Al Fawaid Al Ilmiyyah (Ustadz Badrussalam)

Kajian Kitab: Nasihat dan Bimbingan Bagi Muslimah (Ust. Badru) 24 Nov 2025 – Masjid Ariyadan

Dunia sesuatu yang akan binasa /fana/ bayangan yang akan hilang. Yang tertipu dengan dunia adalah kebinasaan.

Bagi yang tertipu, menganggap akhirat itu dongeng & kematian  sebagai peristirahatan terakhir. Maka, pandang dunia fana. Allah ← Rasulnya menganggap dunia sebagi sebuah yang hina.

Pikiran seorang mukmin: masuk surga. Keimanan adalah segalanya. Ulama: Dunia itu seperti perempuaan tua yang berhias. Dunia itu tempatnya lelah. Ada orang yang diberikan kesenangan,  malah lupa.  Maka kebahagiaan di dunia itu tidak akan sempurna.

Surat Al-Balad Ayat 4
لَقَدْ خَلَقْنَا ٱلْإِنسَٰنَ فِى كَبَدٍ

Artinya: Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.

HAKIKAT AKHIRAT ADALAH  KEBAHAGIAAN SESUNGGUHNYA


Dari Abu Qatadah bin Rib’i al-Anshâri, dia menceritakan bahwa ada jenazah yang (dipikul) melewati Rasûlullâh n , maka beliau bersabda, “Orang yang beristirahat, dan orang yang diistirahatkan darinya”. Mereka (para sahabat) bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah (maksud) orang yang beristirahat, dan orang yang diistirahatkan darinya?” Beliau menjawab, “Seorang hamba yang Mukmin beristirahat dari kepayahan dan gangguan dunia menuju rahmat Allâh. Sedangkan hamba yang fajir (jahat), maka banyak manusia, bumi, pepohonan, dan binatang, beristirahat darinya” . [HR. Bukhari dan Muslim]

Al-Imam Ibnu Rajab Al-Hanbaliy rahimahullahu ta’ala berkata:

“Bertemanlah kamu kepada siapa saja yang kamu bisa berteman. Dan demi Allah yang beristiwa’ di atas ‘Arsy, tidak akan pernah ada orang yang akan berteman denganmu di dalam kuburanmu, kecuali satu teman saja.
Ketahuilah, dia adalah amalanmu yang saleh.
Dan berbuat baiklah dalam berteman dengannya, niscaya dia akan berbuat baik dalam berteman dengan kamu di dalam kuburanmu.” [Lathaiful Ma’arif hal 99]

MAKA PERBAIKI HUBUNGAN DENGAN TEMAN KITA DI KUBUR NANTI: AMAL SOLEHMU

Ibnu Qayyim: kehidupan di dunia penuh tidak dingin karena penuh dengan kesulitan.

Bila seseorang selamat dari (keburukan)nya, maka setelahnya lebih mudah darinya; bila seseorang tidak selamat dari (keburukan)nya, maka setelahnya lebih berat darinya.’ Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, ‘Aku tidak melihat suatu pemandangan pun yang lebih menakutkan daripada kubur.’” [HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Mâjah; dihasankan oleh syaikh al-Albâni]

8 PERKARA YANG MENIMPA MANUSIA:

  • Sururun (Kegembiraan)
  • Hamuun (Kegundahan)
  • Pertemuan
  • Perpisahan
  • Kemudahan
  • Kesusahan
  • Kesakitan
  • Kesehatan

Sahl bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

أتاني جبريلُ ، فقال : يا محمدُ عِشْ ما شئتَ فإنك ميِّتٌ ، وأحبِبْ ما شئتَ ، فإنك مُفارِقُه ، واعملْ ما شئتَ فإنك مَجزِيٌّ به ، واعلمْ أنَّ شرَفَ المؤمنِ قيامُه بالَّليلِ ، وعِزَّه استغناؤه عن الناسِ

“Jibril ‘alaihissalam pernah datang kepadaku seraya berkata, ‘Hai Muhammad! Hiduplah sesukamu, sesungguhnya engkau akan menjadi mayit. Cintailah siapa saja yang engkau senangi, sesungguhnya engkau pasti akan berpisah dengannya. Dan beramallah semaumu, sesungguhnya engkau akan menuai balasannya. Dan ketahuilah bahwa kemuliaan seorang mukmin terletak pada salat malam dan kehormatannya adalah rasa kecukupan dari manusia.’” (HR. Thabrani dan dinilai hasan oleh Syekh Al-Albani rahimahullah dalam Silsilah Ahadits Shahihah, no. 831)

Dunia adalah tempat bercocok tanam

Sahabat punya cita-cita tinggi: masuk syurga. Maka tanamkan kepada anak.


عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – أَنَّ أَعْرَابِيًّا أَتَى النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – فَقَالَ دُلَّنِى عَلَى عَمَلٍ إِذَا عَمِلْتُهُ دَخَلْتُ الْجَنَّةَ . قَالَ « تَعْبُدُ اللَّهَ لاَ تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا ، وَتُقِيمُ الصَّلاَةَ الْمَكْتُوبَةَ ، وَتُؤَدِّى الزَّكَاةَ الْمَفْرُوضَةَ ، وَتَصُومُ رَمَضَانَ » . قَالَ وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لاَ أَزِيدُ عَلَى هَذَا . فَلَمَّا وَلَّى قَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَنْظُرَ إِلَى رَجُلٍ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَلْيَنْظُرْ إِلَى هَذَا

“Dari Abu Hurairah ra bahwa seorang badui mendatangi Nabi Saw, lalu ia berkata, “Tunjukkan kepadaku suatu amal jika aku kerjakan mengantarkanku masuk surga”. Nabi bersabda, “Kamu meyembah Allah tidak menyekutukan dengan sesuatu apapun, mendirikan shalat fardhu, membayar zakat dan puasa di bulan ramadhan”. Si badui itu berkata, demi jiwaku di tagannya, aku tidak akan menambah ini. Ketika si badui itu sudah pergi Nabi bersabda, ” jika anda ingin melhat ahli surga lihatlah orang ini”. (HR. Bukhari).


“Rasulullah (pernah) masuk ke rumah kami, yang mana tidak ada orang lain yang di dalam melainkan aku, ibuku (Ummu Sulaim) dan bibiku (Ummu Haram). Beliau bersabda, ‘Berdirilah kalian, aku akan salat bersama kalian.’ Kemudian beliau salat bersama kami pada saat bukan waktu salat wajib.”

Anas juga bercap bahwasanya Rasulullah sering berkunjung (singgah) apabila Rasulullah hendak pergi ke Quba’. Pada suatu ketika, Rasulullah singgah di kediaman Ummu Haram. Beliau dihidangkan makanan Ummu Haram, lalu kemudian Rasulullah menyandarkan kepalanya dan bablas tertidur.

Saat terbangun, Ummu Haram mendapati Rasulullah tiba-tiba tertawa. Ummu Haram yang melihatnya pun terheran-heran dan bertanya

“Apa yang membuat anda tertawa wahai Rasulullah?” tanya Ummu Haram.
Mendengar pertanyaan tersebut, Rasulullah salallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Sekelompok manusia dari umatku diperlihatkan kepadaku, mereka berperang di jalan Allah dengan berlayar di lautan sebagaimana raja-raja di atas pasukannya atau laksana para raja yang memimpin pasukannya

Ummu Haram yang mendengarnya terdiam. Mencoba membayangkan pasukan muslimin yang biasanya berperang melewati gurun dan hutan menggunakan unta dan kuda mereka, kelak akan berperang di negeri asing melewati laut. Ummu Haram yang memang mendambakan sekali ikut berjuang di jalan Jihad pun langsung menatap antusias kepada Rasulullah.

“Wahai Rasulullah, doakanlah aku agar aku termasuk dalam golongan mereka.” Ujar Ummu Haram mantap.

Lalu Rasulullah salallahu ‘alaihi wa sallamberdo’a kepada Allah atas permohonan Ummu Haram. Kemudian beliau menyandarkan kepalanya lagi dan memejamkan mata. Beliau kembali tertidur. Tidak lama kemudian beliau terbangun dan tertawa kembali. Ummu Haram yang melihatnya bertanya lagi.

“Apa yang membuat Anda tertawa wahai Rasulullah?” tanya Ummu Haram lagi.
Mendengarnya, Rasulullah kembali bersabda Sekelompok manusia dari umatku diperlihatkan kepadaku tatkala berperang di jalan Allah laksana raja bagi pasukannya.’

Ummu Haram kembali berujar mantap,

“Wahai Rasulullah, doakanlah aku agar aku termasuk dalam golongan mereka.” Ujar Ummu Haram untuk yang kedua kalinya.
Kali Ini Rasulullah salallahu ‘alaihi wa sallamtersenyum.

“Engkau termasuk golongan mereka.”

PERANG DI LAUTAN LEBIH BESAR PAHALANYA

“ Dunia itu termasuk empat golongan, yaitu:

(1) Seseorang yang Allah beri ilmu dan harta lalu dia bertakwa kepada Allah, menyambung silaturahim (hubungan dengan kerabat), dan mengetahui hak Allah atas harta tersebut. Orang ini yang paling utama kedudukannya di sisi Allah.

(2) Seseorang yang Allah beri ilmu tetapi tidak diberi harta, lalu dia berkata, ‘Andai aku punya harta, aku akan melakukan seperti amalan si polan.’ Karena niat baik itu, dia dan orang pertama sama dalam pahala.

(3) Seseorang yang Allah beri harta tetapi tidak diberi ilmu, lalu dia menghabiskan harta tersebut tanpa bertakwa kepada Allah, tidak menyambung silaturahim, dan tidak mengetahui hak Allah pada harta itu. Orang ini kedudukannya paling buruk di sisi Allah.

(4) Seseorang yang tidak diberi Allah harta dan ilmu, lalu berkata, ‘Andai aku punya harta, aku akan melakukan seperti amalan si polan.’ Karena niat buruknya itu, keduanya sama dalam dosa .’” (HR. Tirmidzi, no. 2325 dan Ahmad, 4:231. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini sahih).

Al Fawaid Al Ilmiyyah (Ustadz Badrussalam)

Nasihat Bimbingan Muslimah – Kajian ust Badru- Ar Riyadh Depok – Senin,  27 Oktober 2025

Ujub dengan amal shalih itu lebih buruk. Ketika sibuk dengan dunia, meninggalkan agamanya, Allah akan berikan kehinaan dapat kembali ke agama kalian. Umat kafir itu saling memanggil untuk menyantap kalian.  Sahabat: Rasulullah,  apakah karena kita sedikit jumlahnya? Rasulullah: justru kalian banyak. Seperti nih yang dibawa banjir.

Allah akan cabut ketakutan musuh kepada kalian dan Allah akan berikan penyakit Wahn (cinta dunia dan takut mati).

Assyuaro 88-89

Kehilangan agama lebih berat daripada kehilangan dunia di akhirat nanti. Karena apa? Karena maksiat.

Sesungguhnya orang yang hidup setelahku akan menemukan perpecahan yang banyak. Gigit dengan gigi geraham. Akan datang jaman orang yang memegang agama seperti memegang bara api.

Pegang agama dengan menuntut ilmu

Takutlah kalian dengan neraka, meskipun bersedekah  dengan sebutir kurma. 

Hisab: 1. Ringan Diingatkan dan 2. Berat,  tapi berkilah dan dikunci mulutnya.

Tidak mungkin Allah ciptakan manusia sia-sia, melainkan ada tujuan besar. Adz Dzariyat 56

Al Dukhon 38-49

Tidaklah kami ciptakan langit dan bumi bukan sia-sia.

Ibadah: nama yang mencakup semua yang Allah sukai dan ridhoi, tampak maupun tersembunyi,  tampak maupun batin. Tau dari mana Allah  cinta/ ridho? Dari wahyu yang disampaikan ketiadaan Rasulullah. Berupa ucapan dan perbuatan.

Ucapan: hati  dan lisan

Perbuatan : Hati (ikhlas,  tawakal, cinta),  lisan (dzikir, baca Quran), dan anggota badan (puasa, dhalat),

Boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, ternyata itu baik untuk kamu.

Agama ini milik Allah

Ketika Umar menyuruh Rasulullah untuk memberi hijab, tapi Rasulullah belum berani karena belum turun perintah Allah.  (Sahih bukhari Muslim, 126/2170)

Al Mulk 2

Allah mengatakan: aku melihat ibadah yang paling benar, ikhlas, bukan yang paling banyak.

Ibadah secara bahasa= tunduk dan patuh.

Sungguh mengagumkan urusan seorang mukmin. Kalau diberikan kelebihan bersyukur, kalau kekurangan bersabar

Ketahui bahwa kehidupan dunia itu perhiasan, saking berbangga,

Al Kahfi 65

Rasulullah mengumpamakan dunia seperti kotoran “Sesungguhnya yang keluar dari perut seseorang, itulah dunia. “

HR Imam Ahmad “Dunia itu lebih hina dari bangkai anak kambing”

“Dunia itu seperti sayap nyamuk”

Said “Ini ada dunia mau merusakku” saat mendapatkan uang. Ia berkata keluarga istrinya, “Apakah ktemu mau bantu ” iya, akhirnya uang itu dibagikan kepada rakyat.

Ulama: jadikan dunia seperti ludah

Imam Ahmad ditanya, “Orang yang memiliki 1000 dinar bisa disebut zuhud ketika dia tidak bersedih

Umat saat mau berwudhu, lalu ada yang bertanya “Air ini buat apa?” Umar bilang

Kajian Buku Ustadzah Ummu Ihsan

Manusia Menerima Buku Catatan Amal

Kajian Kitab ‘Renungilah  Perjalanan Hidupmu ‘ ustadzah Ummu Ihsan – MIAS Depok – Rabu, 22 Oktober 225

Malaikat tidak pernah durhaka kepada Allah. Wajib mengimani malaikat, baik nama maupun sifatnya. Malaikat mengawasi dan senantiasa mencatat. Kenapa perlu mengimani? Karena iman itu naik-turun.

Malaikat tidak akan pernah salah dan melaksanakan tugasyang Allah berikan.  Mereka mencatat semua ucapan manusia baik tayang nampak maupun tersembunyi. Barangsiapa mengerjakan kebaikan walau sebesar biji dzarah, ia akan melihat.

Inti serangan syaithon itu: syubhat atau syahwat.

Tidak seperti manusia yang perlu data, Allah tidak butuh malaikat.  Hikmah ciptakan malaikat untuk mencatat amal tanpa terluput sedikit pun adalah untuk menampakkan ke-Maha Adilan Allah. Ketika ditampakan kepada manusia, kit tidak bisa mengelak sedikit pun. Pada hari kiamat, manusia akan mengingat semua perbuatan + data didepan mata.

Allah Ta’ala  berfirman:

وَوُضِعَ الْكِتَابُ فَتَرَى الْمُجْرِمِيْنَ مُشْفِقِيْنَ مِمَّا فِيْهِ وَيَقُوْلُوْنَ يَا وَيْلَتَنَا مَالِ هَذَا الْكِتَابِ لاَ يُغَادِرُ صَغِيْرَةً وَلاَ كَبِيْرَةً إِلاَّ أَحْصَاهَا وَوَجَدُوْا مَا عَمِلُوْا حَاضِرًا وَلاَ يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا (49)

“Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: ‘Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya.’ Dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Rabbmu tidak menganiaya seorang jua pun.” (QS. Al-Kahfi: 49)



Allah Ta’ala berfirman:

وَتَرَى كُلَّ أُمَّةٍ جَاثِيَةً كُلُّ أُمَّةٍ تُدْعَى إِلَى كِتَابِهَا الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ (28)

“Dan (pada hari itu) kamu lihat tiap-tiap umat berlutut. Tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya. Pada hari itu kamu diberi balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Al-Jaatsiyaat: 28).

Semua berlutut menunggu dipanggil untuk menghadap Rabb semesta alam. Ketika seorang hamba tahu bahwa dirinyalah yang dicari dengan panggilan itu, maka seruan itu akan langsung menggetarkan hatinya. Tubuhnya gemetar dan ketakutan yang besar langsung menyelimutinya. Berubahlah rona wajahnya dan menjadi hampalah pikirannya. Kemudian kitab catatan amalnya dibentangkan dan dibuka di hadapannya. Lalu dikatakan kepadanya:

اِقْرَأْ كِتَابَكَ كَفَى بِنَفْسِكَ الْيَوْمَ عَلَيْكَ حَسِيْبًا (14)

“Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu.” (QS. Al-Isro’: 13-14)

Seorang mukmin akan diberikan bukunya dari arah depan Orang yang menerima catatan dengan tangan kanannya, ia akan dihisab dengan hisab yang mudah.

Allah Ta’ala berfirman:

فَأَمَّا مَنْ أُوْتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِيْنِهِ (7) فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيْرًا (8) وَيَنْقَلِبُ إِلَى أَهْلِهِ مَسْرُوْرًا (9)

“Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, dan dia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira.” (QS. Al-Insyiqaaq: 7-9)

Syaikh Muhammad bin Sholih al-‘Utsaimin rahimahullah mengatakan bahwa setelah dihisab, ia kembali kepada sesama kaum beriman di Surga dengan hati yang gembira. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan bahwa rombongan pertama yang masuk Surga, wajah mereka seperti bulan purnama. Ini menunjukkan kegembiraan hati mereka. Karena apabila hati gembira, maka wajah akan ceria.” (Tafsiir Juz ‘Amma, hal. 114

Adapun orang-orang kafir dan orang-orang munafiq, mereka akan menerima kitabnya dengan tangan kirinya. Allah Ta’ala berfirman:

وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِشِمَالِهِ فَيَقُوْلُ يَا لَيْتَنِي لَمْ أُوْتَ كِتَابِيَهْ (25) وَلَمْ أَدْرِ مَا حِسَابِيَهْ (26) يَا لَيْتَهَا كَانَتِ الْقَاضِيَةَ (27) مَا أَغْنَى عَنِّي مَالِيَهْ (28) هَلَكَ عَنِّي سُلْطَانِيَهْ (29)

“Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya, maka dia berkata: “Aduhai, alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini). Dan aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku. Wahai kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu. Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku. Telah hilang pula kekuasaanku daripadaku.” (QS. Al-Haqqoh: 25-29)

Kitab catatan amal mereka diberikan dari arah belakang punggung mereka. Allah Ta’ala berfirman:

وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ وَرَاءَ ظَهْرِهِ (10) فَسَوْفَ يَدْعُو ثُبُوْرًا (11)

“Adapun orang-orang yang diberikan kitabnya dari belakang, maka dia akan berteriak: “Celakalah aku.” (QS. Al-Insyiqaaq: 10)

Syaikh Muhammad bin Sholih al-‘Utsaimin rahimahullah mengatakan bahwa mereka menerima kitab dengan tangan kiri kemudian tangannya memelintir ke belakang sebagai isyarat bahwa mereka telah dulu di dunia telah mencampakkan aturan-aturan al-Qur’an ke belakang punggung mereka. Mereka telah berpaling dari al-Qur’an, tidak mempedulikannya, tidak mengacuhkannya, dan merasa tidak ada masalah bila menyelisinya. Lalu Allah Ta’ala berfirman: “…maka dia akan berteriak: “Celakalah aku…” yakni ia berteriak menyesali dirinya. Akan tetapi penyesalan tidaklah berguna lagi pada hari itu, karena habis sudah waktu untuk beramal. Waktu untuk beramal adalah di dunia, sedangkan di akherat tidak ada lagi amal, yang ada hanyalah pembalasan. (Tafsiir Juz ‘Amma, hal. 114)

MIZAN

Mizan di hari Kiamat adalah sesuatu yang hakiki dan benar-benar ada. Hanya Allah Ta’ala yang mengetahui seberapa besar ukurannya. Seandainya langit dan bumi diletakkan dalam daun timbangannya, niscaya mizan tersebut akan tetap lapang. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

يُوْضَعُ الْمِيْزَانُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، فَلَوْ وُزِنَ فِيْهِ السَّمَوَاتُ وَالأَرْضُ لَوَسِعَتْ، فَتَقُوْلُ الْمَلاَئِكَةُ: يَا رَبِّ! لِمَنْ يَزِنُ هَذَا؟ فَيَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى: لِمَنْ شِئْتُ مِنْ خَلْقِيْ، فَتَقُوْلُ الْمَلاَئِكَةُ: سُبْحَانَكَ مَا عَبَدْنَاكَ حَقَّ عِبَادَتِكَ.

“Pada hari Kiamat, mizan akan ditegakkan. Andaikan ia digunakan untuk menimbang langit dan bumi, niscaya ia akan tetap lapang. Maka Malaikat pun berkata, “Wahai Rabb-ku, untuk siapa timbangan ini?” Allah berfirman: “Untuk siapa saja dari hamba-hamba-Ku.” Maka Malaikat berkata, “Maha suci Engkau, tidaklah kami dapat beribadah kepada-Mu dengan sebenar-benarnya.” (Diriwayatkan oleh al-Hakim dan dinilai shohih oleh al-Albani dalam Silsilah As-Silsilah Ash-Shohihah, no. 941).

Mizan ini memiliki dua daun timbangan sebagaimana diceritakan dalam hadits tentang kartu (bithoqoh) yang akan kami sampaikan haditsnya nanti. Lalu, apakah yang ditimbang pada saat yaumul mizan kelak? Para ulama kita berbeda pendapat tentang apa yang ditimbang pada saat yaumul mizan.

Ada tiga pendapat dalam masalah ini.

1. Yang Ditimbang Adalah Amal

  • Pendapat ini didukung oleh hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:

    كَلِمَتَانِ خَفِيْفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ، ثَقِيْلَتَانِ فِي الْمِيْزَانِ، حَبِيْبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ: سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ

    “Ada dua kalimat yang ringan diucapkan oleh lisan, tetapi berat dalam timbangan (pada hari Kiamat), dan dicintai oleh ar-Rahman (Allah Yang Maha Pengasih): Subhaanallohi wa bihamdihi dan Subhanallohil ‘Azhim.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 6406, 6682, dan Muslim, 2694).

    Pendapat ini yang dipilih oleh Ibnu Hajar al-Ashqolani rahimahullah. Beliau berpendapat bahwa yang ditimbang adalah amal, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

    مَا مِنْ شَيْءٍ فِي الْمِيْزَانِ أَثْقَلُ مِنْ حُسْنِ الْخُلُقِ

    “Tidak ada sesuatu yang lebih berat ketika ditimbang (di hari Kiamat) daripada akhlak yang mulia.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam kitab al-Adab al-Mufrad, no. 270 dan dinilai shohih oleh al-Albani dalam Shahiih al-Adab al-Mufrad, no. 204)

2. Yang Ditimbang Adalah Orangnya

  • Ada beberapa hadits yang menunjukkan bahwa yang ditimbang adalah orangnya. Berat atau ringannya timbangan tergantung pada keimanannya, bukan berdasarkan ukuran tubuh, berat badannya, atau banyaknya daging yang ada di tubuh mereka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

    إِنَّهُ لَيَأْتِي الرَّجُلُ الْعَظِيْمُ السَّمِيْنُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لاَ يَزِنُ عِنْدَ اللهِ جَنَاحَ بَعُوْضَةٍ

    “Sesungguhnya pada hari Kiamat nanti ada seorang laki-laki yang besar dan gemuk, tetapi ketika ditimbang di sisi Allah, tidak sampai seberat sayap nyamuk.”  Lalu Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda: ”Bacalah..

    فَلاَ نُقِيْمُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَزْنًا (105)

    “Dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari Kiamat.” (QS. Al-Kahfi: 105). (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 4729 dan Muslim, no. 2785)

    ‘Abdullah ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu adalah seorang sahabat betisnya kecil. Tatkala ia mengambil ranting pohon untuk siwak, tiba-tiba angin berhembus dengan sangat kencang dan menyingkap pakaiannya, sehingga terlihatlah kedua telapak kaki dan betisnya yang kecil. Para sahabat yang melihatnya pun tertawa. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya: “Apa yang sedang kalian tertawakan?” Para sahabat menjawab, “Kedua betisnya yang kecil, wahai Nabiyullah.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

    وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَهُمَا أَثْقَلُ فِي الْمِيْزَانِ مِنْ أُحُدٍ

    “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh kedua betisnya itu di mizan nanti lebih berat dari pada gunung uhud.” (Diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnad-nya, I/420-421 dan ath-Thabrani dalam al-Kabiir, IX/75. Hadits ini dinilai shohih oleh al-Albani dalam As-Silsilah Ash-Shohihah, no. 3192).
  • 3.  Yang Ditimbang Adalah Lembaran Catatan Amal
  • Pendapat ketiga terakit apa yang akan ditimbang pada saat yaumul mizan kelak adalah lembaran catatan amalnya.

    Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya): “Sungguh Allah akan membebaskan seseorang dari umatku di hadapan seluruh manusia pada hari Kiamat dimana ketika itu dibentangkan 99 gulungan catatan (dosa) miliknya. Setiap gulungan panjangnya sejauh mata memandang, kemudian Allah berfirman: ‘Apakah ada yang engkau ingkari dari semua catatan ini? Apakah para (Malaikat) pencatat amal telah menganiayamu?,’ Dia menjawab: ‘Tidak wahai Rabbku,’ Allah bertanya: ‘Apakah engkau memiliki udzur (alasan)?,’ Dia menjawab: ‘Tidak Wahai Rabbku.’ Allah berfirman: “Bahkan sesungguhnya engkau memiliki satu kebaikan di sisi-Ku dan sungguh pada hari ini engkau tidak akan dianiaya sedikitpun. Kemudian dikeluarkanlah sebuah kartu (bithoqoh) yang di dalamnya terdapat kalimat:

    أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

    Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang haq selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya.

    Lalu Allah berfirman: ‘Hadirkan timbanganmu.’ Dia berkata: ‘Wahai Rabbku, apalah artinya kartu ini dibandingkan seluruh gulungan (dosa) itu?,’ Allah berfirman: ‘Sungguh kamu tidak akan dianiaya.’ Kemudian diletakkanlah gulungan-gulungan tersebut pada satu daun timbangan dan kartu itu pada daun timbangan yang lain. Maka gulungan-gulungan (dosa) tersebut terangkat dan kartu (laa ilaaha illallah) lebih berat. Demikianlah tidak ada satu pun yang lebih berat dari sesuatu yang padanya terdapat Nama Allah.” (Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, no. 2639, Ibnu Majah, no. 4300, Al-Hakim, 1/6, 529, dan Ahmad, no. II/213. Hadits ini dinilai shohih oleh al-Albani dalam Silsilah Ahaadiits ash-Shahiihah, no. 135)

    Pendapat terakhir inilah yang dipilih oleh al-Qurthubi. Beliau mengatakan, “Yang benar, mizan menimbang berat atau ringannya buku-buku yang berisikan catatan amal…” (At-Tadzkirah, hal. 313)

Kajian Buku Ustadzah Ummu Ihsan, Lectures of Life

‘Manusia Akan Dihisab’ Kajian buku Renungi Perjalanan Hidupmu – Ustadzah Ummu Ihsan  & Ustadz Abu Ihsan – 24 September 2025 [Hal. 192]

“Sesungguhnya kalian fakir di hadapan Allah, selalu merasa butuh kepada Allah. Tidak ada secuil apapun kebaikan/ Keburukan tanpa pertolongan Allah.

Hal terpenting: meminta pengampunan Allah.

Tidak akan bergeser sampai la ditanya pertanyaan: umur. waktu, kesempatan digunakan untuk apa? Jasadnya digunakan untuk apa? Hartanya dari mana di mana dibelanjakan? Ilmunya, seberapa telah la amalkan?

Kepastian hisab sudah ada banyak dalilnya:


فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ ﴿٧﴾ فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا

Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka ia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah.[al Insyiqaq/84:7-8].


وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ وَرَاءَ ظَهْرِهِ﴿١٠﴾فَسَوْفَ يَدْعُو ثُبُورًا﴿١١﴾وَيَصْلَىٰ سَعِيرًا

Adapun orang yang diberikan kitabnya dari belakang, maka dia akan berteriak: “Celakalah aku”. Dan dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).[al Insyiqaq/84:10-12].

إِنَّ إِلَيْنَا إِيَابَهُمْ﴿٢٥﴾ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا حِسَابَهُمْ

Sesungguhnya kepada Kami-lah kembali mereka, kemudian sesungguhnya kewajiban Kami-lah menghisab mereka.[al Ghasyiyah/88:25-26].

الْيَوْمَ تُجْزَىٰ كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ ۚ لَا ظُلْمَ الْيَوْمَ ۚ إِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ

Pada hari ini, tiap-tiap jiwa diberi balasan dengan apa yang diusahakannya. Tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sesungguhnya Allah amat cepat hisabnya.[al Mu’min/40:17].


Semua amal kita akan diperhitungkan. Kita yang akan dihisab harus yakin dengan berita ghaib. Iman itu bertingkat, bisa bertambah dan berkurang. Selain majelis ilmu, tidak ada tempat lain yang bisa menasihati kita dengan durasi sekian lama. Pandai-pandailah kita menasihati diri sendiri

Jenis hisab:

  • Al Ardh yang sifatnya umum,  (penampakan dosa dan pengakuan), mempunyai dua pengertian.

    • Pengertian umum, yaitu seluruh makhluk ditampakkan di hadapan Allah dalam keadaan menampakkan lembaran amalan mereka. Ini mencakup orang yang dimunaqasyah hisabnya dan yang tidak dihisab.
    • Pemaparan amalan maksiat kaum mukminin kepada mereka, penetapannya, merahasiakan (tidak dibuka dihadapan orang lain), dan pengampunan Allah atasnya. Hisab demikian ini dinamakan hisab yang ringan (hisab yasir).
  • Munaqosyah, perhitungan kebaikan dan keburukan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan di dalam sabdanya,
    مَنْ حُوسِبَ عُذِّبَ قَالَتْ عَائِشَةُ فَقُلْتُ أَوَلَيْسَ يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا قَالَتْ فَقَالَ إِنَّمَا ذَلِكِ الْعَرْضُ وَلَكِنْ مَنْ نُوقِشَ الْحِسَابَ يَهْلِكْ
    Barangsiapa yang dihisab, maka ia tersiksa”. Aisyah bertanya, “Bukankah Allah telah berfirman ‘maka ia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah’ (QS. Al-Insyiqaq: 8)” Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Itu baru al-‘aradh (penampakan amal). Namun barangsiapa yang diteliti hisabnya, maka ia akan binasa.” (HR. Bukhari, no. 103 dan Muslim, no. 2876)
  • Allah akan mengampuni dan membuka pintu maaf seluas-luasnya.
  • Sibukan diri istighfar, taubat, sedekah
  • Tidak sulit bagi Allah untuk menghisab, tanpa penerjemah
  • Karunia terbesar adalah ketika Allah berikan iman dan Islam
  • Syarat tidak dihisab: tidak meminta ruqiyah
  • Demikian dijelaskan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits Ibnu ‘Umar, beliau berkata :

    سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ اللَّهَ يُدْنِي الْمُؤْمِنَ فَيَضَعُ عَلَيْهِ كَنَفَهُ وَيَسْتُرُهُ فَيَقُولُ أَتَعْرِفُ ذَنْبَ كَذَا أَتَعْرِفُ ذَنْبَ كَذَا فَيَقُولُ نَعَمْ أَيْ رَبِّ حَتَّى إِذَا قَرَّرَهُ بِذُنُوبِهِ وَرَأَى فِي نَفْسِهِ أَنَّهُ هَلَكَ قَالَ سَتَرْتُهَا عَلَيْكَ فِي الدُّنْيَا وَأَنَا أَغْفِرُهَا لَكَ الْيَوْمَ فَيُعْطَى كِتَابَ حَسَنَاتِهِ وَأَمَّا الْكَافِرُ وَالْمُنَافِقُونَ فَيَقُولُ الْأَشْهَادُ هَؤُلَاءِ الَّذِينَ كَذَبُوا عَلَى رَبِّهِمْ أَلَا لَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الظَّالِمِينَ

    Aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah mendekati seorang mukmin, lalu meletakkan padanya sitar dan menutupinya (dari pandangan orang lain), lalu (Allah) berseru : ‘Tahukah engkau dosa ini? Tahukah engkau dosa itu?’ Mukmin tersebut menjawab,’Ya, wahai Rabb-ku,’ hingga bila selesai meyampaikan semua dosa-dosanya dan mukmin tersebut melihat dirinya telah binasa, Allah berfirman,’Aku telah rahasiakan (menutupi) dosa itu di dunia, dan Aku sekarang mengampunimu,’ lalu ia diberi kitab kebaikannya. Sedangkan orang kafir dan munafik, maka Allah berfirman : ‘Orang-orang inilah yang telah berdusta terhadap Rabb mereka’. Ingatlah, kutukan Allah (ditimpakan) atas orang-orang yang zhalim”.[HR al Bukhari].

  • Adapun orang-orang kafir, mereka akan dipanggil di hadapan semua makhluk. Kepada mereka disampaikan semua nikmat Allah, kemudian akan dipersaksikan amalan kejelekan mereka disana. Dijelaskan dalam hadits Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

    فَيَلْقَى الْعَبْدَ فَيَقُولُ أَيْ فُلْ أَلَمْ أُكْرِمْكَ وَأُسَوِّدْكَ وَأُزَوِّجْكَ وَأُسَخِّرْ لَكَ الْخَيْلَ وَالْإِبِلَ وَأَذَرْكَ تَرْأَسُ وَتَرْبَعُ فَيَقُولُ بَلَى قَالَ فَيَقُولُ أَفَظَنَنْتَ أَنَّكَ مُلَاقِيَّ فَيَقُولُ لَا فَيَقُولُ فَإِنِّي أَنْسَاكَ كَمَا نَسِيتَنِي ثُمَّ يَلْقَى الثَّانِيَ فَيَقُولُ أَيْ فُلْ أَلَمْ أُكْرِمْكَ وَأُسَوِّدْكَ وَأُزَوِّجْكَ وَأُسَخِّرْ لَكَ الْخَيْلَ وَالْإِبِلَ وَأَذَرْكَ تَرْأَسُ وَتَرْبَعُ فَيَقُولُ بَلَى أَيْ رَبِّ فَيَقُولُ أَفَظَنَنْتَ أَنَّكَ مُلَاقِيَّ فَيَقُولُ لَا فَيَقُولُ فَإِنِّي أَنْسَاكَ كَمَا نَسِيتَنِي ثُمَّ يَلْقَى الثَّالِثَ فَيَقُولُ لَهُ مِثْلَ ذَلِكَ فَيَقُولُ يَا رَبِّ آمَنْتُ بِكَ وَبِكِتَابِكَ وَبِرُسُلِكَ وَصَلَّيْتُ وَصُمْتُ وَتَصَدَّقْتُ وَيُثْنِي بِخَيْرٍ مَا اسْتَطَاعَ فَيَقُولُ هَاهُنَا إِذًا قَالَ ثُمَّ يُقَالُ لَهُ الْآنَ نَبْعَثُ شَاهِدَنَا عَلَيْكَ وَيَتَفَكَّرُ فِي نَفْسِهِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْهَدُ عَلَيَّ فَيُخْتَمُ عَلَى فِيهِ وَيُقَالُ لِفَخِذِهِ وَلَحْمِهِ وَعِظَامِهِ انْطِقِي فَتَنْطِقُ فَخِذُهُ وَلَحْمُهُ وَعِظَامُهُ بِعَمَلِهِ وَذَلِكَ لِيُعْذِرَ مِنْ نَفْسِهِ وَذَلِكَ الْمُنَافِقُ وَذَلِكَ الَّذِي يَسْخَطُ اللَّهُ عَلَيْهِ

    Lalu Allah menemui hambaNya dan berkata : “Wahai Fulan! Bukankah Aku telah memuliakanmu, menjadikan engkau sebagai pemimpin, menikahkanmu dan menundukkan untukmu kuda dan onta, serta memudahkanmu memimpin dan memiliki harta banyak?” Maka ia menjawab: “Benar”. Allah berkata lagi: “Apakah engkau telah meyakini akan menjumpaiKu?” Maka ia menjawab: “Tidak,” maka Allah berfirman : “Aku biarkan engkau sebagaimana engkau telah melupakanKu”. Kemudian (Allah) menemui orang yang ketiga dan menyampaikan seperti yang disampaikan di atas. Lalu ia (orang itu) menjawab: “Wahai Rabbku! Aku telah beriman kepadaMu, kepada kitab suciMu dan rasul-rasul Mu. Juga aku telah shalat, bershadaqah,” dan ia memuji dengan kebaikan semampunya. Allah menjawab: “Kalau begitu, sekarang (pembuktiannya),” kemudian dikatakan kepadanya: “Sekarang Kami akan membawa para saksi atasmu,” dan orang tersebut berfikir siapa yang akan bersaksi atasku. Lalu mulutnya dikunci dan dikatakan kepada paha, daging dan tulangnya: “Bicaralah!” Lalu paha, daging dan tulangnya bercerita tentang amalannya, dan itu untuk menghilangkan udzur dari dirinya. Itulah nasib munafik dan orang yang Allah murkai.[HR Muslim].

MENERIMA BUKU CATATAN AMAL

Allah Ta’ala berfirman:

وَكُلُّ شَيْءٍ فَعَلُوْهُ فِي الزُّبُرِ (52) وَكُلُّ صَغِيْرٍ وَكَبِيْرٍ مُسْتَطَرٌ (53)

“Dan segala sesuatu yang telah mereka perbuat tercatat dalam buku-buku catatan (yang ada di tangan Malaikat). Dan segala (urusan) yang kecil maupun yang besar adalah tertulis.” (QS. Qomar: 52-53)



Allah Ta’ala juga berfirman:

وَوُضِعَ الْكِتَابُ فَتَرَى الْمُجْرِمِيْنَ مُشْفِقِيْنَ مِمَّا فِيْهِ وَيَقُوْلُوْنَ يَا وَيْلَتَنَا مَالِ هَذَا الْكِتَابِ لاَ يُغَادِرُ صَغِيْرَةً وَلاَ كَبِيْرَةً إِلاَّ أَحْصَاهَا وَوَجَدُوْا مَا عَمِلُوْا حَاضِرًا وَلاَ يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا (49)

“Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: ‘Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya.’ Dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Rabbmu tidak menganiaya seorang jua pun.” (QS. Al-Kahfi: 49)



Kajian tematik, Lectures of Life

Mensyukuri Nikmat Merdeka – Ustadz Badru – Masjid Darussunnah – 17 Agustus 2025

Bersyukur hukumnya wajib, bukan sunnah. Tidak boleh kita kufur terhadap nikmat Allah. “Jika kita bersyukur maka akan

Kufur nikmat mendatangkan adzab kubur.

Kemerdekaan merupakan karunia dari Alah kemudian perjuangan para pahlawan.

“Apakah kamu akan menjadikan aku sebagai tanding kamu?” Maka jangan pakai kalimat “Indonesia merdeka karena para pahlawan.”

Rukun pertama nikmat dari Allah.. mengakui nikmat dari Allah

Rukun kedua bersyuku.r dengan lisan: Ucapkan semua ini karunia dari Allah

Imam ibnu Katsir “Bukankah Alah Kayakan kamu”.

Sesungguhnya Allah ridSafii yng mengetahui banyak hadits o kepada Allah saat kita mensyukuri immature walaupun sedikit ucapkan alhamdulillah setiap saat.

Rukun ketiga, bersyukur dengan anggota badan.

Gunakan nikmat anggota badan untuk ketaatan, beramal shalih bukan maksiat

At Thabari : mengakui semua nikmat itu berasal dari Allah dan mengakui semua degan perbuatan, dengan amal shaih. Adapun, mengakui dengan hati tanpa amal shalih, maka pelakunya tidak bisa disnebut orang yang bersyukur

Keutamaan bersyukur:

1. Allah bersyukur kepada hambanya

yang melakukan amal-amal shaih dengan memberikan pahala. Nama Allah asy syakur, maka kita sebagai hamba Allh harus pandai bersyukur dan pandai berterima  kepada orang yaitu banyak ngasih kita.

Siapa yang melakukannya kebaikan kepada kalian, balas dengan yang sama. Jika tidak bisa, doakan. Seperti Imam Ahmad yang tidaklah berhenti mendoakan Imam Syafii yang mengajarkan banyak hadits.

2. Bersyukur itu sifat para nabi

Sesungguhnya Ibrahim itu makhluk yang senantiasa mensyukuri nikmat Allah

3. Syukur merupakan perintah Allah

Firman Allah: “Ingatlah aku maka Akumkan ingatnkamu, dan bersyukurlah dan jangan kufur”

“Kami kabarkan kepada manusia agar berbakti kepada orang tuanya…”

Az Zumar 66: “.. jadilah kamu orang yang bersyukur

4. Syukur sifat orang yang beriman

Mengagumkan urusannya Mukmin, semua urusan baik. Kalau iberkan kenikmatan, dia bersyukur. Jika diberikan kesulitan,  ia bersabar.

5. Diridhoi Allah

AzZumar 6-7. An Nisa 47.

6. Tidak akan diadzab

Allah tidak akan mengazab jika kalian bersyukur dan beriman.

7. Akan ditambah kenikmatannya

Jika kalian bersyukur,  maka akan kami tambah.

8. Diberikan pahala yang besar

ALi Imron 45: diberikan balasan yang besar

9. Kesehatan dan kenikmatan disertai dengan syukur lebih baik dari bala disertai sabar

Bagaimana cara menjadi hamba yang bersyukur:

1. Bertakwa

ALi Imron 173: bertakwalah agar kalian bersyukur

2. Qanaah

adakah kekayaan hati.  Orang yang hatinya miskin tidak akan pernah puas.

3. Sujud syukur

4. Doa syukur

5. Berinfaq

6. Mengingat-ingat nikmat

7. Terus melawan syaithon dan hawa nafsu

8. Jangan berhasil dengan orang yang tidak bersyukur, ahli maksiat

Akibat tidak bersyukur

  1. Kenikmatan akan berkurang
  2. Nikmatnya diubah menjadi siksa
  3. Tidak mendapat pemimpin amanah

Catatan kajian ini banyak kesalahan karena dicatat saat membawa 2 anak usia dini. ^^ Silakan merujuk ke rekaman di tautan ini

Kajian Kitab Ibnu Qayim, Lectures of Life

CATATAN KAJIAN KITAB: IGHATSATUL LAHFAN “Menganggap Baik Terhadap Diri Sendiri” – Ustadz Yudi Kurnia

Buku IGHATSATUL LAHFAN karya Ibnul Qayyim

Tipu daya setan kepada manusia: Membuat manusia menganggap baik pada pendapatnya

Bisikan-bisikan hatinya, apa yang melintas dalam pikirannya – bahkan ketika belum dicicil dengan Quran dan sunnah

Menipu orang yang suka menyendiri seperti ahli zuhud, orang yang merasa cendekiawan, untuk merasa benar hanya dari perasaan saja. Mereka tidak melihat keterangan syariat dari zikir dan amal. Mereka merasa maksum, merasa hatinya bersama Allah.

Lintasan hati:

  1. Rahmaniyah: berasal dari Allah, malaikat Allah
  2. Syaithaniyah: berasal dari setahun, bisikan/ waswas setan
  3. Bawaan diri, seperti mimpi

Seorang hamba yang ubudiyahnya tinggi tetap saja ada setan yang memusuhinya, seorang manusia yang punya hawa nafsu yang embawapada hal yang tidak baik, pote si tergelincir. Setan berjalan pada tubuhnya pada peredaran darahnya.

Kemaksuman hanya diberikan kepada Rasul Allah yang menengahi antara hamba dan penciptaan, atau sebagai perantara, bukan perantara agar diibadahi agar ibadahnya sampai kepada Allah.

Betapa orang berada pada keadaan paling zuhud sekalipun,  ia tidak pernah ditinggalkan setan hingga ia mati. Karena itu, keadaan sebelum mati itu krusial. Setan ingin membuat muslim suul khatimah. Maka kita terus berhati-hati,  terus meminta tolong kepada Allah.

TIDAK PANTAS bagi seorang pun yang Allah berikan ia ilmu, kemudian ia berkata kepada manusia: Ayolah kalian, jadi hamba-hambaku.

Jadi, selain rasul, tidak boleh untuk kita untuk ingin menjadi atau menganggap orang maksum.

Setiap sahabat pasti akan berlepas diri dari pendapat mereka saat melampaui Quran dan sunnah, tidak pernah berhukum pada lintasan perasaan, terutama dalam beramal. Hanya orang yang tertipu yang memilih-milih hadits atau membantahnya berdasarkan perasaannya.

Kalau dasar kebodohannya itu berasal dari salah info yang dianggap anggap benar, ini dimaafkan. Kalau tidak mau belahar, maka ia terkena beban dosa akan keberpalingannya (syubhat: jangan belajar agama. Nanti makin banyak tahu, makin banyak dosanya).

Keadaan diri yang menganggap hasil perasaan dan pikirannya itu cukup tanpa pemikiran Rasul, itu sama dengan mendustakan Rasul dengan bahasa yang berbeda. Bagi orang yang menganggap boleh sesekali keluar dari syariat, itu sebesar-besarnya kekufuran.

Para sahabat sahabat yang mencurigai pendapat mereka karena kuatir tidak sesuai dengan Quran dan sunnah itu adalah orang yang paling baik ma hatinya.

Bagi yang lahirnya rusak, maka bisa menjadi perkara di hatinya: untuk menjawab “gimana hatinya “

Siapa yang hanya menimbang batinna degan lahiriyah yang berantakan, maka jangan perhitungkan orang seperti ini.

Tipu daya setan lainnya: TAHZIBUNNAS/ MENGKOTAK-KOTAKAN MANUSIA

Membuat kelompok- kelompok dengan sragam,cara bergeak, beribadah yang tidak ada ketentuannya dalam syariat, berguru pada 1 orang aja, menetapi  jalan yang dimodifikasi sebagai tanda kelompok keberagamaan.

Nabi gunakan apa yang ada untuk beribadah, tidak memaksakan atau mengkhususkan atribut tertentu. Perlu berhati-hati dengan pakaian kebesaran yang menjadikan salah sangka manusia (menjadikan orang sebagai orang besar melihat dari pakaiannya.

Sibuk denga formalitas seperti ini bukan cara Nabi beragama. Maka, pelajari cara Nabi beribadah yang berubah-ubah pakaiannya, alas shalatnya, alas kakinya — bebas saja jd hamba Allah seutuhnya selama tidak ditentukan syariat.

Petunjuk Nabi tidak memaksakan  diri dalam beribadah yang tidak ditentukan dalam syariat.

Buku bisa diberi di sini

Catatan ini tidak sempurna karena ditulis sambil membawa 2 anak ke masjid. Silakan menyimak di satan langsung berikut ini:

Kajian Buku Ustadzah Ummu Ihsan

CATATAN KAJIAN: Tak Ada Gading yang tak Retak – Ustadzah Ummu Ihsan – 26 Juli 2026 – bedah buku “Jangan Katakan Aku Nakal”

Manusia adalah makhluk ciptaan Allah. Maka apapun yang Allah katakan tentang manusia,  kita harus percaya.

Nabi tidak akan mengada-adakan berita,  hadits, kecuali sesuai wahyu Allah. Nabi Shallallahualaihi wasallam bersabda, 

كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ، وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ

Semua bani Adam sering melakukan kesalahan dan sebaik-baik orang yang sering melakukan kesalahan adalah yang sering bertaubat. [HR. Ibnu Majah, at-Tirmidzi dan lain-lain. Hadits ini hasan, menurut syaikh al-Albani rahimahullah]

Saat anak berbuat salah/ menunjukkan kekurangan, pahami bahwa ia manusia. Tapi sadari bahwa kita sebagai manusia bahwa ini saatnya kita harus belajar dari kesalahan,  begitu pula saatnya anak belajar. Ini saatnya orang tua mengakui kesalahan dan introspeksi diri, membawa anak agar menyadari kesalahan dan memperbaiki diri.

Mendidik anak perlu istiqomah, konsisten,  bekal, kesungguhan, keteladanan, kedisiplinan dalam melatohnya, memagari anak dari godaan syaithon dan syubhat globalisasi.

Dengan istighfar, kita akan yakin bahwa janji Allah itu benar.

وَيَٰقَوْمِ ٱسْتَغْفِرُوا۟ رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوٓا۟ إِلَيْهِ يُرْسِلِ ٱلسَّمَآءَ عَلَيْكُم مِّدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَىٰ قُوَّتِكُمْ وَلَا تَتَوَلَّوْا۟ مُجْرِمِينَ

Artinya: Dan (dia berkata): “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa”.

Bertaubat dan istighfarlah agar Allah buka rezeki, termasuk rezeki anak yang salih.

Berbaik sangka kepada Allah. Sebesar apapun kesalahan dan penyimpangan anak kita, jika Allah kehendaki ‘kun’ maka ia akan kembali. Banyak berdoa dan yakin dengan doa kita, salah satunya:

يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ، وَأَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ وَلاَ تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ أَبَدًا

“Ya hayyu ya qoyyum bi rahmatika astaghiits, wa ash-lihlii sya’nii kullahu wa laa takilnii ilaa nafsii thorfata ‘ainin abadan

[artinya: Wahai Rabb Yang Maha Hidup, wahai Rabb Yang Berdiri Sendiri tidak butuh segala sesuatu, dengan rahmat-Mu aku minta pertolongan, perbaikilah segala urusanku dan jangan diserahkan kepadaku sekali pun sekejap mata tanpa mendapat pertolongan dari-Mu selamanya].” (HR. Ibnu As Sunni dalam ‘Amal Al-Yaum wa Al-Lailah no. 46, An-Nasa’i dalam Al-Kubra 381: 570, Al-Bazzar dalam musnadnya 4/ 25/ 3107, Al-Hakim 1: 545. Sanad hadits ini hasan sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Al-Albani dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah no. 227).

Maka, mujahadah, bersungguh-sungguh, karena tantangan kita sama. Yakinlah itu tidak akan sia-sia. Jangan marah.. tetap jaga mood, latihan, jangan putus asa.


إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ

Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. [ar-Ra’d/13:11].


Surga itu mahal. Barang perdagangan Allah itu mahal dan barang perdagangan Allah itu mahal. Tenagamu, jual kepada Allah. Pikiranmu, hartamu yang kau pertaruhkan, jual kepada Allah.

Jangan bermimpi menyuburkan tanah yang tadinya dengan hujan sehari, sepekan. Semua perlu proses. Tambahkan shalat, khusyuknya, tumaninah, sabarnya untuk ‘menyuburkan tanah’.


Dalam dua ayat surat Al Baqarah, Allah memerintahkan bagi hamba-Nya untuk meminta pertolongan dengan sabar dan shalat. Allah Ta’ala berfirman,

وَاسْتَعِينُواْ بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلاَّ عَلَى الْخَاشِعِينَ

“Jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu” (QS. Al Baqarah: 45).

Allah Ta’ala juga berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اسْتَعِينُواْ بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ إِنَّ اللّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ


“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar” (QS. Al Baqarah: 153).

Sabar adalah kunci pertolongan Allah.

Bersabarlah dan peganglah janji Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabda beliau,

واعلم أن النصر مع الصبر، وأن الفَرَج مع الكرب، وأنّ مع العسر يسراً

“Dan ketahuilah, sesungguhnya kemenangan itu beriringan dengan kesabaran. Jalan keluar beriringan dengan kesukaran. Dan sesudah kesulitan itu akan datang kemudahan” (HR. Ahmad, sahih)

Jangan saling menyalahkan. Jika sudah terjadi, hadapi dengan ‘qadarullah wa maa syaafaal’, berfikir jernih, tetap santun, dan bersabar. Jangan anggap kiamat. Sebesar apapun kesalahan anak, ambil langkah bijak. Biidznillah kesalahan anak bisa diperbaiki sedikit demi sedikit.

Terima anak apa adanya, jangan pernah membenci. Jangan jauhi. Karena mengedepankan emosi karena kemarahan itu dari syaithon.

TASK: Murajaah buku hal 57-74

Kajian Buku Ustadzah Ummu Ihsan

CATATAN KAJIAN: Dahsyatnya Hari Kiamat (Kitab Renungi Perjalanan Hidupmu) Ustadzah Ummu Ihsan – MIAS Bogor, 23 Juli 2025

Waktu terjadinya kiamat sudah ditetapkan Allah. Tidak ada siapapun yang tahu kapan terjadinya kiamat.

Kita perlu ilmu untuk hidup,  serta tazkiyatun nufus atau mensucikan jiwa. Keimanan kepada Allah yaumil akhir akan memberikan warna yang begitu jelas dalam kehidupan hamba. Seorang hamba akan tahu betapa singkat dan recent, bahkan hina, kehidupan dunia ini. Hamba akan tau prioritas yang tepat karena tujuan hidupnya adalah kehidupan sebenarnya atau kehidupan akhirat. Maka kita perlu memupuk kuat harapan dan kerinduan kita terhadap mati sebagai kehidupan yang lebih indah,  lebih bahagia, yaitu surgaNya.

Semoga manusia akan masuk’ruang tunggu’ setelah ujian di dunia

Sebaik- baik hati Sebaik terbit adalah hari Jumat. Pada hari Jumat itu Afam dimasukkan ke surga dan kiamat tidak akan terjadi pada hari Jumat:

Dari Aus bin ‘Aus, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ مِنْ أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فِيهِ خُلِقَ آدَمُ وَفِيهِ قُبِضَ وَفِيهِ النَّفْخَةُ وَفِيهِ الصَّعْقَةُ

Sesungguhnya di antara hari kalian yang paling utama adalah hari Jum’at. Di hari itu, Adam diciptakan; di hari itu, Adam meninggal; di hari itu, tiupan sangkakala pertama dilaksanakan; di hari itu pula, tiupan kedua dilakukan.” (HR. Abu Daud no. 1047, An Nasai no. 1374, Ibnu Majah no. 1085 dan Ahmad 4: 8. Hadits ini shahih kata Syaikh Al Albani)

Hasbunalah wa nimal wakil, alallahi tawakalna

TIUPAN ISRAFIL

Pendapatnya ada 2 atau 3 kali

  • Pendapat 1 (2x) terkejut dan mati,  lalu dibangkitkan
  • Pendapat 2 3x

Di antara dua pendapat tersebut, yang lebih tepat adalah pendapat yang ke dua, bahwa sangkakala ditiup sebanyak dua kali pada hari kiamat. Hal ini berdasarkan hadits dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhu, dalam sebuah hadits yang panjang di dalamnya diceritakan,

… ثُمَّ يُنْفَخُ فِي الصُّورِ، فَلَا يَسْمَعُهُ أَحَدٌ إِلَّا أَصْغَى لِيتًا وَرَفَعَ لِيتًا، قَالَ: وَأَوَّلُ مَنْ يَسْمَعُهُ رَجُلٌ يَلُوطُ حَوْضَ إِبِلِهِ، قَالَ: فَيَصْعَقُ، وَيَصْعَقُ النَّاسُ، ثُمَّ يُرْسِلُ اللهُ – أَوْ قَالَ يُنْزِلُ اللهُ – مَطَرًا كَأَنَّهُ الطَّلُّ أَوِ الظِّلُّ – نُعْمَانُ الشَّاكُّ – فَتَنْبُتُ مِنْهُ أَجْسَادُ النَّاسِ، ثُمَّ يُنْفَخُ فِيهِ أُخْرَى، فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنْظُرُونَ …

“ … Kemudian ditiuplah sangkakala. Tidak ada seorang pun yang mendengarnya kecuali dia memasang pendengarannya dan menjulurkan lehernya. Beliau bersabda, ’Maka orang yang pertama kali mendengarnya adalah seseorang yang memperbaiki telaga untuk untanya.’ Beliau berkata, ’Dia pun mati, dan orang-orang pun mati.’ Kemudian Allah mengirim –atau beliau berkata, ’Menurunkan’- hujan gerimis atau naungan –Nu’man (salah seorang perawi) ragu-ragu- yang darinya Allah menumbuhkan (membangkitkan) jasad-jasad manusia. Kemudian ditiuplah sangkakala yang ke dua, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing) …” (HR. Muslim no. 2940).

Maka di dalam hadits tersebut dijelaskan bahwa ketika sangkakala ditiup pertama kali dan didengar manusia, maka mereka pun mati. Kemudian ditiuplah sangkakala ke dua kalinya, maka bangkitlah manusia dari kuburnya dan menunggu putusannya masing-masing. Dua tiupan ini juga ditunjukkan oleh hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu di atas.

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا بَيْنَ النَّفْخَتَيْنِ أَرْبَعُونَ، قَالُوا: يَا أَبَا هُرَيْرَةَ أَرْبَعُونَ يَوْمًا؟ قَالَ: أَبَيْتُ، قَالُوا: أَرْبَعُونَ شَهْرًا؟ قَالَ: أَبَيْتُ، قَالُوا: أَرْبَعُونَ سَنَةً؟ قَالَ: أَبَيْتُ

“(Jarak) antara dua tiupan adalah empat puluh.” Para sahabat bertanya, ”Wahai Abu Hurairah, apakah empat puluh hari?” Abu Hurairah menjawab, ”Aku enggan.” Mereka bertanya lagi, ”Empat buluh bulan?” Abu Hurairah menjawab, ”Aku enggan.” Mereka bertanya lagi, ”Empat puluh tahun?” Abu Hurairah menjawab, ”Aku enggan.” (HR. Bukhari no. 4935)

Maksudnya, Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu enggan untuk menegaskan atau memastikan apakah empat puluh hari, empat puluh bulan, atau empat puluh tahun. Akan tetapi yang pasti adalah bahwa jaraknya empat puluh. Dikatakan juga bahwa jarak dua tiupan ini adalah di antara perkara yang tidak diketahui kecuali Allah Ta’ala.

Tiupan tsur yang pertama dahsyat, bahkan bayi ada yang beruban

قال الله تعالى: يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمْۚ اِنَّ زَلْزَلَةَ السَّاعَةِ شَيْءٌ عَظِيْمٌ يَوْمَ تَرَوْنَهَا تَذْهَلُ كُلُّ مُرْضِعَةٍ عَمَّآ اَرْضَعَتْ وَتَضَعُ كُلُّ ذَاتِ حَمْلٍ حَمْلَهَا وَتَرَى النَّاسَ سُكٰرٰى وَمَا هُمْ بِسُكٰرٰى وَلٰكِنَّ عَذَابَ اللّٰهِ شَدِيْدٌ 

Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya keguncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). (Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat keguncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat keras. [Al-Hajj/22: 1-2].

Setelah tiupan pertama dan kedua

Yaumul ba’ats: Hari berbangkit

Peristiwa Padang Mahsyar

Fokus kita adalah untuk perkara yang lebih besar: Hari akhir

Ada 7 golongan yang akan dilindungi:

“Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah dengan naungan ‘Arsy-Nya pada hari dimana tidak ada naungan kecuali hanya naungan-Nya semata.
1. 
Imam (pemimpin) yang adil.

2. Pemuda yang tumbuh besar dalam beribadah kepada Rabbnya.

3. Seseorang yang hatinya senantiasa terpaut pada masjid.

4.  Dua orang yang saling mencintai karena Allah, dimana keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah.

5. Dan seorang laki-laki yang diajak (berzina) oleh seorang wanita yang berkedudukan lagi cantik rupawan, lalu ia mengatakan: “Sungguh aku takut kepada Allah.”

6. Seseorang yang bershodaqoh lalu merahasiakannya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfaqkan oleh tangan kanannya.

7.   Dan orang yang berdzikir kepada Allah di waktu sunyi, lalu berlinanglah air matanya.” (Hadits shahih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, II/143 – Fat-h, dan Muslim, no. 1031).

Golongan lain yang mendapatkan naungan Allah Ta’ala adalah orang yang memberi kelonggaran kepada orang yang kesulitan membayar hutang kepadanya atau memutihkan hutang darinya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ أَنْظَرَ مُعْسِرًا أَوْ وَضَعَ عَنْهُ أَظَلَّهُ اللهُ فِي ظِلِّهِ

“Barangsiapa yang memberi kelonggaran kepada orang yang sedang kesulitan membayar hutang atau memutihkan hutang orang tersebut, niscaya Allah akan menaunginya dalam naungan Arsy-Nya (pada hari Kiamat).” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 3006)

Mereka semua menunggu KAPAN MULAI PERADILAN, belum lagi proses yang lama

MANUSIA MEMINTA SYAFAAT KEPADA NABI

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Saya adalah pemimpin semua orang pada hari kiamat. Tahukah kalian sebabnya apa? AllahSubhanahu wa Ta’ala mengumpulkan orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang akhir di suatu dataran tinggi. Mereka dapat dilihat oleh orang yang melihat dan dapat mendengar orang yang memanggil. Matahari dekat sekali dari mereka. Semua orang mengalami kesusahan dan penderitaan yang mereka tidak mampu memikulnya. Lantas orang-orang berkata, ‘Apakah kalian tidak tahu sampai sejauh mana yang kalian alami ini? Apakah kalian tidak memikirkan siapa yang dapat memohonkan syafaat kepada Rabb untuk kalian?’ Lantas sebagian orang berkata kepada sebagian lain, ‘Ayah kalian semua, Nabi Adam ‘alaihissalam’.

Mereka pun mendatangi beliau, lalu mereka berkata, ‘Wahai Nabi Adam! Engkau adalah ayah semua manusia. Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakanmu dengan kekuasaan-Nya dan meniupkan ruh-Nya ke dalam tubuhmu. Allah Subhanahu wa Ta’ala juga memerintahkan kepada malaikat untuk bersujud, sehingga mereka pun bersujud kepadamu. Di samping itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan tempat tinggal kepadamu di surga. Sudilah kiranya engkau memohonkan syafaat kepada Rabbmu untuk kami? Bukankah engkau tahu apa yang kami alami dan sampai sejauh apa menimpa kami?’ Nabi Adam‘alaihissalam menjawab, ‘Sungguh hari ini Rabbku sangat murka. Belum pernah Dia murka seperti ini sebelumnya dan Dia tidak akan murka seperti ini lagi setelahnya. Sungguh, Dia melarangku akan suatu pohon, tetapi saya berbuat maksiat. Diriku, diriku, diriku. Pergilah ke selain aku. Pergilah kepada Nabi Nuh ‘alaihissalam’.

Lantas mereka mendatangi Nabi Nuh ‘alaihissalam, lalu mereka berkata, ‘Wahai Nuh! Engkaulah Rasul pertama di muka bumi ini. Allah Subhanahu wa Ta’alatelah menyebut dirimu hamba yang banyak bersyukur. Bukankah engkau mengetahui apa yang sedang kita alami sekarang? Sudilah kiranya engkau memohonkan syafaat kepada Rabbmu untuk kami?’ Nabi Nuh ‘alaihissalam menjawab, ‘Sungguh, hari ini Rabbku sangat murka. Belum pernah Dia murka seperti ini sebelumnya dan Dia tidak akan murka seperti ini lagi setelahnya. Sungguh, saya mempunyai suatu dosa mustajab yang telah saya gunakan untuk mendoakan kebinasaan pada kaumku. Diriku, diriku, diriku, pergilah ke selain aku. Pergilah pada Nabi Ibrahim ‘alaihissalam’.

Kemudian mereka pun mendatangi Nabi Ibrahim‘alaihissalam, lalu mereka bertanya, ‘Wahai Ibrahim! Engkau adalah Nabi Allah dan kekasih Allah di antara penduduk bumi. Mohonkanlah syafaat kepada Rabbmu untuk kami. Bukankah engkau telah mengetahui keadaan yang sedang kami alami?’ Lalu Nabi Ibrahim ‘alaihissalam menjawab, ‘Sungguh, hari ini Rabbku sangat murka. Belum pernah Dia murka seperti ini sebelumnya dan Dia tidak akan murka seperti ini lagi setelahnya. Sesungguhnya saya pernah berdusta sebanyak tiga kali. Diriku, diriku, diriku, pergilah ke selain aku. Pergilah pada Nabi Musa ‘alaihissalam’.

Selanjutnya mereka mendatangi Nabi Musa‘alaihissalam, lalu mereka berkata, ‘Wahai Nabi Musa! Engkau adalah utusan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberi keutamaan kepadamu dengan kerasulan dan kalam-Nya yang melebihi orang lain. Mohonkanlah syafaat kepada Rabbmu untuk kita. Bukankah engkau mengetahui keadaan yang sedang kita alami?’ Lantas Nabi Musa ‘alaihissalam menjawab, ‘Sungguh, hari ini Rabbku sangat murka. Belum pernah Dia murka seperti ini sebelumnya dan Dia tidak akan murka seperti ini lagi setelahnya. Sungguh, saya pernah membunuh seorang manusia padahal saya tidak diperintahkan untuk membunuhnya. Diriku, diriku, diriku, pergilah ke selain aku. Pergilah pada Nabi Isa ‘alaihissalam’.

Setalah itu, mereka pun mendatangi Nabi Isa‘alaihissalam, lalu mereka berkata, ‘Wahai Nabi Isa! Engkau adalah utusan Allah Subhanahu wa Ta’aladan yang diciptakan dengan kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) ruh dari-Nya. Engkau dapat berbicara dengan orang-orang ketika masih dalam buaian. Mohonkanlah syafaat kepada Rabbmu untuk kita. Bukankah engkau mengetahui keadaan yang sedang kita alami?’ Lantas Nabi Isa ‘alaihissalam menjawab, ‘Sungguh, hari ini Rabbku sangat murka. Belum pernah Dia murka seperti ini sebelumnya dan Dia tidak akan murka seperti ini lagi setelahnya.’ Nabi Isa tidak menyebutkan dosa yang diperbuatnya. ‘Diriku, diriku, diriku, pergilah ke selain aku. Pergilah pada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam’.

Lalu mereka mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, selanjutnya mereka berkata, ‘Wahai Muhammad! Engkau adalah utusan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan penutup para nabi. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengampuni dosa-dosamu yang lalu dan yang akan datang. Mohonkanlah syafaat kepada Rabbmu untuk kita. Bukankah engkau mengetahui keadaan yang sedang kita alami?’ Lantas saya berangkat hingga saya sampai di bawah Arsy. Kemudian saya bersujud kepada Rabbku. Lantas Allah Subhanahu wa Ta’ala ajarkan padaku pujian-pujian kepada-Nya serta keindahan sanjungan terhadap-Nya yang belum pernah Dia ajarkan kepada selain diriku. Lalu dikatakan, ‘Wahai Muhammad! Angkatlah kepadamu. Ajukanlah permohonan, niscaya permohonanmu dikabulkan. Mohonlah syafaat, pastilah akan diterima syafaatmu.’ Selanjutnya aku mengangkat kepalaku, lalu saya berkata, ‘Ummatku, wahai Rabbku, umatku wahai Rabbku, ummatku wahai Rabbku!’ Lantas dikatakan, ‘Wahai Muhammad! Masukkanlah umatmu yang tidak peru dihisab dari pintu surga ke sebelah kanan. Mereka juga sama dengan orang-orang lain di selain pintu tersebut.’ Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Demi Dzat yang mengauasai diriku, sesungguhnya jarak anara dua daun pintu dari beberapa daun pintu surga sama dengan jarak antara Mekah dan Hajar atau antara Mekah dan Bushra’.”
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Nama Allah tidak bisa dihitung,  karena ada nama Allah yang disebut nanti (perkara ghaib)

Maka bersyukurlah, kita sebagai umat Nabi Muhammad shalallaahu alaihi wasallam karena atas syafaat Nabi, peradilan dimulai.

Kajian Buku Ustadzah Ummu Ihsan

CATATAN KAJIAN: ‘Ya Allah, PertolonganMu  yang Kuharapkan’ Ustadzah Ummu Ihsan (3 Juli 2025)

Ada pertanyaan 1 untuk diri : seberapa sadar kita bahwa kita sangat membutuhkan Allah dalam setiap detik dan nafas kita?

1. Kita harus merasa fakir di hadapan Allah.

Allah menegaskan “Kamu manusia fakir di hadapan Allah.”

“Jangan serahkan urusan ini pada diriku tapa pertolongan mu walau sekejap mata karena kita tidak akan mampu menjalaninya tanpa pertolongan Allah. ” (cari doanya)

Kita harus merasa fakir untuk mampu mengerjakan perintah- perintah Allah. Setelah mampu 1 amal kebaikan ucapkan ‘alhamdulillahilladzi bini matihi tati mush shalinaat’

2. Kita akan diuji dengan syukur dan sabar.

Agar bisa bersyukur, kota buruh petolongan Allah. apalagi sabar. Kita akan diuji dengan berbagai problem hidup.

{وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ} [البقرة : 155]
{الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ} [البقرة : 156]

(155) Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.
( 156 )   (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”

Apapun yang terjadi, Allah maha tahu,  kamu tidak tahu.

Pertolongan Allah itu dekat tapi ada sebab- sebabnya. Istiqomah itu berat.

Rasulullah  shallallahu  alaihi wasallam: “Demi Allah wahai Muadz, aku mencintaimu.”


عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَهُ: «أُوصِيكَ يَا مُعَاذُ: لاَ تَدَعَنَّ دُبُرَ كُلِّ صَلاَةٍ أَنْ تَقُولَ: اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتكَ». رَوَاهُ أَحْمَدُ، وَأَبُو دَاوُدَ، وَالنَّسَائيُّ بِسَنَدٍ قَويٍّ.

Dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku wasiatkan (perintahkan) kepadamu wahai Muadz agar engkau jangan sekali-kali meninggalkan pada setiap dubur (akhir) shalat doa: ALLOHUMMA A’INNI ‘ALA DZIKRIKA WA SYUKRIKA WA HUSNI ‘IBAADATIK (artinya: Ya Allah, tolonglah aku untuk selalu mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan memperbaiki ibadah kepada-Mu).” (HR. Ahmad, Abu Daud, An-Nasai dengan sanad yang kuat). [HR. Ahmad, 36:429; Abu Daud, no. 1522; An-Nasai, 3:53. Syaikh ‘Abdullah Al-Fauzan menyatakan bahwa sanad hadits ini sahih. Yang mensahihkan hadits ini adalah Imam Nawawi dalam Al-Adzkar, Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Nataij Al-Afkar, 2:298, dan Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz. Lihat Minhah Al-‘Allam, 3:194).

{وَإِن يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ ۖ وَإِن يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلَا رَادَّ لِفَضْلِهِ ۚ يُصِيبُ بِهِ مَن يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ ۚ وَهُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ} [يونس : 107]


( 107 )   Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurnia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

حفظه الله

عَنْ أَبِي الْعَبَّاسِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبَّاسِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : كُنْتُ خَلْفَ النَّبِيِّ  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  يَوْمًا ، فَقَالَ «يَا غُلَامُ ! إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ : اِحْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ ، اِحْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ ، إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللهَ ، وَإِذَا  اسْتَعَنْتَ فَاسْتَـعِنْ بِاللهِ. وَاعْلَمْ أَنَّ الْأُمَّةَ لَوِاجْتَمَعَتْ عَلىَ أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيْءٍ ؛ لَمْ يَنْفَعُوْكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ لَكَ، وَ إِنِ اجْتَمَعُوْا عَلَى أَنْ يَضُرُّوْكَ بِشَيْءٍ ؛ لَمْ يَضُرُّوْكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ  اللهُ عَلَيْكَ ، رُفِعَتِ الْأَقْلَامُ وَجَفَّتِ الصُّحُفُ».  رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ ، وَقَالَ   : حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيِحٌ.

 وَفِي رِوَايَةٍ غَيْرِ التِّرْمِذِيِّ : «اِحْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ أَمَامَكَ ، تَعَرَّفْ إِلَى اللهِ فِي الرَّخَاءِ يَعْرِفْكَ فِي الشِّدَّ ةِ. وَاعْلَمْ أَنَّ مَاأَخْطَأَكَ ؛ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيْبَكَ ، وَمَا أَصَابَكَ ؛ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ ، وَاعْلَمْ أَنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْرِ، وَأَنَّ الْفَرَجَ مَعَ الكَرْبِ ، وَأَنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا».

Dari Abul ‘Abbas ‘Abdullah bin ‘Abbâs Radhiyallahu anhuma , ia mengatakan, “Pada suatu hari, aku pernah dibonceng di belakang Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau bersabda, ‘Wahai anak muda, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat: ‘Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, maka engkau akan mendapati-Nya di hadapanmu. Jika engkau memohon (meminta), mohonlah kepada Allah, dan jika engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah, bahwa seandainya seluruh umat berkumpul untuk memberi suatu manfaat kepadamu, maka mereka tidak akan dapat memberi manfaat kepadamu, kecuali dengan sesuatu yang telah ditetapkan Allah untukmu. Sebaliknya, jika mereka berkumpul untuk menimpakan suatu kemudharatan (bahaya) kepadamu, maka mereka tidak akan dapat menimpakan kemudharatan (bahaya) kepadamu, kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan atasmu. Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.’” [HR. at-Tirmidzi, dan ia berkata, “Hadits ini hasan shahîh”]

SEBAB-SEBAB DATANGNYA PERTOLONGAN ALLAH

  1. Meninggalkan maksiat, bertaubat, beristighfar.               
    • {وَمَا أَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَن كَثِيرٍ} [الشورى : 30]
    • Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).
      ( 31 )   Dan kamu tidak dapat melepaskan diri (dari azab Allah) di muka bumi, dan kamu tidak memperoleh seorang pelindung dan tidak pula penolong selain Allah.
      Sura: Ash-Shura – Aya: 30
  2. Takwa
    • Jika bertakwalah, Allah akan membersamai dan melingkupi dengan rahmatnya
    • {إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوا وَّالَّذِينَ هُم مُّحْسِنُونَ} [النحل : 128]

      Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.
  3. Menolong agama Allah
    • Dengan cara mempelajari agama Allah
    • Bersungguh mengamalkan ilmu
    • Bersungguh dalam menyokong dakwah
    • Doa

    • وَلَيَنْصُرَنَّ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ

      “Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama) Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa” [Al-Hajj/22:40]
  4. Tawakal
    • {وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ ۚ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا} [الطلاق : 3]
    • Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.
    • Tawakal yang benar-benar itu : ikhtiar, doa, pasrah – semua dengan kesungguhan
    • Ikhtiar tanpa istianah bukan tawakal, pasrah tanpa ikhtiar itu sia-sia

QNA

1. Apakah yang disebut tawakal itu mencari nafkah untuk hari ini, lalu besok bagaimna nanti? Bagaimana dengan nabung dan sedekah?

Manusia diberikan akal dan semua landasan sudah diberikan dalam agama kita. Yang terbaik itu yang pertengahan. Sedekah Abu Bakar yang disetujui Nabi shalallaahu alaihi wasallam maksimal sepertiga hartanya. Tidak pelit demi bisa menabung, tidak juga menghamburkan yang kita punya demi hari ini.

2. Bolehkah kita bertanya kepada psikolog?

Segala cabang ilmu yang tidak ada pertentangan dalam agama kita boleh. Cari psikolog yang bisa menyaring karena psikologi berasal dari ilmu filsafat agar tidak bertentangan dengan gaya kita.

Catatan: kesalahan dalam pencatatan adalah semata kesalahan penulis. Mohon merujuk pada buku Ustadzah hafidzahallah

@klastulistiwa

Lectures of Life, Parenting

CATATAN KAJIAN @ASESI2018 MENDIDIK GENERASI ROBBANI

[Bismillah: Catatan ini sesuai apa yang disimak dan kurang lebihnya adalah kesalahan pencatat. Foto buku bukanlah yang dikaji, melainkan  hadiah untuk si sulung (11th) dari ustadz karena  bertanya, “Bagaimana cara saya menjaga akhlak jika mau masuk pesantren dan ternyata teman-teman tidak bersikap baik”]

IMG-20181103-WA0013

===============

Mendidik Generasi Robbani
Ustadz Fazhrudin Nu’man
ASASI EXPO, 3 November 2018

Oleh Mierza Miranti

 

Tujuan utama kita: At Tahrim ayat 6

Ibnu Umar menafsirkan ayat ini ” Berikan pendidikan kepada anakmu karena kalian akan dimintai pertanggung jawaban apa yg anda ajarkan dan didikan kepada mereka”

Dibalik itu semua ada tanggungjawab pendidikan anak: Bagaimana caranya muncul dari RT kita muncul anak shalih, qurata ayun.

Sodaqoh jariyah, ilmu bermanfaat, dan anak shalih yg senantiasa mendoakan ayah dan bunda.

Anak shalih itu meskipun tidak mendoakan, tetap sampai pahala kepada kita ketika meninggal, karena anak-anak itu hasil didikan kita dahulu. Mendidik anak itu kewajiban dan kebutuhan.

Dalam Ali Imron: 79 disebutkan kalimat “jadilah kalian generasi Robbani”
Ibnu Abbas menyebutkan bahwa “Generasi Robbani adalah generasi yg berakal, bijak, dan memahami agama.”

Robbani diambil dari dua kata, disandarkan kepada Rabb (jamaknya)

Artinya:

1. Generasi yg banyak ibadah kepada Allah dan banyak ilmunya.
2. Generasi yg mengurus manusia sehingga bisa mengurus saudaranya (tidak mementingkan diri sendiri)

Imam at Thabrani “Rabbaniyun adalah tulang punggung manusia, jadi sandaran, generasi yg jadi andalan dalam fiqh, agama, dan dunia.”
Ketika membayangkan generasi rabbani, jangan hanya bayangkan anak kita. Kita pun harus menjadi generasi rabbani.
Ciri-ciri generasi rabbani:
1. Generasi yang senantiasa tegar, semangat, kokoh, berdiri di atas tauhid yang lurus.
2. Senantiasa istiqomah di atas sunnah Rasulullah dan salafish shalih sbg imam dan tauladan yang diikuti
3. Generasi yang senantiasa menjunjung tinggi di atas ilmu dan amal, menjauhi maksiat
4. Generasi yang semangat mengajarkan ajaran islam, amal maruf nahi munkar di atas ajaran yang benar
5. Generasi yang menyejukan pandangan dengan akhlak yang mulia dan adab

Ambillah doa untuk meminta kepada Allah
❤ Doa nabi Ibrahim “Rabbi habli minash shalihin”
❤ Doa nabi Zakaria
❤ Surat Al Furqon 74

Bagaimana menjadi generasi Robbani:
1. Al walidain al shalihah (orangtua yang shalih)
2. Al biah al shalihah (lingkungan yang baik)
3. Al ilmu as shahihah (ilmu yang benar)
4. Al mualim al robbani. (Guru baik dan ahlussunnah)
5. Al abdul halal (semua asupan yg halal

====================
1 . Al walidain al shalihah (orangtua yang shalih)

Keshalihan/ keburukan ini berpengaruh besar, setelah Allah. Merekalah madrasah pertama
Kedua orangtua shalih dapat membangun rumah tangga di atas keshalihan dan berdoa diatasnya.

LIHAT: kisah nabi Musa dan Nabi Khidr dalam al kahf tentang dinding rumah anak yatim yang diperbaiki nabi Khidr atas sebab orangtuanya yang shalih

Ibnu katsir: “Keshalihan seorang berpengaruh dalam keturunannya di dunia dan akhirat.”

“Seorang bayi terlahir suci, orangtuanyalah yang menjadikan Yahudi, Nasrani, Majusi” (Muttafaq alaih)

Berpikirlah sebelum menikah untuk mencetak generasi Robbani.

Aisyah radhiyallaahu anha, ” Hendaklah kalian memilih teman yg baik untuk menaruh benih.”

CEK: Wanita dinikahi karena 4 hal….

Cari juga pria yg shalih “bila ada laki-laki yang kalian ridhai akhlak dan agamanya maka nikahkankah kepadanya, sebab jika tidak, maka akan terjadi bencana di muka bumi dan kerusakan yang melanda”
Kenapa ortu harus shalih?
1. Orangtua shalih akan amanah
2. Akan memulihkan pendidikan terbaik serta memerintahkan mereka dalam ketaatan
3. Akan menjadi qudwah yg baik
4. Menjaga dr yg merusak
5. Akan memohon kepada Allah untuk kebaikan anaknya

———
2. Al biah as shalihah (lingkungan yang baik)

Syaikh Athiyyah “Setiap anak asalnya lahir dalam keadaan fitrah, apabila tumbuh dalam fitrahnya niscaya akan tumbuh dalam hidayah…. ”

CEK KISAH: Jaman bani Israil tentang sang pembunuh 100 nyawa. Ketika ia ingin taubat dinasihati “Pergilah engkau ke negeri yg disana orang-orang menyembah Allah bersama orang shalih, jangan kembali ke negerimu tempat orang-orang yang buruk”

Rasulullah, “Agama seseorang akan seperti agama temannya, maka hendaklah setiap kalian melihat dengan siapa ia berteman”

Yang harus dijaga
1. Lingkungan keluarga (apa masih ada maksiat? Musik?)
2. Lingkungan masyarakat (cek tetanggamu sebelum pindah)

3. Lingkungan sekolah tempat velajar

 

Di Mekah Madinah tidak ada pesantren karena lingkungannya sudah pesantren, tidak ada ikhtilat, musik

Maka carilah sekolah yg tanpa ikhtilat, musik, dan syariat sesuai Quran sunnah denggan pelayanan salafush shalih.
=============
3. Al ilmu as shahihah (ilmu yang benar)

Ilmu adalah fondasi pencetak generasi, pengubah karakter.
Hanya dengan ilmu orang bisa:
1. Mengenal Allah
2. Ibadah dengan benar
3. Mengetahui halal haram
4. Berakhlak mulia
5. Berdakwah amal maruf mahir munkar
Hasan al Basri, “Kalau tidak (taat?) ilmu agama, seseorang akan seperti binatang”

Menuntut ilmu ada 2:
1. Mubah —> math, sains, kedokteran
2. Wajib —> agama dalam Quran, sunnah, pemahaman salafush shalih. INILAH STANDAR ILMU

Barangsiapa yg dikehendaki baik oleh Allah, maka pahamkan ia terhadap agamanya.

Ilmu adalah apa-apa yang pernah diucapkan Allah, Rasul, dan sahabatnya. Mereka adalah orang-orang yang memiliki ketangguhan ilmu. Setelah jaman Rasulullah, sahabat-sahabat yg dijamin surga.

Ahlussunnah yang dimaksud adalah mereka yang memahami agama dengan benar sesuai pemahaman salafush shalih.

Kalau ada kuisioner di jaman jahiliyah, siapa yg paling zalim,   jawabannya Umar bin Khattab. Tapi lihat setelah masuk Islam, Umar jadi umat terbaik.

“AKU wariskan kepada kalian 2 perkara, tidak akan sesat jika kalian berpegang teguh, yaitu kitab Allah dan sunnah rasulNya.”

Kata nabi di akhir jaman kalian akan ada perselisihan yang banyak, maka hendaknya kalian berpegang pada tuntunanku dan tuntunan sahabatku.
=========
4. Al mualim al robbani. (Guru baik dan ahlussunnah)

Kenapa belajar agama malah bisa menjadikan seorang lulusan berpemahaman  Syiah? Khawarij? ISIS? —>>> KARENA GURUNYA MENGAJARKAN DEMIKIAN

Guru memiliki tanggung jawab besar.

Kalau bisa jadilah guru karena “Sesungguhnya Allah dan malaikat, seluruh penduduk. . Seluruh yg di bumi. .. semua mendoakan kebaikan.” <<< cek hadits lengkapnya.
Karakter guru Robbani:
1. Memiliki keikhlasan (betul-betul ingin membetulkan anak didiknya karena Allah
2. Shalih, memiliki kekuatan taqwa ilallah
3. Beraqidah yang shahih dan manhaj yang lurus
4. Memiliki kekuatan ilmu yg berlandaskan quran sunnah salafush shalih
5. Memiliki kemuliaan akhlak dan keluhuran budi pekerti (jika anak didik takut kepada kita, maka kita harus koreksi diri)

Hati-hati kabar akhir jaman ” akan muncul guru-guru yang mengajak manusia ke neraka jahannam”

Hendaknya kalian melihat darimana kalian melihat darimana mengambil agama kalian, sehingga diduga apabila darinkalangan Ahlussunnah maka ambillah ilmunya.

Imam Malik “Ilmu ini adalah daging dan darah kalian dan akan ditanya di hari kiamat maka hendaklah kalian melihat darimana mengambilnya.”

 

=========

5. Al abdul halal (semua asupan yg halal

Imam atau Tsahuri ” siapa yang makanan. Halal pasti badannya akan menaati Allah dan barangsiapa siapa memakan makanan haram pasti badannya bermaksiat kepada Allah.”

Para ulama dulu ketika tidak bangun malam, mereka cek makanan mereka.
Ibnul Qayim “Makanan haram bisa melemahkan jiwa”

Al Baqoroh 168, jangan ikutin langkah syaitan. Nabi Adam yang memakan buah menjadi pelajaran.

Makanan haram bisa menghalangi ibadah.

An Nisa: 10 ..
“Setiap daging yang tumbuh dari nasabah haram maka neraka lebih uatam baginya” (HR Muslim)

Abu Bakar memakan sesuatu dari pembantunya, lalu ia makan dr hasil dukun, lalu ia berusaha memuntahkannya.

 

 

Kajian Sirah, My Reflection

​THE REAL BILAL

KISAH MUADZIN RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASALLAM

Oleh: Wira Mandiri Bachrun [1]

Bilal bin Rabah adalah sosok sahabat yang sangat mengagumkan. Bagaimana tidak, seorang yang dahulunya hanyalah budak rendahan berkulit hitam, telah diagungkan oleh Allah untuk menjadi orang mengumandangkan adzan pertama kali, menjadi orang yang pertama memanggil kaum mukminin untuk menghadap Allah di dalam shalat mereka.

Dialah Bilal bin Rabah yang kisah hidupnya menjadi insiprasi bagi banyak orang. Betapa dengan kekuatan iman serta ketegaran hati dalam memegang prinsip tauhid, Bilal yang hina menjadi mulia. Demikian juga kisah hidupnya menjadi bukti mulianya ajaran Islam yang tak mengenal perbedaan suku bangsa dan warna kulit. Kisah Bilal benar-benar menunjukkan kebenaran firman Allah,
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah orang yang bertaqwa…” (Al Hujaraat: 13)

Orang menjadi mulia di sisi Allah adalah karena ketaqwaannya. Bukanlah ras, suku bangsa atau warna kulit yang membuat kita mulia. Sebagaimana Bilal, walaupun dia berkulit hitam tapi tetap mulia di sisi Allah.

KELAHIRAN BILAL

Bilal dilahirkan di daerah Sarah kira-kira 34 tahun sebelum hijrah. Ayahnya dikenal dengan panggilan Rabah. Sedangkan ibunya dikenal dengan Hamamah. Hamamah adalah seorang budak wanita yang berkulit hitam yang tinggal di Makkah. Oleh karenanya, sebagian orang memanggil Bilal dengan nama Ibnu Sauda, putra si budak hitam. Bilal tumbuh di kota Makkah. Dia menjadi budak milik anak-anak yatim dari Bani Abdid Daar yang diasuh oleh Umayyah bin Khalaf, salah seorang gembong kafir Quraisy.[2]

MASUK ISLAM

Begitu cahaya Islam muncul di tengah-tengah kota Makkah, di mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam  mengajak manusia kepada kalimat tauhid, Bilal adalah salah seorang yang paling dahulu masuk dalam agama Islam. Pada saat itu Bilal telah masuk Islam. Tidak ada orang lain yang masuk Islam selain dia dan beberapa orang lagi yang disebut sebagai As Sabiquna Al Awwalun. Yang pertama adalah Khadijah binti Khuwailid, Ummul Mukminin. Lalu Abu Bakr As Shiddiq, Ali bin Abi Thalib, Ammar bin Yasir dan ibunya Sumayyah, serta Shuhaib Ar Rumi dan Miqdad bin Al Aswad.[3]

SIKSAAN KEPADA ORANG-ORANG LEMAH DARI KAUM MUSLIMIN

Ketika syiar Islam mulai tampak di tengah-tengah musyrikin Quraisy, mulailah penentangan muncul dari para kaum tersebut. Bahkan mereka mulai melakukan penganiayaan dan penyiksaan kepada kaum muslimin. Sebagian sahabat yang berasal dari keluarga terpandang seperti Abu Bakr As Shiddiq dan Ali bin Abi Thalib memiliki kaum yang dapat melindungi mereka berdua. Adapun para budak serta orang-orang yang lemah, maka dengan mudahnya disiksa dan dianiaya oleh para pembesar Quraisy. Kafir Quraisy menyiksa mereka untuk menjadikan mereka sebagai contoh bagi orang-orang yang berani menentang berhala mereka dan menyatakan diri sebagai pengikut Muhammad.

Abu Jahl  misalnya, dia telah menganiaya Sumayyah. Gembong kekafiran ini berdiri di atas tubuh Sumayyah dengan mengucapkan sumpah serapah, lalu membunuhnya dengan cara menusukkan tombak pada tubuh Sumayyah dari bagian bawah perutnya hingga tembus di punggungnya. Sumayyah pun menjadi wanita syahidah pertama dalam Islam.

Siksaan lain yang dialami kaum muslimin, bila panas mentari mencapai puncaknya para gembong kekufuran ini melepaskan baju kaum muslimin, lalu memakaikan kepada mereka pakaian besi lalu membakar mereka dengan sinar matahari yang begitu terik. Mereka juga mencambuk punggung kaum mustad’afin tadi dengan cambuk, serta menyuruh mereka untuk menghina diri Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Ketika siksaan itu mencapai puncaknya, maka mereka pun menuruti kehendak kafir Quraisy, namun hati mereka senantiasa terpaut kepada Allah dan Rasulnya.[4]

Allah berfirman tentang mereka,
مَنْ كَفَرَ بِاللَّهِ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِهِ إِلَّا مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِالْإِيمَانِ
“Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah Dia beriman (maka dia akan mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (maka dia tidaklah berdosa).” (An Nahl: 106).”

BAGAIMANA DENGAN BILAL?

Bilal mengalami perlakuan yang sangat kejam dari majikannya, Umayyah bin Khalaf. Pundaknya diikat dengan tali lantas tali tersebut diserahkan kepada anak-anak kecil untuk diseret dan dibawa keliling sepanjang pegunungan Mekkah. Akibatnya, bekas tali tersebut masih nampak di pundaknya.

Umayyah, sang majikan selalu mengikatnya kemudian menderanya dengan tongkat. Kadang ia dipaksa duduk di bawah teriknya sengatan matahari. Ia juga pernah dipaksa lapar.

Puncak dari itu semua adalah saat dia dibawa keluar pada hari yang suhunya sangat panas, kemudian dibuang ke tanah lapang di Bathha’. Setelah itu, ia ditindih dengan batu besar dan ditaruh ke atas dadanya. [5]

Mereka mendera punggung Bilal dengan cambuk, namun tetap saja Bilal berkata,
“Ahad, Ahad… Allah Yang Esa, Allah Yang Esa!”

Mereka menimpakan batu-batu besar pada dada Bilal, namun tetap saja Bilal berkata,
“Ahad, Ahad… Allah Yang Esa, Allah Yang Esa!”

Meski mereka sudah menyiksa dengan sekeras mungkin, namun tetap saja Bilal berkata,
“Ahad, Ahad… Allah Yang Esa, Allah Yang Esa!”

Mereka berusaha mengingatkan Bilal kepada Lata wal Uzza, namun Bilal malah menyebut Allah dan Rasul-Nya.

Mereka berkata kepada Bilal, “Ucapkan apa yang kami katakan!”
Malah Bilal membantah, “Lisanku tidak dapat mengucapkannya.”

Maka mereka menambahkan penyiksaannya dan bahkan semakin menjadi-jadi.
Di tengah penyiksaan dan pelecehan tersebut, Bilal tak kunjung menghentikan ucapannya…
“Ahad, Ahad… Allah Yang Esa, Allah Yang Esa!”[6]

DISELAMATKAN OLEH ABU BAKR

Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu kemudian ingin membebaskan Bilal. Beliau ingin membelinya dari Umayyah bin Khalaf. Apa yang dilakukan oleh Umayyah? Dia pun meninggikan harga Bilal. Dia mengira dengan harga yang tinggi, Abu Bakr mengurungkan niatnya. Akan tetapi Abu Bakr tetap membeli Bilal walaupun harus menebus dengan harga yang cukup tinggi, sembilan uqiyah emas.[7]

Umayyah berkata kepada Abu Bakr setelah perjanjian jual-beli ini usai, “Kalau engkau tidak mau mengambil Bilal kecuali dengan 1 uqiyah emas saja, pasti aku lepas juga.”

Abu Bakar menjawab, “Jika engkau tidak mau menjualnya kecuali dengan 100 uqiyah, pasti aku akan tetap membelinya!”

Begitu Abu Bakr As Shiddiq memberitahukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam  bahwa dia telah membeli Bilal dan menyelamatkannya dari tangan penyiksa, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam  bersabda, “Biarkan aku ikut urunan dalam pembebasannya, wahai Abu Bakr!”

Abu Bakr As Shidiq lalu menjawab: “Aku telah membebaskannya, ya Rasulullah.”[8]

HIJRAH KE MADINAH DAN MENJADI BAYANGAN RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASALLAM

Ketika Allah subhanahu wata’ala memberikan izin kepada Nabi-Nya untuk berhijrah ke Madinah, maka Bilal pun termasuk orang yang turut berhijrah ke sana. Bilal akhirnya menetap di Madinah yang jauh dari penyiksaan bangsa Quraisy. Ia mendedikasikan usianya kepada Nabi dan kekasihnya yaitu Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Bilal senantiasa turut serta jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam  melakukan perjalanan. Dan ia pun juga bersama Rasul, tatkala Beliau pulang. Ia melakukan shalat bersama Rasul, melaksanakan perang jika Rasul melakukannya. Sehingga Bilal seolah menjadi bayangan diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. [9]

YANG PERTAMA MENGUMANDANGKAN ADZAN

Saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam  membangun masjidnya di Madinah, dan adzan mulai disyariatkan, maka Bilal adalah orang pertama yang menjadi muadzin dalam Islam.

Disebutkan di dalam riwayat Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu,
انَ الْمُسْلِمُونَ حِينَ قَدِمُوا الْمَدِينَةَ يَجْتَمِعُونَ فَيَتَحَيَّنُونَ الصَّلاَةَ ، لَيْسَ يُنَادَى لَهَا ، فَتَكَلَّمُوا يَوْمًا فِى ذَلِكَ ، فَقَالَ بَعْضُهُمْ اتَّخِذُوا نَاقُوسًا مِثْلَ نَاقُوسِ النَّصَارَى . وَقَالَ بَعْضُهُمْ بَلْ بُوقًا مِثْلَ قَرْنِ الْيَهُودِ . فَقَالَ عُمَرُ أَوَلاَ تَبْعَثُونَ رَجُلاً يُنَادِى بِالصَّلاَةِ . فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – « يَا بِلاَلُ قُمْ فَنَادِ بِالصَّلاَةِ »
“Kaum muslimin dahulu ketika datang di Madinah, mereka berkumpul lalu memperkira-kira waktu shalat, tanpa ada yang menyerunya, lalu mereka berbincang-bincang pada satu hari tentang hal itu. Sebagian mereka berkata, gunakan saja lonceng seperti lonceng yang digunakan oleh Nashrani. Sebagian mereka menyatakan, gunakan saja terompet seperti terompet yang digunakan kaum Yahudi. Lalu ‘Umar berkata, “Bukankah lebih baik dengan mengumandangkan suara untuk memanggil orang shalat.” Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Wahai Bilal bangunlah dan kumandangkanlah azan untuk shalat.”  (HR. Al Bukhari dan Muslim).

Maka Bilal pun menjadi muadzin pertama dalam sejarah Islam. Jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam  telah keluar dari kamarnya dan Bilal telah melihat Beliau datang, maka Bilal akan mengumandangkan iqamat. [10]

Dipilihnya Bilal sebagai muadzin merupakan pemuliaan kepada diri beliau. Ketika beliau dipaksa untuk mengucapkan kekufuran dulu di Makkah, lisannya tetap mengatakan “Ahad.. Ahad…” Oleh karena itulah dia dipercaya untuk mengumandangkan adzan yang mengandung ungkapan tauhid di awal dan akhirnya. [11]

BILAL ADALAH PENDUDUK SURGA

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengkhabarkan bahwa Bilal termasuk penduduk surga. Beliau telah mendengar suara terompah Bilal di surga. Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menuturkan,
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ لِبِلاَلٍ عِنْدَ صَلاَةِ الْغَدَاةِ يَا بِلاَلُ حَدِّثْنِي بِأَرْجَى عَمَلٍ عَمِلْتَهُ عِنْدَكَ فِي اْلإِسْلاَمِ مَنْفَعَةً فَإِنِّي سَمِعْتُ اللَّيْلَةَ خَشْفَ نَعْلَيْكَ بَيْنَ يَدَيَّ فِي الْجَنَّةِ قَالَ بِلاَلٌ مَا عَمِلْتُ عَمَلاً فِي اْلإِسْلاَمِ أَرْجَى عِنْدِيْ مَنْفَعَةً مِنْ أَنِّي لاَ أَتَطَهَّرُ طُهُوْرًا تَامًّا فِي سَاعَةٍ مِنْ لَيْلٍ وَلاَ نَهَارٍ إِلاَّ صَلَّيْتُ بِذَلِكَ الطُّهُوْرِ مَا كَتَبَ اللَّهُ لِيْ أَنْ أُصَلِّيَ
Setelah shalat subuh, Rasulullah berkata kepada Bilal, “Wahai Bilal, beritahukanlah kepadaku tentang perbuatan-perbuatanmu yang paling engkau harapkan manfaatnya dalam Islam! Karena sesungguhnya tadi malam aku mendengar suara terompahmu di hadapanku di surga.”

Bilal kemudian menjawab, “Tidaklah ada satu perbuatan pun yang pernah aku lakukan dalam keislamanku yang paling kuharapkan manfaatnya melainkan aku selalu melakuan shalat sunnah semampuku setiap selesai bersuci dengan sempurna di waktu siang ataupun malam.” (HR. Muslim)

BERPERANG BERSAMA RASULULLAH

Bilal turut serta bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam  dalam perang Badr. Ia menyaksikan sendiri dengan dua mata kepalanya bagaimana Allah membuktikan janji-Nya, menolong tentara-Nya. Dan ia menyaksikan banyak para kafir Quraisy tewas menemui ajalnya padahal mereka dulu pernah menyiksa Bilal dengan amat keji. Ia juga melihat Abu Jahal dan Umayyah bin Khalaf mati tertebas pedang kaum muslimin, dan darah mereka mengucur karena tusukan tombak kaum muslimin.[12]

NAIK KE ATAS KA’BAH

Saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam  memasuki kota Makkah untuk menaklukkannya, Beliau didampingi oleh Bilal bin Rabah. Saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam  memasuki Ka’bah, Beliau hanya didampingi oleh 3 orang saja, mereka adalah: Utsman bin Thalhah sang pemegang kunci Ka’bah, Usamah bin Zaid orang kesayangan Rasulullah dan putra dari orang kesayangan Beliau [13], serta Bilal bin Rabah sang muadzin Rasulullah.

Tatkala waktu Zhuhur telah tiba, banyak sekali manusia yang berada di sekeliling Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam . Dan orang-orang kafir Quraisy yang baru masuk Islam secara sukarela atau terpaksa menyaksikan jumlah manusia yang sedemikian banyaknya.

Pada saat itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam  memanggil Bilal bin Rabah. Beliau memerintahkan Bilal untuk naik ke atas Ka’bah untuk mengumumkan kalimat tauhid. Maka Bilal pun melakukan perintah tersebut.

Ia mengalunkan Adzan dengan suaranya yang keras.

Maka ribuan leher manusia melihat ke arah Bilal. Ribuan lisan manusia yang mengikuti ucapan Bilal dengan hati yang khusyuk.

Sedangkan mereka yang di dalam hatinya terdapat penyakit merasakan adanya kedengkian dan kebencian yang membuat hati mereka menjadi tercabik-cabik.
Begitu Bilal mengucapkan di dalam adzannya, “Asyhadu Anna Muhammadan Rasulullah”, maka berkatalah Juwairiyah binti Abu Jahal, “Demi umurku, sungguh Allah ta’ala telah meninggikan sebutan namamu. Adapun shalat, maka kami akan melakukannya, akan tetapi demi Allah, kami tidak menyukai manusia yang pernah membunuh orang-orang yang kami cintai.” Ayah Juwairiyah terbunuh pada perang Badr.

Khalid bin Usaid mengatakan, “Segala puji bagi Allah yang telah memuliakan ayahku sehingga ia tidak turut menyaksikan kejadian yang menghinakan pada hari ini.” Ayah Khalid, Usaid telah mati satu hari sebelum terjadinya penaklukan Makkah.

Al Harits bin Hisyam berkata, “Celaka, andaikan aku sudah wafat sebelum aku melihat Bilal berada di atas Ka’bah.”

Al Hakim bin Abi Al Ash berkata, “Demi Allah, ini adalah musibah besar jika seorang budak Bani Jumah bersuara dari atas bangunan ini.”

Dan bersama mereka terdapat Abu Sufyan bin Harb yang berkata, “Aku tidak akan mengatakan apapun… Sebab kalau aku mengeluarkan satu kata saja dari mulutku, kerikil-kerikil ini akan menyampaikan ucapanku tersebut kepada Muhammad bin Abdullah.”[14]

SETELAH RASULULLAH WAFAT

Begitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam  kembali ke Ar Rafiqul A’la.
Saat itu waktu shalat telah tiba.
Maka berdirilah Bilal untuk mengumandangkan adzan kepada manusia.
Ketika itu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam  sudah dikafankan namun belum dikubur.

Maka di saat Bilal hendak mengucapkan Asyhadu Anna Muhammadan Rasulullah… lehernya terasa tercekik. Suaranya tidak bisa keluar dari kerongkongan.

Kaum muslimin pun menangis… mereka tenggelam dalam kesedihan.

Kemudian setelah tiga hari sejak hari itu, Bilal kembali mengumandangkan adzan. Namun setiap kali ia sampai pada kalimat Asyhadu Anna Muhammadan Rasulullah, ia menangis dan menangislah semua orang yang mendengarnya.

Pada saat itu, Bilal meminta kepada Khalifah Abu Bakr untuk mengizinkannya agar tidak mengumandangkan adzan terlebih dahulu karena ia merasa tidak sanggup untuk melakukannya. [15]

INGIN IKUT BERJIHAD

Bilal meminta izin kepada Khalifah Abu Bakr untuk turut dalam jihad di jalan Allah dan tinggal di negeri Syam untuk menghadapi musuh.

Abu Bakr menjadi ragu dalam memberikan izin kepada Bilal. Maka Bilal pun berkata kepadanya,
إِنْ كُنْتَ إِنَّمَا اشْتَرَيْتَنِي لِنَفْسِكَ فَأَمْسِكْنِي وَإِنْ كُنْتَ إِنَّمَا اشْتَرَيْتَنِي لِلَّهِ فَدَعْنِي وَعَمَلَ اللَّهِ
“Jika engkau membeli diriku untuk menjadi milikmu, maka tahanlah aku. Dan jika engkau membeli diriku karena Allah, maka biarkanlah aku beramal karena Allah.”
Abu Bakar menjawab, “Demi Allah, aku tidak berniat membelimu, kecuali karena Allah! Aku tidak memerdekakan mu kecuali di jalan-Nya.”

Bilal juga berkata, “Aku tidak akan mengumandangkan adzan untuk siapapun setelah Rasulullah wafat.”

Abu Bakr berkata, “Itu adalah hakmu wahai Bilal…”[16]
Bilal pun kemudian berangkat dari Madinah Al Munawarah bersama utusan pertama pasukan muslimin. Kemudian ia tinggal di Daraya dekat dari Damaskus.[17][17]

PERMINTAAN UMAR

Bilal masih tidak mau mengumandangkan adzan sehingga Umar bin Khattab datang ke negeri Syam yang menjumpai Bilal setelah sekian lama tidak berjumpa.

Umar amat rindu kepada Bilal dan amat hormat kepadanya. Sehingga jika nama Abu Bakr disebut didepannya, maka Umar akan berkata,
“Abu Bakar adalah pemimpin kami dan dialah yang telah memerdekakan pemimpin kami.”

Yang dimaksud adalah adalah Bilal.”

Pada saat itulah para sahabat mendesak Bilal untuk mengumandangkan adzan dihadapan Umar Al Faruq.

Begitu suara Bilal berkumandang, Umar serta-merta meneteskan air mata, dan semua sahabat yang ada pada saat itu turut menangis, sehingga bulu janggut menjadi basah oleh air mata.

Bilal telah berhasil membangkitkan kerinduan mereka kepada Madinah.[18][18]

WAFATNYA BILAL

Terdapat perbedaan pendapat kapan dan di mana Bilal wafat. Sebagian mengatakan bahwa beliau wafat di kota Damaskus. Sebagian lagi ada yang mengatakan bahwa beliau meninggal di Kota Halab pada tahun kedua puluh hijriyyah. Sebagian lagi mengatakan bahwa beliau wafat pada tahun ke-18 hijriyyah. Usia beliau ketika meninggal sekitar enam puluh tahun lebih. [19]

Dikisahkan bahwa ketika menjelang wafatnya, istri Bilal dengan setia mendampingi beliau.

Istrinya mengatakan, “Duhai kasihan sekali engkau wahai suamiku…”

Setiap kali Bilal mendengar istrinya mengatakan hal tersebut, Bilal berkata, “Duhai alangkah bergembiranya aku! Besok kita akan berjumpa dengan para kekasih, yaitu Muhammad dan para sahabatnya… Besok kita akan berjumpa dengan para kekasih, yaitu Muhammad dan para sahabatnya.”[20]

Beliau pun kemudian meninggalkan dunia yang fana ini. Semoga Allah meridhoi beliau dan para sahabat lainnya.

Wallahu a’lam bisshawab.

CATATAN KAKI:

[1] Penulis adalah pengajar di Ma’had Ibnu Katsir, Yogyakarta dan pengasuh rubrik Sirah di situs dakwah http://www.tauhid.or.id
[2] Abdurrahman Rafat Basya, Suwar min Hayatis Shahabah, (Kairo: Darul Adab Al Islami, 2006), hlm. 303.
[3] Ibid., hlm. 303-304.
[4] Ibid., hlm. 304-305
[5] Shafiyyurrahman Al Mubarakfuri, Ar Rahiqul Makhtum, (Riyadh: Dar Ibnil Jauzi, 1435 H), hlm. 103.
[6] Abdurrahman Rafat Basya, Suwar min Hayatis Shahabah, (Kairo: Darul Adab Al Islami, 2006), hlm. 305
[7] Jika 1 uqiyah = 40 dirham (sekitar 200 gr emas), berarti Abu Bakr telah membeli Bilal dengan harga 1,8 kg emas. Coba kalkulasikan dengan jumlah uang kita sekarang.
[8] Abdurrahman Rafat Basya, Suwar min Hayatis Shahabah, (Kairo: Darul Adab Al Islami, 2006), hlm. 306
[9] Ibid., hlm 307
[10] Ibid. hlm. 308
[11] Ibnu Hajar Al Asqalani, Fathul Bari, (Beirut: Darul Ma’rifah, 1379 H), jil. 2, hlm. 82.
[12] Abdurrahman Rafat Basya, Suwar min Hayatis Shahabah, (Kairo: Darul Adab Al Islami, 2006), hlm. 308
[13] Usamah adalah putra dari Zaid bin Haritsah, anak angkat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
[14] Abdurrahman Rafat Basya, Suwar min Hayatis Shahabah, (Kairo: Darul Adab Al Islami, 2006), hlm. 309-310
[15] Ibid., hlm. 310.
[16] Ibnul Jauzi, Shifatus Shahwah, (Kairo: Darul Hadits, 2000) hlm. 165.
[17] Abdurrahman Rafat Basya, Suwar min Hayatis Shahabah, (Kairo: Darul Adab Al Islami, 2006), hlm. 311.
[18] Ibid. hlm. 311-312
[19] Ibnul Jauzi, Shifatus Shahwah, (Kairo: Darul Hadits, 2000) hlm. 166.
[20] Abdurrahman Rafat Basya, Suwar min Hayatis Shahabah, (Kairo: Darul Adab Al Islami, 2006), hlm. 312.

Kajian Akhlak, Lectures of Life, My Reflection

[AUDIO DAN RESUME] Kajian Akhlak Bagian Pertama

Berikut adalah resume kajian Ustadz Immanudin di Permata Bintaro pada tanggal 7 Februari 2017 ⏱13.00-15.00. Resume ditulis oleh Ibu Linda Ummu Luthfi. Audio kajian bisa diunduh pada tautan ini.


Bismillah.

Dalam ibadah, yang termasuk masalah hukum adalah bab thaharah, bab shalat, dan bab zakat.

Fikih arti secara bahasa adalah pemahaman

Fikih akhlak artinya pemahaman yang berkaitan dengan masalah akhlak.

Cakupan akhlak adalah karakter, budi pekerti, sopan dan santun, kepribadian.

Tujuan Memahami Akhlak:

  1. Kita dicintai Allah سبحانه وتعالى
  2. Kita dicintai oleh semua makhluk / manusia / alam semesta.
Kita berharap juga dicintai oleh alam semesta termasuk hewan, tumbuhan.
Misalkan semut akan sayang kita karena kita tidak mengganggunya. Sebagaimana semut berbicara kepada Nabi Sulaiman.
Misalkan pohon pohon berbicara kepada kita.
Sebagaimana pohon kurma berbicara kepada Rasulullah ﷺ
Kita berharap batu nanti di akhir jaman berbicara kepada kaum manusia mukminin dengan mengatakan bahwa ini ada seorang yahudi yang bersembunyi di belakang saya.
Jangan kita sampai berlomba lomba untuk hanya dicintai makhluk.
Dan tidak memperhatikan untuk merasa dicintai Allah سبحانه وتعالى

Manfaat yang lainnya tentang akhlak :

  1. Bisa menguasai dunia dengan penuh kelayakannya.
  2. Berada di akhirat dengan memasuki surga.
  3. Hidup bahagia di dunia dengan mendapat balasan yang baik di akhirat sebagai hasil dari amal perbuatannya di dunia.

Kesimpulannya,  akhlak bisa menjadikan hidup bahagia dunia akhirat.

Manusia suka akan pujian.
Sadarkah bahwa kelak di akhirat orang yang ber akhlak baik selama di dunia akan dipuji Allah سبحانه وتعالى
Maka harus benar untuk memahami atau mempelajari soal akhlak ini secara utuh.
QS. 2:201 mengenai do’a sapujagad tentang kebaikan dunia Allah سبحانه وتعالى  menyatakan satu : “Karena kebaikan di dunia tidak lama, maka kebaikan yang di pupuk di dunia akan berbuah kebaikan, sedangkan di akhirat akan sebanding dengan 2 kebaikan.

Orang yang ber-akhlak akan dicintai Allah, malaikat Jibril, dan seluruh penghuni langit. Allah سبحانه وتعالى  akan jadikan kepada mereka kecintaan. Allah سبحانه وتعالى  akan memberika rasa cinta kepada seluruh makhkuk untuk menerima orang yang berakhlak. Dan, akan dikaruniai rejeki.

Jadi jika memiliki kemuliaan akhlak, dan memahaminya, maka Allah سبحانه وتعالى akan menyeru kepada seluruh makhluk untuk mencintai orang yang ber akhlak, termasuk orang yang berusaha memiliki akhlak yang baik.

Allah سبحانه وتعالى Bersumpah Qs. Aℓ Qalam:1-4

Allah سبحانه وتعالى bersumpah dengan makhluk-Nya yaitu Al Qalam, semua yang tertulis di alam semesta ditulis Allah dengan perantara al qalam.

Nabi ﷺ adalah manusia yg paling mulia akhlaknya

Karena dengan penuh kesabaran, walau beliau dikatakan orang yang gila, Nabi  ﷺberdakwah tauhid menyeru kepada kaum Arab pada masa itu untuk meninggalkan berhala-berhala mereka dan hanya menyembah Tuhan yang satu, Tuhan yang tidak nampak yaitu Allah سبحانه وتعالى  .
Namun, Nabi ﷺ tetap sabar dan Allah سبحانه وتعالى memberi balasan yg banyak, yaitu:
  1. Memiliki akhlak yang tinggi lagi mulia
  2. Sebagai panutan akhlak bagi manusia
  3. Dipuji dan disanjung dengan sanjungan yang tinggi. Seperti dalam QS. Al Imran:159, yaitu jaminan bahwa ketinggian akhlak yang mulia ditandai dengan kelembutan sikap, santun dalam berbicara, rahmat Allah سبحانه وتعالى,   maka Nabi ﷺ memiliki sifat sangat lembut.

Catatan Lainnya:

  • Nabi ﷺ tetap lembut walaupun kaumnya berlaku kasar kepadanya.
  • Allah سبحانه وتعالى  menyanjung kelembutan Rasulullah ﷺ
  • Para Sahabat berusaha mengikuti akhlak Rasulullah ﷺ yang lembut.
  • QS At. Taubah:128 menyebutkan bahwa Allah سبحانه وتعالى   mengabarkan akan kedatangan Rasul.
  • Rasulullah ﷺ selalu ingin memberikan kebaikan kepada sesama muslimin dengan salah satunya selalu melebihkan dalam menjawab salam.
  • QS. Al Fath:29 > Rasulullah ﷺ sangat berbeda dengan nabi-nabi yang lainnya.
  • Rasulullah ﷺ berlaku baik dan tegas kepada orang-orang kafir.
  • Rasulullah ﷺ membagi orang-orang kafir dengan 3 tingakatan : 1. Kaum kafir jinnney (mereka tinggal dan mengikuti aturan Rasulullah ﷺ, mereka membayar pajak inilah salah satu aturannya). 2. Kaum kafir mu’ahad (mereka tinggal di luar wilayah Rasulullah ﷺ tapi minta jaminan kepada Rasulullah ﷺ, dan mereka wajib bayar pajak/upeti sebagai jaminan keamanan bagi dirinya). 3. Kafir harbey (mereka memusuhi, memerangi Rasulullah ﷺ).
  • Terhadap kaum harbey wajib diperangi tapi setelah di dakwahi. Diperangi sampai mau menjadi kafir jinney atau kafir mu’ahad atau menjadi muslim.
  • Sesama kaum muslimin harus saling sayang dan berlaku lemah lembut
  • Kepada orang kafir, kita harus tegas
  • QS. Al Shuara:215 > Allah سبحانه وتعالى   memerintahkan kepada Rasulullah ﷺ untuk tetap tawadhu kepada kaum mukmin yang mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
  • Berbagai macam karakter kebaikan terkumpul pada diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana terbukti ada di dalam Aℓ-Quran.
  • Aisyah radhiallahu ‘anha mengatakan bahwa akhlaknya Rasulullah ﷺ adalah akhlaknya Aℓ-Quran (sebagaimana hadits yang diriwayatkan Imam Muslim).

Sekarang banyak manusia yang menjauh dari akhlak Aℓ-Quran. Padahal akhlak Aℓ-Quran yang dapat membimbing manusia menjadi baik. QS. Isra:9  menyebutkan bahwa Al Quran memberikan petunjuk ke jalan yang lurus, sebagaimana Aℓ-Quran adalah akhlaknya Rasulullah ﷺ

Aℓ-Quran menghimpun seluruh kemuliaan akhlak.

Al Fawaid Al Ilmiyyah (Ustadz Badrussalam)

[KAJIAN] Pondasi Kesesatan: Berkata Atas Allah tanpa Ilmu

Alhamdulillah wassholatu wassalamu ‘ala rasuulillah…

image

⚡Masalah yang ke 115⚡

Pondasi kesesatan,, apa itu?

Berkata atas Allah dengan tanpa ilmu.

Kata Beliau  yang di maksud dengan  ” Asal segala macam kesesatan”, yaitu adalah berkata tanpa ilmu.
Dimana berkata tanpa ilmu ini, kata Syaikh Fauzan : “lebih besar dari kesyirikan.”

Oleh karena itu Allah berfirman dalam surat Al-A’raaf : 33
“Katakan, sesungguhnya yang di haramkan oleh Rabbku adalah perbuatan fahisyah yang tampak darinya dan tersembunyi dan dosa dan berbuat dzolim dengan tanpa haq dan mempersekutukan Allah dengan tanpa Allah turunkan ilmu padanya. Dan kamu berkata atas Allah dengan tanpa ilmu.”

Disini Allah memulai dari yang kecil dahulu yaitu fahisyah kemudian naik kepada dosa kemudian naik kepada dzolim tanpa haq kemudian naik lagi syirik.
Ternyata Allah tidak menutup ayat itu dari syirik.
Tapi Allah menutup dg firmannya:
“Dan kamu berkata atas Allah dengan tanpa ilmu.”
Allah menjadikan berkata atas Allah dengan tanpa ilmu di atas kesyirikan.

Maka tidak boleh seseorang berkata ini haram, Allah mengharamkan ini, Allah mubahkan ini, sebatas dengan ro’yu dengan pendapat tanpa ada dalil dari syari’ah.

Kita katakan ini di syari’atkan, ini tidak di syari’atkan tanpa dalil.
Demikian pula berfatwa, menjawab pertanyaan dg tanpa dalil tapi dengan sebatas mereka-reka saja.

Ini jelas bahaya besar sekali, bahkan itu termasuk dusta atas nama Allah Subhaanahu Wa ta’ala. Yang Allah berfirman:
“Maka siapakah yang paling dzalim dari orang yang berdusta atas nama Allah Subhaanahu Wa ta’ala.” ( Azzumar:32)

Maka Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalamm saja, ketika pernah di tanya tentang suatu permasalahan beliau tidak tahu, Rasulullah jawab tidak tahu.
Sebagaimana di sebutkan dalam hadits bahwa Rasulullah ditanya tentang bumi mana yang paling di cintai oleh Allah? Kata Rasulullah aku tidak tahu, sampai aku tanya dulu Jibril.

Maka apalagi kita, hendaknya kita mengucapkan tidak tahu, apabila kita di tanya dan kita tidak tahu jawabannya.
Dan lebih baik kita diam daripada berbicara tanpa ilmu.

Imam Malik saja yang hafalannya luar biasa, beliau pernah ditanya tentang 40 pertanyaan, tapi beliau hanya menjawab sebagiannya saja.
Kebanyakan beliau menjawab tidak tahu..tidak tahu..
Lalu orang yang bertanya itu berkata : Aku datang dari negeri yang jauh, sudah melewati berbagai macam kesulitan, ternyata engkau jawabnya tidak tahu. Maka Imam Malik berkata: pulanglah kamu dan katakan kepada orang-orang, aku sudah bertanya kepada Malik, tapi Imam Malik tidak tahu…سُبْحَانَ اللّهِ

Berbeda dengan di zaman sekarang ini, banyak di zaman sekarang orang-orang sok tahu.
Sehingga akhirnya dengan sok tahunya itu ia mengomentari. Bahkan ulama besarpun dia komentari dengan ro’yu nya.
Padahal ilmunya itu سُبْحَانَ اللّهِ sangat sedikit sekali.
Tapi itulah…
Itu merupakan perilaku jahiliyah yang di zaman ini segala tersebar sekali, mudah berbicara tentang agama dengan pendapat, dengan tanpa dalil, tanpa hujjah dan tanpa pemahaman yang benar.
Terkadang ada seseorang hanya sebatas tahu 1 dalil lalu mengkritik para ulama besar yang hafalan ratusan ribu hadits.
Sehingga akhirnya seseorang terkena penyakit ujub. Penyakit berkata tanpa ilmu….Naudzubillah.
‎ل الله السلامة والعافية

Wallahu a’lam

12 Jumadil Ula 1438 / 9 Februari 2017

SUMBER:
📙Masaail Jaahiliyyah
👤 Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab
🔬Kajian Online Al Fawaid Al Ilmiyah asuhan Ustadz Badrusalam

Homeschooling, Lectures of Life, Parenting

25 WASIAT GENERASI TERBAIK ISLAM BAGI PARA PENDIDIK ADAB

Pengasuhan anak dalam Islam menempati porsi yang penting, apalagi bagi yang memilih jalur homeschooling dimana orang tua menjadi perancang, pelaksana, dan evaluator yang utama.

wp-1465448591978.jpegBersyukur sekali saya dimudahkan untuk duduk selama dua bulan dalam kajian kitab parenting Islami, Jaami’ul Ahkaami fi Aadaabi Shibyan. Tidak ada yang bisa saya berikan sebagai balasan sepadan dari ilmu yang bermanfaat itu selain membagikannya.

Dalam bab 3 ini, dibahas tentang wasiat-wasiat generasi terbaik Islam terdahulu – sahabat, thabi’in, thabiut thabiin – untuk para pendidik adab, yaitu orang tua.

Beberapa nasihat itu memiliki hilir yang sama dan insyaAllah bermanfaat dalam mendidik anak-anak kita. Silahkan klik tautan pada nama masing-masing pemimpin di blog saya, klastulistiwa.com,  untuk mendapatkan kalimatnya secara utuh. Berikut wasiat berharga para pendidik yang patut kita renungkan sebagai pelajaran.

Sepuluh wasiat pertama di bawah adalah  wasiat Utbah bin Abi Sufyan kepada Abdush Shamad, pendidik anak-anaknya. Beliau menginginkan agar sang pendidik dapat:

1. Memperbaiki diri sebelum mendidik adab.

2. Menjadi pendidik yang menyenangkan.

3. Mengajarkan Qur’an dan hadits.

4. Mengajarkan syai’r-sya’ir yang penuh hikmah, namun tidak menjauhkan dari ibadah.

5. Menggunakan kalimat yang dipahami anak.

6. Menyelesaikan pelajaran yang telah dimulai hingga benar-benar paham dan tidak terburu-buru loncat ke bab selanjutnya/ materi lain.

7. Mengajari anak untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.

8. Melatih anak memilih tauladan/ idola yang baik adabnya.

9. Menguatkan anak untuk menjauhi ikhtilat, terutama setelah baligh.

10. Bersemangat dan menghindari bersantai-santai dalam mendidik.

Khusus untuk ikhtilat, Umair bin Habib juga mewanti-wanti akan bahayanya. Beliau menegur Ziyad ketika tahu bahwa ia menceritakan tentang dunia dan wanita saat mengajari anaknya.

Sementara tentang meriwayatkan syair yang penuh hikmah, Harun bin Muhammad dari Bani Abasyah juga sangat mementingkannya karena dalam syair tersebut terkumpul adab yang bernilai tinggi. Beliau juga menambahkan beberapa wasiat agar pendidik dapat:

11. Membacakan Qurán kepada anak dengan bacaan yang bagus.

12. Memberikan berita-berita yang bermanfaat.

13. Meletakkan kalimat pada tempatnya (ilmu komunikasi).

Mengenai syair, ternyata Syuraih Al Qadhi pun sering bersyair. Seperti syair yang ia tuliskan kepada pendidik anaknya yang intinya agar pendidik tersebut dapat:

14. Mendidik anak tepat waktu dalam mendirikan shalat

15. Menasehati dengan nasehat yang mendidik dan cerdas

Nasihat yang mendidik tentunya memiliki cara yang baik dan berterima. Salah satunya diwasiatkan Hisyam bin Abdul Malik yang mengingatkan pendidik adab anaknya untuk TIDAK MENASEHATI DI DEPAN ORANG LAIN, karena akan cenderung mendorong si anak untuk berbuat kesalahan lagi.

Sementara itu, Muawiyah bin Abi Sufyan menyebutkan beberapa hal penting lain yang perlu diajarkan kepada anak. Ilmu dan keahlian tersebut diantaranya:

16. Mempelajari bahasa Arab.

17. Mempelajari nasab.

18. Mengetahui ilmu tentang perbintangan.

19. Bersikap kritis dan mampu melontarkan pertanyaan kritis dan berkualitas.

20. Mendidik hati untuk berusaha memahami.

Lalu, Abdul Malik bin Marwan lebih menekankan kepada 2 hal yaitu:

21. Mengajari kejujuran seperti mengajarkan shalat

22. Membiasakan anak untuk berada dalam lingkungan orang-orang yang beradab baik.

Terakhir, yaitu dari Umar bin Abdul Aziz bin Umar bin Khatab. Beliau mewasiatkan beberapa hal, yaitu:

23. Latihan fisik itu sangat baik, selama waktunya tepat.

24. Hindari terlalu banyak tertawa karena mematikan hati.

25. Cerdaslah memilih mainan yang tidak melalaikan dari mengingat Allah, seperti alat musik, karena bisa menumbuhkan penyakit nifaq dalam hati.

Alhamdulillah. Demikian yang bisa saya bagi hari ini. Semoga bermanfaat.

Homeschooling, Lectures of Life, Parenting

Wasiat Syuraih Al Qadhi dan Hisyam bin Abdul Malik

Halaman ini adalah bagian dari seri WASIAT GENERASI TERBAIK ISLAM BAGI PARA PENDIDIK ADAB dalam kajian kitab Jaami’ul Ahkaami fi Aadaabi Shibyan.

Anak Syuraih waktu itu lari dari tempat belajar dan bermain-main bersama anak-anak bahkan mengganggu anjing-anjing. Maka, tatkala hal ini terdengar oleh beliau, beliau menulis syair kepada pendidik adab anaknya tersebut yang artinya seperti di bawah ini.

“Dia telah meninggalkan shalat untuk berusaha bermain dengan anjing-anjing. Mencari persoalan dengan makhluk yang sangat kotor dan bodoh. Maka, apabila ia mendatangimu, cercalah dengan sebenar-benar cercaan. Dan, nasehatilah dengan nasehat yang mendidik dan cerdas.

Jika kamu ingin memukulnya, pukullah dengan pukulan yang bagus. Jika kamu sudah memukul 3 kali, maka tahanlah. Ketahui.ah bahwasanya apa yang engkau bawa adalah amanah dariku. Maka jiwa dia (anakku) bersama dengan sebaik-baik jiwa yang mengalir padaku.

Syuraih dan HisyamDalam nasihat di atas, Syuraih ingin menekankan pentingnya shalat dan nasihat. Mengenai cercaan yang dimaksud, bukan seperti cercaan yang menghinakan seperti yang dilakukan orang awan. Cercaan yang dimaksud adalah memberikan permisalan dari keumuman  dalil atau adat kebiasaan. Misalkan, dengan mengatakan, “Tahukah kamu nak, siapa yang mengabaikan pelajaran maka dia akan menyesal di hari kemudian.” Sementara tentang memukul, hal ini berkenaan dengan usia anak Syuraih yang disyariatkan untuk dipukul dan tentunya bukan jenis pukulan yang menyakiti.

Sedangkan wasiat  Hisyam bin Abdul Malik adalah yang mengingatkan pendidik adab anaknya untuk TIDAK MENASEHATI DI DEPAN ORANG LAIN, karena akan cenderung mendorong si anak untuk berbuat kesalahan lagi. Hal ini bisa dilihat dari yang ia katakan kepada pendidik adab anaknya,

“Jika kamu mendengar darinya sebuah kalimat yang jelek atau tidak pantas dalam sebuah majelis di tengah orang banyak, maka jangan kamu cela. Karena, boleh jadi yang seperti itu akan semakin mendorong kesalahannya Namun jagalah dia (dari kejelekan). Dan jika ia ingin berkata jelek, maka tahanlah.” (Al Adzkiya)

Makna tahan di atas adalah pencegahan. Seorang pendidik harus bisa menahan anak-anaknya berkata buruk. Ia bisa membuat perjanjian di awal atau segera mengingatkan sebelum keburukan itu terjadi.

Homeschooling, Lectures of Life, Parenting

Wasiat Umar bin Abdul Aziz bin Umar bin Khatab

Halaman ini adalah bagian dari seri WASIAT GENERASI TERBAIK ISLAM BAGI PARA PENDIDIK ADAB dalam kajian kitab Jaami’ul Ahkaami fi Aadaabi Shibyan.

wasiat umarDari Abu Ja’far Al Umawi, Umar bin Abdullah berkata,

“Umar bin Abdul Aziz menulis surat kepada pendidik adab anak-anaknya….

Kepada Sahl Maulana,

Sesungguhnya aku telah memilihmu karena pertimbangan ilmuku untuk mendidik anak-anakku. Aku serahkan merek kepadamu, bukan kepada selainmu dari maula-maulaku dan orang-orang khususku. 

Maka latihlah paha-paha mereka karena akan mengokohkan kaki-kaki mereka. Tinggalkanlah berpagi-pagi dalam melatih mereka, karena membiasakannya akan menjadikan lalai. Tinggalkan banyak tertawa karena itu akan mematikan hati. Dan jadikanlah perkara awal yang mesti mereka yakini dari pelajaran adabmu adalah membenci mainan yang munculnya dari syaithan dan akibatnyaadalah kemurkaan Ar Rahman. 

Maka sungguh telah sampai kepadaku dari orang-orang kepercayaan dari orang-orang yang berilmu,

“Bahwasanya mendatangi alat-alat musik, mendengar nyanyi-nyanyian, dan bertekun-tekun pada keduanya akan menumbuhkan penyakit nifaq dalam hati sebagaimana air menumbuhkn rumput.“(Ibnu Abiddunya)

Homeschooling, Lectures of Life, Parenting

Wasiat Harun bin Muhammad dari Bani Habasyah

Halaman ini adalah bagian dari seri WASIAT GENERASI TERBAIK ISLAM BAGI PARA PENDIDIK ADAB dalam kajian kitab Jaami’ul Ahkaami fi Aadaabi Shibyan.

Harun bin Muhammad dari Bani Abasyah sangat mementingkan syair yang terkandung adab yang bernilai tinggi. Beliau mewasiatkan Al Amin dan Al Ma’mun kepada Al Kisa-iy. Diantara wasiatnya adalah

Riwayatkanlah kepada mereka syair, karena akan mengumpukan adab yang bernilai tinggi.” (Adrotul Aghridh)

“Sungguh aku telah menyerahkan jantung hatinya, maka … dan jadikanlah ketaatan untuk anakku. Jadikanlah dia kepada Amirul Mualimin kepadaku. Bacakanlah Al Qur’an yang bagus. Dan beritahukanlah kabar-kabar yang bermanfaat. Ajarkan perilaku yangbagus. Perlihatkan cara bicara yang bagus (meletakkan kalimat pada tempatnya). Tahanlah anak-anak untuk tertawa karena tertawa ada waktunya.”

wasiat harunDari wasiat di atas, maka secara fitrah, kita sebenarnya memang menyukai bacaan yang bagus, Itulah kenapa pendidik adab sebaiknya membacakan Qur’an kepada anak dengan bacaan yang bagus sebagai ‘idola’ pertama sebelum yang lainnya.

Yang tidak kalah pentingnya adalah memberikan berita-berita bermanfaat. Subhanallah… jaman dulu memang belum ada internet, namun sungguh wasiat ini sangat penting. Betapa tidak semua hal yang kita dengar dan baca itu kita perlukan. Inilah yang perlu kita kabarkan dan ajarkan kepada anak-anak kita.

Kemudian mengenai meletakkan kalimat pada tempatnya. Betapa dakwah akan menjadi hikmah jika seseorang mampu menerapkan ilmu untuk berkomunikasi. Satu hal yang pertama dilakukan adalah memberikan teladan sebelum mendidik anak-anak untuk mempraktekkannya.

Dan yang terakhir adalah tertawa. Sebagaimana kita tahu bahwa terlalu banyak tertawa dapat mematikan hati. Begitu pun mengetahui tempat dan waktu yang tepat untuk tertawa adalah adab yang penting untuk diajarkan.

Homeschooling, Lectures of Life, Parenting

Wasiat Muawiyah bin Abi Sufyan Kepada Pendidik Adab

Masih dalam seri 25 Nasihat Generasi Terdahulu Kepada Para Pendidik Adab, Muawiyah bin Abi Sufyan juga mewasiatkan beberapa hal terkait pendidikan anaknya.

Dari Ibnu Buraidah bahwa Muawiyah mengutus seorang utusan kepada Daghfal bin Handhalah untuk menanyakan bahasa Arab, nasab bangsa Arab (dan keluarga Rasulullah), dan tentang perbintangan (untuk mencari tanda atau alamat). Utusan ini takjub dengan kealiman (kecerdasan) Daghfal dan bertanya,

“Ya Daghfal, dari mana kamu bisa hafal seperti ini?”

Maka Daghfal menjawab,

“Dengan lisan yang rajin bertanya dan hati yang banyak berusaha memahami. Karena penyakit ilmu adalah ilmu.”

Dalam perkataannya, dapat kita lihat bahwa Muawiyah bin Abi Sufyan menyebutkan beberapa hal penting lain yang perlu diajarkan kepada anak. Ilmu dan keahlian tersebut diantaranya:

1. Mempelajari bahasa Arab.

2. Mempelajari nasab bangsa Arab, terutama nasab Rasulullah.

3. Mengetahui ilmu tentang perbintangan.

4. Bersikap kritis dan mampu melontarkan pertanyaan kritis dan berkualitas.

5. Mendidik hati untuk berusaha memahami.

6. Tawadhu dengan ilmu yang dimiliki

Kajian Tauhid, Lectures of Life, My Thoughts

MISTERI USIA 40 TAHUN

life-begins-at-40-katanya.jpg

Kita sering sekali mendengar kata-kata “Life begins at 40” ini diucapkan atau dituliskan. Setiap orang mengartikannya berbeda. Namun, tahukah kita ayat Allah mana yang juga menyebutkan tentang misteri usia 40 ini?

Berikut nasihat dari Ustadz Subhan Bawazier pada kajian hari Senin, 8 Februari 2016 lalu mengenai misteri usia ini.

***

“Sehingga apabila dia telah dewasa dan UMURNYA TELAH SAMPAI 40 TAHUN ia berdoa: ‘Ya Rabb tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat yang telah engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang shalih yang engkau ridhai, berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku, sesungguhnya aku bertobat kepada engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri’”. [QS. Al-Ahqaf (46): 15]”

Usia 40 tahun dianggap sebagai usia pertengahan, dimana Rasulullah menyebutkan usia ini adalah usai pertengahan kehidupan.

“Umur-umur umatku antara 60 hingga 70 tahun, dan sedikit orang yg bisa melampui umur tersebut” (HR. Ibnu Majah: 4236, Syaikh Al Albani mengatakan: hasan shahih).

Pada usia ini pula Rasulullah mendapatkan wahyu. Maka sudah pasti ada rahasia Allah yang besar di balik ini. Berdasarkan surah dan hadits di atas, berikut apa yang bisa dipetik:

  1. Ketika usia 40, alangkah indah ketika kita sudah menyadari bahwa, “Allah yang mencipta dan Allah yang mencukupi.”  Baik yang sudah sadar maupun belum, teruslah meminta kepada Allah untuk menjadikan diri Hamba yang bersyukur.  Yakinilah bahwa dunia ini ‘serba mungkin’ sebagai mana yang telah ditunjukan Allah dalam bentuk pertandanya sebagai pembuatnya.
  2. Dalam segala hal, usia 40 memberikan hikmah. Kita menyadari bahwa kita tidak sendiri. Kita adalah bagian dari puzzle kehidupan orang lain.
  3. Usia ini mengingatkan kita bahwa ujian itu mendewasakan dan mendatangkan kebaikan. Lihatlah cara salafush shalih, orang terdahulu, dalam menghadapi ujian hidup. Mereka menganggap ujian adalah tempaan yang membuat seseorang berkarakter karena mereka tahu SIAPA yang menguji.
  4. Pada usia ini, seyogyanya kita terus berdoa agar semua yang dirasakan dan dilalui adalah semata-mata rahmat Allah. Berdoalah agar kita mampu berjalan tanpa kesombongan. Jikapun kita dicacri, berdoalah agar diri tidak merasa kecewa dengan gunjingan mahluk.
  5. Pada usia ini bersyukurlah akan nikmat yang paling besar: NIKMAT MENTAUHIDKAN ALLAH. Nikmat ini tak tergantikan, meski menjadikan kita Al Ghuraba .
  6. Di usia ini, kita disarankan untuk banyak bergaul dengan orang shalih. Banyaklah bergaul dengan orang yang mencintai masjid. MASJID ADALAH TEMPAT YANG PALING DICINTAI اللهdi muka bumi ini.
  7. Ketika kita bersama dengan orang lain, saudara, atau komunitas, tanyakan pada diri sendiri: “ APA YANG BISA SAYA BERIKAN?” bukan sebaliknya. Sebagai mana pun tidak menyenangkannya sebuah kelompok yang berisi muslim, BERTAHANLAH SELAMA ADA CELAH UNTUK KITA BERBUAT BAIK.  Dan berikan manfaat ketika kita berada bersama mereka.

Nasihat pun kemudian mengalir bagi para orang tua. Banyak hal yan bisa dilakukan agar anak-anak siap menuju usia pertengahan ini. Lakukanlah wahai orang tua, sebelum masa itu tidak. Lakukan mulai sekarang

  1. Jika hati mulai merasa rusak, banyak-banyaklah bergaul dan berkumpul dengan orang shalih.
  2. Jika anak tersibukan dengan akademis yang sangat duniawi dan hedonis, budayakan pesantren weekend atau kumpulkan anak-anak secara rutin untuk mengkaji Qur’an. Mentadaburinya. Jangan hanya terpaku di urusan sekolah atau nilai saja. Bekal ruhiyah sangatlah dibutuhkan agar kuat menghadapi dunia melewati usia.
  3. Mulailah buat lingkungan yang baik di sekitar anak-anak yang terdiri dari orang-orang yang bertakwa, belajar, dan berilmu. Buatlah lingkungan yang syar’i dan merujuk pada Al Qur’an.
  4. Biasakan anak-anak (dan kita) berhijrah jika menghadapi masalah. Maksudnya,hijrah dengan hati menuju الله dan Rosul-Nya. Lakukan flash back atau muhasabah.
  5. Biasakan bangun qiyamul lail (terutama setelah anak baligh) untuk menutrisi hati.
  6. Jangan biasakan menceritakan masa lalu yang buruk pada anak. Biarkan mereka belajar bahwa aib itu harus ditutupi dan ditangisi di hadapan Allah.
  7. Jadilah umat Islam yang mewarnai. Berdakwah dengan lisan tidak akan sekuat ketika kita menunjukan dengan perbuatan. Tunjukan bahwa umat Islam itu layak untuk diikuti.
  8. Umat Islam tidak mengenal hari libur. Muslim selalu berusaha mengisi waktu yang kosong, bertebaran di muka bumi setelah beribadah.
  9. Ajari untuk merasa rakuslah dalam beramal. Jangan pernah merasa cukup.

***

 

Alhamdulillah, Allah mengijinkan kami duduk dalam kajian tersebut. Sungguh banyak nasihat yang beliau sampaikan yang menjadi ibroh, utamanya bagi saya.

Jika usia kita dicukupkan hingga atau melewati 40, semoga jiwa dan diri ini tetap istiqomah dalam memegang Al Haq. Memang tidak mudah memegang bara api. Tapi ingatlah, yang mudah itu bukan istiqomah, tapi istirahat. Mari berdoa menjadi hamba yang dimudahkan menujutempat beristirahat yang sesungguhnya.

*Murajaah Kajian oleh Mierza Ummu Abdillah*

Kajian Tauhid

[MURAJAAH KAJIAN 3] Sekedar Pengakuan Allah Adalah Pencipta Dan Pemberi Rezeki Saja Tidak Cukup

***SUMBER: KAJIAN WA BELAJAR TAUHID PERTEMUAN KETIGA***

image
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰

✅1. 👉🏻 Kami memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar menjadi Pelindung anda di dunia dan akhirat serta agar anda diberkahi dimanapun berada.

✅2. 👉🏻 Saudaraku, ketahuilah keberkahan hidup hanya dapat diraih dengan menjadi hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala yang benar-benar bertauhid kepada Nya.

✅3. 👉🏻 Kami juga memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar anda dijadikan orang yang apabila mendapat nikmat pandai bersyukur, jika mendapat ujian mampu bersabar serta jika melakukan perbuatan dosa segera memohon ampunan kepada Allah Ta’ala.

✅4. 👉🏻 Ketiga hal tersebut merupakan tiga  tanda kebahagian seorang hamba, sekaligus ciri seorang hamba Allah yang benar-benar merealisasikan tauhid kepada Nya.

✅5. 👉🏻 Ketahuilah Saudaraku, poros dakwah para Nabi ‘alaihimussalam adalah satu. Sebagaimana termaktub dalam sebuah hadits Nabi Shallalahu ‘alaihi wa Sallam,
الْأَنْبِيَاءُ إِخْوَةٌ لِعَلَّاتٍ أُمَّهَاتُهُمْ شَتَّى وَدِينُهُمْ وَاحِدٌ
“Para Nabi saudara seayah, ibu mereka berbeda namun agama mereka satu”.(HR. Bukhari)

✅6. 👉🏻 Sungguh Allah ‘Azza wa Jalla telah menjadikan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam sebagai contoh bagi Nabi Muhammad Shallalahu ‘alaihi wa Sallam. Allah Ta’ala berfirman,

ثُمَّ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ أَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ

“Kemudian Kami (Allah) wahyukan kepadamu (Muhammad), “Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif dan dia tidak termasuk orang-orang yang berbuat kemusyrikan”. (QS. An Nahl : 123).

✅7. 👉🏻 Allah ‘Azza wa Jalla menyebut Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dengan sebutan hanif. Karena beliau hanya menyembah Allah dan berlepas diri dari segala bentuk peribadatan kepada selain Allah Tabaraka wa Ta’ala.

✅8. 👉🏻 Ketahuilah wahai saudaraku, semua yang Allah Subhanahu wa Ta’ala ciptakan tidak mungkin sia-sia. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, mengabarkan perkataan orang-orang yang memiliki akal.
رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلًا

“Wahai Rabb kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia”. (QS. Ali ‘Imran: 191).

✅9. 👉🏻 Apakah kita mengira kita manusia diciptakan sia-sia ? Dibiarkan begitu saja ?
أَيَحْسَبُ الْإِنْسَانُ أَنْ يُتْرَكَ سُدًى

“Apakah manusia mengira kami biarkan mereka sia-sia”. (QS. Al Qiyamah: 36).

Mujahid, Al-Imam Syafi’i dan ‘Abdur Rahman bin Zaid bin Aslam rahimahumullah menafsirkan ayat tersebut dengan mengatakan, “Apakah manusia mengira mereka dibiarkan sia-sia” yaitu tidak diperintahkan dan dilarang ? (Tafsir Ibnu Katsir)

✅10. 👉🏻 Maka tentulah dalam penciptaan kita terdapat tujuan yang sangat mulia yaitu agar kita benar-benar bertauhid kepada Sang Pencipta yaitu Allah ‘Azza wa Jalla.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Tidaklah Aku (Allah) menciptakan seluruh manusia dan jin melainkan untuk bertauhid/beribadah kepada Ku”. (QS. Adz Dzariyat: 56).

✅11. 👉🏻 Ketika kita telah mengetahui bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan kita untuk hanya beribadah kepada Nya. Maka ketahuilah bahwa ibadah tidaklah disebut, tidaklah teranggap sebagai ibadah melainkan harus disertai tauhid.

✅12. 👉🏻 Sebagaimana shalat tidak disebut, tidak dianggap shalat melainkan sebelumnya harus disertai dengan thoharah /bersuci.

✅13. 👉🏻 Kedua hal ini merupakan hal yang disepakati para ulama berdasarkan dalil dari Al Qur’an dan Sunnah Nabi Shallalahu ‘alaihi wa Sallam.

✅14. 👉🏻 Demikianlah, apabila syirik menyusup masuk dalam ibadah maka ibadah tersebut akan rusak, batal dan tidak teranggap. Sebagaimana jika seseorang yang telah bersuci mengeluarkan hadats.

✅15. 👉🏻 Saudaraku, ketika anda telah mengetahui apabila syirik bercampur dalam ibadah maka dia akan merusak ibadah anda, membatalkan amalan anda serta menjadikan pelakunya kekal di neraka.
Sebagaimana dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang di bawah syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya”. (QS. An Nisa : 48).

✅16. 👉🏻 Saudaraku, mengetahui kesyirikan merupakan sebuah hal yang sangat penting agar anda terlepas, terbebas dari kemusyrikan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

✅17. 👉🏻 Salah satu cara termudah bagi anda untuk memahami kesyirikan adalah dengan memahami empat point yang akan disebutkan.

✅18. 👉🏻 Point Pertama, ‘Ketahuilah bahwa orang-orang kafir yang Nabi Shallalahu  ‘alaihi wa Sallam diperintahkan untuk memeranginya, mereka adalah orang-orang yang mengakui bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah satu-satunya Pencipta dan Pengatur alam semesta. Namun semata-mata sekedar pengakuan ini semata tidak dapat memasukkan mereka ke dalam Islam’.

✅19. 👉🏻 Artinya mereka paham, mengerti betul bahwa berhala, patung, batu, pohon yang mereka sembah itu bukan pencipta mereka. Mereka bukanlah sedungu apa yang kita bayangkan. Mereka benar-benar paham bahwa hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala satu-satunya Pencipta Alam Semesta yang termasuk di dalamnya manusia.

✅20. 👉🏻 Namun sayang wahai saudaraku, sebatas ini keyakinan mereka kepada Allah ‘Azza wa Jalla belumlah cukup untuk memasukkan mereka ke dalam Islam melainkan tetap dianggap di atas kekafiran.

✅21. 👉🏻 Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kepada Nabi Muhammad Shallalahu  ‘alaihi wa Sallam agar bertanya sekaligus berargumentasi dengan mereka.

قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَمْ مَنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ فَقُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ

“Katakanlah (Muhammad kepada mereka), “Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi, siapakah yang berkuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mampu mengeluarkan sesuatu yang hidup dari yang mati dan yang mampu mengeluarkan sesuatu yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan ?” Maka mereka akan menjawab, “Allah”. Maka katakanlah (kepada mereka), “Mengapa kamu tidak hanya beribadah/menyembah kepada Nya ?”. (QS. Yunus [10] : 31).

✅22. 👉🏻 Demikianlah juga dengan orang-orang setelah mereka. Apabila keyakinan mereka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala baru sebatas mengakui bahwa hanya Allah satu-satunya Pencipta Alam Semesta. Maka itu belum cukup untuk menjadikannya seorang muslim. Hingga dia hanya beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan meniadakan selain Nya. Barulah dia teranggap sebagai seorang muslim hakiki.

✅23. 👉🏻 Artinya ketika seseorang mengucapkan kalimat Laa Ilaaha Illallah. Jika yang dia maksudkan adalah tidak ada Pencipta, Pengatur dan Penguasa Alam Semesta kecuali Allah. Maka hal itu belumlah cukup memasukkan ke dalam Islam. Hingga dia benar-benar menyakini bahwa tidak ada sesuatu yang berhak disembah kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala dan berlepas diri dari segala bentuk penyembahan kepada selain Allah ‘Azza wa Jalla.

〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰

💐 Alhamdulillaahilladzii bini’matihi tatimmush shaalihaat
(Segala puji bagi Allaah yang dengan nikmat-Nya lah segala kebaikan menjadi sempurna)

✒ Tim Indonesia Bertauhid
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
——————————————————————————————————————————

Ziyadah Satu

Mengenal Allah dan Rajin Ibadah

Kaum muslimin, semoga Allah meneguhkan kita di atas Islam yang haq. Sesungguhnya salah satu penyebab utama kemunduran dan kelemahan umat Islam pada masa sekarang ini adalah karena mereka tidak memahami hakikat kejahiliyahan yang menimpa bangsa Arab di masa silam. Mereka menyangka bahwasanya kaum kafir Quraisy jahiliyah adalah orang-orang yang tidak beribadah kepada Allah sama sekali. Atau lebih parah lagi mereka mengira bahwasanya kaum kafir Quraisy adalah orang-orang yang tidak beriman tentang adanya Allah [?!] Duhai, tidakkah mereka memperhatikan ayat-ayat Al-Qur’an dan lembaran sejarah yang tercatat rapi dalam kitab-kitab hadits ?

Kaum Kafir Quraisy Betul-Betul Mengenal Allah

Janganlah terkejut akan hal ini, cobalah simak firman Allah ta’ala,

Dalil pertama, Allah ta’alaberfirman,

قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَمْ مَنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ فَقُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ

“Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka mereka akan menjawab: “Allah”. Maka katakanlah “Mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?”(QS. Yunus [10]: 31)

Dalil kedua, firman Allahta’ala,

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَهُمْ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ فَأَنَّى يُؤْفَكُونَ

“Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: “Allah”, maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah)?” (QS. az-Zukhruf : 87)

Dalil ketiga, firman Allahta’ala,

لَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ نَزَّلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهَا لَيَقُولُنَّ اللَّهُ قُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ

“Dan sesungguhnya jika kamu menanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menurunkan air dari langit lalu menghidupkan dengan air itu bumi sesudah matinya?” Tentu mereka akan menjawab: “Allah”, Katakanlah: “Segala puji bagi Allah”, tetapi kebanyakan mereka tidak memahami(nya).” (QS. al-’Ankabut: 63)

Dalil keempat, firman Allahta’ala,

أَمْ مَنْ يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاءَ الْأَرْضِ أَئِلَهٌ مَعَ اللَّهِ قَلِيلًا مَا تَذَكَّرُونَ

“Atau siapakah yang memperkenankan (do’a) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdo’a kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi ? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati(Nya).” (QS. an-Naml: 62)

Perhatikanlah! Dalam ayat-ayat di atas terlihat bahwasanya orang-orang musyrik itu mengenal Allah, mereka mengakui sifat-sifat rububiyyah-Nya yaitu Allah adalah pencipta, pemberi rezeki, yang menghidupkan dan mematikan, serta penguasa alam semesta. Namun, pengakuan ini tidak mencukupi mereka untuk dikatakan muslim dan selamat. Kenapa? Karena mereka mengakui dan beriman pada sifat-sifat rububiyah Allah saja, namun mereka menyekutukan Allah dalam masalah ibadah. Oleh karena itu, Allah katakan terhadap mereka,

وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللَّهِ إِلَّا وَهُمْ مُشْرِكُونَ

“Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain).” (QS. Yusuf : 106)

Ibnu Abbas mengatakan, “Di antara keimanan orang-orang musyrik: Jika dikatakan kepada mereka, ‘Siapa yang menciptakan langit, bumi, dan gunung?’ Mereka akan menjawab, ‘Allah’. Sedangkan mereka dalam keadaan berbuat syirik kepada-Nya.”

‘Ikrimah mengatakan,”Jika kamu menanyakan kepada orang-orang musyrik: siapa yang menciptakan langit dan bumi? Mereka akan menjawab: Allah. Demikianlah keimanan mereka kepada Allah, namun mereka menyembah selain-Nya juga.” (Lihat Al-Mukhtashor Al-Mufid, 10-11)

Syaikh Shalih Al-Fauzanhafizhahullah menjelaskan bahwa kaum musyrikin pada masa itu mengakui Allahsubhanahuwata’ala adalah pencipta, pemberi rezki serta pengatur urusan hamba-hamba-Nya. Mereka meyakini di tangan Allah lah terletak kekuasaan segala urusan, dan tidak ada seorangpun diantara kaum musyrikin itu yang mengingkari hal ini (lihatSyarh Kitab Kasyfu Syubuhaat) Dan janganlah anda terkejut apabila ternyata mereka pun termasuk ahli ibadah yang mempersembahkan berbagai bentuk ibadah kepada Allahta’ala.

Kafir Quraisy Rajin Beribadah

Anda tidak perlu merasa heran, karena inilah realita. Syaikh Muhammad At Tamimirahimahullahmenceritakan bahwasanya kaum musyrikin yang dihadapi oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang-orang yang rajin beribadah. Mereka juga menunaikan ibadah haji, bersedekah dan bahkan banyak berdzikir kepada Allah. Di antara dalil yang menunjukkan bahwa orang-orang musyrik juga berhaji dan melakukan thowaf adalah dalil berikut.

Dan telah menceritakan kepadaku Abbas bin Abdul ‘Azhim Al Anbari telah menceritakan kepada kami An Nadlr bin Muhammad Al Yamami telah menceritakan kepada kami Ikrimah bin Ammar telah menceritakan kepada kami Abu Zumail dari Ibnu Abbas ia berkata; Dulu orang-orang musyrik mengatakan; “LABBAIKA LAA SYARIIKA LAKA (Aku memenuhi panggilanMu wahai Dzat yang tiada sekutu bagiMu). Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَيْلَكُمْ قَدْ قَدْ فَيَقُولُونَ إِلَّا شَرِيكًا هُوَ لَكَ تَمْلِكُهُ وَمَا مَلَكَ

“Celakalah kalian, cukuplah ucapan itu dan jangan diteruskan.” Tapi mereka meneruskan ucapan mereka; ILLAA SYARIIKAN HUWA LAKA TAMLIKUHU WAMAA MALAKA (kecuali sekutu bagi-Mu yang memang Kau kuasai dan ia tidak menguasai).” Mereka mengatakan ini sedang mereka berthawaf di Baitullah. (HR. Muslim no. 1185)

Mengomentari pernyataan Syaikh Muhammad At Tamimi di atas, Syaikh Shalih Al-Fauzan mengatakan bahwa kaum musyrikin Quraisy yang didakwahi oleh Nabishallallahu ‘alaihi wa sallamadalah kaum yang beribadah kepada Allah, akan tetapiibadah tersebut tidak bermanfaat bagi mereka karena ibadah yang mereka lakukan itu tercampuri dengan syirik akbar. Sama saja apakah sesuatu yang diibadahi disamping Allah itu berupa patung, orang shalih, Nabi, atau bahkan malaikat. Dan sama saja apakah tujuan pelakunya adalah demi mengangkat sosok-sosok tersebut sebagai sekutu Allah atau bukan, karena hakikat perbuatan mereka adalah syirik. Demikian pula apabila niatnya hanya sekedar menjadikan sosok-sosok itu sebagai perantara ibadah dan penambah kedekatan diri kepada Allah. Maka hal itu pun dihukumi syirik (lihatSyarh Kitab Kasyfu Syubuhaat, Syaikh Shalih Al-Fauzan)

Dua Pelajaran Berharga

Dari sepenggal kisah di atas maka ada dua buah pelajaran berharga yang bisa dipetik.Pertama; pengakuan seseorang bahwa hanya Allah lah pencipta, pemberi rezki dan pengatur segala urusan tidaklah cukup untuk membuat dirinya termasuk dalam golongan pemeluk agama Islam. Sehingga sekedar mengakui bahwasanya Allah adalah satu-satunya pencipta, penguasa dan pengatur belum bisa menjamin terjaganya darah dan hartanya. Bahkan sekedar meyakini hal itu belum bisa menyelamatkan dirinya dari siksaan Allah.

Kedua; apabila peribadatan kepada Allah disusupi dengan kesyirikan maka hal itu akan menghancurkan ibadah tersebut. Oleh sebab itu ibadah tidak dianggap sah apabila tidak dilandasi dengan tauhid/ikhlas (lihatSyarh Kitab Kasyfu Syubuhaat, Syaikh Shalih Al-Fauzan)

Dengan demikian sungguh keliru anggapan sebagian orang yang mengatakan bahwasanya tauhid itu cukup dengan mengakui Allah sebagai satu-satunya pencipta dan pemelihara alam semesta. Dan dengan modal anggapan yang terlanjur salah ini maka merekapun bersusah payah untuk mengajak manusia mengenali bukti-bukti alam tentang keberadaan dan keesaan wujud-Nya dan justru mengabaikan hakikat tauhid yang sebenarnya. Atau yang mengatakan bahwa selama orang itu masih mengucapkan syahadat maka tidak ada sesuatupun yang bisa membatalkan keislamannya. Atau yang membenarkan berbagai macam praktek kesyirikan dengan dalih hal itu dia lakukan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah. Atau yang mengatakan bahwa para wali yang sudah meninggal itu sekedar perantara untuk bisa mendekatkan diri mereka yang penuh dosa kepada Allah yang Maha Suci. Lihatlah kebanyakan praktek kesyirikan yang merebak di tengah-tengah masyarakat Islam sekarang ini, maka niscaya alasan-alasan semacam ini -yang rapuh serapuh sarang laba-laba- yang mereka lontarkan demi melapangkan jalan mereka untuk melestarikan tradisi dan ritual-ritual syirik.

‘Kita ‘Kan Tidak SebodohKafir Quraisy’

Barangkali masih ada orang yang bersikeras mengatakan,“Jangan samakan kami dengan kaum kafir Qurasiy. Sebab kami ini beragama Islam, kami cinta Islam, kami cinta Nabi, dan kami senantiasa meyakini Allah lah penguasa jagad raya ini, tidak sebagaimana mereka yang bodoh dan dungu itu!” Allahu akbar, hendaknya kita tidak terburu-buru menilai orang lain bodoh dan dungu sementara kita belum memahami keadaan mereka. Saudaraku, cermatilah firman Allah ta’ala,

قُلْ لِمَنِ الْأَرْضُ وَمَنْ فِيهَا إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (84) سَيَقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ (85) قُلْ مَنْ رَبُّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ (86) سَيَقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ (87) قُلْ مَنْ بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ يُجِيرُ وَلَا يُجَارُ عَلَيْهِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (88) سَيَقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ فَأَنَّى تُسْحَرُونَ (89)

“Katakanlah; ‘Milik siapakah bumi beserta seluruh isinya, jika kalian mengetahui ?’ Maka niscaya mereka akan menjawab, ‘Milik Allah’. Katakanlah,’Lalu tidakkah kalian mengambil pelajaran ?’ Dan tanyakanlah; ‘Siapakah Rabb penguasa langit yang tujuh dan pemilik Arsy yang agung ?’ Niscaya mereka menjawab,’Semuanya adalah milik Allah’ Katakanlah,’Tidakkah kalian mau bertakwa’ Dan tanyakanlah,’Siapakah Dzat yang di tangannya berada kekuasaan atas segala sesuatu, Dia lah yang Maha melindungi dan tidak ada yang sanggup melindungi diri dari azab-Nya, jika kalian mengetahui ?’ Maka pastilah mereka menjawab, ‘Semuanya adalah kuasa Allah’ Katakanlah,’Lantas dari jalan manakah kalian ditipu?.’”(QS. Al-Mu’minuun: 84-89)

Nah, ayat-ayat di atas demikian gamblang menceritakan kepada kita tentang realita yang terjadi pada kaum musyrikin Quraisy dahulu. Meyakini tauhid rububiyah tanpa disertai dengan tauhid uluhiyah tidak ada artinya. Maka sungguh mengherankan apabila ternyata masih ada orang-orang yang mengaku Islam, rajin shalat, rajin puasa, rajin naik haji akan tetapi mereka justru berdoa kepada Husain, Badawi, Abdul Qadir Al-Jailani. Maka sebenarnya apa yang mereka lakukan itu sama dengan perilaku kaum musyrikin Quraisy yang berdoa kepada Laata, ‘Uzza dan Manat. Mereka pun sama-sama meyakini bahwa sosok yang mereka minta adalah sekedar pemberi syafaat dan perantara menuju Allah. Dan mereka juga sama-sama meyakini bahwa sosok yang mereka jadikan perantara itu bukanlah pencipta, penguasa jagad raya dan pemeliharanya. Sungguh persis kesyirikan hari ini dengan masa silam. Sebagian orang mungkin berkomentar, “Akan tetapi mereka ini ‘kan kaum muslimin” Syaikh Shalih Al-Fauzan menjawab,“Maka kalau dengan perilaku seperti itu mereka masih layak disebut muslim, lantas mengapa orang-orang kafir Quraisy tidak kita sebut sebagai muslim juga ?! Orang yang berpendapat semacam itu tidak memiliki pemahaman ilmu tauhid dan tidak punya ilmu sedikitpun, karena sesungguhnya dia sendiri tidak mengerti hakikat tauhid”(lihat Syarh Kitab Kasyfu Syubuhaat, Syaikh Shalih Al-Fauzan)

Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi dan Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel www.muslim.or.id

http://indonesiabertauhid.com/kafir-quraisy-juga-mengenal-allah-dan-rajin-ibadah/


———————————————————————————————————————〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰

ZIYADAH 2

Membekali Diri Dengan Tauhid

Pengertian Tauhid

Syaikh Ibnu ‘Utsaimin –rahimahullah– memaparkan bahwa kata tauhid secara bahasa adalah kata benda yang berasal dari perubahan kata kerja wahhada – yuwahhidu yang bermakna menunggalkan sesuatu. Sedangkan dalam kacamata syari’at, tauhid bermakna mengesakan Allah dalam hal-hal yang menjadi kekhususan diri-Nya. Kekhususan itu meliputi perkara rububiyah, uluhiyah dan asma’ wa shifat (Al Qaul Al Mufid, 1/5)

Syaikh Hamad bin ‘Atiq menerangkan bahwa agama Islam disebut sebagai agama tauhid disebabkan agama ini dibangun di atas pondasi pengakuan bahwa Allah adalah Esa dan tiada sekutu bagi-Nya, baik dalam hal kekuasaan maupun tindakan-tindakan. Allah Maha Esa dalam hal Dzat dan sifat-sifat-Nya, tiada sesuatu pun yang menyerupai diri-Nya. Allah Maha Esa dalam urusan peribadatan, tidak ada yang berhak dijadikan sekutu dan tandingan bagi-Nya. Tauhid yang diserukan oleh para Nabi dan Rasul telah mencakup ketiga macam tauhid ini (rububiyah, uluhiyah dan asma’ wa shifat). Setiap jenis tauhid adalah bagian yang tidak bisa dilepaskan dari jenis tauhid yang lainnya. Oleh karena itu, barangsiapa yang mewujudkan salah satu jenis tauhid saja tanpa disertai dengan jenis tauhid lainnya maka hal itu tidak mungkin terjadi kecuali disebabkan dia tidak melaksanakan tauhid dengan sempurna sebagaimana yang dituntut oleh agama (Ibthal At Tandid, hal. 5-6)

Syaikh Muhammad bin Abdullah Al Habdan menjelaskan bahwa tauhid itu hanya akan terwujud dengan memadukan antara kedua pilar ajaran tauhid yaitu penolakan (nafi) dan penetapan (itsbat). ‘La ilaha’ adalah penafian/penolakan, maksudnya kita menolak segala sesembahan selain Allah. Sedangkan ‘illallah’ adalah itsbat/penetapan, maksudnya kita menetapkan bahwa Allah saja yang berhak disembah (At Taudhihat Al-Kasyifat, hal. 49)

Tauhid dan Iman Kepada Allah

Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan –hafizhahullah- menjelaskan bahwa hakekat iman kepada Allah adalah tauhid itu sendiri. Sehingga iman kepada Allah itu mencakup ketiga macam tauhi yaitu tauhid rububiyah, uluhiyah, dan asma’ wa shifat (Al Irsyad ila Shahih Al I’tiqad, hal. 29). Di samping itu, keimanan seseorang kepada Allah tidak akan dianggap benar kalau hanya terkait dengan tauhid rububiyah saja dan tidak menyertakan tauhid uluhiyah. Hal ini sebagaimana yang terjadi pada kaum musyrikin dahulu yang juga mengakui tauhid rububiyah. Meskipun demikian, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap memerangi dan mengajak mereka untuk bertauhid. Hal itu dikarenakan mereka tidak mau melaksanakan tauhid uluhiyah.

Urgensi Tauhid Bagi Setiap Insan

Kepentingan manusia untuk bertauhid sungguh jauh berada di atas kepentingan mereka terhadap makanan, minuman atau tempat tinggal. Kalau seseorang tidak makan atau minum, akibat terburuk yang dialami hanyalah sekedar kematian. Namun, kalau seseorang tidak bertauhid barang sekejap saja dan pada saat itu dia meninggal dalam keadaan musyrik, maka siksaan yang kekal di neraka sudah siap menantinya.

Allah ta’ala berfirman,

إِنَّه ُمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ

“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan sesuatu dengan Allah (dalam beribadah) maka sungguh Allah telah mengharamkan atasnya surga, dan tempat tinggalnya adalah neraka…”(QS. al-Ma’idah [5]: 72)

Bahkan amalnya yang bertumpuk-tumpuk selama hidup pun akan menjadi sia-sia apabila di akhir hidupnya dia telah berbuat syirik kepada Rabb-nya dan belum bertaubat darinya. Allah ta’ala berfirman,

لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

“Sungguh, jika kamu berbuat syirik, akan lenyaplah semua amalmu, dan kamu pasti akan tergolong orang yang merugi.” (QS. az-Zumar [39]: 65)

Dan, kalaulah kita mau merenungkan untuk apa kita diciptakan di alam dunia ini niscaya kita akan memahami betapa agung kedudukan tauhid dalam hidup ini. Allah ta’ala berfirman,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.”(QS. adz-Dzariyat [51]: 56). Makna beribadah kepada Allah di sini adalah mentauhidkan Allah.

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab –rahimahullah– mengatakan, “Apabila engkau telah mengetahui bahwasanya Allah menciptakan dirimu untuk beribadah, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya ibadah tidak akan disebut sebagai ibadah (yang hakiki) apabila tanpa disertaitauhid. Sebagaimana halnya sholat tidak disebut sebagai sholat jika tidak disertai dengan thaharah (bersuci). Maka apabila syirik merasuk ke dalam suatu ibadah, niscaya ibadah itu menjadi batal. Sebagaimana hadats jika terjadi pada (orang yang sudah melakukan) thaharah…” (Majmu’ah Tauhid, hal. 7)

Terkait dengan pentingnya tauhid ini, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Ketahuilah, sesungguhnya kebutuhan hamba untuk senantiasa beribadah kepada Allah tanpa mempersekutukan sesuatupun dengan-Nya merupakan kebutuhan yang tak tertandingi oleh apapun yang bisa dianalogikan dengannya. Akan tetapi, dari sebagian sisi ia bisa diserupakan dengan kebutuhan tubuh terhadap makanan dan minuman. Di antara keduanya sebenarnya terdapat banyak sekali perbedaan. Karena sesungguhnya jati diri seorang hamba adalah pada hati dan ruhnya. Padahal, tidak ada kebaikan hati dan ruh kecuali dengan (pertolongan) Rabbnya, yang tiada ilah (sesembahan) yang benar untuk disembah selain Dia. Sehingga ia tidak akan bisa merasakan ketenangan kecuali dengan mengingat-Nya. Seandainya seorang hamba bisa memperoleh kelezatan dan kesenangan dengan selain Allah maka hal itu tidak akan terus menerus terasa. Akan tetapi, ia akan berpindah dari satu jenis ke jenis yang lain, dari satu individu ke individu yang lain. Adapun Rabbnya, maka dia pasti membutuhkan-Nya dalam setiap keadaan dan di setiap waktu. Di mana pun dia berada maka Dia (Allah) senantiasa menyertainya.” (Majmu’ Fatawa, I/24. Dikutip dengan perantara Kitab TauhidSyaikh Shalih al-Fauzan, hal. 43)

Siapa yang merasa tauhidnya sudah hebat?!

Allah ta’ala mengisahkan do’a yang dipanjatkan oleh Nabi Ibrahim ‘alaihis salam di dalam ayat-Nya

وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الْأَصْنَامَ

“Dan jauhkanlah aku dan anak keturunanku dari penyembahan kepada arca-arca.” (QS. Ibrahim [14]: 35)

Ibrahim At Taimi mengatakan, “Lalu siapakah yang lebih merasa aman dari bencana kesyirikan selain Ibrahim[?]”

Syaikh Abdurrahman bin Hasan –rahimahullah– mengatakan, “Tidak ada lagi yang merasa aman dari terjatuh dalam kesyirikan selain orang yang bodoh terhadap syirik dan juga tidak memahami sebab-sebab yang bisa menyelamatkan diri darinya; yaitu ilmu tentang Allah, ilmu tentang ajaran Rasul-Nya yaitu mentauhidkan-Nya serta larangan dari perbuatan syirik terhadapnya.” (Fathul Majid, hal. 72)

Demikianlah sekilas mengenai pentingnya tauhid dalam kehidupan kita. Semoga kita tergolong hamba-hamba yang mentauhidkan Allah dengan sebenar-benarnya. Kalau orang semulia Nabi Ibrahim‘alaihis salam saja masih takut terjerumus syirik, lalu bagaimana lagi dengan orang seperti kita. Wallahul musta’an. Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa sallam. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.

 

Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi

Artikel www.muslim.or.id

http://indonesiabertauhid.com/membekali-diri-dengan-tauhid/

——————————————————————————————————————————–〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰

ZIYADAH 3

Mari Tinjau Kembali Istilah tentang Tauhid

#IndonesiaBertauhid

-Bro, pernah dengar gak ungkapan:
“Jangan syiriklah (iri) dengan keberhasilan gue”
“kalau saya sih gak munafik, butuh uang juga”

-Dalam istilah syariat kata: syirik dan munafik itu agak berbeda maknanya

-Begini bro, sebenarnya masalah istilah dan ungkapan jika sesuai dengan maksud bahasa itu sendiri gak masalah

-Kalau memang makna bahasa untuk masyarakat itu, makna syirik adalah iri dan dipahami mereka seperti itu, maka tidak masalah, ya karena itu bahasa mereka

-Akan tetapi yang menjadi masalah jika kita sebagai seorang muslim tidak paham makna ini secara syariat atau malah bisa bercampur sehingga mengkaburkan makna syariatnya

-Istilah Syirik dan munafik ini diajarkan dalam pelajaran TAUHID

-Syirik dalam makna syariat adalah lawan dari TAUHID yang bermakna menyekutukan Allah dalam hak-hak khusus Allah berupa ibadah, Syirik adalah larangan terbesar dalam agama

-Sedangkan munafik dalam syariat, ada dua yaitu:

1. Munafik i’tiqadiy (amalan Hati)
ada yang menyebutnya juga nifak akbar yang bisa membuat pelakunya keluar dari Islam dan mendapat adzab yang paling berat melebihi siksaan orang kafir di akhirat

Contoh nifak i’tiqodi:

-Mendustakan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam

-Mendustakan sebagian ajaran Rasulshallallahu ‘alaihi wa sallam

-Benci pada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam

-Benci pada sebagian ajaran Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam

-Senang melihat agama Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam direndahkan

-Tidak senang jika agama Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam mendapatkan kemenangan

JADI JANGAN SAMPAI KITA TIDAK SENANG ATAU TIDAK RIDHA DENGAN SATUPUN AJARAN ISLAM

Misalnya mungkin dia berat memakai jilbab, tetapi masih yakin bahwa itu wajib, hanya malas saja, maka tidak masuk munafik i’tiqadiy ini

Justru yang berjilbab, tetapi hatinya senang dengan hancurnya Islam, dialah munafik i’tiqady

2. Munafik amaliy (perbuatan)
ini tidak sampai mengeluarkan dari agama Islam, masih tetap muslim hanya saja diminta agar taubat nashuha dan bersungguh-sungguh dalam taubat

Contohnya sebagaimana hadits :

آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ، إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ

”Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga :
(1)Jika berbicara berdusta
(2) jika berjanji tidak menepati
(3) dan jika dipercaya dia berkhianat”
(HR. Bukhari dan Muslim)

dan dalam riwayat lain disebutkan :

وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ، وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ

”(4) Jika berselisih, maka dia akan berbuat dhalim,
(5) dan jika berjanji dia melanggar”.

-Semoga kita dijauhi dari sifat munafik karena para sahabat sangat dan orang shalih sangat khawatir terjerumus dalam hal ini

Penyusun: Raehanul Bahraen

indonesiabertauhid.com/mari-tinjau-kembali-istilah-tentang-tauhid/

——————————————————————————————————————————- 〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
Soal Latihan  BETAH Pekan 3

❗📑Sekedar Pengakuan Allah Adalah Pencipta Dan Pemberi Rezeki Saja Tidak Cukup 📑❗

1⃣. Apa tiga tanda kebahagiaan Seorang hamba?

2⃣. Apa yang dimaksud dengan hanif ?

3⃣. Apakah tujuan penciptaan manusia ? Mana dalilnya.

4⃣. Sebutkan contoh-contoh sifat kemunafikan yang mengeluarkan dari Islam .

5⃣.  Apa yang dimaksud dengan makna tauhid secara syariat ?

〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰

Jawaban Latihan Pekan 3

❗📑Sekedar Pengakuan Allah Adalah Pencipta Dan Pemberi Rezeki Saja Tidak Cukup 📑❗

1⃣. Bersyukur jika mendapat nikmat, bersabar jika mendapat musibah, bertaubat jika bermaksiat.

2⃣. Hanya menyembah Allah dan berlepas diri dari peribadatan kepada selainNya.

3⃣. Untuk beribadah kepada Allah semata. Adz Dzariyat : 56

4⃣. Mendustakan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam

❗Mendustakan sebagian ajaran Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam

❗Benci pada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam

❗Benci pada sebagian ajaran Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam

❗Senang melihat agama Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam direndahkan

❗Tidak senang jika agama Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam mendapatkan kemenangan

5⃣. Mengesakan Allah dalam hal-hal yang menjadi kekhususan diri-Nya. Kekhususan itu meliputi perkara rububiyah, uluhiyah dan asma’ wa shifat (Al Qaul Al Mufid, 1/5)

_Jazaakumullaahu khayran ‘alaa ihtimaamikum_
(Semoga Allaah membalas kalian dengan kebaikan atas perhatian kalian)

🌏Dengan Tauhid, Masuk Surga Sekeluarga🌎