Aisha Portfolio

[VLOG WITH PRINTABLES] Hafalan Hadits 1-10

Bismillah.

Video hafalan hadits 1-10 ini menyertai worksheet yang dibuat Jenna (10th) untuk membantu hafalan teman-teman pembelajar visual. ^_^  Masih on progress untuk printables-nya yang saat ini baru terdiri dari 5 lembar kegiatan mewarnai dan gunting tempel. Jadi, silahkan subscribe aja blognya untuk mendapatkan update printables-nya yaaaa.

Hafalan hadits ini sebenarnya rekaman Jenna (10th) untuk mengikuti sesi menghafal hadits online. Tapi ternyata Jenna lebih antusias untuk membuat media visual untuk membantu adiknya menghafal, sekaligus sebagai amal jariyah.

Barakallahu fiik.

Selamat mengunduh worksheetnya. Insya Allah 6 hadits berikutnya akan di-update pada posting ini juga, insyaa Allaah. Semoga bermanfaat ya.

 

 

Landasan Homeschooling Islam

[Landasan Pendidikan Rumah #6] Shalat, Amar Ma’ruf Nahi Munkar, dan Sabar

Setelah membahas landasan HS muslim sebelumnya, kini kita berlanjut pada landasan pendidikan rumah nomor 6 yang diambil dari surat Lukman ayat 17. Ayat ini berisi pentingnya shalat, amar ma’ruf nahi mungkar, dan perintah untuk bersabar jika mengalami gangguan atau musibah.

***ditulis oleh Mierza Miranti – klastulistiwa.com***

Asy Syaukani rahimahullah menyebutkan bahwa tiga ibadah ini adalah induknya ibadah dan landasan seluruh kebaikan. (Fathul Qodir, 5: 489). Sebagaimana pula yang ditafsirkan oleh Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya:

“Dirikanlah shalat lengkap dengan batasan-batasan, fardhu-fardhu, dan waktu-waktunya. Perintahkanlah yang baik dan cegahlah yang munkar sesuai kemampuan dan jerih payahmu. Karena untuk merealisasikan amar ma’ruf dan nahi munkar, pelakunya pasti akan mendapat gangguan dari orang lain. Oleh karena itu, dalam pesan selanjutnya Luqman memerintahkan kepada putranya untuk bersabar.”

Kita ulas satu per satu yaaa…. Pertama adalah ini:

Berilmu Sebelum Mendidik

Tentunya kita tidak mau anak-anak belajar hal atau dari orang yang salah. Agar anak-anak bisa berilmu dengan benar mengenai shalat dan amar ma’ruf nahi munkar, maka kita sebagai orang tua perlu berilmu. Umar bin ‘Abdul ‘Aziz mengatakan,

مَنْ عَبَدَ اللهَ بِغَيْرِ عِلْمٍ كَانَ مَا يُفْسِدُ أَكْثَرَ مِمَّا يُصْلُحُ

Barangsiapa yang beribadah pada Allah tanpa ilmu, maka ia akan membuat banyak kerusakan dibanding mendatangkan banyak kebaikan.”

kurikulum homeschooling islami
“Mengikat Ilmu Dengan Tulisan” (Doc Pribadi)

Mendidik Tentang Shalat

Ilmu melakukan shalat yang benar sebagai ibadah perlu diberikan sejak dini, justru sebelum anak diperintahkan shalat. Mengajari anak rukun-rukun shalat, misalnya, akan membuat anak tahu bahwa jika rukun ini tidak dilakukan, maka shalatnya tidak sah. Perintah shalat itu datang pada usia 7 tahun sedangkan memukul anak yang tidak shalat itu ada pada usia 10 tahun. Ada jarak 3 tahun untuk membiasakan shalat di awal waktu (dan di masjid bagi anak laki-laki), bukan? Jika waktu yang tidak sebentar ini dimanfaatkan, maka sebenarnya tidak akan ada pukulan, insya Allah.

Mendidik Shalat Sebelum Usia 7 Tahun?

Memang anak belum diperintahkan shalat sebelum usia 7 tahun. Tapi, inilah masa keemasan tuntuk memberikan keteladanan, ajakan, dan ilmu yang akan dipakainya seumur hidup ini. Cara terjitu adalah doa di waktu-waktu mustajab agar Allah yang langsung menggerakkan hati mereka.

Komunitas Homeschooling
Mosqueschooling Komunitas Homeschooling

Selain itu, untuk menumbuhkan cinta dalam beribadah kepada Rabb-nya bisa dilakukan melalui kisah-kisah shahih. Kenalkan pula nash-nash mengenai keutamaan shalat, misalnya hadits shalat fajr yg lebih utama dr seisi dunia, untuk menyentuhkan rahmat Allah yang luas kepada anak. Menumbuhkan cinta juga bisa dengan reward, tapi pastikan mengiringi dengan ilmu diin, agar tdk terjerumus ke dalam hedonisme. Jangan termakan dengan ide ‘reward is bribing‘ (imbalan adalah menyuap) dari ilmu-ilmu parenting masa kini. Noooo… ulama dan generasih shalih terdahulu telah lama melakukan ini dalam mendidik generasi Islam terbaik dan telah terbukti hasilnya. Asal ingat: memberi imbalan pun perlu diin ilmu diin yang cukup.

Berikutnya adalah pembiasaan bangun pagi yang bisa dilakukan saat usia dini. Untuk anak laki-laki bisa mulai diajak ke masjid, sambil mengingatkan mereka tentang adab di masjid. INGAT: JANGAN DITINGGAL! Karena ada hak jamaah lain yang harus dipenuhi dan adab yang harus diajarkan. Sementara itu, anak perempuan diajarkan keutamaan shalat di rumah. Jamaah bisa dilakukan bersama ibu atau saat shalat sunnah bersama ayahnya. Masya Allah, tenyata inilah hikmah hadits shalat sunnah di rumah kecuali shalat wajib.

Selanjutnya adalh tentang ajakan yang positif. Kalimat  seperti “Adik mau shalat?” insyaAllah akan menanamkan keinginan dan doa. Hindari kata pilihan NEGATIF seperti “Adik mau shalat, NGGAK?”  Bagaimana jika mereka memilih tidak mau shalat? Hindari mengiyakan ketidak mauannya (meskipunidak boleh memaksakannya ya). Coba ucapkan kata-kata ekspektasi seperti “Oh, adik mau ikut shalat berikutnya ya” misalnya. Meski bisa jadi berikutnya kejadiannya sama, tapi lagi-lagi kata-kata orang tua bisa menjadi doa yang mustajab.

Dan terakhir, mengenai pemberian teladan. Hal ini tidak cukup dengan mencontohkan, tapi juga memerlukan komunikasi yang baik, ceria, dan tanpa beban. Contohnya saat adzan, ucapkan “Wah, adzan. Wudhu yuk. Ke masjid yuk.” dan yang semacamnya. Begitu pula saat safar. Sebisa mungkin yang dicari pertama kali adalah lokasi masjid atau musholla. Insya Allah keteladanan dan pembiasaan ini akan menumbuhkan cinta.

Mendidik Amar Ma’ruf Nahi Munkar dan Menjalani Dengan Kesabaran

Tentunya hal ini pun memerlukan ilmu. Salah satunya adalah ilmu melakukannya dengan sikap lembut, seperti sabda Rasulullullah dalam hadits riwayat Muslim no. 2594.

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha,

إِنَّ الرِّفْقَ لاَ يَكُونُ فِى شَىْءٍ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَ يُنْزَعُ مِنْ شَىْءٍ إِلاَّ شَانَهُ

Sesungguhnya jika lemah lembut itu ada dalam sesuatu, maka ia akan senantiasa menghiasanya. Jika kelembutan itu hilang, maka pastilah hanya akan mendatangkan kejelekan.

Selain itu juga ada hadits mengenai memberikan nasihat secara diam-diam dan beberapa ilmu lain yang mengiringi tindakan amar ma’ruf nahi munkar ini. Karena itu, mendampingi anak ketika mengamalkan menjadi hal yang sangat baik. 

Membersamai anak menjadi penting karena hal ini insyaAllah dapat membentuk kesabaran mereka. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Al Amru bil Ma’ruf wan Nahyu ‘anil Mungkar, Mawqi’ Al Islam, mengatakan,

Setiap orang yang ingin melakukan amar ma’ruf nahi mungkar pastilah mendapat rintangan. Oleh karena itu, jika seseorang tidak bersabar, maka hanya akan membawa dampak kerusakan daripada mendatangkan kebaikan.”

Menyisir Sampah Tahun Baru Masehi di Taman Kota Bersama Komunitas HS Muslim
“Pagi Hari 1 Januari 2016 M Saat Menyisir Sampah Tahun Baru di Taman Kota Bersama Komunitas HS Muslim” (Dok. Pribadi)

Kesabaran ini tidak semudah mengucapkannya. Kita pun sebagai orang dewasa sulit melakukannya, apalagi anak-anak. Karena itu membersamai anak dan mengingatkan mereka mengenai kesabaran setelah melakukan amal ma’ruf nahi munkar itu adalah pilihan yang tepat. Selama kita ada, akan ada bahu bagi mereka untuk tempat bersandar dan tangan kita untuk memeluk. Akan ada tepukan kita di dada mereka untuk memberi semangat dan senyuman untuk menguatkan. Jadi, hadirkan diri hingga mereka bisa menguatkan diri sendiri dan bersabar dengan gangguan.

Jangan takut dengan stempel, “Anak nempel”, “Ga berani lepas”, atau yang semacamnya. Bukankah Ibnu Abbas mendapatkan nasihat berharga saat dibonceng Rasulullah? Insya Allah akan ada saatnya anak akan mengepakkan sayap dengan lebih berani, dengan cara yang benar dan lebih sabar.

Sila klik tautan untuk landasan pendidikan rumah yang lainnya:

[LANDASAN #1] MEMILIH VISI DAN MISI

[LANDASAN #2] TANAMKAN TAUHID

[LANDASAN #3] ADAB DAN AKHLAK KEPADA ORANG TUA

[LANDASAN #4] AUTO-PILOT HOMESCHOOL

[LANDASAN #5] MURAQABAH

[LANDASAN #6] AMAL MA’RUF NAHI MUNKAR DAN SABAR

[LANDASAN #7] MENDIDIK KOMUNIKATOR YANG TAWADHU

Sumber:

“Begini Seharusnya Menjadi Guru” oleh Fu’ad bin Abdul Aziz asy-Syalhub,  terbitan Darul Haq,  1433 H

Nasehat Akhlak dari Lukman pada Anaknya

3 Bekal Amar Maruf Nahi Mungkar

Pesan-Pesan Luqman

mendidik adab kepada anak
Homeschooling Starter Kit, Landasan Homeschooling Islam

[Landasan Pendidikan Rumah #5] Muraqabah

“Character is doing what’s right when nobody is looking” – Karakter adalah melakukan hal yang benar meskipun tidak ada yang melihat – Ungkapan J.C Watts ini sering disematkan pada pendidikan karakter yang didengung-dengungkan beberapa saat lalu. Kalimat Kami pun sempat memiliki frame yang sama hingga hidayah sunnah menyapa dan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dalam hati kecil kami. Benarkah tidak ada yang melihat? Benarkah manusia sanggup tidak menisbatkan pada apapun, termasuk popularitas dan nama baik, ketika melakukannya? Bukankah fitrah manusia mengharapkan sesuatu dan berharap dilihat oleh yang maha melihat? Dalam perjuangan homeschooling ini, fitrah inilah yang berusaha kami tumbuhkan pada jiwa anak-anak agar kuat mengakar: muraqabah. Merasa diri selalu diawasi oleh Allah.

Dua Tahap Sebelum Muraqabah

Ada dua tahap yang perlu dilakukan orang tua dalam keseharian bersikap dan dalam mendidik anak, sebelum muraqabah. Tahap tersebut adalah muhasabah dan musyarathah.

1. Muhasabah

Muhasabah adalah melakukan instropeksi diri setelah melakukan sesuatu. Dengan muhasabah, berarti kita menggunakan akal untuk menghisab diri mengenai kesalahan-kesalahan dan dosa-dosa yang kita perbuat. Seorang muslim yang meyakini adanya hari kiamat tentunya tahu pentingnya menghisab diri sebelum dihisab. Telah banyak diutarakan dalam Al Qur’an mengenai hal ini, seperti Qur’an surat Ali-Imran ayat 30, Al-Anbiyaa’ ayat  47, dan QS. Al-Kahfi ayat 49. Manusia perlu bermuhasabah karena ketidak sempurnaannya. Ketika iman itu naik, seorang mukmin dapat mudah sekali melakukan ketaatan. Namun ketika iman itu lemah, kita dapat tergoda untuk jatuh dalam kesalahan.

 Ini pula seharusnya yang menjadi sandaran ketika mendidik. Sebagaimana kita tahu, sebagai orang tua, kita tercipta tidak sempurna. Karena itu, ketika mereka melakukan kesalahan, kita mengingatkan diri bahwa anak-anak, sebagaimana kitaaa, adalah manusia. Setelah menyadari itu (seharusnya) segalanya menjadi lebih mudah insyaAllah. Kita tahu ekspektasi yang seharusnya. Tidak menganggap sebuah kesalahan itu akhir dunia. Yang kita pikirkan selanjutnya adalah bagaimana menggiring anak-anak untuk bermuhasabah dan menyadari kesalahan-kesalahan mereka.

2. Musyarathah

Langkah kedua adalah musyarathah. Kata ini berasal dari kata syaaratha-yusyaarithu yang  artinya saling memberikan syarat. Setiap manusia yang mempercayai akhirat akan bersungguh-sungguhlah untuk mencapainya. Konsekuensinya adalah menguatkan kesungguhan dalam ketaatan, termasuk bersungguh-sungguh dalam mengawasi jiwa kita sendiri. Kita sendirilah yang berusaha memperketat tindakan dan pikiran kita.

Dalam keseharian, langkah kedua ini memang sungguh menantang. Oh yaaa, sebagai seorang Ibu yang berjuang mendidik di tengah pekerjaan rumah yang menumpuk, masalah-masalah kecil yang meminta diselesaikan… ini memang tidak mudah. Tapi…

Ibnul Qoyyim berkata: Bahwa asal dari kebaikan itu dari pikiran, dan asal dari keburukan itu berasal dari pikiran pula.

Maka, jika kita (orang tua) berpikir tentang keburukan, maka akan menimbulkan niat-niat yang buruk. Jika kita berpikir sulit, maka itulah yang dirasakan. Dan sebaliknya, jika yang dipikirkan adalah kebaikan, maka hanya niat-niat baik yang akan muncul. Bukankah kita ingin menjadi contoh bagi anak-anak?

Setelah kita mampu menguatkan diri, langkah berikutnya adalah membantu anak-anak memberi syarat untuk jiwa-jiwa mereka. Bagaimana caranya agar melakukan segala syariat dengan sekuat tenaga. Bersungguh-sungguh menjaga gerakan, ucapan, hingga pikiran agar tetap melakukan hal-hal yang baik. Jangan lelah mengingatkan mengenai syarat-syarat sebagai muslim ini, selama status mereka masih anak-anak kita… hingga jiwa kita terpisah dari raganya.

Lalu  Selanjutnya: Muraqabbah

Tahap berikut setelah memberikan syarat kepada diri (musyarathah), seorang muslim perlu mengawasi jiwa-jiwa mereka. Dan karena itu, seorang muslim perlu ‘menghadirkan’ keagungan Allah di hatinya. Allah Ta’ala berfirman,

يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ

“(Luqman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui” (QS. Luqman: 16).

 Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Ini adalah wasiat yang amat berharga yang Allah ceritakan tentang Lukman Al Hakim supaya setiap orang bisa mencontohnya … Kezholiman dan dosa apa pun walau seberat biji sawi, pasti Allah akan mendatangkan balasannya pada hari kiamat ketika setiap amalan ditimbang. Jika amalan tersebut baik, maka balasan yang diperoleh pun baik. Jika jelek, maka balasan yang diperoleh pun jelek” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 11: 55).

Diambil dari situs rumaysho.com, disebutkan mengapa Lukman mengeluarkan nasihat tersebut.  Diceritakan oleh para ulama dengan dua tafsiran:

1. Anak Lukman berkata pada ayahnya, bagaimana jika suatu di bawah dasar laut, apakah Allah juga mengetahuinya? Maka Lukman menjawab dengan ayat ini. Demikianlah tafsiran dari As Sudi.

2. Anak Lukman berkata pada ayahnya, bagaimana jika aku melakukan suatu dosa lantas tidak ada seorang pun yang melihatnya, bagaimana Allah bisa mengetahuinya? Lalu keluarlah jawaban Lukman seperti ayat di atas. Demikian pendapat Maqotil. (Lihat Zaadul Masiir, 6: 321).

Semoga setelah menghujamkan kepada diri mengenai hal ini, kita akan menjadi lebih berhati-hati dalam melakukan segala hal. Dalam mendidik anak pun, penanaman muraqabah insyaAllah dapat membuat mereka takut kepada Allah di mana pun mereka berada. Lebih berhati-hati dalam bertindak, meski ketika orang tuanya tiada.

Kita bisa melakukan diskusi dengan anak-anak untuk menajamkan sifat ini. Mempertanyakan setiap niat yang mereka miliki setiap ingin melakukan sesuatu, bukan hanya karena ‘mau’ atau menuruti ‘passion’ yang cenderung dipengaruhi hawa nafsu. Tanyakan hal-hal penting, terutama berkaitan dengan aqidah. Adakah sedikit saja niat yang bukan karena Allah? Adakah sesuatu hal dalam pilihan mereka yang bertentangan dengan hukum-hukum Allah, meskipun hanya sedikiiiit saja?

Jika anak terbiasa menerima dan mendiskusikan pilihan-pilihan mereka dengan menyandarkan pada syariat, insyaAllah mereka bisa terjaga dengan pilihan-pilihan yang sehat. Tujuan anak-anak pun bukan hanya sekedar ‘melakukan hal yang benar saat tidak ada yang melihat’. Tapi melakukan hal yang benar di mata Allah, saat tidak dilihat. Bahkan, melakukannya di tengah kemungkaran dimana banyak yang melihat namun tidak menyetujui kebaikan yang dilakukan.

Sungguh… hanya Allah sebaik-baik pemberi balasan. Semoga kita dimudahkan mendidik buah hati melalui jalan ini.


Tulisan ini merupakan bagian dari seri…

LANDASAN PENDIDIKAN RUMAH BAGI MUSLIM

[LANDASAN #1] MEMILIH VISI DAN MISI

[LANDASAN #2] TANAMKAN TAUHID

[LANDASAN #3] ADAB DAN AKHLAK KEPADA ORANG TUA

[LANDASAN #4] AUTO-PILOT HOMESCHOOL

[LANDASAN #5] MURAQABAH

[LANDASAN #6] AMAL MA’RUF NAHI MUNKAR DAN SABAR

[LANDASAN #7] MENDIDIK KOMUNIKATOR YANG TAWADHU

cara memulai homeschooling
Homeschooling Starter Kit, Landasan Homeschooling Islam

[Landasan Pendidikan Rumah #4] Auto Pilot Muslim Homeschool

***Menuju Auto-Pilot Muslim Homeschool***

Semua pakar parenting pasti setuju kalau keteladanan orang tua adalah kunci pengasuhan yang paling utama. Tapi, bagaimana ketika orang tua khilaf atau malah sama sekali melenceng dari visi dan misi awal? Atau malah kita – sang orang tua wal – iyadzubillah, adalah pembawa keburukan ke dalam rumah? Ternyata, Islam memiliki jawabannya.

Menyadarkan Anak Bahwa Orang Tua Juga Seorang Hamba

Allah Ta’ala berfirman,

وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan” (QS. Lukman: 15).

Dan karena orang tua adalah seorang hamba Allah, maka bagi mereka juga berlaku syariat-syariat yang sama. Karena itu, sangat penting untuk memahamkan kepada anak bahwa mereka melakukan sesuatu bukan hanya karena ‘kita yang suruh’. Kalaupun alasannya karena ‘kita yang suruh’, sangat penting memberikan pengertian kepada anak bahwa dengan melakukan itu, ia akan mendapat ridho Allah melalui ridho orangtuanya.

Kenapa bukan hanya karena ‘kita yang suruh’? Karena anak-anak perlu memahami sesuai usia bahwa segala ibadah yang dilakukan harus berdasarkan syariat. Karena mereka perlu mempelajari bahwa muamalah yang dilaksanakan juga berdasarkan lingkaran hukum-hukum Allah.

Dengan terus melakukan hal ini sampai pada derajat sami’na wa atho’na (saya dengar dan saya kepada hukum Allah) insya Allah akan mengantarkannya pada apa yang diidamkan-idamkan orangtua homeschoolers selama ini: an auto-pilot muslim homeschool. 

p_20160417_142725.jpg

Tenaga Auto Pilot itu Bernama Al Qur’an dan As Sunnah

Bayangkan jika seorang anak yang belajar bersama orang tuanya tidak menyadari urgensi ayat di atas. Apa reaksinya ketika orang tuanya tidak ada atau ternyata orang tua benar-benar berperilaku di luar apa yang telah ia pelajari selama ini.

Oh, yes parents.. we are humans. Me do make mistakes. 

Bisa jadi yang menjadi reaksi adalah bingung. Atau, bisa jadi anak-anak itu malah menjadi musuh bagi orang tuanya. Mereka menjadi singa yang mengaum kepada orang tuanya yang berbuat kesalahan.

Oh my.. sounds familiar?

Bukankah banyak yang pertanyaan-pertanyaan di kajian mengenai ‘Orang tua saya belum mengenal sunnah Ustadz’ apa yang harus saya lakukan?”

Oh yaaa… sudah banyak peristiwa orang yang sudah ‘mengaji’ lalu menyeret orangtua yang masih belum tersentuh hidayah sunnah dengan cara yang tidak baik. Dari mulai mengajak mengaji dengan perkataan yang merendahkan hingga sikap yang menyakiti mereka. Yaaa Raabb…. Seakan-akan hidayah itu dia yang memetiknya sendiri tanpa campuh tangan Allah!

Bukankah dalam ayat di atas terdapat klausa ‘dan pergauliah keduanya dengan baik?’ 

Ayat itu tidak turun setengah saja melainkan utuh, bahkan terkait dengan ayat-ayat lain mengenai birrul walidain.

Dalam tafsirnya, Ibnu Katsir rahimahullah berkata mengenai ayat di atas,

“Jika kedua orang tua memaksamu agar mengikuti keyakinan keduanya, maka janganlah engkau terima. Namun hal ini tidaklah menghalangi engkau untuk berbuat baik kepada keduanya di dunia secara ma’ruf (dengan baik)” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 11: 54).

Syaikh As Sa’di rahimahullah dalam situs ini menerangkan,

“Janganlah engkau menyangka bahwa taat kepada keduanya dalam berbuat syirik adalah bentuk ihsan (berbuat baik) kepada keduanya. Karena hak Allah tentu lebih diutamakan dari hak yang lainnya. Tidak ada ketaatan dalam bermaksiat pada al Kholiq (Sang Pencipta)”.

Allah Ta’ala tidaklah mengatakan: Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka durhakailah keduanya. Namun Allah Ta’ala katakan, janganlah mentaati keduanya, yaitu dalam berbuat syirik. Adapun dalam berbuat baik pada orang tua, maka tetap ada. Karena selanjutnya Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “pergaulilah keduanya di dunia dengan baik”. Adapun mengikuti mereka dalam kekufuran dan maksiat, maka jangan” (Taisir Al Karimir Rahman, 648).

Ya, anak perlu mengenal ayat ini (dengan pemahaman mereka) secara utuh. Mereka perlu menyadari bahwa orang tua dapat berbuat kesalahan namun perlu diingatkan dengan cara yang ahsan untuk kembali merih surga bersama-sama. Anak perlu mempelajari dan memahami adab dan akhlak kepada orang tua.

Kenapa?

Karena kita tidak tahu hingga kapan hidayah ini akan ada terus bersama kita. Sebagaimana kita pun tidak bisa menjamin fisik kita bisa terus menemani mereka esok hari. Bukankah kita selalu meminta untuk terus istiqomah memegang hidayah ini melalui surat Al Fatihah?

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ

Tunjukilah kami jalan yang lurus [Al-Fatihah:6]

Jadi, jangan kuatir. InsyaAllah program auto pilot itu bisa aktif menyala selama anak-anak terus dipahamkan kepada apa siapa kita bersandar. InsyaAllah.

***menulis adalah mengingatkan diri***


Tulisan ini merupakan bagian dari seri…

LANDASAN PENDIDIKAN RUMAH BAGI MUSLIM

[LANDASAN #1] MEMILIH VISI DAN MISI

[LANDASAN #2] TANAMKAN TAUHID

[LANDASAN #3] ADAB DAN AKHLAK KEPADA ORANG TUA

[LANDASAN #4] AUTO-PILOT HOMESCHOOL

[LANDASAN #5] MURAQABAH

[LANDASAN #6] AMAL MA’RUF NAHI MUNKAR DAN SABAR

[LANDASAN #7] MENDIDIK KOMUNIKATOR YANG TAWADHU

cara mendidik anak dalam islam
Homeschooling Starter Kit, Landasan Homeschooling Islam, Parenting

[Landasan Pendidikan Rumah #3] Adab Kepada Orang Tua

Fondasi terpenting yang membuat kami memilih homeschooling adalah menerapkan pentingnya birrul walidain. Banyak nasihat yang dulu belum kami terapkan. Contohnya saja, sikap-sikap seperti memotong ucapan orang tua, mendahulukan dunia daripada orang tua, hingga memamerkan pengetahuan di hadapan orang tua sebelum diijinkan yang dulu saya anggap sebagai ‘sikap aktif, lucu, berani, dan menggemaskan’. Ah… ternyata saya… salah. 😦

Tergugah Sebuah Kisah

Adalah kisah Haiwah bin Syarih yang menyadarkan saya tentang hal ini. Beliau, seorang imam kaum muslimin, sedang duduk dalam majelis untuk mengajarkan ilmu. Lalu, beliau BERANJAK MENINGGALKAN MAJELIS untuk menuruti ibunya yang memanggil, “Berdirilah wahai Haiwah, beri makan ayam-ayam itu!”

Bayangkan. Sebuah majelis! Di hadapan murid-muridnya, beliau memilih menuruti ibunya untuk memberi makan ayam!

“Ah, anak jaman sekarang mah mana maaau!” mungkin begitu tanggapan kita. Kiiitaaa? Saya aja kali. Sikap saya dulu begitu karena belum tahu bahwa kita bisa menanamkan kepada Anak-anak adab-adab dan akhlak mulia ini. Bisa, insya Allah, setelah memahami urgensi serta cara menanamkannya.

Pentingnya Berbakti

Allah Ta’ala berfirman,

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu” (QS. Lukman: 14).

Yang dimaksud ihsan dalam ayat di atas yaitu menyampaikan setiap kebaikan kepada keduanya semampu kita dan bila memungkinkan mencegah gangguan kepada keduanya. Menurut Ibnu ‘Athiyah, kita juga wajib mentaati keduanya dalam hal-hal yang mubah (yang diperbolehkan syari’at), dan harus mengikuti apa-apa yang diperintahkan keduanya dan menjauhi apa-apa yang dilarang (selama tidak melanggar batasan-batasan Allah ‘Azza wa Jalla).

Sedangkan ‘uququl walidain adalah gangguan yang ditimbulkan seorang anak terhadap keduanya, baik berupa perkataan maupun perbuatan. Contoh gangguan berupa perkataan, yaitu mengucapkan “ah” atau “cis”, berkata dengan kalimat yang keras atau menyakitkan hati, menggertak, mencaci maki dan lain-lain. Sedangkan yang berupa perbuatan adalah berlaku kasar, seperti memukul dengan tangan atau kaki bila orang tua menginginkan sesuatu atau menyuruh untuk memenuhi keinginannya, membenci, tidak mempedulikan, tidak bersilaturrahim, atau tidak memberi nafkah kepada kedua orang tuanya yang miskin. (Sumber)

Penanaman Konkret Adab Kepada Orang Tua

Ada beberapa cara yang kami coba terapkan setelah menerima ilmu ini. Penuh ups and down tentunya. Tapi, alhamdulillah. Setelah setahun menerapkannya dalam pendidikan rumah, kami melihat banyak sekali perubahan nyata dalam sikap anak-anak. Berikut beberapa di antaranya:

1. Lemah lembut dalam Sikap &Tutur Kata

Allah berfirman di dalam surat Al-Isra’ ayat 23.

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا

“Dan Rabb-mu telah memerintahkan kepada manusia janganlah ia beribadah melainkan hanya kepadaNya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya. Dan jika salah satu dari keduanya atau kedua-duanya telah berusia lanjut disisimu maka janganlah katakan kepada keduanya ‘ah’ dan janganlah kamu membentak keduanya” [Al-Isra : 23]

 

Pertanyaannya: apakah hal ini bisa ditanamkan semenjak kecil? Ya, insyaAllah bisa. Dengan membedakan suara saat berbicara dengan teman dan orang tua. Dan ketika anak meninggikan suara saat berbicara, sebaiknya kita yang tenang. Minta ia mengulang dengan tone yang lebih rendah.

2. Merendahkan Diri di Hadapannya

Allah berfirman di dalam surat Al-Isra’ ayat 24.

وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا

“Dan katakanlah kepada keduanya perkataan yang mulia dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang. Dan katakanlah, “Wahai Rabb-ku sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangiku di waktu kecil” [Al-Isra : 24]

Ini bisa kita terapkan ketika anak melewati tahap egosentrisnya. Sekiranya usia 7 tahun. Misalkan, ketika anak mendapatkan keberhasilan, kita selalu menisbatkannya kepada Allah. Tentu kita memberikan apresiasi, namun jangan lupa mengucapkan MasyaAllah dan Barakallahu fiik. Bacakan kisah-kisah shahih penggugah jiwa sebagai contoh akhlak yang baik seperti ini. Selanjutnya, terus mengingatkan mereka untuk melakukannya.

3. Tidak Mendahului Dalam Berkata

Dalam pendidikan sekarang ini, terdapat sebuah pendapat bahwa anak yang ‘berani mengemukakan pendapat’ di hadapan orang yang lebih tua adalah hal yang baik. Bahkan, sikap seperti itu dianggap kritis. Oh, yaaa… dulu saya juga menganggap begitu karena ketidak tahuan saya. Hingga saya menemukan sebuah riwayat mengenai Abdullah bin Umar radhiallahu’anhu dalam menerapkan adab ini.

Beliau berkata:

كنَّا عندَ النَّبيِّ صلَّى اللهُ عليْهِ وسلَّمَ فأتيَ بِجُمَّارٍ، فقالَ: إنَّ منَ الشَّجرةِ شجَرةً، مثلُها كمَثلِ المسلِمِ ، فأردتُ أن أقولَ: هيَ النَّخلةُ، فإذا أنا أصغرُ القومِ، فسَكتُّ، فقالَ النَّبيُّ صلَّى اللهُ عليْهِ وسلَّمَ: هيَ النَّخلةُ

kami pernah bersama Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam di Jummar, kemudian Nabi bersabda: ‘Ada sebuah pohon yang ia merupakan permisalan seorang Muslim’. Ibnu Umar berkata: ‘sebetulnya aku ingin menjawab: pohon kurma. Namun karena ia yang paling muda di sini maka aku diam’. Lalu Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam pun memberi tahu jawabannya (kepada orang-orang): ‘ia adalah pohon kurma’” (HR. Al Bukhari 82, Muslim 2811).

Umar saat itu tahu jawabannya. Tapi, apa yang ia lakukan? DIAM. He didn’t take the moment (to show-off). Dan itu: adab.

Kita bisa memahamkan ini kepada anak-anak, insyaAllah. Saat mereka seperti akan menyela pembicaraan, kita bisa meminta mereka menunggu sampai kita selesai berbicara lalu tanyakan “Tadi kamu mau bicara apa, Sayang?”

Jika sudah terbiasa dengan adab ini, insyaAllah kita cukup mengingatkan mereka dengan isyarat, tanpa bicara. Oh ya… pastikan kita juga melakukan hal yang sama agar menjadi contoh adab bagi anak-anak kita. 🙂

4. Mendoakan Kedua Orang Tua

Dalam ayat 24 surat Al Isra di atas juga disebutkan adab untuk mendoakan kedua orang tua. Membiasakan anak untuk melakukannya di saat-saat doa diijabah atau saat kita terhimpit kesulitan insya Allah akan membuat anak terbiasa melakukannya. Semoga kita juga tidak lalai mendoakan orang tua agar menjadi contoh bagi anak-anak yaaa.

5. Mencium Tangan Orang Tua

Membiasakan anak dan diri mencium tangan orang tua adalah bentuk penghormatan dan kasih sayang. Aisyah radhiyallahu’anha menceritakan kasih sayang yang terjalin antara Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam dengan putrinya; Fathimah radhiyallahu’anha,

“وَكَانَتْ إِذَا دَخَلَتْ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَامَ إِلَيْهَا فَقَبَّلَهَا وَأَجْلَسَهَا فِي مَجْلِسِهِ، وَكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ عَلَيْهَا قَامَتْ مِنْ مَجْلِسِهَا فَقَبَّلَتْهُ وَأَجْلَسَتْهُ فِي مَجْلِسِهَا”.

“Bahwa Fatimah bila berkunjung kepada Nabi shallallahu’alaihiwasallam, maka beliaupun berdiri menghampirinya dan menciumnya lalu mempersilahkannya untuk duduk di tempat duduknya. Dan Nabi shallallahu’alaihiwasallam apabila mengunjunginya, Fatimah juga bangkit dari tempat duduknya lalu menciumnya serta mempersilahkannya untuk duduk di tempat duduknya”. HR. Tirmidzy dan dinilai sahih oleh al-Hakim juga adz-Dzahaby.

Sebenarnya, masih banyak adab-adab dan akhlak mulia lain yang diajarkan seperti membantu meringankan pekerjaan mereka,  tidak memanggil orang tua dengan namanya, menjaga nama baik orang tua, memuliakan kerabat dan teman mereka, memberi nafkah pada mereka bila mampu, menziarahi makamnya bila telah wafat, dan masih banyak adab yang lainnya. Semoga dimudahkan untuk meneruskannya dalam tulisan berikutnya sebagaimana tulisan ini adalah lanjutan seri sebelumnya. Semoga bermanfaat.


 

Tulisan ini merupakan bagian dari seri…

LANDASAN PENDIDIKAN RUMAH BAGI MUSLIM

[LANDASAN #1] MEMILIH VISI DAN MISI

[LANDASAN #2] TANAMKAN TAUHID

[LANDASAN #3] ADAB DAN AKHLAK KEPADA ORANG TUA

[LANDASAN #4] AUTO-PILOT HOMESCHOOL

[LANDASAN #5] MURAQABAH

[LANDASAN #6] AMAL MA’RUF NAHI MUNKAR DAN SABAR

[LANDASAN #7] MENDIDIK KOMUNIKATOR YANG TAWADHU

kurikulum homeschooling
Homeschooling Starter Kit, Landasan Homeschooling Islam, Parenting

[Landasan Pendidikan Rumah #2] Tanamkan Tauhid dan Aqidah

Jika ditanyakan tentang tujuan, visi, misi, kurikulum homeschooling, seharusnya ya tidak jauh dengan kurikulum pendidikan kehidupan seorang muslim. Ada urutan pembelajaran yang telah tersedia untuk orang tua Muslim agar tidak galau melangkah dalam mendidik, seperti yang pernah saya tulis di sini. Jadi, seharusnya kita tidak perlu takut ketika mendapat pertanyaan, “Kalau orang tuanya meninggal, bagaimana anak yang homeschooling itu?” Ingatkah perjalanan Nabi Khidr yang tetiba membetulkan dinding rumah yang hampir ambruk dalam surat Al Kahf, yang ternyata adalah rumah seorang Yatim? Allah yang menjaga anak yang memiliki orang tua yang shalih itu, agar ketika dewasa si anak bisa memanfaatkan harta yang terpendam di dalamnya. Dongeng? Bukaaan. Ini ada dalam Al Qur’an. Para ahli tafsir menyebutkan bahwa Allah akan menjaga keturunan seseorang yang shalih, walaupun sang orang tua telah meninggal dunia. Jadi bagaimana? Apa yang menjadi urutan pertama kurikulum pendidikan rumah?

Inilah Landasan Pendidikan Rumah #2

Tulisan ini adalah kelanjutan dari tulisan saya sebelumnya dalam seri Landasan Homeschooling Islami yang diambil dari suart Luqman. Untuk landasan kedua, diambil dari ayat berikut…

Allah Ta’ala berfirman,

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”.” (QS. Lukman: 13).

Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Lukman menasehati anaknya yang tentu amat ia sayangi, yaitu dengan nasehat yang amat mulia. Ia awali pertama kali dengan nasehat untuk beribadah kepada Allah semata dan tidak berbuat syirik kepada Allah dengan sesuatu apa pun.”

Aplikasi Nyata Pendidikan Tauhid

Lalu, bagaimana konkritnya? Jangan kuatir, telah ada contoh dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk menanamkan aqidah.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam At-Tirmidzi dengan sanad yang hasan. Ibnu Abbas, nak paman Nabi, Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma bercerita,

“Pada suatu hari aku pernah berboncengan di belakang Nabi (di atas kendaraan), beliau berkata kepadaku: “Wahai anak, aku akan mengajari engkau beberapa kalimat: Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya engkau akan dapati Allah di hadapanmu. Jika engkau memohon, mohonlah kepada Allah. Jika engkau meminta tolong, minta tolonglah kepada Allah. Ketahuilah. kalaupun seluruh umat (jin dan manusia) berkumpul untuk memberikan satu pemberian yang bermanfaat kepadamu, tidak akan bermanfaat hal itu bagimu, kecuali jika itu telah ditetapkan Allah (akan bermanfaat bagimu). Ketahuilah. kalaupun seluruh umat (jin dan manusia)berkumpul untuk mencelakakan kamu, tidak akan mampu mencelakakanmu sedikitpun, kecuali jika itu telah ditetapkan Allah (akan sampai dan mencelakakanmu). Pena telah diangkat, dan telah kering lembaran-lembaran”.

Semua hal yang disebutkan Rasulullah kepada Ibnu Abbas di atas tidak lain dan tidak bukan adalah penanaman tauhid. Salah satu hal terpenting ketika anak bertanya, “Allah dimana, Ummi?” ya kita jawab sesuai apa yang ada dalam Al Qur’an surat Thaha ayat 5 “Ar-Rahman beristiwa di atas ‘Arsy” 

Dimana makna istiwa adalah tinggi dan meninggi terdapat dalam riwayat Al-Bukhari dari tabi’in.

Begitu pula dari hadits riwayat Muslim dan Abu Daud:

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada seorang budak wanita, “Dimana Allah?”. Budak tersebut menjawab, “Allah di langit”. Beliau bertanya pula, “Siapa aku?” budak itu menjawab, “Engkau Rasulullah”. Rasulllah kemudian bersabda, “Bebaskan dia, karena sesungguhnya dia adalah wanita mu’minah”. 

Apa yang Pernah Kami Alami

Setahun homeschooling bukan sebentar yaaa.. tapi belum lama juga sih. Namun, alhamdulillah, kami bersyukur telah Allah pilih untuk mendapatkan hidayah sunnah dan ilmu tentang tauhid. Ya, aqidah yang lurus.

Bukan sekali atau dua kali kami menemukan diri tercenung dengan dahsyatnya penghambaan dan penyerahan diri anak-anak kepada Allah. Katakanlah, ketika mereka sangaaaat menginginkan sesuatu. Sangat jarang sekali mereka meminta sesuatu (yang mahal) dengan redaksi, “Umi, aku ingin ini.” Tapi, mereka menggantinya dengan kalimat seperti, “Umi, kalau Allah kasih rizki lewat Umi, boleh beli ini?” dan diskusi pun berlanjut dengan kemanfaatan yang mereka mau itu.

Atau seperti gambar di bawah ini.

p_20170105_231156_1.jpg
Menulis di kaca rias untuk dibangunkan di sepertiga malam

.

Anak-anak, masyaAllah, meminta langsung kepada Allah di sepertiga malam setelah tahu hadits Rasulullah bahwa Allah turun ke langit dunia pada setiap sepertiga malam terakhir ini. For every wish they know their parents could not afford!

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Rabb kita Tabaraka wa Ta’ala turun ke langit dunia pada setiap malam yaitu ketika sepertiga malam terakhir, (kemudian) Dia berfirman, ‘Barang siapa berdoa kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan, barang siapa meminta kepada-Ku, niscaya akan Aku berikan, dan barang siapa memohon ampun kepada-Ku, niscaya akan Aku ampuni.’”

Hadits ini dinukil dengan sanad yang shahih dari generasi ke generasi dan mencapai derajat mutawatir, karena hadits ini diriwayatkan dari sejumlah sahabat Nabi. (klik untuk sumber)

Begitu pula ketika mereka tidak mendapatkan apa yang mereka mau. Atau, ketika mereka tetiba mendapatkan apa yang telah lama mereka idamkan dan tidak mungkin dibelikan orang tuanya. Tauhid. Ya, landasan inilah yang membuat perjalanan mendidik menjadi sangat dimudahkan Allah. A truly scientific way of parenting. Setidaknya, itu yang kami rasakan hingga detik ini. Anda boleh beda, kok. Pilihan dan konsekuensi ada di tangan masing-masing keluarga. 🙂

Tulisan ini merupakan bagian dari seri…

LANDASAN PENDIDIKAN RUMAH BAGI MUSLIM

[LANDASAN #1] MEMILIH VISI DAN MISI

[LANDASAN #2] TANAMKAN TAUHID

[LANDASAN #3] ADAB DAN AKHLAK KEPADA ORANG TUA

[LANDASAN #4] AUTO-PILOT HOMESCHOOL

[LANDASAN #5] MURAQABAH

[LANDASAN #6] AMAL MA’RUF NAHI MUNKAR DAN SABAR

[LANDASAN #7] MENDIDIK KOMUNIKATOR YANG TAWADHU

Landasan Homeschooling Islami
Homeschooling Starter Kit, Landasan Homeschooling Islam

[LANDASAN SEKOLAH RUMAH #1] MEMILIH VISI DAN MISI YANG TEPAT

Bismillah…

p_20160106_100514.jpgSetahun sudah menjalani homeschooling dan masih terus melakukan evaluasi. Alhamdulillah, landasan yang sudah dipilihkan Allah ini sangat sempurna. Ternyata benar, mendidik anak di atas pendidikan Islam akan membuat perjalanan mendidik menjadi sangat dimudahkan oleh Allah. Life skill atau kecakapan hidup yang harus diajarkan pertama kali dalam homeschooling Islami ini memang seharusnya dipenuhi. Kecakapan hidup ini berupa ilmu mengenai kewajiban, tujuan hidup, dan kesempurnaan tata cara beribadah sesuai Alquran dan sunnah sebagaimana disampaikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala :

“Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (QS. At Tahrim: 6)

Mencari Landasan Homeschooling Bagi Muslim

Terkadang orang tua bingung dalam mencari visi dan misi pendidikan keluarganya. Padahal, jika ilmu diin dikuasai, maka sungguh orang tua tidak perlu bingung lagi. Ternyata Al Qur’an saja bahkan telah melengkapi kita, para pendidik generasi Islam, dengan contoh mendidik dalam Al Qur’an. Inilah yang seharusnya menjadi landasan homeschooling Islami yang dijalankan oleh Muslim. Semua visi misi pendidikan rumah telah dibawakan dalam surat khusus yang berkisah nasihat dari Luqman.

Siapakah Luqman?

Luqman menurut Ibnu ‘Abbas adalah budak dari Habasyah (Ethiopia dan sekitarnya). Sa’id bin Al Musayyib menyebutkan ciri-cirinya, yaitu berkulit hitam dari Sudan, bibirnya tebal dan kakinya pecah-pecah sebagaimana kata Mujahid. Luqman adalah qodhi dari Bani Isroil (Zaadul Masiir, 6: 318).

Lihatlah Allah meninggikan mereka yang berilmu tanpa memangdang warna kulitnya. Sungguh pendidikan seperti ini sangat murni dan menginspirasi, bukan?

Luqman pula merupakan seorang laki-laki yang dikaruniai ilmu agama dan kebenaran dalam ucapannya. Meski beliau membuat fatwa pada masa Nabi Dawud, beliau tidak malu meninggalkan fatwanya untuk menimba ilmu kepada Nabi Dawud. Itulah hikmah yang dianugerahkan Allah ta’ala kepada Luqman, seperti firman-Nya:

Landasan Homeschooling Islami

وَلَقَدْ آَتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ

Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Luqman…”. (QS. Lukman: 12)

Untuk mengetahui apa itu hikmah, berikut ini penjelasan yang saya ambil dari situs rumaysho.com, yang ditulis oleh Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal, MSc:

Yang dimaksud hikmah di sini, ada dua pendapat di kalangan para ulama. Mayoritas ulama berpandangan bahwa hikmah adalah kepahaman dan logika. Sedangkan ulama lainnya berpendapat bahwa hikmah ada nubuwwah (kenabian). Para ulama lalu berbeda pendapat apakah Lukman adalah seorang Nabi. Sa’id bin Musayyib, Mujahid dan Qotadah berpendapat bahwa Lukmah hanyalah orang yang diberi hikmah dan bukan seorang Nabi. Sedangkan ‘Ikrimah berpendapat bahwa Lukman adalah seorang Nabi. Namun pendapat pertama yang menyatakan  Lukman hanyalah orang yang mendapatkan hikmah, itulah yang lebih tepat (Lihat Zaadul Masiir, 6: 317-318).

Dari Sa’id bin Abi ‘Arubah, dari Qotadah, ia berkata mengenai firman Allah Ta’ala (yang artinya), “Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Lukman”. Maksud hikmah adalah memahami Islam. Dan Lukman bukanlah Nabi dan ia pun tidak diberi wahyu.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 11: 52).

Ibnu Katsir mengatakan bahwa hikmah adalah kepahaman, ilmu dan ta’bir (penjelasan). (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 11: 52).

Syaikh As Sa’di menyatakan bahwa hikmah akan membuahkan ilmu, bahkan amalan. Oleh karenanya, hikmah ditafsirkan dengan ilmu yang bermanfaat dan amalan sholeh. Beliau rahimahullah juga mengatakan, “Hikmah adalah ilmu yang benar dan pengetahuan akan berbagai hal dalam Islam. Orang yang memiliki hikmah akan mengetahui rahasia-rahasia di balik syari’at Islam. Jadi orang bisa saja ‘alim (memiliki banyak ilmu), namun belum tentu memiliki hikmah.” (Taisir Al Karimir Rahman, 648).

Insya Allah, pada tulisan-tulisan berikutnya akan dituliskan ayat-ayat selanjutnya dari surat Luqman ini. Tentunya ayat-ayat ini menjadi pedoman pendidikan anak Muslim yang tidak akan lekang oleh waktu. Dalam hal ini, nasihat bagi kami, penyelenggara homeschooling Islami dalam mendidik keluarga sendiri.

Untuk enam landasan lainnya, silahkan klik tautan di bawah ini.

LANDASAN PENDIDIKAN RUMAH BAGI MUSLIM

[LANDASAN #1] MEMILIH VISI DAN MISI

[LANDASAN #2] TANAMKAN TAUHID

[LANDASAN #3] ADAB DAN AKHLAK KEPADA ORANG TUA

[LANDASAN #4] AUTO-PILOT HOMESCHOOL

[LANDASAN #5] MURAQABAH

[LANDASAN #6] AMAL MA’RUF NAHI MUNKAR DAN SABAR

[LANDASAN #7] MENDIDIK KOMUNIKATOR YANG TAWADHU

 

IJAZAH HOMESCHOOLING
Homeschooling, Homeschooling Starter Kit

Mengejar ‘Ijazah Homeschooling’ Melalui PKBM Resmi

Saya sempat mendapat beberapa pesan masuk yang bertanya tentang homeschooling. Kebanyakan dari pertanyaan itu adalah kekuatiran orang tua mengenai ijazah. Hmm… kalau membaca posting saya yang lalu mengenai Peraturan dan Legalitas Homeschooling di Indonesia, sebenarnya kita tidak perlu kuatir dengan hal ini.

Kenapa Tidak Perlu Kuatir Dengan Ijazah Homeschooling?

Karena sebagai warga negara, mendapatkan pendidikan adalah hak kita sebagaimana diatur dalam UUD 1945 pasal 31 ayat (1) dan (2) yang berbunyi :

Ayat (1) : Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan.

Ayat (2) : Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.

Selain itu, dalam UU No 20/2003  disebutkan bahwa ada tiga jalur pendidikan, yaitu jalur pendidikan formal (sekolah), nonformal (kursus, pendidikan kesetaraan), dan informal (pendidikan oleh keluarga dan lingkungan).

Keluarga kami memilih pendidikan informal dan itulah yang menjadi fokus tulisan ini.

Apa Itu Pendidikan Informal dan Ijazahnya Bagaimana?

Pendidikan informal, terdapat dalam pasal 27 UU No. 20/2003 sebagai berikut :

(1)   Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.

(2)   Hasil pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan.

(3)   Ketentuan mengenai pengakuan hasil pendidikan informal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

Bahagianya memilih pendidikan informal adalah keleluasaan merancang pelajaran berdasarkan tujuan pendidikan keluarga. Jadi, anak tidak terbebani dengan buanyaknya mapel yang dijejalkan lalu diujikan dalam bentuk soal UTS dan UAS yang hanya membuai dengan Lower Order Thinking Skill. Sampai tulisan ini dimuat, PKBM yang saya maksud Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat yang menyelenggarakan program dan ujian paket dalam bentuk:

  •    paket A yang mendapatkan ijazah setara SD
  •    paket B yang mendapatkan ijazah setara SMP
  •    paket C yang mendapatkan ijazah setara SMU

Tapi memang, kita harus berhati-hati dengan si PKBM ini. Pernah ada beberapa lembaga yang tetiba muncul lalu menghilang. Kebayang kan paniknya ketika kita sudah bayar sekian, lalu memasukan anak untuk bersiap-siap ujian lewat PKBM tersebut, eh.. tau-tau lembaga itu menghilang atau malah kita dititipkan di PKBM lain.

Nah, untuk memeriksa resmi tidaknya PKBM, kita bisa mengunjungi situs BINDIKMAS dari pemerintah. Situs ini memberikan kejelasan lembaga mana saja yang sudah memiliki Nomor Induk Lembaga (NILEM) PKBM secara online. Silahkan klik gambar di bawah ini yang akan mengarahkan pada situs tersebut.

ijazah homeschooling

Caranya cukup dengan 3 langkah mudah kok:

  1. Masuk ke situs Data Referensi Pendidikan (kalau mau tahu jumlah resmi di tiap daerah, bisa arahkan kursor di bagian petanya)
  2. Klik Provinsi yang mau dituju di tabel sebelah kanan (kalau saya klik DKI JAKARTA)
  3. Lalu akan muncul laman Rekapitulasi Data. PKBM yang dicari bisa dimasukan ke dalam kolom-kolom tab sebelah kiri, atau langsung klik kabupaten/ kota yang dimaksud, atau klik gambar kaca pembesar pada kolom paling kanan.

Tadaaaaa… muncullah lembaga yang bisa dipilih. Centang hijau akan diberikan kepada lembaga yang sudah mendaftar dan mendapatkan NILEM untuk jangka waktu tertentu. Bahkan jika klik NILEM-nya, kita akan diarahkan ke laman referensi seperti di bawah ini. Jadi, jangan kuatir lagi soal ijazah homeschooling, ya. Kuatirlah pada kualitas pendidikan yang kita suguhkan kepada anak-anak kita saja. ^_^

nilem-referensi

#QBF2016 klastulistiwa.com
Homeschooling, Homeschooling Communities

[VLOG] Ketika Homeschoolers Belajar Bikin Film Untuk #QBF2016

Alhamdulillah, bulan ini komunitas homeschooling Muslim tempat anak-anak belajar bersama berhasil menyelesaikan workshop film pendek yang super pendek untuk #QBF2016. Tentunya film pendek ini bukan sembarang film, tapi film yang memiliki tujuan syiar. Oiya, kami menggunakan nasyid tanpa alat musik ya. Ini dia filmnya…

 

Kenapa Film Pendek#QBF2016?

15493348_10154843831974846_7979765800146719603_o Karena memang sebentar hehe. Tidak sampai 5 menit lah. Tapi jangan salah, pengambilan hingga editingnya bisa sampai berhari-hari sampai berbulan-bulan lamanya. Tujuan film pendek ini diharapkan bisa menyentuh lebih banyak lagi anak muda Muslim untuk bisa mengenal Islam yang memang didesain indah dari sananya. Kalau untuk anak-anak pembuatnya? Tentu saja mengembangkan soft skills dan hard skills mereka. ^_^

Workshop Film Pendek #QBF2016 Yang Super Pendek?

15392908_10154843816434846_661249488155452262_o
#QBF2016

Iyaaaa.. serius. Workshop film pendek #QBF2016 yang saya berikan untuk anak-anak ini super pendek. Dulu itu waktu melatih anak-anak sekolah dalam kegiatan extra kurikuler Movie Club, saya membutuhkan waktu sekitar beberapa hari. Katakanlah 5×8 jam sampai jadi produk. Minimal. Tapi, masya Allah, sewaktu melatih anak-anak HS kemarin, saya hanya membutuhkan waktu SEKITAR 9 JAM! From scratch! Kami benar-benar memulai dari brainstorming, buat sinopsis, buat storyboard, tentukan peran, sampai jadi produk yang belum diedit. Wooohooo.. masyaAllah. Seneng banget dah kakak coach dibuatnya (uhuk).

15443011_10154843869594846_4381309268307739132_o
#QBF2016

Kenapa bisa sebentar? Karena, menurut saya sih ya, anak-anak HS yang saya latih kmarin itu belajar adab bersama orang tuanya. Orang tua ikut ndeprok juga mengawasi anak-anaknya. Gak dilepas gitu aja (emang saya daycare -_- ). Hasil ‘latihan adab’ di rumah tentunya sangat membantu ya. Belum lagi soal kreatifitas… Keren lah pokoknya. Barakallahu fiikum.

Usia Berapa Bisa Buat Film?

Sebaiknya (ini menurut saya)  jangan terburu-buru. Kuatkan dulu adab atau karakter  ya15419798_10154843902654846_7491991333934467605_o-1ng baik. Pendidikan anak bukan pacuan kuda dan anak-anak pun bukan ember yang bisa dijejali apa saja yang penting seru. Lihat dulu. Jika memang anak tertarik dengan dunia film, digali lebih lanjut. Karena menikmati nonton dan membuat film pendek ituuuu… dua hal berbeda hehe.

Banyak-banyak ngobrol. Lalu, jika memang tertarik, kenalkan dulu dasar-dasar yang penting dalam sebuah pendidikan dan kolaborasi (karena workshop film membutuhkan itu).

Apa sajakah dasar-dasarnya?

  1. 15385417_10154843800074846_4893306864592516279_o
    #QBF2016

    Bisa mengikuti aturan – jadi ga ada tuh  istilah guru ngejar2 murid. BIG NO! Gak harus juga duduk manis tangan di atas meja. Intinya, keberadaan anak tidak mengganggu kegiatan.

  2. Bisa berkolaborasi – disini life skill harus ditanam dulu tentunya. Banyaaak yang harus ditanam sebelum anak mampu berkolaborasi.
  3. Kreatif dan mampu mengekspresikan kreatifitas. Gak harus talkative. Misalkan, jika anak mampu menangkap hasil brainstorming dalam bentuk gambar, maka dia bisa ditaruh sebagai penulis storyboard.
  4. Bisa memilih minat – Contohnya, anak lebih ke menulis naskah, atau directing, atau berakting, atau apa?
  5. Tertarik. Karena, serius deh, terkadang orang tua suka terlalu semangat mengikutkan ini itu. Padahal, sebenarnya waktu si anak jauh lebih berharga jika dia ikut hal yang lain yang sesuai minatnya.

15355656_10154843877289846_4209957642520718316_nJadi, memang ada alasan sih banyak workshop membuat film mengisyaratkan usia baligh untuk bisa diikuti. Untuk homeschoolers, jika memang sudah mandiri, biasanya usia 10 tahun atas kemauan sendiri.

Nah.. sabar aja dulu yaaah. Kuatkan dulu semua skills-nya biar nanti ilmunya juga masuk dan waktunya gak terbuang percuma. Bangun  ikatan yang kuat sehingga ngga kelewat masa-masa emasnya. Semangat! ^_^

Homeschooling, Homeschooling Starter Kit

KENAPA HARUS HOMESCHOOLING?

Posting ini merupakan resume Kuliah WhatsApp Grup Parenting United pada hari Kamis, 10 november 2016. Semoga Bermanfaat. ^_^

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

KENAPA HARUS HOMESCHOOLING?

Mierza Miranti | klastulistiwa.com

Moderator : Bunda Iis
Comoderator : Bunda Tiena
Peresume : Rizki

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

Jawabannya ada pada pertanyaan itu sendiri.

Lho, kok? -_-

Lha iya.. pastikan dulu “Kenapa harus Homeschooling (HS)?”

Apakah ini adalah pilihan sadar setelah mencari ilmu dan istikharah, terpaksa, diminta, ikutan, atau melarikan diri dari sesuatu? Siapkah dengan konsekuensinya, termasuk bertemu 24 jam sehari? Sudahkah siap jika ada masalah? Ayahnya ikut nyemplung atau malah ga setuju?

Kalau masalah-masalah basic ‘Kenapa harus HS’ ini telah terjawab, insyaAllah masalah teknis dari metode sampai ijazah akan dapat jawabannya.

* * *

Lalu, kenapa kami pilih Homeschooling?

Jawaban kami… untuk mencapai visi-misi keluarga :

ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁَﻣَﻨُﻮﺍ ﻗُﻮﺍ ﺃَﻧْﻔُﺴَﻜُﻢْ ﻭَﺃَﻫْﻠِﻴﻜُﻢْ ﻧَﺎﺭﺍً
“ Wahai orang-orang beriman, lindungilah dirimu dan keluargamu dari Api Neraka” (QS. At-Tahrim ayat 6).

Homeschooling adalah ikhtiar yang kami rasa lebih mudah karena hampir semua kami lakukan sendiri. Dari memilih materi, alat, guru, sampai evaluasi.

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

💕 Assalamu’alaikum bu Mierza 😊

💝 Wa’alaikum salaam warahmatullahi wabarakatuh. 😃
Salam kenal bu Iis

💕 Salam kenal juga bu Mierza..
Terima kasih atas kesediaannya mengisi kulwap di group PU ini ya bu Mierza😊

💝Sama-sama. 😊

💕Sebelum masuk ke pertanyaan boleh sedikit bercerita tentang perjalan homeschoolingnya bu Mierza..
Dengan anak 3 semuanya homeschooling kah bu?

💕 Versi pendek ya. 😅
Baik. Saya baru memulai HS setahun ini. Meski impian itu sudah sempat saya tulis di Jakarta Post 8 th yang lalu, tapi baru menyadari tahun lalu. Anak pertama saya sempat sekolah 2 th. Lalu, kami memutuskan HS, karena ingin saja. Dari sisi kami karena kami cukup perfectionist, di sisi anak karena dia ga rela ibunya mengajar orang lain. Tidak ada masalah yang melatar belakangi. HS ini sudah jadi keputusan kami setelah istikharah.  (Note: anak kedua dan ketiga masih ‘main’)
Perjalanannya naik turun tentu saja. Tidak ada yang mudah, tapi tantangan-tantangan itu kami lalui bersama, hingga alhamdulillah kami masih ingin HS setelah melihat hasilnya. 😊
Ketika menyekolahkan, ada beberapa ‘idealisme pengasuhan’ yg harus dikorbankan. Disesesuaikan dengan ekspektasi dan kondisi lembaga, ortu lain, media, dll.

🌱🌱🌱🌱 Tanya jawab 🌱🌱🌱🌱

1 Assalamu’alaikum bu Mierza..
Untuk pendidikan anak-anak saya (6th dan 4th) saya ingin menerapkan HS karena khawatir dengan penyimpangan perilaku anak-anak jaman sekarang. Harapan saya, dengan HS akan bisa meminimalisasi pengaruh negatif dari perilaku menyimpang yang sekarang ini sedang marak di Indonesia..
Cuma…ada beberapa teman saya berpendapat bahwa HS akan membuat anak “steril”.. Dan itu tidak baik untuk perkembangan sosialisasi anak..apakah benar demikian? #lila
☑ Wa’alaikum salaam warahmatullah, mba Lila. Steril? Bisa jadi. Bukankah orang tua diminta memilihkan teman yang baik untuk anak-anaknya? Agar anak-anak terpercik minyak wangi, bukan bau dari pandai besi? Jika pertanyaan klasik seperti ‘tidak ada teman’, mari kita kembalikan makna teman. Di sekolah, anak di’kelas’kan, diberi strata. Apakah mereka dibekali dengan ilmu berteman lintas kelas? Apakah guru selalu ada untuk mendampingi agar anak-ank tahu adab berteman? HS-er bisa berteman tidak hanya dengan teman sekelas, tapi sekelurahan.. yang terpilih. 😄

2 1. Bu, pembuatan kurikulum HS apakah bisa dilakukan sendri berdasarkan visi misi keluarga?
2. Terkait masalah sosialiasi anak yang mengikuti HS, sering dikhawatirkan akan ada efek kurangnya nilai sosial dan sosialiasi pada diri anak, sehingga anak menjadi tidak peka terhadap lingkungan, padahal dia bisa bermain dengan tetangga. Mohon tanggapnnya? #Shabrina_PU Jatim
☑1. Bisa.
2. Sekolah yang dibatasi dinding tinggi, diberi jadwal untuk berada dengan anak ‘1 level’ selama itu… bisakah membuat anak peka? Kalau dari pengalaman pribadi, anak saya sangat pemalu dan dilabel pasif meski jadi kesayangan guru dan ranking 1. Tapi pulang sekolah, semua adab yang saya ajarkan luntur. Tas dilempar, adiknya nangis dibiarkan. Alhamdulillah… setahun ini Allah mudahkan untuk membuka hatinya.. dia jadi lebih peka dengan kondisi sekitar dan terakhir memilih untuk membagikan ilmu bahasa Arab dengan menjadi guru bagi teman2nya.

3
3.السلام عليكم ورحمةالله وبركاته bu mierza ,
Saya mau bertanya , apakah HS yang bu mierza jalankan pakai kurikulum? Kalau boleh apa yang ibu ajarkan ke anak-anak? Apakah ada pelajaran sekolahnya? Atau fokus ke minat dan bakat anak? Trus, untuk nanti ujiannya bagaimana proses ngurusnya? Karena saya dengar sekarang kalau anak anak yang HS, apabila mau ujian UN, harus ada NISNnya. Maaf kalau pertanyaannya banyak. Syukran ibu 😊 Wassalam #ummujihad
☑Wa’alaikum salaam warahmatullahi wabarakatuh. Salam kenal, Ummu Jihad. ‘Kurikulum’ saya berdasarkan visi misi keluarga tadi ‘qu anfusakum wa ahlikum naaro’. Jadi, saya tempatkan tauhid dan ilmu diin pertama kali. Duduk di majelis-majelis ilmu. Memastikan konten-konten pelajaran sesuai Quran dan Sunnah, sambil membantu anak menemukan bakatnya. Saya lebih cenderung menempatkan bakat di urutan berikut setelah ilmu diin. Karena bakat itu harusnya membantu dia terhindar dari api neraka, bukan mendekatinya. Apalagi dengan menganggap ‘bakat’ lebih penting lalu melupakan tujuan awalnya sebagai muslim. Jangan sampai begitu. Contoh, mengejar bakat sampai melupakan shalat, pergi shafar sendirian (kalau perempuan) demi mengejar ‘ilmu’, menyepelekan ilmu wajib yang harusnya diketahuinya lebih dulu. Na’udzubillahi min dzalik. Semoga keluarga kita semua dijauhkan dari hal-hal ini.

Wa fiik barakallahu. Oh, afwan. 😅 Untuk NISN, bisa didapatkan dengan ikut PKBM yang terdaftar. Bisa dicek di http://bindikmas.kemdikbud.go.id/nilem/ Bun
Ada juga opsi sekolah payung.. tp saya ga berani sarankan karena sama aja artinya anak2 terjejal pelajaran2

4Assalamualaikum bu Mierza..
Ada kah panduan atau rule yang bisa dipegang untuk ber-HS?
Anak saya baru 15 bulan..
Saya mau mempersiapkan sedini mungkin tentang HS jadi nanti kalau sudah saatnya saya tidak bingung lagi..
#rizkina
☑ Masih main bu. Insya Allah masih lama ya. Boleh intip-intip ke sini untuk persiapan.

5 Assalamu’alaikum bu Mierza Miranti, saya mau bertanya:
1. Apa kelebihan & kekurangan dr homeschooling?
2. Bagaimana jika nantinya anak merasa bosan dengan homeschooling?
#debby_PU jatim
☑Wa ‘alaikum salaam warahmatullahi wabarakatuh.
1. Kelebihannya banyak. Salah satunya bisa memilih materi, lingkungan, dan guru. Kekurangannya, orang tua bisa jadi lebih lelah, baik dalam mengeksekusinya, atau menghadapi arus yang berlawanan.

2. Belum tahu karena belum terjadi 😅

6Assalaamu’alaikum…bu sy mau tanya…bagaimana bu Mirza melaksanakan HS tiap harinya? Apakah ada jadwal jam sekian sampai sekian..atau kah tidak terjadwalkan? Jadi selama ada kesempatan ya belajar selama seharian itu ato bgaimana? #habibah
☑Saya tidak ada ‘jadwal mata pelajaran’ – hanya target. Anak-anak memilih 3 ilmu diin, 3 pelajaran, dan 3 pekerjaan rumah setiap harinya. Jika tercapai sebelum jam 2, insyaAllah diberi bintang yang jika tercapai (sejumlah tertentu) mendapatkan reward. Tapi jangan bayangkan yg hebat2 yaa..  reward-nya cukup jajan 1 macam di minimarket. 😄

Biasanya kalau anak2 ingin main cepet dapat waktu bermain, mereka bangun sebelum subuh untuk hafalan/ muraja’ah. Kenapa targetnya sampai jam 2? Karena saya juga harus kerja 😅

Saat ini anak-anak tahfiz dgn guru dua kali seminggu. Hafalan sehari2 di rumah dengan saya di cek kesempurnaannya oleh ustadzahnya. 😊

Saya pakai At Tuqo untuk ilmu diin, untuk materi saya ambil pokoknya saja. Disesuaikan. 😄

7. Saya punya murid dulu SD-nya HS, sekarang sekolah boarding. Saya lihat perkembangannya luar biasa susahnya Bu ketika ia melewati 2 keadaan yang berbeda. Di boarding dia susah penyesuaian dan dia mengaku lebih nyaman HS karena bisa memilih teman yang dia suka saja, tidak suka keramaian, sering cekcok dengan teman yang tidak disuka. Nah pertanyaan saya, prinsip dan pola pikirnya seperti itu masih bisa diubah atau menetap dan bagaimana supaya mengarahkan pikiran dia agar tidak terlalu terpaku dnegan tidak cinta sosial#
Apri

☑Salam, Bu Apri. Tergantung pendampingan, Bu. Jika fasilitator/ guru/ musyrif hingga sistem sekolah mampu menyampaikan dan mendidik mengenai adab berteman, insyaAllah bisa. Bukankah lembaga sebaiknya siap menerima input apapun (karena sudah diterima kan anaknya) dan mengolahnya agar menjadi output sesuai visi misi lembaga? Kesamaan pesantren dan HS adalah minimnya campur tangan orang tua lain, sehingga seharusnya lebih mudah mendidik masalah sosialisasi. Ini berdasarkan pengalaman aja sih waktu mengajar di boarding school. 😊

💕Alhamdulillah. Jazakillahu khairan Ceu Mir atas sharing2 ilmu perHSannya. Sedikit banyak membuka mata sudut pandang lain bagi kami.

Cepat skali ya waktu.pertanyaan msh antri 😂
Semoga ilmu dan informasi-informasi yang Ceumir share dpt bermanfaat buat teman-teman ibu-ibu ketje di grup ini yang ingin dan sedang menerapkan HS bg putra/inya.

💝 Wa jazzakumullaahu khairan katsira semua. Mohon maaf jika ada kata2 yang salah. Terima kasih atas kesempatannya berkenalan dengan ibu-ibu ketje pembelajar hebat. MasyaAllah banget deh pertanyaannya 😅🙏🏻

💕Sebelum kami akhiri, ada yg ingin disampaikan ceumier sbgi penutup ?

💝Homeschooling itu ada loh. 😁 Salah satu pilihan, selain sekolah, yang harus diambil dengan istikharah dan dilalui dengan ilmu. Jadi? HS apa jangan niiih? Hehe.. jawabannya pilih sendiri ya. Selamat memilih. 😘

Homeschooling

[VLOG WITH PRINTABLES] Learn Arabic with Jenna

Alhamdulillah…

Mosqueschooling

Senangnyaa Jenna mendapat kesempatan mempraktikan salah satu cita-citanya – MENJADI GURU – dalam kegiatan Mosqueschooling yang diadakan bersama komunitas HomeSchooling Keluarga Muslim.

arabic-class-with-jennaSungguh perjalanan belajar di rumah kami sangat dimudahkan Allah. Siapa sangka, anak yang berulang disebut gurunya sebagai anak yang pasif, lambat, dan terlalu memperhatikan teman sehingga membuat tugasnya sering jadi PR ini dimudahkan Allah untuk membalik keadaan dalam waktu 1 tahun. Ya. Satu tahun – masyaAllah! Dan tidak tanggung-tanggung. Jenna mengajar lebih dari 30 anak selama lebih dari 30 menit. Bisa jadi ini adalah doa guru-gurunya yang dulu juga.. jazzakumullah khairan sudah sabar dengan Jenna yaaaaa. ^___^

baliknya-cover-arabic-with-jenna-mosqueschooling-24-okt-2016Semua persiapan, dari mulai modul, alat peraga, sampai hadiah – semua Jenna yang siapkan sendiri. Itu pun latihan mengajarnya dilakukan sehari sebelumnya, karena ia lebih memilih main setelah belajar seperti biasa. Semoga ilmumu berkah ya, Nak. Barakallaahu fiik.

Jangan lelah berbagi. Ilmu dan semua yang kita dapatkan hari ini adalah pinjaman yang akan kita pertanggung jawabkan nanti. Silahkan unduh modulnya. Jangan kuatir, ini copyleft kok. Klik di sini untuk mengunduh dari Google drive. Feel free to share. ^_^

Foto keseruan lain saat Mosqueschooling ada di bawah ini. Jazzakumullah khairan ya Ummahat untuk ilmu dan ukhuwah ini. ^___^

science-4-krucils
Science 4 Krucils
blogging-wa-potlak
Blogging while Having Potluck

 

Alhamdulillah…

Mosqueschooling

Senangnyaa Jenna dapat kesempatan mempraktikan salah satu cita-citanya – MENJADI GURU – dalam kegiatan Mosqueschooling yang diadakan bersama komunitas HomesSchooling Keluarga Muslim.

arabic-class-with-jennaPerjalanan belajar di rumah kami sungguh sangat dimudahkan Allah. Siapa sangka, anak yang pernah dianggap pasif, lambat, dan terlalu memperhatikan teman sehingga membuat tugasnya sering jadi PR ini dimudahkan Allah untuk membalik keadaan dalam waktu 1 tahun. Ya. Satu tahun – masyaAllah! Dan tidak tanggung-tanggung. Jenna mengajar lebih dari 30 anak selama lebih dari 30 menit.

Semua persiapan, dari mulai modul, alat peraga, sampai hadiah – semua Jenna yang siapkan sendiri. Itu pun latihan mengajarnya dilakukan sehari sebelumnya, karena ia lebih memilih main setelah belajar seperti biasa. Semoga ilmumu berkah ya, Nak. Barakallaahu fiik.

Jangan lelah berbagi. Ilmu dan semua yang kita dapatkanbaliknya-cover-arabic-with-jenna-mosqueschooling-24-okt-2016 hari ini adalah pinjaman yang akan kita pertanggung jawabkan nanti. Silahkan unduh modulnya. Jangan kuatir, ini copyleft kok. Feel free to share. ^_^

Foto keseruan lain saat Mosqueschooling ada di bawah ini. Jazzakumullah khairan untuk ilmu dan ukhuwah ini. ^___^

kurikulum homeschooling
Homeschooling

[PRINTABLE] ‘Baiti’ – An Arabic Comic by Jenna

Alhamdulillah…

Akhirnya selesai juga komik ‘Baiti’ ini. Sebenarnya, komik ini adalah ujian Bahasa Arab Jenna untuk tema ‘rumah’.  Pembelajaran menggunakan flashcard dari BISA.

kurikulum homeschooling

Alasannya? Karena portable aja bisa dibawa-bawa dan berwarna-warni. Kurikulum homeschooling kami yang fleksibel memungkinkannya – karena belum ketemu gurunya juga. ^_^

Komik yang gambar mahluknya tidak sempurna ini bisa juga diunduh dalam bentuk pdf di sini selain tampilan slideshare di bawah ini:

reward dan punishment dalam pendidikan islam
Homeschooling, My Reflection, Parenting

Reward and Punishment Dalam Islam(?)

Mungkin bapak-Ibu guru yang berkutat dalam bidang pendidikan atau orang tua yang sering melahap buku-buku pengasuhan anak sudah tidak asing dengan istilah  ‘reward and punishment’. Tapi, bagaimana dengan cara pendidikan anak dalam Islam? Apakah ada reward and punishment dalam Islam?

**Mierza Miranti ummu Abdillah – www.klastulistiwa.com**

 

Reward and Punishment Dalam Pendidikan Islam

Mari kita lihat sebuah hadits dari Sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya),  “Tatkala Allah menciptakan para makhluk, Dia menulis dalam kitab-Nya, yang kitab itu terletak di sisi-Nya di atas ‘Arsy, “Sesungguhnya rahmat-Ku lebih mengalahkan kemurkaan-Ku.”(HR. Bukhari no. 6855 dan Muslim no. 2751)

Lihatlah kalimat: “RAHMAT ALLAAH MENGALAHKAN MURKA-NYA”

Jika diperbandingkan teori yang dibuat manusia dengan apa yang diciptakan Allah, sangat terlihat ketimpangannya. Lihatlah kata ‘ganjaran-dan-hukuman’. Sangat satu-lawan-satu, bukan?

Bandingkan dengan frasa RAHMAT-MENGALAHKAN-MURKA’ yang diambil dari hadits di atas. Sungguh berbeda levelnya antara kasih sayang manusia kepada sesamanya, dibandingkan dengan Pencipta terhadap ciptaanNya.

MENGALAHKAN: The Reward GOES BEYOND the Punishment

Sungguh indah ajaran Islam jika benar-benar tercermin dalam adab seorang hamba terhadap Allah dan ciptaanNya. Betapa indahnya jika kita mampu menanamkan ini kepada anak-anak didik kita. Memahamkan bahwa rahmat Allah mendahului murkanya.

Menunjukkan kasih sayang kita lebih besar dari keinginan untuk menghukumnya memang tidak semudah menuliskannya. Sungguh… saya pun masih tertatih melakukannya. Hanya Allahlah sebaik-baiknya pelindung dari hati yang mudah dibolak-balik ini. Mari teruuus meminta hati ini agar dilembutkan. Karena contoh terbaik seharusnya berawal dari rumah.

Lalu bagaimana? Apa konkritnya? Mari mengambil apa yang dilakukan oleh Rasulullah dan generasi shalih setelahnya dalam menanamkan nilai yang indah ini. Apa sajakah itu?

1. Memberi Pujian

Lihatlah cara Rasulullah memuji Abu Bakar dan Umar radhiyallahu anhu. Dalam riwayat Tirmidzi dalam shahih Al Albani, beliau bersabda bahwa Abu Bakar dan Umar adalah pendengaran dan penglihatannya.

Begitu pula saat Rasulullah bertemu As’ad Abdul Aziz bersama suatu kaum dimana Ia ada bersama mereka . Rasulullah menyebutkan bahwa dalam dirinya terdapat akhlak yang dicintai Allah dan RasulNya, yaitu tidak tergesa-gesa. Lihatlah cara Rasulullah memuji, sangat SPESIFIK, TEPAT WAKTU, DAN APA ADANYA.

Pujian seperti, “Iiiih pinter,” mungkin baik, tapi dengan ucapan “MasyaAllah” atau “Barakallahu fiik” insyaAllah akan mengajarkan anak (dan kita sendiri) untuk menisbatkan setiiiiiiiiap kecerdasan kepada Allah. Every single thing! Akan lebih baik lagi jika spesifik pencapaiannya, misalkan ketika anak kita berhasil membereskan mainan tanpa diminta. Maka TEPAT WAKTUlah memuji dengan bersegera melakukannya. Katakan SPESIFIK dan APA ADANYA, dengan kata-kata seperti, “MasyaAllah, kamu yang bereskan itu semua Nak? Ummi bangga banget deh jadinya.”

Give them the reason. Itulah yang diajarkan Rasulullah melalui sabdanya.

2. Memberi Penghargaan Materi

Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Rasulullah pernah mendapatkan sutera sebagai hadiah. Lalu Rasulullah memberikan sutera tersebut kepada Umar sebagai meski bukan untuk dipakainya. Hadiah… Mari berikan anak-anak hadiah sebagai penghargaan atas pencapaian mereka.

Namun, ingatlah. Pendidikan Islam ini sangat holistik. Ketika kita memberi penghargaan materi, pastikan kita mengiringinya dengan tauhid. Ilmu ini insya Allah akan mengajarkan kita tetap zuhud dan menghindarkan dari hedonisme apalagi materialisme.

Saya di rumah berusaha keras menerapkan ini. Sulit? Jangan ditanya. Reward yang kami terapkan jangan dibayangkan seperti mainan mahal, apalagi gadget. Tapi cukup dengan menonton salah satu pilihan video edukasi (karena kami tidak punya TV) atau memasak dan membuat  sesuatu ketika mereka selesai target harian tepat waktu. Jika dalam satu minggu itu seluruh target bisa dicapai, maka anak-anak dapat memilih jajanan terpilih yang ada di warung (karena biasanya kudapan sangat saya atur) atau pergi bermain di taman kota/ jalan-jalan. Semua tidak mudah, karena shift dari apa yang telah terjadi dalam gaya hidup sebelumnya. Allah. Hanya Allahlah yang memudahkan semuanya.

3. Mendoakan Anak

Rasulullah mengingatkan kita dalam HR Muslim untuk mendoakan kebaikan, bukan kejelekan, kepada anak-anak kita. Namun, mampukah kita (saya) melakukannya di saat marah? Ah ya… ini juga PR terbesar saya pribadi.

Bukankah apa yang kita ucapkan dapat dikabulkan oleh Allah sesuai kehendakNya.? Takutkah kita (saya) ketika kata-kata yang buruk yang pernah diucapkan itu dikabulkan? Ah, semoga kita mampu menahan lisan ini untuk hanya mendoakan hal-hal yang baik untuk anak-anak kita.

4. Mengapresiasi Pertanyaan Anak-Anak

Allah berfirman dalam surat Abasa 1-10 dimana Allah menegur Rasulullah yang berpaling dari Ibnu Ummi Maktum yang ingin belajar saat Rasulullah berada bersama dengan tokoh-tokoh Quraisy. Karena merasa terganggu, Rasulullah memalingkan mukanya dari Ibnu Ummi Maktum.

Bayangkan,  seorang Ibnu Ummi Maktum datang meminta ilmu dan ditolak oleh Rasulullah.

Bayangkan, anak-anak datang ketika kita melakukan sesuatu.

Yes, it sounds familiar. Keingintahuan anak-anak adalah perbuatan baik yang akan mengantarkan pada kecerdasannya. Setiap kesabaran akan menambahkan ilmu, baik bagi anak-anak maupun kita sendiri. Sekali lagi ini tidak mudah. Tapi bukankah menanam bibit membutuhkan waktu hingga kita bisa memetik buahnya?

5. Mencarikan Teman yang Baik

Rasulullah bersabda, “Jika tidak karena hijrah, niscaya aku akan menjadi salah seorang Anshor.” (Muttafaqun Alaih).

Inilah yang menjadi dasar keputusan kami mengambil jalur HS. Bagaimana sosialisasinya? Kita bisa melakukannya dengan mengunjungi rumah teman-teman Muslim atau mencari komunitas yang berisi orang tua yang berjalan di atas ajaran Islam yang haq. Berusaha mencari percikan minyak wangi insyaAllah akan menjaga mereka menjalani masa mudanya, yang nanti akan Allah tanya untuk apa ia habiskan.

6. Memberi Nasihat yang Baik

Apa yang akan kita katakan ketika ada pemuda yang sangat kita kenal, saudara misalnya, datang dan berkata kalau ia ingin berzinah. Itulah yang terjadi dengan Rasulullah. Pertanyaan yang ‘nggak sopan’ dari pemuda itu (yang membuat sahabat di sekitar Nabi menjadi marah) malah berbuah nasihat dan analogi. Begitu pula dengan seorang sahabat yang datang meminta nasihat. Dikatakan kepadanya, “Jangan kamu marah.”

Sungguh wasiat akan dapat membuka jalan kebaikan, terutama kepada penerus masa depan dan pembela agama ini. Setiap kemarahan hanya akan menumbuhkan amarah. Setiap wasiat akan mendatangkan kebajikan.

Betapa indah sifat rahmat Allah ini jika dapat tertanam dalam hati anak-anak kita. Dengan mengenalnya, insya Allah akan ada pengaruh besar pada diri anak-anak tercinta untuk menggapai rahmat-Nya yang sesungguhnya. Allah ta’ala berfirman dalam QS. Al-A’raaf: 56 bahwa rahmat Allah dekat dengan orang-orang yang berbuat ihsan.

Bukankah melihat anak berbuat ihsan atau baik, kepada sesama, dan terutama kepada Rabbnya adalah hal yang kita inginkan? Bismillah. Semoga Allah memudahkan kita melakukannya. SEMANGKAA! SEMANGat Karena Alla Azza wa Jalla. ^_^


Catatan ini adalah murajaah dan refleksi dari seorang Ibu penyelenggara Pendidikan Berbasis Keluarga (PBK/ Homeschooling) yang sebagian besar isinya mengambil dari kajian kitab Al-Jâmi’ fi Ahkâm wa Âdâb Ash-Shibyan karangan Abu ‘Abdillah ‘Âdil bin Abdillâh Âlu Hamdân Al-Ghâmidi – tepatnya pada Bab Tambahan 3. Jadi, insyaAllah, isi kitab tersebut tidak dipelajari sendiri secara otodidak, melainkan melalui ahli ilmu, sebagaimana seharusnya ilmu diin itu dipelajari.

 

Hajj Activities for Kids, Homeschooling

Kegiatan Homeschooling Menjelang Idul Adha

Kegiatan homeschooling ini didapatkan dari http://themuslimahguide.com yaaa.. bukan buatan sendiri. Alasannya, karena saya emak2 praktis (dan males – uhuk) . Agak mikir dikit aja diterjemahkan jadi bahasa Indonesia. Mari simpen biar nggak terkubur di linimasa. Akhirul kata: smeoga bisa eksekusiiiiii. ^_^

aktifitas homeschooling sebelum idul adha
Sumber: http://pilgrimagetomecca.org

 

Sumber: HUGE List of Hajj Resources for Kids


Hajj lap-books and activity books:

 

Video Tentang Haji:

 

Virtual Hajj:

 

Kosakata Haji:

 

Peta dan Infografis Haji  (Visual)

 

Bacaan Tentang Haji:

 

  •  (An Umrah book) Ammaar in Makkah by Dar-us-Salam Research Division (dikisahkan oleh anak yang berumrah – 8+)

 

 

Mewarnaiii ^____^ Yaaaay:

 

Kuiiiiiis:

 

Bikin-Bikin: 

Apalah-apalaaaah:

  • Bermain peran jadi agen travel (memperkirakan berapa banyak biaya untuk pergi melakukan haji)
  • Bermain peran menjadi pemandu wisata di Mekah (menunjukkan semua tempat yang dikunjungi
  • Main isi2an koper mengenai apa yang harus dipersiapkan kalau pergi haji
  • Membuat buku doa untuk haji
  • Talbiyya
  • Menyalin ayat Qur’an tentang haji
  • Bermain Peran berhaji (apa namanya yaaa? lupa)
  • Berburu harta karun
  • Membakar
  • Finger Painting
  • Jurnal Dzulhijjah
  •  Nature Walk (mengumpulkan kerikil kecil)
  • Mewawancarai teman orang tua/ saudara yang akan berangkat haji
  • Menulis cerita haji / puisi
  • Mendirikan tenda di luar (Mina) dan tidur siang
  • Membuat diorama tempat Haji Muzdalifah, Mina, Gunung Arafa
  • Buat puzzle sendiri
  • Meneliti dan melakukan wawancara dan membuat jurnal haji
  • Menulis artikel surat kabar
  • Membuat brosur Haji
  • Bermain game seperti papan permainan Haji
  • Menghias rumah untuk Idul Adha

Udaaaah ^_^  Jazzakillah khairan The Muslimah Guide ! 

Homeschooling, Lectures of Life, Parenting

25 WASIAT GENERASI TERBAIK ISLAM BAGI PARA PENDIDIK ADAB

Pengasuhan anak dalam Islam menempati porsi yang penting, apalagi bagi yang memilih jalur homeschooling dimana orang tua menjadi perancang, pelaksana, dan evaluator yang utama.

wp-1465448591978.jpegBersyukur sekali saya dimudahkan untuk duduk selama dua bulan dalam kajian kitab parenting Islami, Jaami’ul Ahkaami fi Aadaabi Shibyan. Tidak ada yang bisa saya berikan sebagai balasan sepadan dari ilmu yang bermanfaat itu selain membagikannya.

Dalam bab 3 ini, dibahas tentang wasiat-wasiat generasi terbaik Islam terdahulu – sahabat, thabi’in, thabiut thabiin – untuk para pendidik adab, yaitu orang tua.

Beberapa nasihat itu memiliki hilir yang sama dan insyaAllah bermanfaat dalam mendidik anak-anak kita. Silahkan klik tautan pada nama masing-masing pemimpin di blog saya, klastulistiwa.com,  untuk mendapatkan kalimatnya secara utuh. Berikut wasiat berharga para pendidik yang patut kita renungkan sebagai pelajaran.

Sepuluh wasiat pertama di bawah adalah  wasiat Utbah bin Abi Sufyan kepada Abdush Shamad, pendidik anak-anaknya. Beliau menginginkan agar sang pendidik dapat:

1. Memperbaiki diri sebelum mendidik adab.

2. Menjadi pendidik yang menyenangkan.

3. Mengajarkan Qur’an dan hadits.

4. Mengajarkan syai’r-sya’ir yang penuh hikmah, namun tidak menjauhkan dari ibadah.

5. Menggunakan kalimat yang dipahami anak.

6. Menyelesaikan pelajaran yang telah dimulai hingga benar-benar paham dan tidak terburu-buru loncat ke bab selanjutnya/ materi lain.

7. Mengajari anak untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.

8. Melatih anak memilih tauladan/ idola yang baik adabnya.

9. Menguatkan anak untuk menjauhi ikhtilat, terutama setelah baligh.

10. Bersemangat dan menghindari bersantai-santai dalam mendidik.

Khusus untuk ikhtilat, Umair bin Habib juga mewanti-wanti akan bahayanya. Beliau menegur Ziyad ketika tahu bahwa ia menceritakan tentang dunia dan wanita saat mengajari anaknya.

Sementara tentang meriwayatkan syair yang penuh hikmah, Harun bin Muhammad dari Bani Abasyah juga sangat mementingkannya karena dalam syair tersebut terkumpul adab yang bernilai tinggi. Beliau juga menambahkan beberapa wasiat agar pendidik dapat:

11. Membacakan Qurán kepada anak dengan bacaan yang bagus.

12. Memberikan berita-berita yang bermanfaat.

13. Meletakkan kalimat pada tempatnya (ilmu komunikasi).

Mengenai syair, ternyata Syuraih Al Qadhi pun sering bersyair. Seperti syair yang ia tuliskan kepada pendidik anaknya yang intinya agar pendidik tersebut dapat:

14. Mendidik anak tepat waktu dalam mendirikan shalat

15. Menasehati dengan nasehat yang mendidik dan cerdas

Nasihat yang mendidik tentunya memiliki cara yang baik dan berterima. Salah satunya diwasiatkan Hisyam bin Abdul Malik yang mengingatkan pendidik adab anaknya untuk TIDAK MENASEHATI DI DEPAN ORANG LAIN, karena akan cenderung mendorong si anak untuk berbuat kesalahan lagi.

Sementara itu, Muawiyah bin Abi Sufyan menyebutkan beberapa hal penting lain yang perlu diajarkan kepada anak. Ilmu dan keahlian tersebut diantaranya:

16. Mempelajari bahasa Arab.

17. Mempelajari nasab.

18. Mengetahui ilmu tentang perbintangan.

19. Bersikap kritis dan mampu melontarkan pertanyaan kritis dan berkualitas.

20. Mendidik hati untuk berusaha memahami.

Lalu, Abdul Malik bin Marwan lebih menekankan kepada 2 hal yaitu:

21. Mengajari kejujuran seperti mengajarkan shalat

22. Membiasakan anak untuk berada dalam lingkungan orang-orang yang beradab baik.

Terakhir, yaitu dari Umar bin Abdul Aziz bin Umar bin Khatab. Beliau mewasiatkan beberapa hal, yaitu:

23. Latihan fisik itu sangat baik, selama waktunya tepat.

24. Hindari terlalu banyak tertawa karena mematikan hati.

25. Cerdaslah memilih mainan yang tidak melalaikan dari mengingat Allah, seperti alat musik, karena bisa menumbuhkan penyakit nifaq dalam hati.

Alhamdulillah. Demikian yang bisa saya bagi hari ini. Semoga bermanfaat.

Homeschooling, Lectures of Life, Parenting

Wasiat Syuraih Al Qadhi dan Hisyam bin Abdul Malik

Halaman ini adalah bagian dari seri WASIAT GENERASI TERBAIK ISLAM BAGI PARA PENDIDIK ADAB dalam kajian kitab Jaami’ul Ahkaami fi Aadaabi Shibyan.

Anak Syuraih waktu itu lari dari tempat belajar dan bermain-main bersama anak-anak bahkan mengganggu anjing-anjing. Maka, tatkala hal ini terdengar oleh beliau, beliau menulis syair kepada pendidik adab anaknya tersebut yang artinya seperti di bawah ini.

“Dia telah meninggalkan shalat untuk berusaha bermain dengan anjing-anjing. Mencari persoalan dengan makhluk yang sangat kotor dan bodoh. Maka, apabila ia mendatangimu, cercalah dengan sebenar-benar cercaan. Dan, nasehatilah dengan nasehat yang mendidik dan cerdas.

Jika kamu ingin memukulnya, pukullah dengan pukulan yang bagus. Jika kamu sudah memukul 3 kali, maka tahanlah. Ketahui.ah bahwasanya apa yang engkau bawa adalah amanah dariku. Maka jiwa dia (anakku) bersama dengan sebaik-baik jiwa yang mengalir padaku.

Syuraih dan HisyamDalam nasihat di atas, Syuraih ingin menekankan pentingnya shalat dan nasihat. Mengenai cercaan yang dimaksud, bukan seperti cercaan yang menghinakan seperti yang dilakukan orang awan. Cercaan yang dimaksud adalah memberikan permisalan dari keumuman  dalil atau adat kebiasaan. Misalkan, dengan mengatakan, “Tahukah kamu nak, siapa yang mengabaikan pelajaran maka dia akan menyesal di hari kemudian.” Sementara tentang memukul, hal ini berkenaan dengan usia anak Syuraih yang disyariatkan untuk dipukul dan tentunya bukan jenis pukulan yang menyakiti.

Sedangkan wasiat  Hisyam bin Abdul Malik adalah yang mengingatkan pendidik adab anaknya untuk TIDAK MENASEHATI DI DEPAN ORANG LAIN, karena akan cenderung mendorong si anak untuk berbuat kesalahan lagi. Hal ini bisa dilihat dari yang ia katakan kepada pendidik adab anaknya,

“Jika kamu mendengar darinya sebuah kalimat yang jelek atau tidak pantas dalam sebuah majelis di tengah orang banyak, maka jangan kamu cela. Karena, boleh jadi yang seperti itu akan semakin mendorong kesalahannya Namun jagalah dia (dari kejelekan). Dan jika ia ingin berkata jelek, maka tahanlah.” (Al Adzkiya)

Makna tahan di atas adalah pencegahan. Seorang pendidik harus bisa menahan anak-anaknya berkata buruk. Ia bisa membuat perjanjian di awal atau segera mengingatkan sebelum keburukan itu terjadi.

Homeschooling, Lectures of Life, Parenting

Wasiat Umar bin Abdul Aziz bin Umar bin Khatab

Halaman ini adalah bagian dari seri WASIAT GENERASI TERBAIK ISLAM BAGI PARA PENDIDIK ADAB dalam kajian kitab Jaami’ul Ahkaami fi Aadaabi Shibyan.

wasiat umarDari Abu Ja’far Al Umawi, Umar bin Abdullah berkata,

“Umar bin Abdul Aziz menulis surat kepada pendidik adab anak-anaknya….

Kepada Sahl Maulana,

Sesungguhnya aku telah memilihmu karena pertimbangan ilmuku untuk mendidik anak-anakku. Aku serahkan merek kepadamu, bukan kepada selainmu dari maula-maulaku dan orang-orang khususku. 

Maka latihlah paha-paha mereka karena akan mengokohkan kaki-kaki mereka. Tinggalkanlah berpagi-pagi dalam melatih mereka, karena membiasakannya akan menjadikan lalai. Tinggalkan banyak tertawa karena itu akan mematikan hati. Dan jadikanlah perkara awal yang mesti mereka yakini dari pelajaran adabmu adalah membenci mainan yang munculnya dari syaithan dan akibatnyaadalah kemurkaan Ar Rahman. 

Maka sungguh telah sampai kepadaku dari orang-orang kepercayaan dari orang-orang yang berilmu,

“Bahwasanya mendatangi alat-alat musik, mendengar nyanyi-nyanyian, dan bertekun-tekun pada keduanya akan menumbuhkan penyakit nifaq dalam hati sebagaimana air menumbuhkn rumput.“(Ibnu Abiddunya)

Homeschooling, Lectures of Life, Parenting

Wasiat Harun bin Muhammad dari Bani Habasyah

Halaman ini adalah bagian dari seri WASIAT GENERASI TERBAIK ISLAM BAGI PARA PENDIDIK ADAB dalam kajian kitab Jaami’ul Ahkaami fi Aadaabi Shibyan.

Harun bin Muhammad dari Bani Abasyah sangat mementingkan syair yang terkandung adab yang bernilai tinggi. Beliau mewasiatkan Al Amin dan Al Ma’mun kepada Al Kisa-iy. Diantara wasiatnya adalah

Riwayatkanlah kepada mereka syair, karena akan mengumpukan adab yang bernilai tinggi.” (Adrotul Aghridh)

“Sungguh aku telah menyerahkan jantung hatinya, maka … dan jadikanlah ketaatan untuk anakku. Jadikanlah dia kepada Amirul Mualimin kepadaku. Bacakanlah Al Qur’an yang bagus. Dan beritahukanlah kabar-kabar yang bermanfaat. Ajarkan perilaku yangbagus. Perlihatkan cara bicara yang bagus (meletakkan kalimat pada tempatnya). Tahanlah anak-anak untuk tertawa karena tertawa ada waktunya.”

wasiat harunDari wasiat di atas, maka secara fitrah, kita sebenarnya memang menyukai bacaan yang bagus, Itulah kenapa pendidik adab sebaiknya membacakan Qur’an kepada anak dengan bacaan yang bagus sebagai ‘idola’ pertama sebelum yang lainnya.

Yang tidak kalah pentingnya adalah memberikan berita-berita bermanfaat. Subhanallah… jaman dulu memang belum ada internet, namun sungguh wasiat ini sangat penting. Betapa tidak semua hal yang kita dengar dan baca itu kita perlukan. Inilah yang perlu kita kabarkan dan ajarkan kepada anak-anak kita.

Kemudian mengenai meletakkan kalimat pada tempatnya. Betapa dakwah akan menjadi hikmah jika seseorang mampu menerapkan ilmu untuk berkomunikasi. Satu hal yang pertama dilakukan adalah memberikan teladan sebelum mendidik anak-anak untuk mempraktekkannya.

Dan yang terakhir adalah tertawa. Sebagaimana kita tahu bahwa terlalu banyak tertawa dapat mematikan hati. Begitu pun mengetahui tempat dan waktu yang tepat untuk tertawa adalah adab yang penting untuk diajarkan.

Homeschooling, Lectures of Life, Parenting

Wasiat Muawiyah bin Abi Sufyan Kepada Pendidik Adab

Masih dalam seri 25 Nasihat Generasi Terdahulu Kepada Para Pendidik Adab, Muawiyah bin Abi Sufyan juga mewasiatkan beberapa hal terkait pendidikan anaknya.

Dari Ibnu Buraidah bahwa Muawiyah mengutus seorang utusan kepada Daghfal bin Handhalah untuk menanyakan bahasa Arab, nasab bangsa Arab (dan keluarga Rasulullah), dan tentang perbintangan (untuk mencari tanda atau alamat). Utusan ini takjub dengan kealiman (kecerdasan) Daghfal dan bertanya,

“Ya Daghfal, dari mana kamu bisa hafal seperti ini?”

Maka Daghfal menjawab,

“Dengan lisan yang rajin bertanya dan hati yang banyak berusaha memahami. Karena penyakit ilmu adalah ilmu.”

Dalam perkataannya, dapat kita lihat bahwa Muawiyah bin Abi Sufyan menyebutkan beberapa hal penting lain yang perlu diajarkan kepada anak. Ilmu dan keahlian tersebut diantaranya:

1. Mempelajari bahasa Arab.

2. Mempelajari nasab bangsa Arab, terutama nasab Rasulullah.

3. Mengetahui ilmu tentang perbintangan.

4. Bersikap kritis dan mampu melontarkan pertanyaan kritis dan berkualitas.

5. Mendidik hati untuk berusaha memahami.

6. Tawadhu dengan ilmu yang dimiliki

Homeschooling, Ramadhan Activities

Kegiatan Ramadhan Tahun Ini (Persiapan & Minggu Pertama)

Assalaamu’alaikum warahmatullah!

Alhamdulillah sudah mau Ramadhan lagi. Biarpun ga tercium bau-bau sirup Marj*n karena ga ada TV, tapi hawa-hawa Ramadhan sudah mulaai terasa. Salah satunya, anak tertua udah sering tanya… “Mi, udah bayar puasa taun kemaren, belum? Udah Sya’ban loh ini.” -_____-

Ehem, biar hawanya makin menguat, menggugah, dan menggelora… keluarga klastulistiwa mau merencanakan Kegiatan Ramadhan tahun ini di tempat baruuuu, insya Allah.

Karena isinya banyak (gambarnya hehe), posting yang ini khusus untuk persiapan dan minggu pertama saja, yes.  Apa saja kah itu?

Selain bayar puasa (yang 2 hari pertamanya ditemani si sulung), kami juga membuat dekorasi untuk Ramadhan Wall. Intinya sih biar ngingetin emaknya supaya gak lupa bikin2 yang unyu2… heuheu.

Lentera Ramdadhan Wall (Tutorialnya Gugel Aja yaaa hehe)
Lentera Ramadhan Wall (Tutorialnya Gugel Aja yaaa hehe)

Dan sebelum bocah pada nanya tentang hilal dan sidang itsbat, kami antisipasi duluan. Mereka diajak nonton di Youtube tentang hilal dan berdiskusi tentang rotasi bulan. Pleus, buat ini….

p_20160528_230602.jpg

Nah, sekarang Ramadhannya itu sendiri ngapain doong?

Ya puasa lah… *krik krik krik*

Ngga deng, tentunya memaksimalkan ibadah-ibadah, plus memperkuat hafalan. Ilmu-ilmu umum libur duluuuu… Tapi bikin-bikin jalan terus, hehe.

Bismillah, semoga yang di bawah ini bisa kejadian semua. Klik link masing-masing untuk info lebih lanjut yaaaa…. Beberapa bukan saya yang buat tentu saja hehe… kan bagi waktu buat urusin cucian, dapur, dan rumah juga (alesan).

.

Hari Pertama: Jam Shalat-Puasa

Halah, opo meneh iki? Sebenernya sih mau buat seperti jam shalat tapi ditambah dengan jam bangun sahur dan jam tidur setelah isya. Belum selesai jadi gambarnya belum diaplot. Kepoin aja IG-nya di sidebar yaaa.*eeaaa*

.

Hari Kedua: Rukun Islam

Jeng-jeng, ternyata setelah dicek di dapur, saya punya oatmeal yang dua bulan ga termakan. Daripada dibuang, mending buat review tentang rukun Islam ini. Tinggal tetes pewarna makanan di bubur oatmealnya, dan (semoga) jadilah yang seperti gambar di samping. Siapa tak sukeu sama hand painting laaah. Selanjutnya bisa lanjut dengan kegiatan yang lebih serius dengan si sulung.

.

Hari Ketiga: Poster Siluet Doa Buka Puasa

Ini emaknya juga masih ngapaliiin doa shahih buat buka puasa – yang dibaca setelah berbuka ini (klik link ini untuk belajar lebih lanjut yes). Ini diriwayatkan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:


ذَهَبَ الظَّمَأُ، وابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ، وثَبَتَ اْلأَجْرُ إِنْ شَاءَاللهُ

“Dzahabazh zhoma’u wabtallatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insya Allah-ed.”
[Telah hilanglah dahaga, telah basahlah kerongkongan, semoga ada pahala yang ditetapkan, jika Allah menghendaki](Hadits shahih, Riwayat Abu Daud [2/306, no. 2357] dan selainnya; lihat Shahih al-Jami’: 4/209, no. 4678) [7]

Kemungkinan besar buat poster siluet seperti yang cara buatnya ada di link imanhomeschool ini. Tapi, di atasnya diganti tulisannya jadi doa di atas. Begitchu.

.

Hari Keempat: Poster Kurma

Hahaha… ga sempet cari nama yang nyastra buat judulnya. Tapi intinya yaaa begitulah. Ingin ajak bocah buat poster unyu-unyu soal sahur dengan kurma ini biar punya sense of pride ngikutin sunnah dan pede meski bukanya ga sama teh bottle nganu. Hehe. Posternya gambar sendiri lah… ga seperti yang dibuat komputer seperti gambar di samping. Semoga bisa aplot hasilnya di IG dan doakan selesai pas ada kuota (curcol lagiii).

.

Hari Kelima-Tujuh (Borongan): Pohon 99 Nama Allah

Pas lihat posting ini langsung melotot: huwaaaaa kereeen.. masyaAllah. Semoga bisa eksekusi. Pengennya pake daun beneran, tapi kan prosesnya lumayan lama.  Kalau pakai setria.. glek… 99 daun gitu? -___-

Tapi, kita lihat ajalah… sapa tau bisa.

.

Nah… alhamdulillah rencana sampai minggu pertama Ramadhan sudah tuntasss. Semoga bisa dieksekusi semua. ^____^