My Reflection

Versi Unyu-Unyu Blooms’ Taxonomy

Pagi-pagi nongkrong di facebook sambil blogwalking memang seru, apalagi kalau nemu yang begini. Hehe…

Blooms Taxonomy emang gak ada matinya. Sejak pertama berkenalan dan mulai pakai formulanya di kelas, saya lebih sering dibuat tercengang sama hasil akhirnya: my students and their masterpieces!

It can dig into their full potential beyond the classroom! Saya ulangi ya… beyond… melewati tembok-tembok ruang kelas, mashaAllah.

So, teachers, enjoy the infographic…  intinya sama namun lebih unyu-unyu pastinya.

image

Gambar & pelajaran keren lainnya bisa dilihat di http://anethicalisland.wordpress.com/

SOSE Resources

Medieval Age

Yaay, finally we have finished discussing about the Medieval Life topic! It was such a breathtaking experience in taking the students to really ‘experience’ what really happened during those times. The loudest gasps were at the time I showed them the video of ‘torturing devices’ used for the trial and when we watched the history of Black Death. 

Following is the link to obtain the slides:

https://docs.google.com/file/d/0B7O3Bxh-4is4YzEteHp0VTRDRGc/edit?usp=sharing

We also opened a Medieval Village that have the students explaining about every aspects of medieval life to their peers. Hopefully, by doing it, the students would have comprehended these aspects:

  • Explaining the aspects influenced in the Middle Ages
  • Elaborating the effect of Feudalism and explain the rise of middle class
  • Illustrating the feasts and festivals
  • Describing the roles of Catholic churches
  • Explaining about ways laws are implemented, incl. to Joan of Arc
  • Depicting the signs to impacts of the Black Death
  • Explaining the raise of people power

Image

 

My Reflection

What Makes (a) Teacher Happy in a Classroom

Countless literatures have suggested lots of things for teachers to learn to make sure the students happy. But, how many readings really show what things students could do that could make teachers happy? (At this point, if you are a student, you may say “What?” – or if you are a teacher, you may say “Finally!”)

Umm.. this post – however – does not really talk the scientific ways. What I want to say is something natural… something expected by humans… since teachers ARE humans, right?  So this post would view my one-and-only point of view after teaching for more than 8 years in schools with different systems and cultures.

So, here we go with the list of things that could make a teacher (read: ME) happy.

1. Being warmly greeted 

Well, this is normal, I believe. But honestly, as a teacher,  I would be very happy if a student (the ones I teach or not) greet me. A simple smile would be enough should ones don’t feel like greeting. 🙂

2. Being listened to

This what makes it super different between hearing and listening. When you listen, you really put the effort of trying to figure out “What in the world is this person talking about, eh?” It really erases my fatigue of preparing those lesson plans and teaching preparation. Well, for sure, sometimes I do not make myself clear. If that happens, it would lead to my next happiness…

 3. Being asked (while teaching)

This factor is following factor number 2: being listened to. Sometimes, I vibe different ‘frequency’ or ‘language’ when I explain or present something in front of people. Then, if my listener(s) ask questions related to my presentation – not like, “May I go to the rest room?” type of question – I would be super happy! Any kinds of questions would enrich both sides of the parties and  make the brain think!

4. When students/ audience do what is told

This last but not least item is the most important one, I assume. It really highlight everything I have been explaining. Well, I am the kind of teacher who believes in the magic of ‘active learning’. I’ve been seeing examples of how my students still ‘use’ it even after they graduate. They still remember what they have acquired in my classroom (not what they listen). So, if they do what they are told, it will (insyaAllah) bring benefits for them. Their body will help ‘memorizing’ the things I am supposed to teach.

My Students: Source of Happiness
My Students: Source of Happiness

Basically, those would be all I could remember (and type) about the things that make me (as a teacher in  a classroom) happy. Actually, there are more than just four. But for now, having those for has made me more than grateful for being a teacher.

Teacher's Professional Development

STRATEGI PRAKTIS KELAS AKTIF #1

JURUS PRAKTIS MENDAPATKAN PARTISIPASI SISWA

Suatu kelas tidak akan dikatakan aktif tanpa partisipasi siswa. Karena itu para ahli yang sudah berjibaku dengan siswa mengkreasikan beberapa metode yang insyaAllah bisa membuat siswa tertarik untuk ikut serta. Namun tentu saja, gaya-gaya ini tidak bisa terus dipakai di setiap kelas. Karena yang dihadapi guru adalah manusia, sangat mungkin mengkombinasikan atau memodifikasi metode di bawah ini untuk mencapai pembelajaran yang maksimal.

1. Diskusi terbuka

Tanyakan suatu pertanyaan pembuka di depan kelas. Jika anda kuatir siswa terlalu malu untuk menjawab, tanyakan apakah ada tiga atau atau empat orang siswa yang bisa menjawab. Atau, tanyakan saja siapa yang punya jawaban untuk pertanyaan. Atau, anda bisa memberikan waktu sebanyak 5-30 detik untuk siswa menuliskan jawaban mereka. Waktu pause tergantung kesulitan pertanyaan anda… Di kelas, saya tidak pernah lebih dari 30 detik :D. (Hmm.. Mungkin itu sebabnya murid-murid menjuluki saya Ratu Tega huehehehehe)

Tapi ingat-ingat yaaa… tingkat kesulitan siswa berbeda-beda, seperti tiga dari 6 level berpikirnya Bloom (bener gak ya?) yang saya ingat, yaitu mengingat, menerapkan, dan mengevaluasi. Jadi, bentuk pertanyaan sebaiknya didesain  minimal untuk tiga level itu. Misalkan:

  • Untuk level mengingat (basic) pertanyaannya menjadi “Apa bedanya…. dan ….” atau “Hayoo, sebutkan 3 bla.. bla..bla…”. jadi benar-benar  recalling saja sifat pertanyaannya.
  • Untuk level menerapkan (intermediate), pertanyaanya bisa seperti “Jelaskan apa hubungan antara… dan…. menurutmu?” atau “Bagaimana bisa … dikatakan sesuai, ya?” atau “Siapa yang setuju……? Kenapa?” dll, dst, dsb, dllaj. 😀 Intinya pertanyaan-pertanyaan didesain untuk menantang siswa level ini untuk (a) melogiskan  apa yang mereka pelajari,  (b) mengaplikasikan formula ke pertanyaan atau problem yang baru, dan  (c) menganalisa hubungan antara dua konsep atau lebih dan menggeneralisasikannya. 
  • Untuk level mengevaluasi, pertanyaannya bisa menjadi “Menurut si ini, bla.. bla.. bla… Jika kamu adalah si inu, apa yang kamu lakukan?” atau “Menurutmu, memangnya bisa ya jika bla.. bla.. bla…” Intinya, pertanyaan untuk siswa yang sudah mencapai level ini menantang mereka untuk mencari solusi atau alternatif dan memberikan justifikasi atas pilihan yang diambil.

Nah… saya yakin anda pasti sudah mengenali siswa-siswa anda tercinta. Dengan variasi pertanyaan sesuai level, semoga tidak ada siswa yang merasa tertinggal. 

2. Diskusi kelompok: Bagi siswa menjadi beberapa kelompok beranggotakan tiga orang atau lebih (jangan terlalu banyak, kalau menurut saya, agar efektif). Tugaskan kelompok untuk berbagi atau mendapatkan informasi. Metode ini berfungsi jika anda memiliki waktu yang cukup untuk melakukan tanya jawab atas masalah yang muncul. Oya, suatu hari ketika saya sedang puter-puter cari ide di dunia maya untuk kegiatan di kelas, saya temukan laman dari University of North Carolina at Chapel Hill dan laman dari University of Minnesota ini yang isinya beberapa metode yang bisa diterapkan dalam kelompok kecil. Tujuannya  adalah agar siswa mampu menyuarakan pendapatnya  Begini kurang lebih isinya  setelah diterjemahkan:

  • Think/Write-Pair-Share (Lyman, 1992). Disini, guru memberikan isu atau masalah kepada siswa yang diminta untuk memikirkan atau menuliskannya setelah diberikan 30-60 menit. Lalu, siswa diminta bekerja berpasangan untuk menjelaskan jawaban mereka kepada rekannya selama 3-5 menit. Lalu, guru berdiskusi hasilnya satu kelas. 
  • Buzz Groups. Anak-anak dikelompokkan menjadi 5-8 orang untuk mendiskusikan topik yang diberikan guru. Oya, jangan lupa pastikan bahwa guru menginstruksikan siswa untuk mengkontribusikan satu ide kepada masing-masing kelompok. Setelah 10 menit, minta salah satu kelompok untuk membacakan hasilnya dan minta kelompok yang sama hasilnya untuk mengangkat tangan. Bagi kelompok yang memiliki jawaban/ tanggapan yang berbeda, minta mereka untuk berbagi.
  • Three-steps-interview. Kegiatan ini dilakukan oleh berpasangan. Masing-masing anggota pasangan bergantian untuk mewawancarai pasangan yang lain. Setelah itu, pasangan menyimpulkan apa yang dikatakan pasangannya. Kegiatan ini diakhiri oleh masing-masing pasangan menjelaskan kesimpulannya kepada pasangan yang lain.
  • Note Check. Kalau anda mewajibkan siswa untuk menulis (seperti saya.. hehe.. berhubung kami tidak menggunakan buku paket), sempatkan untuk meminta anak-anak membandingkan catatan mereka dengan rekannya. Minta siswa untuk mencari misconception dan atau apakah mereka telah menuliskan poin-poin terpenting yang harus dituliskan. Oya, ingatkan dan monitor siswa untuk tidak menukar catatan, ya! Membandingkan bukan memberikan catatan lalu dengan sekenanya dikopi loh… Jika strategi ini rutin dilakukan, insyaAllah kemampuan mencatat mereka akan berarsung meningkat.
  • STUMP! Hehe.. ini nama generik yang saya ambil sekenanya. Seru banget deh. Saya paling suka kalau sedang pakai metode ini. Biasanya, saya akan stop ditengah-tengah diskusi atau penjelasan lalu berkata “Stomp!”. Karena terbiasa, anak-anak akan segera berpaling ke teman mereka lalu dulu-duluan bertanya tentang apa yang saya sudah ajarkan di sesi itu. Kalau mereka bisa, saya menuliskan nama mereka di papan tulis. 

3. Kartu bingung: Sebarkan kartu berukuran A6 atau A7 dan minta siswa menuliskan jawaban dari pertanyaan yang anda berikan tanpa menuliskan identitas di kertas. Anda bisa menggunakan metode ini untuk menghemat waktu atau ketika anda merasa siswa tidak cukup percaya diri untuk menyertakan identitas mereka di kartu jawaban.

4.  PollingBuatlah survei kecil-kecilan yang berhubungan dengan materi anda saat itu. Jika waktu anda sedikit, anda bisa meminta siswa untuk mengangkat tangan. Jika waktunya lumayan memadai, anda bisa meminta siswa untuk menuliskan pilihannya secepat mungkin ya.. 

5. WhipsAnda bisa menanyakan kelompok pertanyaan singkat yang hanya membutuhkan satu kata atau frase sebagai jawaban. Contoh pertanyaan bisa seperti “Satu hal yang bisa dilakukan dengan bla-bla-bla yaitu…”. Anda bisa menantang siswa untuk membuat pertanyaan untuk grup lain loh! Usually the students would love it! ^___^ Oya, jangan lupa dimonitor agar siswa tidak menanyakan hal yang sama. 

6. Diskusi panelUndanglah kelompok siswa ke depan sebagai presenter untuk menyampaikan pendapat mereka mengenai suatu hal. Para peserta panel dapat memberikan pendapat mereka terhadap apa yang disampaikan. Rotasikan kesempatan untuk menjadi presenter agar setiap siswa memilik i kesempatan untuk memimpin. Jika waktu mencukupi, diskusi bisa dibuat lebih dalam untuk mendapatkan lebih dari suatu topik. 

7FishbowlSistem ini yang hampir sama dengan diskusi panel. Caranya, beberapa siswa untuk duduk di tengah lingkaran siswa yang lain. Yang sedikit mnjelaskan, sedangkan yang lebih banyak tentunya menjadi pendengar (aktif loh.. ada sesi tanya jawab nantinya). Metode ini saya rasakan manfaatnya kalau harus fokus ke diskusi kelas.. meskipun kelemahannya adalah makan waktu. 

8. GAMES! YAAY! Sebenernya hanya mengadopsi sistem cerdas cermat aja sih… atau acara Ranking Satu-nya salah satu stasiun TV dan game show lainnya. Klasik namun seruw! 

9. PEMBICARA BERIKUTNYATrik ini berguna kalau anda ingin siswa berpartisipasi. Daripada anda yang menunjuk siswa untuk memberikan pendapat, misalnya, anda bisa meminta siswa melakukannya setelah giliran mereka berbicara selesai. 

10. Pilih-Pilih PG. Hehehe.. kalau anda mencoba mencari tahu nama ini lewat mang Google, mungkin akan berakhir di blog saya. Sebenarnya metode ini sama dengan metode STUMP, tapi menggunakan PG alias Pilihan Ganda. Caranya sama, stop ceramah anda dan berikan satu soal PG. Minta anak tunjuk tangan untuk setiap jawaban, misalnya “Siapa yang memilih A, tunjuk tangan.” dst. Jika waktu memungkinkan, silahkan tanya alasannya. Ini juga untuk mengecek apakah siswa tidur ketika anda menerangkan di depan. 😛

11. Debat! My students love to debate a lot! Hehehe… biasanya saya menyediakan dua hal yang bertentang di kelas untuk satu topik. Lalu, saya bagi kelas menjadi dua bagian besar. Yang HARUS setuju dan yang TIDAK setuju. Ini sebenarnya bisa untuk materi apa saja, dari mulai ilmu sosial sampai matematika. Teman saya, guru matematika, membagi kelas menjadi dua bagian. Lalu, ia membuat dua statement yang bertentangan yang harus dipertahankan habis-habisan (sampai waktu habis maksudnya) oleh kedua kelompok. Satu pernyataan itu adalah: “Tower air itu (sambil menunjuk tower air) bisa didapat tingginya tanpa diukur dari atas ke bawah.” Seru…! Anak-anak yang sudah dibekali buku paket bisa menggunakan bukunya tanpa disuruh loh (mereka ingin jadi kelompok yang menang soalnya).

 Phew… Baiklah.. untuk sementara demikian strategi yang pernah saya pakai di kelas (dan yang saya intip di kelas teman-teman saya). Jika anda punya strategi yang lain, jangan sungkan berbagi yaaa! 

Bersambung ke STRATEGI PRAKTIS KELAS AKTIF #2 ^______^

Teacher's Professional Development

STRATEGI PRAKTIS KELAS AKTIF #INTRO

Mulai detik ini saya akan mulai berbagi apa yang saya tahu, pernah saya baca, dengar, alami, dan praktikan di ruang-ruang kelas mengenai manajemen kelas aktif.

Berhubung strategi-strategi praktis ini berasal dari berbagai sumber yang pernah saya pelajari dari mulai saya nekad mengajar di depan murid, maka saya persilahkan anda atau siapapun untuk membaginya seluar-luasnya. Semoga semakin banyak guru-guru yang berdaya yang sanggup memberdayakan potensi-potensi (tersembunyi) generasi-generasi masa depan.

Yang pasti, strategi-strategi ini pernah saya praktikan di ruang kelas. Dan, hasilnya… Subhanallah… baik siswa maupun saya ketagihan dengan bagaimana kami berinteraksi di dalam kelas. Namun mohon maaf,  berhubung saya tidak memiliki pengetahuan yang mumpuni mengenai peristilahan, banyak strategi yang tidak dinamai dengan nama generik asalnya. Mungkin ada beberapa yang saya tahu, namun selebihnya, kebanyakan saya menamai sekenanya.

Karena saya (pribadi)  percaya, siswa tidak butuh nama-nama metode pembelajaran yang njelimet… they just need to have something when they walk out of my class.

Meniru iklan susu yang katanya dapat memberikan efek sixpacks bagi pengonsumsinya, maka saya saya juga akan ikut berkata:

“Active Learning? Trust me.. It works!” Hahahaha 😀

Selamat mencoba! ^___^