bin Ahmad bin Hambal , Al Ibanah milik Ibnu Bathah Al’Akbari, dan Kitab At Tauhid milik Ibnu Khuzaimah dan banyaaaak kitab-kitab lain yang termasuk dalam bidang ini.
  3. Untuk ILMU TAFSIR, yang paling masyhur tentunya kitab Tafsir Ibni Katsir (774H) rahimahullah dan Kitab Tafsir As Sa’di (1376H) rahimahullah. Lebih khusus lagi, Mukhtashar Tafsir Ibni Katsir milik Muhammad Nasib Ar Rafi’i. Jika mampu menyelesaikan kitab-kitab tadi, maka pelajarilah Tafsir Al Baghawi (516H).
  4. Untuk ILMU HADITS, seorang penuntut ilmu hendaknya memulai dari Al Arba’in An Nawawiyah untuk dihafal dan dipahami, juga membaca penjelasan yang terkandung di dalamnya. Lalu hendaknya secara bertahap mempelajari Umdatul Ahkam kemudian Bulughul Maram, juga dengan syarah-nya. Kemudian, setelah itu barulah ia mampu untuk mempelajari Shahihain (Shahih Bukhari dan Shahih Muslim) dan Kutubus Sittah.
  5. Untuk ILMU FIQIH, tidak cukup hanya membaca hadits-hadits. Perlu sekali mengkaji kitab-kitab fiqih seperti Umdatul Fiqhi yang merinci permasalahan-permasalahan furu’ atau kitab Zaadul Mustaqni. Di antara syarah yang mudah dipelajari adalah kitab As Syarh Al Mumthi’ yang ditulis oleh Syaikh Al Allamah Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin.
  6. Sedangkan dalam Sirah Nabawiyyah, mulailah dengan mempelajari Mukhtashar Sirah Nabawiyyah. Kemudian, bisa mempelajari Sirah Nabawiyyah milik Ibnu Hisyam. No worries karena di zaman ini, alhamdulillah, kitab-kitab sirah sudah banyak yang diringkas. Tapi, tetaplah berhati-hati untuk mengkonsultasikan kitab tersebut kepada para guru yang diakui keilmuannya.

Done, then. Banyak kaaan?

Permasalahan berikutnya adalah… bagaimana kalau guru tersebut tidak ada, atau tempatnya jauh, atau tidak mungkin melakukan perjalanan karena safar tanpa mahram?

Tenang. Ada solusinya, insyaAllah.

Azzamkan dalam hati perkara menemui guru ini. Beli (atau download kalau ada) kitab-kitab tadi atau minimal terjemahannya. Baca lalu catat poin-poin yang penting dan ingin diketahui. Kumpulkan dan bawalah ketika ada kesempatan. Minta terus kemudahan kepada Allah. Bukankah Allah sebaik-baik penolong?

Referensi:

Kajian kitab Al-Jâmi’ fi Ahkâm wa Âdâb Ash-Shibyan karangan Abu ‘Abdillah ‘Âdil bin Abdillâh Âlu Hamdân Al-Ghâmidi

Tahapan Dalam Menuntut Ilmu

Bahaya Bicara Agama Tanpa Ilmu

https://almanhaj.or.id/2764-kaidah-kaidah-menuntut -ilmu.html

Homeschooling

Ibu, Mari Didik Anak Untuk Dapat Duduk di Majelis Ilmu

***Mierza ummu Abdillah***

duduk dengan ulama

Linimasa sempat riuh rendah dengan pro dan kontra membawa atau tidak membawa anak ke majelis ilmu. Padahal, bukan tingkah polah si anak yang menjadi masalah. Tapi kita. Ya, kita. Orang tuanya.

Sudahkah kita mendidik anak untuk dapat dapat duduk bermajelis? Sudahkah kita mempelajari  adab penuntut ilmu? Apakah kita telah membekali dengan ilmu pengasuhan yang memadai? Apa kita benar-benar all out dalam menjaga anak kita atau kita bahagia melihatnya berjalan kesana kemari mengganggu yang lain sedang kita asik sendiri? Apa saja yang kita persiapkan untuk bisa duduk bersama anak di majelis ilmu? Berapa lama kita menyiapkannya? Sudahkah dihitung durasi dan apa saja yang kita persiapkan?

Tunggu… Apa kita sudah kita mencoba? Sekali? Dua puluh kali? Apa kita lelah dan memilih untuk menunggu saja anak besar? Jika ya, itu belum mencoba namanya. Itu berhenti berusaha. Mencoba itu artinya saat anda membaca ini, anda masih berjuang untuk datang bersama anak-anak meski hanya dua menit pertama, lalu Anda keluar. Dan akan ada terus episode itu hingga Allah memperkenannya duduk di majelis dengan adab seorang penuntut ilmu.

“Anak saya kinestetik. Gak bisa diem. Apa bisa?”

InsyaAllah. Allah yang menjadikan segalanya mungkin. Saya sudah berkecimpung di dunia pendidikan selama belasan tahun sebagai pendidik dan saya sudah sering melihat anak yang dicap kinestetik mampu duduk memperhatikan dengan lama dan benar. Tapi, tentunya itu bukan sesuatu yang instan. Perlu perjuangan yang insyaAllah bermanfaat bagi keluarga kita.

“Tapi, itu berat. Saya malu dilihat yang lain.”

I’ve been there, felt that, still do. Tapi, tidakkah kita ingin anak-anak kita seperti apa yang mereka lihat? Mencontoh dari para ahli ilmu dan pencari ilmu? Mencontoh manusia-manusia yang mendatangi majelis demi mendapat ilmu? Mendidik seperti salafush shalih dan ulama-ulama setelahnya?

Dari Abi ‘Ashim: “Aku pergi bersama anakku menemui Ibnu Juraij, padahal anakku masih kurang dari 3 tahun. Beliau menyampaikan hadits dan Al Qur’an”. Kemudian Abu Ashim berkata, “Tidak mengapa untuk diajarkan kepada anak ini hadits dan Al Qur’an pada usia demikian dan yang semisalnya.” [Al Kifayal lil Khatib]*

Berkata Imam Malik, “Ibuku kemudian memegang diriku dan memakaikan pakaian yang disingsingkan, lalu beliau meletakkan sesuatu yang tinggi di kepalaku dan memakaikan sorban di atasnya.” Kemudian Ibuku berkata, “Pergilah sekarang dan catatlah.” (Almuhadits Alfashil)*

Mendidik itu memang tidak ringan. Ungkapan ‘It takes a village to raise a child’ itu akan kita dapatkan dalam majelis ilmu, insyaAllah. Coba tengok apa yang dikatakan Zakariya bin Ziyad An Nabawiy di bawah ini.

Adalah guru kami telah berkata: “Duduklah kaliam bersama para ulama, dikarenakan jika kamu benar, mereka akan memujimu. Dan jika kamu salah, mereka akan mengajarimu. Dan jika kamu tidak punya ilmu, maka mereka tidak akan mencercamu. Dan janganlah kamu duduk dengan orang-orang yang jahil (tidak punya ilmu), karena jika kamu benar, mereka tidak akan memujimu. Dan jika kamu tidak tahu tentang sesuatu, maka mereka akan mencercamu. Dan, apabila mereka bersaksi untukmu, maka (kesaksian) mereka tidak akan bermanfaat bagimu.”(Akbaril Qudhah)*

Mungkin kita mendapat pengalaman yang tidak menyenangkan, seperti mendapat cibiran, pandangan sinis, sampai ucapan yang tidak menyenangkan dari beberapa gelintir penghuni majelis. Tapi ingat, parenting has ups and downs, doesn’t’t it? Selain itu, masih baaanyak penghuni majelis ilmu yang bersedia membantu kita mendidik anak. Ya, mendidik. Jadi yaaaa… nikmati perjalanan mendidik itu. Take it. Don’t leave it. Coz’ it’s well worth the result – insyaAllah.

*Kutipan diambil dari kajian rutin kitab Al-Jâmi’ fi Ahkâm wa Âdâb Ash-Shibyan.

Homeschooling, My Reflection, My Thoughts, Parenting

MENDESAIN ULANG BUKU CEKLIS RAMADHAN

Ramadhan sebentar lagi!

~ Mierza Ummu Abdillah ~

Jadi kembali teringat masa2 ketika harus mengisi buku Ramadhan. Ceklis shalat, puasa, sampai berburu stempel masjid dan tanda tangan penceramah. Teruuuuus begitu, sampai saya jadi remaja cerdik.

Ya, cerdik. Tinggal ceklis2 atau silang2. And, so what?

image

Tapi ketika dapat guru agama yang menilai dari jumlah ceklis, si cerdik itu mengubah jumlah ceklis dengan kenyataannya. Ya. Manipulasi. And, so what?

Untuk catatan terawih, tinggal salin ceramah, atau minta anak lain tuliskan, lalu titip buat dicap dan tanda tangan. Beresss. Kami yang remaja2 cerdik ini tinggal jajan sambil cekikikan sementara yang lain shalat. “Masih mending kita ke masjid. And, so what?”

Dan saya pun bertumbuh jadi remaja baligh tanpa aqil. Manusia tang hidup untuk hari ini.

***

Kini, berganti waktu dan peran. Si remaja itu kini jadi seorang ibu yang menghadapi Ramadhan. Seru.. karena ini Ramadhan oertama sebagai homeschooling family. Sempat terpikir membuatkan buku ceklis dan ceramah untuk anak2 yang ga sekolah kayak ‘waktu itu’..
Sampai Qadarullah… terlintas kenangan tadi.

Setelah ditimbang, dibungkus, dan diberi label *eh* langsung terkesiap…

Lhaaa.. ngapain emak homeschoolers bikin yang begiiniiii? Hadeeeuh… Emang susyah menghalau mindset schooling, yah…

Paham sih alasan sekolah memberi itu. Mereka perlu alat kendali untuk memastikan murid2nya ke masjid dan ‘beribadah’ di bulan Ramadhan. Perkara nanti itu ceklis cuma jadi wacana aja, yang penting udah terlaksana. Done. Pendidikan karakter, katanya.

Oke, balik ke tema keluarga sendiri. Terus piyee program Ramadhannya?

Hehe.. tenang… ‘buku ceklis’ itu tinggal direkonstruksi aja kok (kalau emang keukeuh bikin yang begitu). Jadi gak cuma alat kontrol aja, tapi reminder orang tua.

Missaaal….

Kalau sebelumnya minta stempel dan tanda tangan masjid, sekarang tiap abis tarawih buat halaqah kecil di rumah buat diskusi isi ceramah bareng bocah2. Atau malah gantian menyampaikan isi ceramah.

Kalau sebelumnya anak2 yang ceklis, ini ayah/ibu yang ceklis setiap ngajak anaknya shalat atau sahur.

Kalau sebelumnya cuma anak2 yg isi hafalan dengan ayat/ surat yang baru dihafal, sekarang di halaman yang sebelahnya Ibu/ ayah ikutan isi juga.

Intinya: Children see, children do.

Lagian, di Islam tu ngeri banget lho ancaman ortu yang menyuruh tanpa melakukan yang disuruh. Dibenci ألله emang mau? Saya sih nggak. 🙂

Wahai orang-orang yang beriman, kenapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. As-Shaff: 2-3)

Jadi, ayo kita belajar bersama.
Ramadhan Mubarak!

Kisah perjalanan klastulistiwa.com

Homeschooling, Lectures of Life, Parenting

KEUTAMAAN MENDIDIK ANAK DAN BERSABAR DENGAN PROSES

بسم الله الرحمن الرحيم

image

Ilmu sebelum amal. Seorang (Muslim) perlu mempelajari hal yang diperlukan sebelum berbuat dan mengambil keputusan, bukan? Demikian pula sebelum mengambil keputusan homeschooling atau sekolah.

Kajian kitab-kitab parenting* yang saya ikuti sebelumnya membuka cakrawala saya untuk bisa meluruskan praktek Homeschooling yang sudah berjalan tanpa landasan ilmu Diin yang cukup. Kajian-kajian itu menjadi landasan mengenai cara mendidik anak-anak Muslim berdasarkan aqidah yang shahih, kecerdasan emosional, serta adab yang ditunjukkan kepada Rabb, manusia, dan makhluk sekitarnya.

Bab-bab pengasuhan dalam kitab-kitab Islam ini sangat menyeluruh, mendalam, dan aplikatif. Kita akan tahu bahwa kita akan tiba di akhir-akhir pembahasan jika sudah menyentuh bagian ‘punishment’. Ya, hukuman – yang sebenarnya tidak seseram penerjemahannya.

Dan sebagai pengingat, peran saya di sini yaitu sebagai praktisi. Ya, praktisi pengasuhan anak. :) Jadi, mari belajar bersama.

KEUTAMAAN MENDIDIK ANAK DAN BERSABAR DENGAN PROSESNYA

– Mierza Miranti –

Mendidik anak adalah anugerah terbesar bagi seorang manusia. Anugerah ini memberikan kesempatan kepada orang tua untuk meraih amal-amal yang paling mulia. Ya, mulia dan bahagia dunia akhirat, insyaAllah. Tentu dengan syarat apabila amalan-amalan mendidik anak ini dijalani dengan ikhlas karena Allah dalam mengarahkan anak-anaknya kepada agama, akhlaq, dan pengajaran yang baik.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
فَوَاللَّهِ لأَنْ يُهْدَى بِكَ رَجُلٌ وَاحِدٌ خَيْرٌ لَكَ مِنْ حُمْرِ النَّعَمِ
“Demi Allah, sungguh satu orang saja diberi petunjuk (oleh Allah) melalui perantaraanmu, maka itu lebih baik dari unta merah.” (HR. Bukhari no. 2942 dan Muslim no. 2406, dari Sahl bin Sa’ad)

Bahagiakah kita sebagai orang tua jika ternyata SATU ORANG yang diberi petunjuk oleh Allah itu adalah anak-anak kita sendiri? Yang mana kita tahu bahwa mereka adalah SALAH SATU dari tiga perkara yang masih menyalurkan amalan meski setelah kita meninggal?

Sebagaimana hadits yang mahsyur dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau DOÁ ANAK YANG SHOLEH” (HR. Muslim no. 1631)

Pertanyaan berikutnya? Apakah anak yang sholeh itu sesuatu yang instan didapatkan sekeluarnya anak dari rahim sang Ibu? Apakah anak yang kita berikan segala yang ia mau akan menjadikannya anak yang Shalih? Apakah anak yang kita biarkan begitu saja sehingga dia akan terekspos dengan banyak hal dari kebenaran hingga penyimpangan dalam hidupnya akan menjadi anak yang shalih? Takutkah kita akan laporan pertanggung jawaban di hadapan Allah jika mengesampingkan kewajiban mendidik anak dengan sumber yang shahih?

Bukankah Rasulullah bersabda:
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ ِ
“Masing-masing kalian adalah pengembala, dan masing-masing kalian bertanggung jawab atas pengembalanya” (Muttafaqun’alaih)

Ya, kita adalah penggembala yang bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak kita. Kita tahu bahwa perjalanan mendidik itu tidak terjadi dalam hitungan hari. Kita juga tahu bahwa tenaga dan pikiran kita diperas untuk terus bergerak dan mendidik sementara harus menyelesaikan hal yang lain.

Kita lelah.

Kita pernah dan akan menghadapi hari-hari penuh tantangan yang memerlukan stok kesabaran yang (seharusnya) tidak pernah habis.

Sabar. Ya, sabar.

Sabar dalam mendidik anak, sayangnya, bukan hanya melihat anak-anak melakukan hal yang secara adaab tidak berterima, lalu kita kita hanya berucap, “Ah, masih anak-anak” – tanpa melakukan apapun.

Atau, pernah tahu kan ucapan yang mahsyur dari orang marah, ketika seseorang melihat sesuatu yang menguji kesabaran dan ia berkata, “Habis sudah kesabaranku!”

Ah, tidak, bukan itu. Sabar itu tidak pernah selesai seperti sinetron atau novel.

Bukankah kita tahu, Allah ta’ala berfirman (yang artinya), ”Mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS Al-Baqoroh : 153).

Islam mengajarkan Muslim untuk Sabar dalam 3 perkara *:
1. Menahan jiwa dalam menaati Allah
2. Menahan jiwa dari menjauhi kemaksiatan kepada Allah
3. Menahan jiwa dalam takdir Allah yang menimpa diri meski itu sangat menyakitkan dan menyusahkan.

Jadi, bersabarlah dengan pilihan pengasuhan yang kita ketahui shahih dengan segala konsekuensinya. Misalnya, ketika kita mendidik anak untuk berkata jujur sebagai bagian dari ketaatan, maka bersabarlah dalam mendidik mereka.

Mintalah kepada Allah kemudahan agar akhlaq jujur itu bisa kita contohkan, dalam segala situasi sesulit apapun, karena kita tahu berbohong adalah bermaksiat kepada Allah. Bersabarlah belajar dan terus belajar mencarai cara agar akhlaq ini kuat terpatri dalam jiwa anak.

Dan sabarlah, jika ternyata kita diuji dengan kenyataan bahwa anak-anak pernah berbohong dengan memberi hukuman terlemah dalam Islam yaitu menasehati. Ya, memberi nasihat adalah hukuman teringan yang bisa kita berikan.

Ingatlah bahwa setiap bayi lahir dalam keadaan fitrah. Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam menggambarkan hal itu dalam sabdanya,
”مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِه”
Orang tuanya lah yang akan menjadikan ia Yahudi, Nasrani atau Majusi” (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu)

Andaikan sejak kecil anak dibiasakan berperilaku jujur, insyaAllah hal itu akan sangat membekas dalam dirinya. Sebab mendidik di waktu kecil bagaikan mengukir di atas batu. 

Saat raga dan hati mulai lelah mendidik, ingatlah….
Dibutuhkan kesabaran dan ketekunan untuk mengukir di atas batu, namun ukiran terbaik akan indah, awet, dan tahan lama.

Semoga ini menjadi nasihat, terutama bagi diri saya sendiri. Semoga kita semua dimudahkan Allah dalam mengasuh generasi-generasi berikutnya. 

Catatan:
*Kitab-kitab parenting yang dimaksud dan telah saya pelajari dalam kajian bersama ulama adalah Al-Jâmi’ fi Ahkâm wa Âdâb Ash-Shibyan (Abu ‘Abdillah ‘Âdil bin Abdillâh Âlu Hamdân Al-Ghâmidi), serta Nida’ Ila Murobbiyin wal Murobbiyat dan Kayfa Nurabbi Auladana (Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu rahumahullah).

** Untuk mempelajari ini silahkan kunjungi https://rumaysho.com/9579-macam-sabar.html

Disusun dalam perjalanan klastulistiwa.com

Homeschooling, Homeschooling Starter Kit, Parenting

Hak Anak Mencontoh Orang Tua Penuntut Ilmu (Agama)

*Mierza ummu Abdillah*
image

Homeschooling itu memang bukan cerita yang selalu indah. Terlibat banyak guru kesabaran di dalamnya.

Saya yang seorang ibu, seorang muslim, seorang pengajar (atau memilihkan pengajar) anak-anaknya sendiri , tidak hanya menyampaikan ilmu. Tapi juga mendidik adab, ilmu, dan menerapkannya.

Beuh… berat yaaa? Terutama pas bagian ‘menerapkannya’.

Begini mungkin ilustrasi, eh, kenyataannya….

PAS JAMAN NYEKOLAHIN: Gampang… titip aja di sekolah Islam, di TPA. Anak pinter agama dan jadi hafidz(ah). Kita cari uang… atau paling nggak, kita ngajar aja (saya guru Bahasa Inggris dulu) di tempat anak belajar. Kita? Hafalan? Ke majelis ilmu? Belajar? Halah… mana sempet. Cari uang, Bro!

PAS JAMAN HOMSKULINGIN: Bahasa Arab? Gampaaang, ada aplikasi. Tahfiz, tuuuh deket rumah ada rumah tahfiz. Ane? Hafalan? Bentar… ng.. ini cucian belum kelar. (Dan blass sampai keesokan harinya) Kajian ke madjid? Temanya apa? Tar browsing aja.

,

Ng… iya. Itu saya dulu. Masih ada residunya sih.. semoga istiqomah menghilangkannya.

Nah, dalam sebuah majelis rutin yang membahas salah satu kitab parenting Islam dari jaami’ul ahkam fii adab al shibyan, saya ditampar dengan ayat ini (tafsir lengkap dari Ibnu Katsir dan para sahabat bisa dilihat di sini):

أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنسَوْنَ أَنفُسَكُمْ وَأَنتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ

Mengapa kalian suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedangkan kalian melupakan diri kalian sendiri, padahal kalian membaca Al-Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kalian berpikir? (Q.S. Al Baqoroh: 44)

Saya kopikan beberapa penafsirannya ya….

Maksud dari ayat pertama di atas dari Ibnu Jurairj yang mengatakan sehubungan dengan firman-Nya, “Mengapa kalian suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan,” bahwa orangorang ahli kitab dan orang-orang munafik selalu memerintahkan orang lain untuk melakukan puasa dan salat, tetapi mereka sendiri tidak melakukan apa yang mereka perintahkan kepada orang-orang untuk melakukannya. Maka Allah mengecam perbuatan mereka itu, karena orang yang memerintahkan kepada suatu kebaikan, seharusnya dia adalah orang yang paling getol dalam mengerjakan kebaikan itu dan berada paling depan daripada yang lainnya.

Atau Ad-Dahhak yang meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna ayat ini, yaitu apakah kalian memerintahkan orang lain untuk masuk ke dalam agama Nabi Muhammad Saw. dan lain-lainnya yang diperintahkan kepada kalian untuk melakukannya —seperti mendirikan salat— sedangkan kalian melupakan diri kalian sendiri?’

Iya, saya tertohok sangat di kajian ituuu (emot nangis mana emot nangis?). أستغفر الله . Anak-anak BERHAK mendapat contoh yang baik dari saya. Bukan hanya perilaku baik, tapi juga kebiasaan menuntut ilmu (diin). Betapa sombongnya saya, dengan secuil yang saya miliki (titipan Allah pula!), petantang-petenteng bilang “Saya cari uang aja, ilmu mah belakangan.” Iya kalau dapat waktunya. Lha, kalau pas ‘cari uang’ udah diketok duluan sama malaikat maut, piye? Terzolimi lah hak anak-anak, meski gak sampe KOMNAS HAM, sih.

Jadi, semua mindset yang saya bangun sejak awal tentang mendidik saya bongkar total. SAYA HARUS BELAJAR. MEMBUANG RASA MALU berada di satu majelis: yang bocah udah juz 28 akhir, Ibunya masih terseok2 menghafal juz 30. Pas tanya jawab tentang ilmu Diin, anaknya yang tau duluan. Pas kajian tetiba inget kalau pulang-pulang harus lipet2 (saya anti neriska hehe).

Beraaat memaaang… Tapi ingatlah selalu:  Ilmu tidak akan bisa diraih dengan banyak mengistirahatkan badan.” (Yahya bin Abi Katsir rahimahullah)

 

http://www.klastulistiwa.com

Homeschooling, Homeschooling Starter Kit, My Reflection

Ketika Tekad itu Menebal

WHY I HOMESCHOOL

Saat ini saya sedang diklat PAUD selama 2 bulan di Jogja. Ilmu mengajar disini diambil dari beberapa sumber, diantaranya kitab para ulama seperti Kaifa Nurobbi Auladana, Nida, dan Jaami’ul Ahkaami fi Aadaabi Shibyan.

Dan… masya Allah…
Semua perjalanan kami sebagai Homeschooling family terjawab disini…

Ada dua dalil yang disebut2 terus di semua kitab. Dan masyaAllah, sangat menguatkan saya dan keluarga untuk melanjutkan homeschooling:

Yang Pertama
Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,

وَاللَّهِ َلأَنْ يَهْدِيَ اللَّهُ بِكَ رَجُلاًوَاحِدًا خَيْرٌ لَكَ مِنْ حُمْرِ النَّعَمِ

Demi Allah Azza wa Jalla , sesungguhnya Allah Azza wa Jalla memberi hidayah kepada seseorang melalui tanganmu lebih baik bagimu dari pada memperoleh unta merah (Hadits shahih, riwayat Bukhari & Muslim)

Yang Kedua
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

Kemarin ustadz mengkonfirmasi seorang HSer parent insyaAllah bisa mendapat keempatnya… dengan ijin Allah. 😍😍😍

image

Mierza Miranti
Kisah Klastulistiwa
di gerimis sore Jogja
5 Maret 2016

Homeschooling

Praktek Penanaman Adab dan Akhlak Dalam Pendidikan Rumah

💐💐💐💐💐💐💐💐
Kulwapp Homeschooling Keluarga Muslim (HSKM) TANGERANG
23 oktober 2015 pukul 13.00
💐💐💐💐💐💐💐💐

image

Tema kita dua jam ini adalah
💛💙💜💚❤💛💙💜💚
“Praktek Penanaman Adab dan Akhlak Dalam Pendidikan Rumah”
💛💙💜💚❤💛💙💜💜

💖 MATERI 💖

Praktek Penanaman Akhlaq& Adab Dalam Pendidikkan Rumah
🌱🌱🌼🌼🌱🌼🌼🌱🌱

Bunda kumpulkan duo mujahid malam itu ba’da isya seperti biasanya. Bunda membuka iftitah halqah dengan salam, hamdalah, dan shalawat kepada baginda Muhammad. Kemudian Bunda buka materi halqah malam itu dengan sebuah pertanyaan….

“Duhai mujahid- mujahid bunda, Tahukah nanda, apa itu adab bagi seorang muslim?”

Bunda tunggu sejenak. Big A mujahid terlihat berpikir untuk menjawab apa yang menjadi pertanyaan bunda, jujur bunda sangat-sangat deg-degan  menanti jawaban jawaban mujahid yang besar yang baru memasuki gerbang usia pra baligh. Bunda ingin menakar hasil madrasah rumah kami selama ini. Bunda ingin menakar efektivitas keberpengaruhan kami selaku orang tua dalam hal keteladananan menghiasi diri dengan akhlak karimah pada diri mujahid. Bunda juga ingin meluruskan jikalau saja jawaban mujahid keliru. Ummahat shaalihat  tahu apa jawaban mujahid?

Sang mujahid kemudian berusaha menjawab, “Hukum Allah”, “Perintah Allah”. Alhamdulilllah, walaupun tidak tepat 100% jawaban yang diinginkan kepada mujahid telah menunjukkan pemahamannya yang lurus. Bahwa ahlaq bukan sekedar sifat moral.
Mujahid bunda , memang begitulah adanya bahwasannya ahlaq bukan sekedar sifat moral melainkan bagian dari syariat, juga merupakan bagian dari perintah  dan larangan Allah.Dan setiap muslim termasuk anak-anak  wajib bersunguh-sungguh menghiasi dirinya dengan akhlaq-akhlaq yg baik yang berkesesuaian dengan syariat.

Selanjutnya bunda  menjabarkan ta’rif (definisi) akhlaq adalah sebuah kenisyaan agar ananda mampu memahami konsep akhlaq dengan tepat.
❓Lalu apa yang dimaksud dengan akhlak mulia (baik) atau husn al-khulq  ?
▶ Di dalam tafsirnya, Abdullah ibn al-Mubarak, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi,menyebut husn al-khulq sebagai: selalu bermuka manis; biasa melakukan kebajikan, diantaranya dengan biasa memberikan nasihat kepada orang lain dengan kata-kata yang
baik, ringan tangan (mudah membantu orang lain), jujur, dll; serta sanggup menahan diri dari
sikap menyakiti orang lain baik lewat ucapan maupun tindakan.
Dan yang perlu digarisbawahi oleh para orang tua bahwa Akhlaq harus dibangun diatas landasan aqidah.

Begitupun realitasnya dengan adab,bunda menjelaskan pada mujahid dengan  mengutip apa yang disampaikan oleh Abu Zakaria al-Anbari berkata: Ilmu tanpa adab bagaikan api tanpa kayu bakar. Adab tanpa ilmu bagaikan ruh tanpa jasad (Imam as-Sam’ani, Adab al-Imla’ wa al-Istimla’; al-Khathib al-Baghdadi, Kitab al-Jami’, juz I, hal 17).Maka, ilmu dan adab harus menyatu dalam diri muslim, dan semestinya semakin berilmu, harus semakin beradab.
Mujahid – mujahid bunda

▶Apa itu adab?
Dalam Islam adab merupakan bagian dari akhlak.
“Bunda bagian dari akhlak islam maksudnya…” mujahid bertanya
Mujahid bunda ^^ Islam adalah Diin yang sempurna, yang tidak sekedar mengatur ibadah ritual semata, namun islam juga mengatur aspek akhlak. Sebagai bagian yang tak bisa dilepaskan dari bangunan islam, pengaturan akhlak dalam islam memiliki nilai untuk memberikan keunggulan atau keluhuran bagi yang melaksanakannya. syariah islam telah memerintahkan kaum muslim untuk menghiasi setiap perilakunya dengan akhlak mulia, baik dalam beribadah, bermuamalah dengan orang lain maupun dalam perilaku yang sifatnya pribadi sekalipun. Sebaliknya, syariah telah melarang kaum muslim dari akhlak tercela. Abdullah bin Amr ra. berkata bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda, “Sesungguhnya orang yang terbaik di antara kalian adalah orang yang paling baik akhlaknya.” (Mutaffaq ‘alaih).
Fahimtum?
Begitu rona lingkaran dalam majelis halqoh malam itu.
Ummahat fillah berikut sekedar tips-tips sederhana dari kami tentang …

▶Cara Menanamkan Adab pada anak
Menanamkan adab  harus dimulai sedini mungkin, karena berkait dengan kebiasaan. Sebaliknya, membiarkan kebiasaan buruk itu ada pada anak-anak akan menjadi sebuah karakter yang sulit diubah.

▶Step by step penanaman adab.

🍒Pertama: tanamkan aqidah yang kuat. aqidah yang kokoh akan menanamkan keyakinan dan melahirkan kesadaran bahwa sebagai hamba Allah kita wajib mengikuti semua aturan-Nya. Salah satu aturan tersebut adalah akhlak yang didalamnya menjelaskan konsepsi tentang adab dalam segala hal. Melalui pendekatan ini, akan tertanam sikap keikhlasan melaksanakan adab-adab tersebut semata-mata karena Allah .Aqidah dulu sembari penanaman adab secara simultan.

🍒Kedua: Jadikan Rosulullah sebagai qudwah wa mitsal(keteladanan dan contoh dari segala aspek)

🍒Ketiga: jadikan ortu sebagai prototype terdekat dalam hal keteladanan dan contoh terhadap Rosulullah.

🍒Keempat: Jauhkan anak dari lingkungan yang tidak baik. Karena saat ini kita tidak hidup dalam habitat kehidupan yang islami, sehingga memang memaksa keluarga muslim untuk ekstra hati-hati menjaga buah hatinya. Meski di rumah sudah terbentuk kebiasaan  yang baik, di luar rumah belum tentu. Padahal anak-anak secara alami juga membutuhkan ‘dunia luar’ untuk belajar dan bersosialisasi. Oleh karena itu, orangtua, khususnya ibu, harus bisa mengarahkan dengan siapa sebaiknya anak kita bermain. Jauhkan anak dari berteman dekat dengan anak-anak yang punya kebiasaan yang buruk. Berikanlah penjelasan dengan  bijak kepada anak sehingga anak tidak protes mengapa harus memilih-milih teman.

🍒Kelima: menciptakan lingkungan sekitar rumah yang selalu menjaga Adab. Di antaranya adalah dengan tidak membiarkan anak tetangga yang mempunyai kebiasaan  buruk hingga mereka meninggalkan kebiasaannya. Kesalahan yang sering terjadi di masyarakat saat ini adalah menyerahkan pendidikan akhlak anak tetangga kepada ibunya sendiri. Padahal jika keburukan nyata-nyata ada di depan mata, maka amar makruf nahi mungkar kepada anak tetangga tentu menjadi kewajiban kita. Hanya saja, harus dicari metode yang baik agar tidak menyulut konflik antartetangga. Inilah yang dimaksud kontrol sosial yang harus ada untuk menjaga pelaksanaan syariatNya.

Bukankah menghiasi diri dengan ahlak dan adab adalah prestasi luar biasa saat kita tahu anak-anak kita telah menampakkan tanda-tanda memasuki kehidupan yang baik (hayyatan thoyibah)? Dengan mengikatkan diri mereka terhadap aturan Allah , Kehidupan yang membuat mereka merasakan betapa luhurnya budi pekerti manusia. Kehidupan yang menjanjikan imbalan terbaik di akhirat sebagaimana janji Allah Ta’ala👍

WalLahu a’lam bi ash-shawab.

💐💐💐💐💐💐💐💐💐

💖 PERTANYAAN 💖

⭐ TERMIN I ⭐

🌸 Pertama 🌸

“Umm, sampai ufsia berapakah anak harus ditemani jika bermain di luar. Terutama jika lingkungannya tidak begitu mencerminkan nilai akidah yang baik?”
🍂Ummu Abdullah, Tangerang🍂

🍄 Jawaban 🍄

“Bismillah
ummu dalam islam pendidikan itu berkesinambungan dari usia paud, pra baligh hingga baligh, adapun pendampingan pada ananda untuk perhatian ekstranya pada usia paud bentang umur daro 0 hingga 6 tahun karena usia ini adalah peletakan dasar pondasi aqidah, melatih pembiasaan konsep diri positif serta menguatkan pengaruh orang tua dalam transfer attitude ( nilai2 termasuk didalambya ahlak dan adab) karena karakter dasar pada usia paud adalah para peniru ulung sehingga sangat2 efektif mendidik dgn keteladanan, dan juga harus ada upaya pencerdasan masif berupa edukasi bagi lingkungan sekitar agar tetangga tidak meninggalkan jejak kebiasaan yg tdk ahsan bagi ananda.tentu dengan cara yg ahsan”
🌿🌿🌿🌿🌿

🌸 Kedua 🌸

“Bagaimana seharusnya adab qt sebagai orang tua dalam menanggapi fenomena hidup sederhana seperti yg dicontohkan Rasululloh … Disisi lain hidupnya berkecukupan bahkan lebih”
” Dulu saya 6 bersaudara biasa hidup sederhana … Telor ceplok 1 buat Ber 2 bahkan Ber 4 … Sehingga lebih menghargai makanan ….Tp anak jaman skrg?? Makanan pilih2 ya memang karena ada …. Bagaimana ya bisa bersederhana tanpa juga terlihat tidak mensyukuri apa yg ada”
🍂Lulik, HSKM Tangerang🍂

🍄 Jawaban 🍄

“Bunda lulik shalihah meneladani rosulullah dalam hal keteladan dalam ruang kesederhanaan adalah sebuah perkara yang mubah ( boleh) namun yang perlu diperhatikan yaitu makna sederhana adalah bagaimana menggunakan harta tidak di jalan kesia sia2an , bila kita dianugrahi hidup yang berkecukupan tentu kita wajib menghiasi diri kita dengan rasa syukur ( Tahadduts bin ni’mah ) dengan membelanjakan harta dijalan Allah sebagaimana Rosulullah mencontohkan”
“kesadaran akan makna hidup sederhana dalam konteks rasa syukur bisa terpatri dalam jiwaseseorang karena adanya sebuah pemahaman, pemahaman yang dibangun dari pemikiran yang paling mendasari kehidupannya yaitu mapping life seseorang ( aqidah) , dari aqidah terpancar aturan salah satunya seruan Allah dalamfirmannya وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَٮِٕنْ شَكَرْتُمْ  لَاَزِيْدَنَّـكُمْ‌ وَلَٮِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِىْ لَشَدِيْدٌ
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.”
[QS. Ibrahim: Ayat 7], sehingga menyematkan rasa syukur atas nikmat2 dari Allah adalah sebuah keniscayaan karena itu adalah kewajiban maka dengan dorongan aqidah yang kokoh secara rela kita akan menghiasi kehidupan kita dalam kesederhanaan berbalut rasa syukur yg mendalam”
🌿🌿🌿🌿🌿

🌸 Ketiga 🌸

“Adab apa dulu yg harus ditanamkan untuk anak usia 4,5 tahun? Bagaimana cara menanamkannya? Karena dg dinasihati saja pasti nggak mempan”
” Sebenarnya bukan lebih unggul, tapi yg dibiasakan duluan hehhe…karena sudah 4,5 tahun dan ibunya dulu agak teledor, jd apakah kita fokus mengubah yg jelek atau menambah yg dia belum tahu? Eh…sama ajah y?”
🍂Ephy, Tangerang🍂

🍄 Jawaban 🍄
“Bunda Ephy nan shaaliha adab adalah bagian dari aklak, yang merupakan salah satu syariat Allah, semua adab harus kita biasakan dari usia dini secara simultan dalam lingkaran aktifitas dari bangun tidur hingga kita tidur lagi wajib bagi kita menghiasi diri dengan akhlak karimah maupun adab .termasuk usia anak paud. Jadi tidak ada satu adab lebih unggul dari adab yang lain karena nilai amal yang kita raih adalah qima khuluqiyah ( nilai akhlaq)”
” Thayyib melanjutkan jawaban bunda Ephy, bunda tidak ada yg lebih unggul bermakna bahwa semua adab harus dibiasakan bisa kita mulai dari adab bangun tidur dilanjut amaliyah/aktifitas keseharian ananda tentu disetiap amal harus dihiasi dgn akhlaq dan adab :), yang pertama harus ditanamkan pengokohan aqidah bunda , karena aqidah pondasi ( iman ) baru adab ( karena salah satu hukum Allah)”
🌿🌿🌿🌿🌿

🌸 Keempat 🌸

“Bagaimana menyikapi anak tetangga yang kurang baik akhlaknya sdgkan orang tuanya mendiamkan (maklum anak2) tanpa menyulut konflik dgn orang tuanya?”
🍂Sukma, pamulang🍂

🍄 Jawaban 🍄

“Secara umum tentu kita memanggil anak tetangga tadi menanyakan perihal kenapa melakukan amal yg tdk terpuji.sembari kita nasehati dengan bijak sesuai level usianya, kemudian kita komunikasikan dgn ortunya tentang perihal anaknya, bahwa ortu tdk bisa diam saja bila sikap tdk terpuji td meninggalkan jejak yg tidak baik bagi jiwa anak kita maupun anak tetangga dalam pembentukkan pola jiwa anak2 tersebut. Apalagi usianya usia paud, harus terus ada pembiasaan”
🌿🌿🌿🌿🌿

🌸 Kelima 🌸

” 🌻🌺🌹🌸🌷🌻
Adakah cth teknik menasehati anak tetangga atau lingkungan yg kurang mendukung itu. Biar gak menyulut konflik. Mungkin soal berkata2 kasar atau kotor”
🍂 Yuli, HSKM Tangerang 🍂

🍄 Jawaban 🍄
” Contoh nasihat dengan entry point. Sains berbasis aqidah nanda sholih/ah Mulut adalah ciptaan  Allah”. Mulut merupakan salah satu panca indera yang diciptakan Allah dan wajib kita syukuri. Mulut digunakan untuk berbicara yang baik, berdzikir, mengaji, bahkan dengan mulut kita bisa bershodaqoh melalui senyum kita. Tentu anak sholih/ah yang mencintai Allah dan RosulNya bila disampaikan nasehat maka akan berkata samina wa tho’na ( kami dengar dan kami taat)”
🌿🌿🌿🌿🌿

⭐ TERMIN II ⭐

🌸 Pertama 🌸

“Ummi, ketika kontrol sosial banyak ikut campur (maksudnya intervensi secara langsung ke anak), contoh : nenek, kakek, uwak, oom, tante dan tetangga sekitar bagaimana orangtuanya bisa memilah dan menjelaskan ke anak?”
🍂 Ayu di Bandung 🍂

🍄 Jawaban 🍄
” Bunda ayu nan shalihah satu-satunya jalan adalah dengan menguatkan pengaruh orang tua ke ananda sembari mengkomunikasikan serta mensosialisasikan dengan pihak kerabat kita tentang visi misi pendidikkan kita pada anak2 kita spt apa. Bila ada perbedaan harapannya dengan adanya komunikasi bisa menjadi jembatan dalam mendukung visi misi kita dlm mendidik anak”
🌿🌿🌿🌿🌿

🌸 Kedua 🌸
“Mau minta contoh bentuk penanaman aqidah dlm membimbing adab anak2 sehari2 di rumah. Contoh konkritnya. Jazaakillah khayran”
🍂 saya Furi usia 35th anak: Dzitha 6thn dan Alisya 16bulan.🍂

🍄 Jawaban 🍄
“Pembahasan aqidah satu sesi tersendiri ☺, thayyib coba di ringkas
Contoh kenapa aklaq harus dibangun diatas aqidah dalam perkara jujur misalnya
Kenapa harus landasan Aqidah?
Karena setiap muslim termasuk anak-anak kita wajib mensifati dirinya dengan akhlaq yang baik hanya atas pertimbangan bahwa Akhlaq tersebut merupakan bagian dari perintah dan larangan Allah bukan lainnya. Dengan demikian anak akan berbuat jujur, karena Allah memerintahkan untuk jujur bukan dilakukan untuk mewujudkan kemanfaatan materi seperti agar dapat banyak teman dll.
Perkara inilah yang bisa membedakan kejujuran seorang anak muslim dengan yang lainnya. Karena kejujuran seorang anak muslim semata2 karena Perintah Allah, kejujuran yang lainnya bisa jadi karena untuk memperoleh materi. Sungguh berbeda jauh antara kedua jenis kejujuran tersebut
Akhlaq akan muncul dalam diri anak2 kita bila anak memiliki kesadaran hubungan  dengan Allah”
🌿🌿🌿🌿🌿

🌸 Ketiga 🌸

“bgmn membangun adab pd anak, bila ia cenderung sering melawan. usianya 6 th, tp bila disampaikan nasehat malah suka main” anaknya. mukanya dimiring”in, ngoceh” sendiri…
jazakillah mba…
🍂 Irene, Bogor 🍂

🍄 Jawaban 🍄
” Bunda Irene shalihah harus dituntaskan dulu konsep penanaman  bilur walidain pada ananda dengan memberikan pemahaman keteladanan bahwa berbuat baiklah kepada kedua orang tua mu adalah perintah Allah , termasuk dalam hal perkara mendengarkan kebaikan yg disampaikan oleh orang tua, bilur walidain adalah salah satu syariat Allah , agar nasehat membekas tanamkan aqidah yang kokoh tentang mamping life gambaran kehidupan secara tuntas. Sehingga ananda paham misi ia diciptakan setelah iman menghujam insyaAllah adab akan mudah melekat dalam jiwa.sembari bunda berdoa meminta kepada Allah agar ananda menjadi qurota a’yun. Yang hatinya mudah menerima kebaikan dari siapapun ia tumbuh  tawadhu dan senantiasa merasakan maiyyatullah ( bersama Allah) Beramal dengan ikhsan”
🌿🌿🌿🌿🌿

💞 Kata Penutup 💞

MasyaAlloh Jazzakillah khairan katsira , Umm. Sayangnya masuk ashar untuk WIB. Masih ada 2,5 termin pertanyaan lagi

InsyaAllaah akan dijawab narasumber di waktu senggang

Untuk kajian hari ini  kita tutup dulu yaa 🙂

Mari kita tutup diskusi kita dengan doa kafaaratul majelis
ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻭَﺑِﺤَﻤْﺪِﻙَ، ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻻَّ ﺃَﻧْﺖَ، ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻙَ،
ﻭَﺃَﺗُﻮْﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻚَ
Maha Suci Engkau, ya Allah, aku memujiMu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, aku minta ampun dan bertaubat kepada-Mu. Mohon maaf atas segala khilaf. Dan saya akhiri Wassalamu’alaikum warah matullahi wa barakaatuh

💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐

BIODATA NARASUMBER
Ummu Ammar

Ibu Rumah Tangga
Pengemban Dakwah
Founder Rumah Belajar Pemrograman untuk anak CodingBunay Praktisi Islamic HomeSchooling pengisi islamic parenting berbasis aqidah islam

💐💐💐💐💐💐💐💐 💐💐💐

Moderator : Mierza Miranti
Notulen : Muliani Rozana

Homeschooling

Rencana Mosqueschooling Bareng Komunitas Homeschooling

Sejak memulai homeschooling, sebenarnya saya yang ketar ketir soal sosialisasi anak. Karena itu, saya mulai deh pencarian komunitas homeschooling di Tangerang Selatan ini sesegera saya pindah ke sini. Ketika saya heboh mencari dengan perasaan saya yang kebat kebit, meskipun menc0ba menolak ketika ada prasangka bahwa homeschoolers aneh dan gak gahul, eh anak saya malah sudah berteman dengan tetangga sekampung dengan bahagianya. Dan itu saya sadari ketika saya sudah bergabung dengan beberapa KOMUNITAS HOMESCHOOLING.

Semoga saja ini menjadi jalan kebaikan yang membuat saya beneran punya rumah di Tangerang. Aamiin.

Nah, salah satu komunitas yang saya ikuti sampai saa ini adalah HSKM Tangerang. Awalnya, saya jadi admin bareng rekan Admin yang baik hati, yaitu Uni Lia. Beliau memegang area Tangerang dan saya di Tangsel karena lokasi rumah kami. Saya seneng banget bisa obok-obok grup ini bareng beliau, hehe, karena bisa buat dari awal. Konsep yang ingin kami usung setelah setelah homeschooling adalah mosqueschooling. Yup, co-op untuk memakmurkan masjid. Pertemuannya pun berkurikulum yang terinsiprasi dari IB, tapi sebenarnya basisnya saya ambil dari buku Tarbiyatul Aulad Fil Islam karangan DR. Abdullah Nashih Úlwan. Ahasil, inilah rancangan mosqueschooling yang akan kami lakukan, insyaAllah. Oh iya, sebelum mosqueschooling, biasanya kami mengambil tema kajian Whattsup yang berkaitan. Hal ini supaya kami sebagai orang tua juga belajar sebelum ‘mengajari’dan menjadi sumber ilmu anak kami. Nah, ini dia… Bismillah.

HSKM Coop Ideas - Klastulistiwa

Homeschooling, Homeschooling Starter Kit, Parenting

Merancang Kurikulum (HS) PAUD Berdasarkan Tumbuh Kembang

Jpeg

Berikut ini adalah Standar Tumbuh Kembang Anak Bayi – 6 Tahun untuk para Ibu yang ingin memberikan yang terbaik untuk permata yang diamanahkan. Bukan buatan saya tentunya. Sila klik untuk langsung ke sumbernya.

Dalam berkas-berkas yang pasti dimulai dengan pendahuluan itu, ada bagian yang saya sukai, yaitu PRINSIP PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI:

  1. Berorientasi pada Perkembangan Anak
  2. Berorientasi pada Kebutuhan Anak (fisik dan psikis)
  3. Bermain sambil Belajar atau Belajar Seraya Bermain
  4. Berpusat pada anak
  5. Lingkungan yang kondusif
  6. Menggunakan pembelajaran terpadu
  7. Mengembangkan berbagai kecakapan hidup
  8. Menggunakan berbagai media edukatif dan sumber belajar
  9. Dilaksanakan secara bertahap dan berulang–ulang
  10. Aktif, Kreatif, Inovatif, Efektif, dan Menyenangkan
  11. PemanfaatanTeknologiInformasi

Nah, ini dia.. silahkan.

Standar Perkembangan Anak Usia 1-6 Tahun

Catatan saya: standar di atas merupakan acuan, bukan goal yang kudu dan wajib dikejar. Hal ini karena setiap anak itu unik dan memiliki kecepatannya sendiri. Yang bisa dilakukan orang tua adalah berdoa dan memberikan exposure yang sesuai usianya.

Oh, iya saya juga cantumkan ceklis tumbuh kembang dari negara tetangga beda RT, Australia sebagai perbandingan. Yang ini sampai usia 13 tahun. Silahkaan…

Development Checklist NSW

Terus??? Mana kurikulumnyaaaa? Hehe.. sekali lagi.. berhubung saya penganut better late than early, jadi begini saja langkah-langkahnya ya:

  1. Fokus pada tabel usia anak
  2. Buatlah ceklis
  3. Silahkan googling aktifitas atau mainan yang sesuai dengan ekspektasi tumbuh kembangnya. Ada banyaaak sekali inspirasi dari internet yang bisa diterapkan.

Bagi yang memerlukan Acuan Kurikulum Nasional terdapat pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini serta Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum, silahkan mengunduh di bawah ini

Homeschooling, Parenting

Belajar dari Para Ilmuwan yang Menjadi Ulama

Sekarang ini, ‘ilmuwan-ilmuwan’ jaman renaisans hingga modern banyak yang dimunculkan . Mereka terkadang menjadi standar ‘cita-cita’ para penuntut ilmu.

Sayangnya, para idola itu sangat banyak yang mengajarkan hedonisme untuk dijadikan tujuan utama. Bahkan tidak jarang yang memisahkan kehidupan akhirat karena dianggap sebagai beban.

 

Adalah Allah satu-satunya tempat meminta, termasuk didalamnya memohon agar mendapatkan anak shalih dan shalihah. Salah satu yang bisa dilakukan orang tua adalah mengenalkan ilmuwan- ilmuwan yang menjadi ulama. Mereka yang memilih kekekalan daripada kefanaaan. Bukankah hidup ini adalah penjara bagi orang Mukmin?

image

🔬Berikut ini adalah tautan dari situs yang bergizi: rumaysho.com yang dikelola oleh Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal. Silahkan klik masing-masing nama untuk belajar dari  kisah-kisah ahli ilmu Diin.. yang qadarullah awal mulanya adalah seorang ilmuwan.

Siapa saja mereka?

1. Syaikh Abu Malik Kamal bin Sayid Salim penulis Kitab Shahih Fiqh Sunnah yang terkenal, dulunya kuliah di Teknik di salah satu universitas di Mesir.

2. Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid, dulunya kuliah di Teknik Manajemen Industri di Saudi dan berguru pada Syaikh Abdul Aziz bin Baz.

3. Syaikh Musthafa Al-Adawi, lulusan Teknik Mesin di Mesir lalu belajar pada pakar hadits Syaikh Muqbil di Yaman.

4. Syaikh Amru bin Abdul Mun’im Alu Salim, lulusan Ilmu Komputer di Mesir dan menjadi pakar hadits saat ini.

5. Syaikh Muhammad bin Ismail Al-Muqaddam, lulusan kedokteran dari Universitas Iskandariyah dan juga mengambil kuliah Syariah di Universitas Al-Azhar Mesir.

 

Semoga Allah memudahkan kita mengamalkan ilmu yang didapat serta melindungi anak-anak kita dari fitnah akhir jaman dan dikuatkan menjadi Al Ghuraba.

Homeschooling, Homeschooling Starter Kit

Kurikulum Homeschooling Nasional SD-SMA

Laman ini didedikasikan khusus untuk para orang tua yang kebingungan mencari kurikulum untuk homeschooling yang dikelola berbasis keluarga. Yang dimaksudkan adalah kurikulum nasional ya.

DISCLAIMER: Meski saat saya mengetik ini (2024) sudah memakai kurikulum merdeka, tapi cara ini masih relevan dan efektif bagi kami melaksanakan homeschooling selama 9 tahun++

Berikut saya unggah link SK-KD untuk Ayah Bunda kelola di HS anaknya. Caranya gampang kok. Ini yang saya lakukan di Aishahomeschool:

  1. Ketahui level anak anda, misalkan 1 SD
  2. Unduh unit pendidikan yang sesuai pendidikan anak, misal SD. Oh iya, saya mengunggah SK-KD dan Paket. Kedua folder isinya sama yaaa… Jadi, cukup pilih salah satu saja.
  3. Buka folder unit (misal SD). Oh iya, isi dari Kejar Paket dan SD/MI itu sama yaaa… hanya ingin mengunggah untuk alasan pentingL biar Ayah Bunda tahu.
  4. Pilih mata pelajaran yang ingin anda ajarkan. Anda boleh mengajarkan semua mata pelajaran yang terdapat ddalam folder, tapi kalau kami hanya yang diujikan saja (PKN, BI, IPA, IPS, Matematika + agama Islam)
  5. Lihat Kompetensi Dasar.. KD adalah apa yang harus Ayah Bunda capai dalam pembelajaran buah hati. Carilah pembelajaran/ kegiatan yang menyenangkan dengan KD tersebut – yang kalau bisa berdasarkan Bloom Taxonomy yang intinya adalah mengajarkan anak dengan  6 tahap pembelajaran. Dari mudah ke gampang. Dari nyata ke abstrak akan lebih baik.

 

Contoh ya.

Kita ambil pelajaran Bahasa Indonesia. Jika Kompetensi Dasarnya adalah menyebutkan tokoh dalam kisah thabi’in, maka kegiatannya dapat melihat dari kata kerja setiap level Taksonomi Bloom (lihat gambar di atas) adalah:

Remembering (level mengingat): Recall (menyebutkan kembali nama tokoh)

Understanding (level memahami) : Describe (menyebutkan ciri-ciri tokoh)

Applying (level aplikasi) : Choosing (memilih karakter yang sesuai dengan tokoh)

Nah, jika masih kelas awal, biasanya hanya akan sampai level Understanding . Tapi kalau anak anda tingkat ingin tahunya tinggi, jangan takut untuk melanjutkan ke tahap berikutnya. Oh iya, kita juga bisa cari kegiatan-kegiatan yang menyenangkan di internet loooh. Tinggal ketik kata kunci dari KD atau lebih bagus lagi kata kerja dari Taksonomi Bloom.

Aaaaaa… pusiiing!

Tenang..  ada life hack-nya kok. Tinggal unduh aja buku-buku gratis dari BSE. Tinggal kunjungi Pertal Buku Sekolah Elektronik Kemdikbud di bse.kemdikbud.go.id.     Tapi, saaran saya, silahkan lihat materi dan perkaya dengan hands-on experience yang beredar luas di dunia maya.

Baiklah, silahkan unduh Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang Ayah Bunda perlukan dari tautan di bawah ini:

  1.  SK-KD SD atau Paket A
  2. SK-KD SMP atau Paket B
  3. SK-KD SMA atau Paket C

Bagi yang penasaran tentang kurikulum merdeka, sila klik capaian pembelajarannya di sini ya. 

Demikian. Selamat belajar. 🙂

 

Homeschooling, Homeschooling Starter Kit

Belajar Adab di MOS Aishahomeschool

Meski hanya mengajarkan satu atau dua anak, MOS atau Masa Orientasi Siswa itu penting lho di homeschooling Islami. Di Aishahomeschool, kami menghabiskan satu bulan penuh mempelajari Adab-Adab Penuntut Ilmu.

Bagaimana caranya?
Karena Aisha Jenna masih 8 tahun, Aqeela Isma 4 tahun, tentu bahasanya disesuaikan dengan usia. Cara menyampaikannya dengan beragam cara, dari mulai diskusi, berkisah ( bersumber dari cerita nabi, rasul, shahabat, thabiin, thabiut thabiin), main, cut-paste activity, menonton klip yutub, sampai membuat display ( yang akhirnya dipajang di pintu depan.

image
Kami memutuskan untuk menempelkan di pintu. Hehe.

Apa saja adab-adab itu?

Berikut diantara adab-adab yang selayaknya diperhatikan ketika seseorang menuntut ilmu. Memang tidak persis seperti yang kami bahas di masa orientasi, sih, tapi berhubung file saya hilang (curhat) inilah inti yang bisa saya bagikan.

1⃣ Mengikhlaskan niat dalam menuntut ilmu

Seseorang tidak akan mendapat ilmu yang bermanfaat jika ia tidak ikhlas karena Allah.

Orang yang menuntut ilmu bukan karena mengharap wajah Allah termasuk orang yang pertama kali dipanaskan api neraka untuknya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang menuntut ilmu syar’i yang semestinya ia lakukan untuk mencari wajah Allah dengan ikhlas, namun ia tidak melakukannya melainkan untuk mencari keuntungan duniawi, maka ia tidak akan mendapat harumnya aroma surga pada hari kiamat.” (HR. Ahmad)

2⃣ Rajin berdoa kepada Allah Ta’ala, memohon ilmu yang bermanfaat

Hendaknya setiap penuntut ilmu senantiasa memohon ilmu yang bermanfaat kepada Allah Ta’ala dan memohon pertolongan kepadaNya dalam mencari ilmu serta selalu merasa butuh kepadaNya.

Rasulallah shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan kita untuk selalu memohon ilmu yang bermanfaat kepada Allah Ta’ala dan berlindung kepadaNya dari ilmu yang tidak bermanfaat.

3⃣ Bersungguh-sungguh dalam belajar dan selalu merasa haus ilmu

Dalam menuntut ilmu syar’i diperlukan kesungguhan. Tidak layak para penuntut ilmu bermalas-malasan dalam mencarinya. Kita akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat dengan izin Allah apabila kita bersungguh-sungguh dalam menuntutnya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam barsabda, “ Dua orang yang rakus yang tidak pernah kenyang: yaitu (1) orang yang rakus terhdap ilmu dan tidak pernah kenyang dengannya dan (2) orang yang rakus terhadap dunia dan tidak pernah kenyang dengannya.” (HR. Al-Baihaqi)

4⃣ Menjauhkan diri dari dosa dan maksiat dengan bertaqwa kepada Allah Ta’ala

Seseorang terhalang dari ilmu yang bermanfaat disebabkan banyak melakukan dosa dan maksiat. Sesungguhnya dosa dan maksiat dapat menghalangi ilmu yang bermanfaat, bahkan dapat mematikan hati, merusak kehidupan dan mendatangkan siksa Allah Ta’ala.

5⃣ Tidak boleh sombong dan tidak boleh malu dalam menuntut ilmu

Sombong dan malu menyebabkan pelakunya tidak akan mendapatkan ilmu selama kedua sifat itu masih ada dalam dirinya.

Imam Mujahid mengatakan,

لاَ يَتَعَلَّمُ الْعِلْمَ مُسْتَحْىٍ وَلاَ مُسْتَكْبِرٌ

“Dua orang yang tidak belajar ilmu: orang pemalu dan orang yang sombong” (HR. Bukhari secara muallaq)

6⃣ Mendengarkan baik-baik pelajaran yang disampaikan ustadz, syaikh atau guru

Allah Ta’ala berfirman, “… sebab itu sampaikanlah berita gembira itu kepada hamba-hambaKu, (yaitu) mereka yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik diantaranya. Mereka itulah orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan merekalah orang-orang yang mempunyai akal sehat.” (QS. Az-Zumar: 17-18)

7⃣ Diam ketika pelajaran disampaikan

Ketika belajar dan mengkaji ilmu syar’i tidak boleh berbicara yang tidak bermanfaat, tanpa ada keperluan, dan tidak ada hubungannya dengan ilmu syar’i yang disampaikan, tidak boleh ngobrol. Allah Ta’ala berfirman, “dan apabila dibacakan Al-Quran, maka dengarkanlah dan diamlah agar kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-A’raaf: 204)

8⃣ Berusaha memahami ilmu syar’i yang disampaikan

Kiat memahami pelajaran yang disampaikan: mencari tempat duduk yang tepat di hadapan guru, memperhatikan penjelasan guru dan bacaan murid yang berpengalaman. Bersungguh-sungguh untuk mengikat (mencatat) faedah-faedah pelajaran, tidak banyak bertanya saat pelajaran disampaikan, mengulang pelajaran setelah kajian selesai dan bersungguh-sungguh mengamalkan ilmu yang telah dipelajari.

9⃣ Menghafalkan ilmu syar’i yang disampaikan

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Semoga Allah memberikan cahaya kepada wajah orang yang mendengar perkataanku, kemudian ia memahaminya, menghafalkannya, dan menyampaikannya. Banyak orang yang membawa fiqih kepada orang yang lebih faham daripadanya…” (HR. At-Tirmidzi).

Dalam hadits tersebut Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa kepada Allah Ta’ala agar Dia memberikan cahaya pada wajah orang-orang yang mendengar, memahami, menghafal, dan mengamalkan sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka kita pun diperintahkan untuk menghafal pelajaran-pelajaran yang bersumber dari Al-Quran dan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

10⃣ Mengikat ilmu atau pelajaran dengan tulisan

Ketika belajar, seorang penuntut ilmu harus mencatat pelajaran dan poin-poin penting agar ilmu yang disampaikannya tidak hilang dan terus tertancap dalam ingatannya setiap kali ia mengulangi pelajarannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ikatlah ilmu dengan tulisan” (HR. Ibnu ‘Abdil Barr)

11⃣ Mengamalkan ilmu syar’i yang telah dipelajari

Menuntut ilmu syar’i bukanlah tujuan akhir, tetapi sebagai pengantar kepada tujuan yang agung, yaitu adanya rasa takut kepada Allah, merasa diawasi oleh-Nya, taqwa kepada-Nya, dan mengamalkan tuntutan dari ilmu tersebut. Dengan demikian, barang siapa saja yang menuntut ilmu bukan untuk diamalkan, niscaya ia diharamkan dari keberkahan ilmu, kemuliaan, dan ganjaran pahalanya yang besar.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perumpamaan seorang alim yang mengajarkan kebaikan kepada manusia, kemudian ia melupakan dirinya (tidak mengamalkan ilmunya) adalah seperti lampu (lilin) yang menerangi manusia, namun membakar dirinya sendiri.” (HR Ath-Thabrani)

Sumber kajian Adab: Tematik BISA

Referensi:
Disarikan dari berbagai sumber..

Homeschooling, Homeschooling Starter Kit

Libur Idul Adha, Ngapain Ya?

***Catatan: posting ini mengandung printables 😀 ***

Aisha Homeschool libur! Eit, tapi bukan sembarang libur lho. Ini satu dari dua hari raya yang dirayakan muslim seluruh dunia. Namanya libur apa, saudara-saudara? Ya, betul: IDUL ADHA!

Libur lama, Aisha Homeschool ngapain aja? Selain shalat Ied dan jalan-jalan, insya Allah ini rencana kami:

1. Mengajarkan shaum Arafah dan keutamaan biasa di hari Arafah.

image

2. Membuat miniatur kabah.

Buat sendirikah? Oh, tentu saja.. tidak. Hehe.. saya unduh dari sini . Supata mudah, saya unggahkan ya. Klik saja gambar di bawah ini untuk mengunduh. Saya cetak menggunakan kertas A4 lalu ditempel di kotak susu bekas. Awalnya terpikir menggunakan kertas foto, tapi ah sudahlah… biar hemat. Ohya, biar Ka’bahnya gak mleyot (apa ya bahasa Indonesianya?), saya isi kertas sampai penuh. Silahkan berkreasi.

image

Jadi ada 3 bagian, yaitu:

  1. Halaman cara membuatnya. Boleh print atau tidak. Saya sih, nggak. Biar hemat. *teuteup*

Cara membuat miniatur

 

 

2. Halaman yang digunting, lipat, lem, tempel.

MIniatur untuk digunting tempel

 

 

 

 

 

3. Alas Miniaturnya

Alas Miniatur Kabah

3.  Mewarnai peta haji untuk anak balitaku

Buat sendiri, Bu? Nggak. Saya download dari sini. Silahkan klik gambarnya ya.

Hajj Map

4. Lihat gambar di Google Image sambil bercerita. Duh, ini jadi andelan deh kalo di perjalanan atau tempat umum. Lumayan bikin anteng.

5. Bercerita tentang nabi Ibrahim dan Ismail. Tapi ingat ya… harus berdasarkan sumber yang shahih seperti dari sini . Sambil bercerita, bisa membuat craft seperti ini loooh….

Eid Al-Adha toppers dari HafsaCreates di etsy.com. Dapetnya dari themuslimahmommy.com (panjang yah sumbernya)

Silahkan terinspirasi…

Dari http://colorislam.wifeo.com/aid-el-adha.php

And finally.. Ied Mubarak saudara-saudara muslimkuuuuu….

Homeschooling, Homeschooling Starter Kit

Metode Homeschooling

metode homeschoolingSebagai orang tua kita bebas berkreasi dalam menjalankan homeschooling. Mau menggunakan metode tertentu, menggabungkan metode – metode yang dirasa cocok untuk anak, atau mengembangkan metode yang ada.

Kalau Aisha Homeschool, bagaimana? Kami menggunakan metode pendidikan yang diajarkan Rasulullah dengan pemahaman para salafush shalih. Sedikit dipadukan dengan metode inkuirinya IB dan Montessori juga – untuk saat ini. Bisa jadi kami disebut sebagai pengguna metode eklektik yang menitik beratkan pendidikan Tauhid dan ilmu Diin, disamping pelajaran-pelajaran lainnya. Nanti kami buat dalam posting terpisah ya.

Nah, sekarang kita bahas mengenai adalah model – model homeschooling yang populer digunakan.

Sekolah Rumah

Sekolah rumah dapat digambarkan sebagai sekolah yang dipindahkan ke rumah. Metode ini mengambil model dari sekolah formal, dimana ada jadwal belajar, mata pelajaran, kurikulum, dan lain – lain. Beberapa pelaku homeschooling menggunakan metode ini akan tetapi membuat sendiri perencanaan belajarnya dan mencari sendiri materi pelajaran. Keuntungan metode ini dimana keluarga mengetahui dengan pasti apa yang akan diajarkan dan kapan akan diajarkan. Kerugian metode ini adalah membutuhkan lebih banyak usaha orang tua / pengajar karena berhubungan dengan kesesuaian formalitas.

Unit Studies

Metode ini memanfaatkan minat anak anda dan kemudian menggabungkannya ke dalam subjek pelajaran seperti matematika, membaca, mengeja, ilmu pengetahuan, seni, sejarah, dan lain – lain. Sebagai contoh, jika anak menyukai negara Mesir, anda dapat mengajarkannya sejarah Mesir, membaca buku tentang Mesir, menulis kisah tentang Mesir, melakukan proyek yang berhubungan dengan pyramid, dan mempelajari mengenai artifak – artifak mesir.

Keuntungan metode ini adalah anak – anak dapat belajar dengan menyenangkan sehingga tujuan pendidikan mencapai hasil yang maksimal. Sementara kekurangannya adalah terkadang orang tua terlalu bersemangat membuat materi pelajaran dari segala hal yang disukai anak, sehingga anak menjadi ‘takut’ untuk mengatakan hal – hal baru yang mereka sukai.

Relaxed/Eclectic homeschooling

Metode ini paling sering digunakan oleh pelaku homeschooling. Pada dasarnya eclectic homeschooling adalah menggabungkan metode – metode yang dirasa cocok untuk anak. Ambil sedikit dari sini, ambil sedikit dari sana kemudian digabungkan. Orang tua bebas memilih buku, kegiatan ekskursi, dan memberikan materi sesuai kebutuhan dan ketertarikan anak. Menggunakan metode ini memerlukan usaha lebih orang tua untuk menemukan materi – materi yang sesuai dengan ketertarikan anak dan sesuai dengan gaya belajar anak.

Deschooling

Unschooling jangan diartikan tidak sekolah ya.. Ini adalah metode homeschooling yang paling natural. Sebagaimana anak belajar berbicara dan berjalan, seperti itulah metode ini diterapkan untuk mempelajari matematika, ilmu pengetahuan, membaca, dan lain – lain. Anak pelaku unschooling belajar dari pegalaman sehari – hari. Tidak ada jadwal belajar dan tidak ada pelajaran formal. Semua pengalaman kehidupan yang mereka jalani adalah pembelajaran. Karena metode belajar secara natural, anak – anak mungkin membutuhkan waktu lebih dalam memepelajari suatu subjek dibandingkan menggunakan metode sekolah formal. Akan tetapi bila anak telah siap untuk belajar dan penuh motivasi maka dia bisa menungguli teman – temannya yang bersekolah formal karena anak ini lebih menikmati dan termotivasi dalam belajar.

Keuntungan metode ini adalah anak – anak memiliki waktu dan kemampuan untuk menjadi ahli/pakar di bidang yang mereka minati. Sementara kerugiannya adalah karena pelaku unschooling tidak mengikuti jadwal belajar ‘biasa’, mereka akan mengalami kesulitan dalam ujian – ujian pendidikan formal dan akan sulit bagi mereka jika mereka kembali masuk ke sistem sekolah formal.

Classical Homeschooling

Metode classical homeschooling mengacu pada pendidikan yang menjadi akar peradaban modern Eropa yaitu abad pertengahan Yunani. Tujuan dari classical homeschooling adalah untuk mengajar orang – orang bagaimana belajar untuk diri mereka sendiri. Dalam model pendidikan ini, anak-anak belajar dalam tiga tahap yakni mempelajari struktur bahasa (grammar), belajar logika (logic), dan belajar menyampaikan dan mempertahankan gagasan (retoric). Tahap pertama ketika anak mempelajari bagaimana cara belajar dan memiliki kemampuan untuk mengingat banyak fakta. Kemudian tahap kedua ketika anak belajar untuk menghubungkan fakta – fakta yang diketahui menjadi satu kesimpulan.. Dan tahap ketiga dimana anak belajar untuk menggunakan hubungan fakta – fakta tersebut dan menformulasikan pendapatnya sendiri.

CharlotteMason

 Banyak metode homeschooling yang dibangun dari pemikiran tokoh tertentu. Salah satunya Charlotte Mason. Beberapa gagasan Charlotte Mason yang menjadi inspirasi untuk proses homeschooling antara lain :

Belajar melalui Living books (yaitu buku – buku yang ditulis oleh orang – orang yang memiliki hasrat tinggi terhadap suatu bidang sehingga menginspirasi pembacanya).

Narasi (proses anak menceritakan ulang mengenai isi materi bacaan yang dibacanya dengan bahasanya sendiri)

Habit training (melatih kebiasaan-kebiasaan baik pada anak)

Waldorf

Metode ini berdasarkan hasil kerja Rudolf Steiner dan menekankan pentingnya pendidikan menyeluruh pada tubuh, pikiran, dan jiwa anak. Pada level awal, pembelajaran ditekankan pada seni dan kerajinan tangan, musik, gerakan, dan alam. Untuk siswa yang lebih tua diajari untuk mengembangkan kesadaran diri dan bagaimana memikirkan hal – hal di luar diri mereka. Anak – anak yang menggunakan metode ini tidak menggunakan textbook standar, malahan mereka membuat sendiri buku mereka. Metode ini juga menjauhkan penggunaan televisi dan komputer karena mereka percaya komputer tidak baik untuk kesehatan dan kreativitas anak.

Montessori

Montessori merupakan salah seorang tokoh homeschooling. Adapun gagasan Montessori yang juga menginspirasi proses homeschooling adalah :

  • Fokus pendidikan terletak pada anak. Orang tua hanya bertugas menciptakan lingkungan belajar yang kondusif untuk proses belajar anak.
  • Lingkungan belajar yang terkendali
  • Proses belajar dimulai dengan menggunakan alat peraga (nyata), baru setelahnya dikenalkan hal-hal yang abstrak
  • Anak-anak belajar bersama di satu tempat tanpa dibatasi usia

Metode ini juga meminimalkan penggunaan televisi dan komputer, khususnya untuk anak yang lebih muda. Meskipun materi montessari tersedia untuk anak sekolah menengah, kebanyakan pelaku homeschooling menggunakan metode montessori untuk anak – anak yang lebih muda. Buku dan kurikulum metode montessori tersedia di American Montessori Consulting.

Multiple Intelligences

Metode ini adalah ide yang dikembangkan oleh Howard Gardner dan Harvard University’s “project zero”. Metode ini percaya bahwa setiap orang itu cerdas sesuai dengan cara mereka sendiri, dan pembelajaran sendiri paling mudah dan efektif ketika mengandalkan kelebihan orang dari pada kelemahannya. Sebagai contoh, kebanyakan sekolah menggunakan metode bahasa dan logika matematika ketika mengajar, tetapi tidak semua orang belajar dengan metode seperti itu. Kebanyakan pelaku homeschooling yang sukses secara alami menekankan pada kekuatan anak mereka dan mencocokan cara mengajar dengan gaya belajar anak. Jadi tugas orang tua untuk mengetahui bagaimana, kapan, dan apa yang paling disukai dan dibakati anak dan kemudian mencocokan gaya mengajarnya dengan gaya anak.

Video Schooling

Metode ini dapat digunakan dengan semua jenis metode homeschooling. Metode ini menggunakan video – video berkualitas untuk membantu anak memahami pelajaran. Metode ini bukan hanya sebatas menonton televisi. Video yang berkualitas dapat menginspirasi atau membantu anak mengembangkan pemahaman yang kuat dalam mempelajari subjek – subjek yang rumit.

Internet Homeschooling

Memanfaatkan kekuatan internet untuk mengakses tutor virtual, sekolah virtual, kurikulum online, dan website berkualitas. Anda tidak perlu khawatir kesulitan mendapatkan sumber daya yang dibutuhkan untuk homeschooling anak. Di internet tersedia banyak materi – materi berkualitas.

Pilih yang mana?

 Jadi bingung…pilih yang mana ya? Jangan bingung Ayah Bunda, setiap anak unik dan tugas orang tua membantu memilihkan metode homeschooling yang paling cocok untuk anak. Beberapa hal berikut dapat menjadi pertimbangan bagi orang tua dalam memilih metode homeschooling :

  • bagaimana anda memandang pendidikan
  • bagaimana anda ingin terlibat dalam proses pembelajaran
  • apa yang anda inginkan untuk dipelajari anak
  • bagaimana anda mengevaluasi kemajuan anak

Tunggu apa lagi? Ayo Belajar 🙂

Sumber :

homeschool.com

http://www.home-school-curriculum-advisor.com

maftuhajalal.blogspot.co.id

Homeschooling, Homeschooling Starter Kit

Persiapan Homeschooling

Apa yang Harus Dipersiapkan Sebelum Memulai Homeschooling?

wpid-6a013485f24774970c016762f3434c970b-pi.jpegSetelah orang tua mantap dengan keputusan untuk melaksanakan homeschooling, langkah terakhir yang tidak kalah penting adalah mempersiapkan diri sebelum memulai homeschooling. Apa saja yang harus dipersiapkan sebelum memulai homeschooling?

Percaya Diri

Eit.. jangan tertawa. Ini hal yang pualing penting untuk dimiliki. Karena, kalau percaya diri runtuh, maka runtuhlah pondasi-pondasi sekolah rumah yang akan dibangun. Ingatlah bahwa kita hidup di dalam gaya hidup schooling sejak revolusi industri, lho. Siapkan diri sendiri dulu sebelum yang lainnya.

Memeriksa legalitas homescholling di negara anda tinggal

Di Indonesia sendiri homeschooling itu legal sebagaimana diatur dalam UU no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Disebutkan bahwa homeschooling termasuk ke dalam jalur pendidikan informal. Siswa homeschooling dapat memilikli ijazah dan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi sebagaimana siswa sekolah formal. Bagaimanapun juga, setiap negara mempunyai aturan sendiri mengenai homeschooling, jadi sebelum anda menghabiskan banyak waktu, tenaga, dan uang, akan sangat baik memeriksa terlebih dahulu aturan – aturan homeschooling di negara anda tinggal.

Memantapkan tekad : Apa tujuan homeschooling anda?

Ketika anda memutuskan homeschooling, anda tentu memiliki banyak alasan, mulai dari untuk menghindari ‘bullying’, melindungi anak dari tekanan yang ditimbulkan sekolah, memilih metode pendidikan yang paling tepat untuk anak, mendekatkan hubungan keluarga, dan masih banyak lagi.

Dengan mengingat alasan – alasan ini, akan sangat membantu memantapkan tekad ketika anda menemui kesulitan dan tantangan dalam menjalankan homeschooling.

Kenali siapa yang mendukung anda menjalani homeschooling.

Sangat penting untuk mengetahui siapa saja yang mendukung langkah anda untuk homeschooling. Apakah orang tua anda, tetangga di seberang jalan, atau mungkin teman pengajian. Bergabung dalam komunitas homeschooling akan sangat membantu anda untuk berbagi pengalaman dan menemukan solusi ketika anda menemui kesulitan.

Sama pentingnya juga untuk mengetahui siapa saja yang tidak mendukung anda. Sehingga anda dapat menguatkan niat dan tekad dalam menjalankan homeschooling menghadapi orang – orang yang tidak setuju dengan homeschooling bahkan mempengaruhi mereka untuk memilih homeschooling.

Merencanakan jadwal: Kapan anda akan melaksanakan homescooling

Salah satu keuntungan homeschooling adalah kebebasan untuk mengatur waktu dan tahapan pendidikan anak. Itu semua diserahkan pada Anda orang tua. Memiliki tujuan yang jelas dalam pelaksanaan homeschooling akan sangat membantu anda menentukan jadwal homeschooling anak. Anda sebagai orang tua memiliki banyak pilihan. Apakah jadwalnya harus seperti sekolah? Itu terserah Anda. (Contekan: kalau saya jadwal ini saya ubah jadi ekspektasi yang harus diraih setiap minggunya)

Pelajari mengenai metode – metode homeschooling dan tentukan pendekatan mana yang akan diambil

Sebelum memulai homeschooling, orang tua harus memahami seluk beluk homeschooling dan metode – metodenya. Sehingga orang tua dapat menentukan metode homeschooling apa yang paling tepat diterapkan untuk anaknya.

Memilih kurikulum dan materi : Apa yang akan anda ajarkan?

Kurikulum pada dasarnya adalah panduan dalam melaksanakan pendidikan, sementara dalam pelaksanaan homeschooling sendiri orang tua tetap bebas berkreasi. Ada banyak pilihan kurikulum yang bisa digunakan. Ada kurikulum nasional, Kurikulum Cambridge IGCSE yang digunakan oleh sekolah-sekolah internasional di Indonesia, atau jenis kurikulum lain yang dibuat oleh pembuat kurikulum yang diakui di negara pembuatnya. Atau

Persiapkan diri Anda untuk sukses

Ketika semua persiapan sudah diatur dengan baik, kini tibalah saatnya bagi Anda untuk melaksanakan homeschooling. Hari – hari ke depan yang akan dilalui bukanlah tanpa hambatan. Yang Anda perlukan hanyalah terus memperbaiki persiapan dan pelaksaannya. Semangat!!!

Demikianlah beberapa hal yang harus dipersiapkan sebelum memulai homeschooling. Tunggu apa lagi Ayah Bunda?? Let’s do it!!

Sumber (diadaptasi dari) : http://www.gracewithintherace.com

Homeschooling, Homeschooling Starter Kit

Peraturan Dan Legalitas Homeschooling di Indonesia

Pendidikan merupakan hak setiap warga negara. Sebagaimana diatur dalam Undang – Undang Dasar Tahun 1945 pasal 31 ayat (1) dan (2) yang berbunyi :

Ayat (1) : Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan.

Ayat (2) : Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.

Bagi yang memilih homeschooling tidak perlu khawatir mengenai legalitas homeschooling di Indonesia. Karena sesuai dengan Undang-undang No 20 tahun 2003. Disebutkan bahwa ada tiga jalur pendidikan, yaitu jalur pendidikan formal (sekolah), nonformal (kursus, pendidikan kesetaraan), dan informal (pendidikan oleh keluarga dan lingkungan).

Selengkapnya mengenai pendidikan informal, terdapat dalam pasal 27 undang – undang No 20 tahun 2003 sebagai berikut :

(1) Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.

(2) Hasil pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan.

(3) Ketentuan mengenai pengakuan hasil pendidikan informal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

Berdasarkan undang – undang ini dapat disimpulkan bahwa kegiatan homeschooling legal di Indonesia. Selain itu siswa homeschooling memiliki kesempatan untuk mengikuti ujian dan memperoleh ijazah kesetaraan yang dikeluarkan oleh Depdiknas, yaitu :

  • paket A setara SD
  • paket B setara SMP
  • paket C setara SMU

Pelaku homeschooling juga memiliki kesempatan yang sama untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi.

‘Peraturan homeschooling’

Yang perlu digaris bawahi di sini adalah soal nama. Indonesia mengalih bahasakan homeschooling menjadi SEKOLAH RUMAH

Peraturan homescholling ini terdapat pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 129 Tahun 2014 tentang “Sekolah Rumah”.

Pada Pasal 1 Ayat (4) disebutkan : yang dimaksud sekolah rumah adalah proses layanan pendidikan yang secara sadar dan terencana dilakukan oleh orangtua/keluarga di rumah atau tempat-tempat lain.

Bagi keluarga yang ingin secara mandiri melaksanakan homeschooling, maka bisa mengambil bentuk SEKOLAH RUMAH TUNGGAL

Jika ingin membuat lembaga, SANGAT DISARANKAN UNTUK TIDAK MENGGUNAKAN NAMA HOMESCHOOLING, karena homeschooling itu bukan sekolah. Hal ini juga tidak mendidik literasi peserta didik karena kata homeschooling tidak digunakan semestinya.

Ada 2 jenis sekolah rumah yang bisa dibuat:

1.. Sekolah rumah Majemuk, yaitu layanan pendidikan berbasis lingkungan yang diselenggarakan oleh orang tua dari 2 (dua) atau lebih keluarga lain dengan melakukan 1 (satu) atau lebih kegiatan pembelajaran bersama dan kegiatan pembelajaran inti tetap dilaksanakan dalam keluarga.

2. Sekolah rumah Komunitas, yaitu kelompok belajar berbasis gabungan
sekolah rumah majemuk yang menyelenggarakan pembelajaran bersama
berdasarkan silabus, fasilitas belajar, waktu pembelajaran, dan bahan ajar yang disusun bersama.

Untuk lebih lengkapnya, silahkan mengunduh aturan berikut:

PERMENDIKBUD NO 129 TAHUN 2014 TENTAMG SEKOLAH RUMAH.

Sumber :

https://jdih.kemdikbud.go.id

Homeschooling Starter Kit

Apa Itu Homeschooling?

Pengertian Homeschooling

image

Homeschooling adalah suatu model pendidikan alternatif yang berbasis di rumah dan diselenggarakan oleh keluarga. 

Jadi homeschooling bukanlah suatu lembaga yang menyerupai sekolah/ kursus melainkan suatu metode pendidikan yang berbasis di rumah, di mana penentu kebijakannya adalah keluarga.

HOMESCHOOLING ADALAH GAYA HIDUP

Ayah dan ibunya merupakan CEO yang menddesain, melaksanakan, dan menevaluasi praktik homeschooling. Beberapa keluarga memilih struktur yang sangat akademis, ada yang menggunakan metode – metode tertentu, ada yang memakai metode eklektik atau mengambil beberapa metode. Ada yang menggunakan guru, interaksi satu banding satu, sampai mengikut sertakan ke kelas-kelas khusus, ada yang menggunakan penyedia kurikulum online namun tetap diajari orang tuanya sendiri.

Apapun keputusannya, itu semua menyesuaikan dengan kebutuhan anak yang ditentukan oleh keluarga. Walaupun disebut homeschooling, bukan berarti proses belajar melulu diadakan di rumah. Proses belajar bisa dilaksanakan di taman, pasar, kolam, peternakan, dan dimana saja.

Sekarang di Indonesia juga mulai banyak bermunculan flexi school yang dinamai homeschooling

Flexi school adalah metode pendidikan yang memadukan antara orang tua dan sekolah, di mana anak terdaftar di  lembaga tetapi memiliki jadwal yang fleksibel. Anak bisa memilih mau sekolah hari apa saja, sisanya anak belajar ‘sendiri’ di luar sekolah. Basis kurikulumnya mengikuti kurikulum nasional dengan modifikasi.

Beberapa alasan orang tua lebih memilih flexy school adalah karena kondisi kesehatan anak yang tidak stabil, lebih memilih metode pendidikan di rumah akan tetapi masih membutuhkan sekolah formal untuk menyajikan beberapa subjek yang belum bisa dilaksanakan orang tua, masih takut atau menolak untuk sekolah (biasanya anak – anak yang baru mulai sekolah), dan lain – lain.

Homeschooling vs Flexi School

Pilih yang mana? Itu semua tergantung kebutuhan dan kondisi orang tua dan anak saya rasa, apakah orang tua merasa sudah mampu menjalankan homeschooling atau masih membutuhkan peran sekolah dalam pendidikan anak. Dan yang paling penting mana yang paling diinginkan dan tepat untuk si anak.

Jika orang tua sudah mampu menyelenggarakan pendidikan seutuhnya serta mendedikasikan waktu (yang saya rasa cukup banyak) untuk anak maka saya rasa homeschooling merupakan pilihan tepat. Lain hal jika orang tua merasa belum mampu menyediakan pendidikan seutuhnya serta memiliki waktu yang terbatas, tentu saja flexi school bisa menjadi pilihan.Pada akhirnya semua dikembalikan pada anak, mana yang lebih cocok dan diminati anak.

Tapi ingat yaaa… HOMESCHOOLING ITU BUKAN LEMBAGA