Tahun Baru Masehi pun menjelang. Media, dari mulai TV (yang untuk tidak saya sambungkan ke antena) sampai medsos, sedang heboh-hebohnya mengkampanyekan dan mengsyiarkan gegap gempitanya si tahun baru ini. Pokoknya, barang siapa yang tidak merayakan tahun baru sepertinya nggak ngehitz banged. ~___~”
Adakah yang salah dengan itu? Nope! Fine! Nggak apa-apa kok…. untuk yang bukan muslim. ^___^
Heh? Maksudnya?
Nah, bagi yang muslim, tentunya kita memiliki panduan dalam hidup alias A Way of Life dalam bahasa Sundana mah. Panduan itu disebut dengan Al Qur’an dan Sunnah Rasulullaah (salallaahu ‘alayhi wassalam). Daan… dalam panduan itu tidak sedikitpun disebutkan tentang perayaan ini. Bahkan, dalam hadits yang derajatnya sahih disebutkan bahwa Rasulullaah (salallaahu ‘alayhi wassalam) berkata kepada kaum jahiliyah terdahulu yang merayakan hari Nairuz dan Mihrojan setiap tahunnya ketika beliau tiba di Madinah bahwa “Dulu kalian memiliki dua hari untuk senang-senang di dalamnya. Sekarang Allah telah menggantikan bagi kalian dua hari yang lebih baik yaitu hari Idul Fithri dan Idul Adha”. (HR. An Nasa-i no. 1556. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih). Jadi, perayaan umat Muslim itu yaa.. kedua hari raya tersebut.