Tulisan ini akan menyoal turnover dalam bidang SDM ya. Sebenarnya ada padanan kata bahasa Indonesia untuk turnover ini, yaitu perpindahan atau pergantian. Tapi, berhubung kata turnover (menurut saya) jauh lebih familiar, jadi saya akan memakainya dalam tulisan ini.
Definisi turnover itu sendiri, yang saya terjemahkan dari businessdictionary , adalah jumlah karyawan yang direkrut untuk menggantikan karyawan yang mengundurkan diri atau diberhentikan dalam jangka waktu tertentu.
Kata karyawan disini akan kita ganti dengan kata guru yang merupakan salah satu komponen terpenting dalam menentukan kualitas sekolah. Kualitas kinerja guru yang baik sering berdampak positif bagi perkembangan anak didik.
Begitu pula dengan masa kerja guru di sekolah tersebut. Sekolah Sekolah yang memiliki kemampuan retensi guru yang baik, atau dengan kata lain tidak sering bongkar pasang guru, terbukti berpengaruh dalam menjaga dan meningkatkan kualitas pengembangan profesi, jumlah siswa, penjadwalan, perencanaan kurikulum, kenyamanan kerja, dan menghindarkan sekolah tersebut dari potensi ‘chaos’.
Seperti bola es yang terjadi dalam sekolah dengan turnover tinggi, faktor-faktor di atas akan mempengaruhi operasional sekolah secara makro, atmosfir kerja yang tidak menyenangkan, merusak citra sekolah, dan pada akhirnya terjadi hal yang paling tidak diinginkan: mencederai proses belajar mengajar. Seperti hasil riset William Sanders dalam Teachers Magazine (2000), anak-anak didik yang belajar di sekolah yang memiliki kemampuan retensi guru akan merasa nyaman dan mampu meningkatkan prestasi akademik.
Lalu, apa yang menyebabkan tingginya turnover? Apakah hanya gaji dan remunerasi? Guess what?
Yup, berdasarkan banyak riset yang dilakukan bidang manajemen seperti uang dilakukan Galluphttp:// www.gallup.com/businessjournal/106912/turning-around-your-turnover-problem.aspx, ternyata bukan uang alasan utama tingginya turnover.
Mari kita lihat prosentase berikut:
Ternyata, alasan moneter hanya mendapat porsi 22%. Sisanya yang 78% terbagi menjadi beberapa alasan seperti job security, jenjang karier, gaya manajemen, ketidak cocokan pekerjaan, dan penjadwalan/ fleksibilitas. Kelima hal tersebut disebabkan oleh ketidak cakapan manajemen dalam menganalisis dan mengelola talent yang dimiliki organisasinya.
Dalam cakupan sekolah, siapakah yang disebut manajemen itu?
Manajemen sekolah termasuk dalamnya setiap pengelola yang merupakan pengambil keputusan, baik strategis maupun operasional. Berarti, dalam hal ini, manajemen sekolah itu termasuk ketua dan anggota yayasan, kepala sekolah, wakil kepala sekolah, hingga koordinator.
Semua pengambil keputusan tadi paling bertanggung jawab atas tingginya tingkat turnover . Tidak ada satu pun bagian yang bisa mencuci tangan karena koordinasi yang baik dimulai dari analisis diri dan mengakui kesalahan.
Lalu, bagaimana selanjutnya? Bisakah kita atasi masalah ini?
Tunggu lanjutannya, ya, insyaAllah. 🙂
Sangat bermanfaat bu
SukaSuka
Terima kasih kunjungannya, Bu Novia.
SukaSuka